Anda di halaman 1dari 56

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK LIFE REVIEW THERAPY DI


PSTW BUDI MULIA 01 CIPAYUNG - JAKARTA TIMUR

Disusun oleh :

MARYATI 18180100078
HELMIYATI RIAPROZA 18180100050
MILAD RAUSHAN FIKRI 18180100090
YUYUN KAIMUDDIN 18180000127
SOVIA LUMBAA 18180000066
STEFANIE LAAMENA 18180000092
ATIKA DHIAN LESTANTI 18180100089
KLARA CORNELI SUMANIK 18180000116

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya penulisan dan penyusunan proposal yang berjudul “Proposal Life
Review Therapy” dapat terselesaikan.

Proposal ini merupakan salah satu tugas mata ajar Keperawatan Gerontik di
STIKIM. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:
1. Ibu ................ selaku Kepala Panti Sasana Tresna Werdha Budi Mulia 01
2. Bapak/Ibu dosen Stase Keperawatan Gerontik yang telah memberikan tugas
dan petunjuk dalam menyelesaikan proposal ini.
3. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik dalam
bentuk materi dan non materi.
4. Teman-teman yang sudah bersedia membantu.
5. Dan semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini.

Proposal ini penulis harapkan dapat memperdalam sekaligus dapat menambah


pengetahuan tentang bagaimana menerapkan Keperawatan Gerontik bagi
pembacanya. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis sangat berterimakasih bila ada pihak-pihak yang
mengkoreksi proposal ini dan memberikan kritik dan saran supaya penulis dapat
memperbaikinya.

Jakarta, Oktober 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi
BaB I
A. Latar belakang 1
B. Tujuan 4
BAB II
A. Konsep lansia
1. Definisi lansia 6
2. Klasifikasi lansia 7
3. Tugas perkembangan lansia 8
4. Tipe lansia 9
5. Proses menua 11
B. Konsep terapi aktivitas kelompok
1. Definisi TAK 20
2. Tujuan TAK 21
3. Manfaat TAK 22
4. Tahap-tahap TAK 22
5. Peran perawat TAK 24
6. Macam-macam TAK 25
7. Kerangka teoritis therapy 27
C. Life review therapy
1. Terapi telaan pengalaman hidup 30
2. Tujuan telaan pengalaman hidup 34
3. Terapis 35
4. Sesi-sesi dalam terapi 35
5. Pelaksanaan terapi 38
BAB III
A. Tujuan 40
B. Rencana kegiatan 40
C. Pengorganisasian 41
D. Denah tempat 42
E. Proses pelaksanaan 43
F. Skenario kegiatan 45
G. Antisipasi masalah 50
H. Rencana evaluasi 50
BAB I

PENDAHULUAN

A. Topik

Penuaan (proses menjadi tua) adalah proses menghilangnya secara perlahan-


lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Menurut Undang-
undang Kesejahteraan Lanjut Usia No. 03 Tahun 2013 dikatakan lanjut usia
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun atau lebih.

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan
penambahan usia. Perubahan terjadi baik perubahan biologis, psikologis dan
sosial. Perubahan biologis bisa dilihat dengan perubahan fisik seperti
penurunan massa tubuh, penurunan persepsi sensori, penurunan kerja motorik
dan lain-lain. Untuk perubahan psikologis dapat dihubungkan dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan
dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori dan
penurunan proses belajar pada usia lanjut dapat menyebabkan mereka sulit
untuk memahami dan berinteraksi.

Perubahan sosial yang terjadi pada usia lanjut dapat disebabkan oleh
kekuasaan dan prestise mereka yang berkurang sehingga menyebabkan
interaksi sosial mereka juga berkurang. Selain itu pada lansia sering terjadi
penurunan derajat kesehatan yang mengakibatkan seorang lansia secara
perlahan-lahan menarik diri dari pergaulannya. Perubahan peristiwa hidup
pada lanjut usia yaitu pensiun, pindah tempat tinggal, menjanda/menduda,
identitas sering dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan, sadar akan
kematian teman dan keluarga, kehilangan hubungan dengan teman-teman &
family, penyakit kronis dan ketidakmampuan, perubahan terhadap gambaran
diri: konsep diri, dan kesepian (loneliness) (padila,2013).

1
Masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia adalah kesepian,
kesepian merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami
ketidaknyamanan yang berkaitan dengan keinginan atau kebutuhan untuk
berhubungan atau mengadakan tak dengan orang lain (Carpenito-Moyet,
2007). Kesepian yang dialami oleh lansia mempunyai dampak yang cenderung
menyebabkan berbagai masalah seperti depresi, kecemasan, keinginan bunuh
diri, cenderung untuk terkena penyakit, pola makan dan tidur seseorang kacau,
menderita sakit kepala dan muntah-muntah (Stuart & Sundeen, 2007). Depresi
merupakan perasaan keputusasaan, kehilangan harapan, serta perasaan yang
sangat menyedihkan sehingga mampu melakukan tindakan nekat. Ini harus
menjadi perhatian para usia produktif. Di samping itu, peningkatan jumlah
lansia ini seharusnya juga dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup, tidak
sekedar tua, tapi juga berkualitas (Herman, 2014).

Menurut Stuart (2009) bahwa secara umum rata kejadian depresi pada lansia
berkisar 15% sampai 20% dengan prevalensi gejala depresi pada lansia di
masyarakat dan rumah perawatan berkisar 15% sampai 40%. Diagnosa klinis
depresi pada lansia 80% tidak dikenali pada sepanjang waktu, hal ini
dikarenakan adanya anggapan bahwa gejala depresi merupakan hal yang
normal dari proses menua. Sedangkan menurut Devisi Psikiatri-Geriatri,
Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) bahwa prevalensi depresi pada
lansia di dunia berkisar 8-15% dan hasil meta analisis dari laporan negara-
negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah
13,5% dengan perbandingan wanita-pria 14,1:8,6 dan prevalensi depresi pada
lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-45%
(Rachmawati, 2008).

Perawat sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan usia lanjut berperan
dalam mempertahankan kesehatan dan kemampuan usia lanjut melalui
peningkatan, pencegahan, perawatan dan rehabilitasi kesehatan mereka.
Keberadaan perawat mempunyai peran penting di berbagai sarana pelayanan

2
usia lanjut. Melihat kondisi demikian, untuk mencegah terjadinya depresi atau
harga diri rendah pada lansia maka sebagai antisipasi sangatlah penting bagi
para profesional kesehatan untuk mengenal masalah dan terapi pada lansia
sehingga dampak kerugian akibat kondisi kejadian depresi dan harga diri
rendah diinginkan dapat dicegah secara dini. Dampak kerugian lain akibat
kondisi depresi pada lansia antara lain penderitaan emosional dan penurunan
kualitas hidup bagi lansia (Blezer, 2003).

Masalah psikososial (Suliswati, 2005) yang termasuk didalamnya merupakan


masalah kondisi depresi yang terjadi pada lansia. Wheeler (2008)
mengelompokkan psikoterapi pada populasi khusus dalam psikiatri menjadi 3
golongan utama yang harus diperhatikan yaitu kelompok anak-anak, kondisi
trauma dan dissosiasi dan klompok khusus lansia. Hal ini menjadi rujukan
bagi perawat psikiatri bahwa populasi lansia merupakan kelompok khusus
yang memerlukan perhatian terhadap kondisi psikologis mereka terutama
melalui pendekatan penelitian keperawatan dan terapi keperawatan jiwa
khususnya.

Salah satu intervensi keperawatan jiwa yang dapat membantu lansia untuk
mencegah atau menyelesaikan masalah depresi dengan dilakukannya Terapi
Telaah Pengalaman Hidup (Life Review Therapy). Wheeler (2008)
menjelaskan bahwa terapi telaah pengalaman hidup merupakan peninjauan
retrospective atau eksistensi, pembelajaran kritis dari sebuah kehidupan atau
melihat sejenak kehidupan lampau seseorang dengan membangunkan kembali
peristiwa hidup kedalam cerita hidup yang lebih positif. Wheeler (2008) juga
mengatakan terapi telaah pengalaman hidup merupakan terapi pembelajaran
yang berkaitan dengan memori peristiwa lampau kedalam cerita yang positif
untuk mencapai integritas lansia.

Mitchell (2009) mengemukakan bahwa kunci dari Terapi Telaah Pengalaman


Hidup adalah memberikan kesempatan untuk klien mengulang kembali
pengalaman dari ingatan masa lalu, dengan berbagi ingatan dan mengulang

3
kembali pengalaman masa lalu dapat membantu untuk menyampaikan emosi
positif mereka dan meningkatkan kesadaran diri mereka melalui penerimaan
hidup. Hasil studi terkait mengenai efektifitas Terapi Telaah Pengalaman
Hidup terhadap depresi antara lain penelitian yang telah dilakukan Lestari
(2012) bahwa Terapi Telaah Pengalaman Hidup berpengaruh terhadap
penurunan tingkat depresi pada lansia.

Panti werdha adalah suatu institusi hunian bersama untuk para lanjut usia yang
secara kesehatan fisik masih mandiri dan/atau di mana kebutuhan harian para
penghuninya biasanya disediakan atau dibantu oleh pengurus panti. Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3, merupakan salah satu panti werdha yang
dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang ditujukan untuk
menampung para lansia yang tidak terurus oleh keluarganya.

Berdasarkan hasil observasi dan penyebaran angket yang dilakukan pada


tanggal 23 Mei 2017 dari 28 WBS didapatkan 12 WBS yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi, dengan nilai KATZ indeks rata-rata A-B. Nilai
Barthel indeks dengan ketergantungan sebagian dan mandiri. Nilai SPMSQ
kerusakan intelektual ringan-sedang (4-8 salah). Nilai MMSE dengan
gangguan kognitif ringan-sedang (24-30, 18-23). Pada tanggal 24 Mei 2017
mahasiswa juga telah melakukan role model tentang TAK yangb akan
dilakukan pada hari Senin tanggal 29 Mei 2017 dan didapatkan hasil 7 WBS
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dengan lama waktu menjawab
pertanyaan sekitasr ± 5-10 menit/wbs. belum pernah ada Life Review Therapy
di PSTW Budi Mulia 3 untuk lansia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi aktifitas kelompok : Terapi Telaah
Pengalaman Hidup WBS mampu mengekspresikan pengalaman hidupnya.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi aktifitas kelompok :

4
a. Terapi Telaah Pengalaman Hidup selama 35 menit diharapkan WBS
dapat meningkatkan harga diri
b. Terapi Telaah Pengalaman Hidup selama 35 nenit diharapkan WBS
mampu mengekspresikan pengalaman yang telah dilalui.
c. Terapi Telaah Pengalaman Hidup selama 35 menit diharapkan WBS
dapat meningkatkan semangat hidup.
3. Tujuan hari ini
a. WBS dapat mengekpresikan perasaan atau pengalaman yang telah
dilalui.
b. WBS dapat mengingat memori masa lalunya.
c. WBS dapat membangkitkan semangat hidup dalam dirinya.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia

1. Definisi lansia

Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai
dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Lanjut usia (lansia)
apabila usianya > 65 tahun. Lansia dikatakan sebagai tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia (Dewi, 2014).

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk


mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatan kepekaan secara individual. Ketika kondisi hidup
berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki
selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati (Efendi, 2009). Menurut UU
No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi,
2014).

Lansia adalah individu yang mengalami proses menghilangnya secara


perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
atau mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Sunaryo et al,
2016).

Lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.


Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

6
kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara
biologis, maupun psikologis (Nasrullah, 2016).

2. Klasifikasi usia lanjut


Menurut pendapat beberapa ahli, batasan-batasan umur yang mencakup
batasan umur lansia (Sunaryo et al, 2016) sebagai berikut :
a. Menurut Depkes RI (2009), kelompok lansia dibagi dalam 3
kelompok yaitu kelompok usia presenelis (45-59 tahun), kelompok
usia lanjut (diatas 60 tahun), dan kelompok usia risiko tinggi (diatas
70 tahun atau usia diatas 60 tahun dengan masalah kesehatan).
b. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, ada empat tahap yaitu
usia pertengahan (middle age ) (45-59 tahun), lanjut usia (elderly)
(60-74 tahun), lanjut usia tua (old) (75-90), usia sangat tua (very old)
(di atas 90 tahun).
c. Menurut Prof DR.Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (alm), Guru
Besar Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodinasi
biologis perkembangan manusia dibagi sebagai yaitu usia 0-1 tahun
(masa bayi), usia 1-6 tahun (masa prasekolah), usia 6-10 tahun (masa
sekolah ), usia 10-20 tahun (masa pubertas), usia 45-65 tahun (masa
setengah umur, prasenium).
d. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikologi dari Universitas
Indonesia), lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu fase iuventus
antara usia 20-40 tahun, fase verilitas antara 40-50 tahun, fase
praesenium antara usia 55-65 tahun, fase senium antara usia 65 tahun
hingga tutup usia.
e. Menurut Setyonugroho lanjut usia dikelompokan sebagai berikut:
usia dewasa muda( elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun), usia
dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun),
lanjut usia (geriatric age) ( usia lebih dari 65/70 tahun) terbagi
sebagai berikut usia 70-75 tahun (young old), usia 75-80 tahun (old),
usia lebih dari 80 tahun (very old)

7
f. Menurut hurlock (1979), perbedaan lanjut usia dibagi 2 tahap 70
tahun keatas) dan menurut burnside (1979) ada empat tahap lanjut
usia yaitu young old (60-69 tahun), middle age old (usia 70-79
tahun) old-old (usia 80-89 tahun), very old-old (usia 90 tahun
keatas).

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur


kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU
No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,
2008 dalam Sunaryo, 2016).

3. Tugas perkembangan lansia

Menurut Erikson, kesepian lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan


diri terhadap perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh
kembang pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh
kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan
baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di
sekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang
biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga,
mengembangkan hobi bercocok tanaman, dan lain-lain. Ada tugas
perkembangan lansia adalah sebagai berikut menurut (Dewi, 2014) :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun
c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya
d. Mempersiapkan kondisi baru
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara
santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

8
4. Tipe lansia

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-


macam tipe lanjut usia menurut (Nugroho, 2015) yang menonjol antara
lain:
a. Tipe arif bijaksana
lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, demawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilangnya dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman
yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut,
sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep (“habis gelap datang terang”), mengikuti
kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe pasrah
Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan
diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

Lanjut usia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang


bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,
mental, sosial, dan ekonominya.Tipe antara lain menurut (Nugroho,
2015):

9
a. Tipe optimis
Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka
memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung
jawab dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya.
Tipe ini sering sekali di sebut lanjut usia tipe ini kursi goyang (the
rocking chairman).
b. Tipe konstruktif
Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmat hidup,
mempunyai toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu
diri. Biasanya, sifat ini terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang
menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.
c. Tipe ketergantungan
Lanjut usia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi
selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai
inisiatif dan bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang pensiun,
tidak suka bekerja, dan senang berlibur, banyak makan, dan banyak
minum.
d. Tipe defensif
Lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/
jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, emosi
sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat
komplusif aktif, anehnya mereka takut menghadapi “menjadi tua”
dan menyenangi masa pensiun.
e. Tipe militan dan serius
Lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang,
bisa menjadi panutan.
f. Tipe pemarah frustasi
Lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu
menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk.
Lanjut usia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya
g. Tipe bermusuhan

10
Lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan
kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga, biasanya,
pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu
bukan hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda,
senang mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang
buruk.
h. Tipe putus asa, membenci, dan menyalahkan diri senidri.
Lanjut usia ini bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak
mempunyai ambisi, mengalami penurunan sosial ekonomi, tidak
dapat menyesuaikan diri. Lanjut usia tidak hanya mengalami
kemarahan, tetapi juga depresi, memandang lanjut usia sebagai tidak
berguna karena masa yang tidak menarik. Biasanya, perkawinan
tidak bahagia, menjadi korban keadaan, membenci diri sendiri, dan
ingin cepat mati.

5. Proses menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
pemulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa,
dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran
fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan mulai memburuk,
gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional (Nugroho, 2015).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-


lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho. W,
2000 dalam Khalid Mujahidullah, 2012).

11
a. Perubahan fisik
Perubahan Fisik Dan Fungsi Akibat Proses Menua menurut
(Nasrullah, 2016)
1) Sel
a) Jumlah sel menurun
b) Ukuran sel lebih besar
c) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
d) Proporsi protein di otak, ginjal, darah dan hati menurun
e) Jumlah sel otak menurun
f) Mekanisme perbaikan otak terganggu
g) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
h) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar ginjal,
darah dan hati menurun
2) Sistem persyarafan
a) Menurun hubungan persyarafan
b) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
c) Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
stress.
d) Saraf panca indera mengecil
e) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dan rendahnya ketahanan terhadap
dingin
f) Kurang sensitif terhadap sentuhan
g) Defisit memori
3) Sistem pendengaran
a) Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia di atas 65 tahun
b) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otoskleorosis

12
c) Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkat kreatinin
d) Terjadi pengumpulan semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan atau stress
e) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi
atau rendah, bisa terus-menerus atau intermiten)
f) vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang
atau berputar)
4) Sistem penglihatan
a) Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar
menghilang
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak,
jelas menyebabkan gangguan penglihatan
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melibat dalam gelap
e) Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan menifestasi
presbiopia, seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi
berkurangnya elastisitas lensa
f) Lapan pandang menurun : luas pandangan berkurang
g) Daya membedakan warna menurun, terutama pada warna biru
dan hijau pada skala
5) Sistem kardiovaskuler
a) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
b) Elasitas dinding aorta menurun
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan
kontraksi dan volume menurun
d) Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun)
e) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, perifer untuk
oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk

13
(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak.
f) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan
g) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah
perifer meningkat. Sistole normal ± 170 mmHg, ± 95 mmHg
6) Sistem pengaturan suhu tubuh
a) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±
35°C ini akibat metabolisme yang menurun
b) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dapat
pula menggigil, pucat dan gelisah
c) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot
7) Sistem pernafasan
a) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi,
kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku
b) Aktivitas silia menurun
c) Paru kehilangan elasitas, kapasitas residu meningkat
d) Ukuran alveoli melebar (membesar secara progesif) dan
jumlah berkurang
e) Berkurangnya elastisitas bronkus
f) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmhg
g) Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas
terganggu
h) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang
i) Sensitivitas terjadi emfisima senilis
j) Sensitivitas terjadi hipoksia dan hiperkarbia menurun
k) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan
menurun seiring bertambahnya usia.

14
8) Sistem pencernaan
a) Kehilangan gigi, penyebab utama periodonatal disease yang
bisa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi
kesehatan gigi dan gizi yang buruk.
b) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang
kronis, atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya senstivitas
saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam dan
pahit.
c) Esophagus melebar.
d) Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam
lambung, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.
e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul kontipasi
f) Fungsi absorpsi melemah (daya absorbsi menurun, terutama
karbohidrat)
g) Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun,
aliran darah berkurang
9) Sistem reproduksi
a) Wanita
- Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
- Ovari menciut, uterus mengalami atrofi
- Atrofi payudara
- Atrofi vulva
- Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan warna.
b) Pria
- Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
ada penurunan secara berangsur-angsur
- Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun,
asal kondisi kesehatan baik, yaitu :
 Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa
lanjut usia.

15
 Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual.
 Sebanyak ±75 % pria usia di atas 65 tahun mengalami
pembesaran prostat.
10) Sistem genetalia
a) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
melalui urine darah yang masuk dalam ginjal, disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya
di glomerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus
berkurang. Akibatnya, kemampuan mengosentrasi urine
menurun, berat jenis urine menurun, protenuria (biasanya +1),
BUN (blood urea nitrogen) meningkatnya sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,
keseimbangan eletrolit dan asam lebih mudah terganggu bila
dibandingkan dengan usia muda. Renol Plasma Flow (RPF)
dan Glomerular Filtration Rate (GFR) atau klirens kreatinin
menurun secara linier sejak usia 30 tahun (Cox Jr. Dkk ,198).
Jumlah darah yang sudah diviltrasi diginjal berkurang.
b) Vesika uniaria
Otot menjadi lemah, kapasitas menurun, sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria
lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga
mengakibatkan retensi urine meningkat.
c) Pembesaran prostat
Kueang lebih 75% dialami oleh usia diatas 65 tahun.
d) Atrofi vulva
Vagina seseorang yang semakin menua, kebutuhan hubungan
seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan
fungsi seksualnya seseorang berhenti. Frekuensi hubungan
seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun,

16
tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmatinya berjalan
terus sampai tua.
11) sistem endokrin
Kelanjar endokrin adalah kelenjar bantu dalam tubuh manusia
yang sangat memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan
berperan sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan,
pemeliharaan dan metabolisme organ tubuh. Yang termasuk
hormon kelamin adalah:
a) Estrogen, progesteron, dan testosteron yang memelihara
reproduksi dan gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
b) Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat
penting dalam pengaturan gula darah).
c) Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin.
Kelenjar yang berkaitan dengan hormon pria/ wanita. Salah
satu kelenjar endokrin dalam tubuh yang mengatur agar arus
darah ke organ tertentu berjalan dengan baik, dengan jalan
mengatur vasokontriksi pembuluh darah. Kegiatan kelanjar
anak ginjal ini berkurang pada lanjut usia.
d) Produksi hampir semua hormon menurun
e) Fungsi paratiroid dan sekresi tidak berubah
f) Hipofisis : pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah
hanya di dalam pembuluh darah: berkurangnya produksi
ACTH, TSH, FSH, dan LH.
g) Aktivitas Tiroid, BMR (Basal Metabolic rate) dan daya
pertukaran zat menurun
h) Produksi aldoseteron menurun
i) Sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen, dan
testosteron menurun
12) Sistem integumen
a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak

17
b) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (Karena
Kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan
bentuk sel epidermis).
c) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang
tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-
bintik atau nada cokelat.
d) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-
kerut halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
e) Respon terhadap trauma menurun.
f) Mekanisme proteksi kulit menurun:
- produksi serum menurun
- produksi vitamin D menurun
- pigmentasi kulit terganggu.
g) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
h) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
i) Berkurangnya elasitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi.
j) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
k) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
l) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
m) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
13) Sistem muskuloskoletal
a) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
b) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami dermineralisasi
c) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur
meningkat pada area tulang tersebut
d) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga
rusak dan aus.
e) Kifosis
f) Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
g) Gangguan gaya berjalan

18
h) Kekakuan jaringan penghubung
i) Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang)
j) Persendian membesar dan menjadi kaku
k) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
l) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan
menjadi lamban, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan
pada otot cukup rumit dan sulit dipahami)
m) Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril di
gantikan oleh lemak, kolagen dan jaringan parut).
n) Aliran darah ke otak berkurang sejalan dengan proses menua
o) Otot polos tidak begitu berpengaruh.

b. Perubahan Mental dan Psikososial


1) Perubahan mental
Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat
sikap yang semakin egosentris, mudah curiga, bertambah pelit
atau tamak bila memiliki sesuatu. Yang perlu dimengerti adalah
sikap umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yakini
keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat.
Mengharapkan tetap diberi peran dalam masyarakat. Ingin
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa.
Jika meninggal pun mereka ingin meninggal secara terhormat dan
masuk surga (Nasrullah, 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan
e) Lingkungan

19
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi.
Lebih sering berupa ungkapan yang tulus dan perasaan seseorang,
kekakuan mungkin karena faktor lain, misalnya penyakit.
2) Perubahan psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitas dan
identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan, bila
mengalami pensiun (parnatugas), seseorang akan mengalami
kehilangan (Nasrullah, 2016), antara lain :
a) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
b) Kehilangan status ( dulu mempunyai jabatan / posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan semua fasilitas)
c) Kehilangan teman /kenalan atau relasi
d) Kehilangan pekerjaan/ kegiatan
e) Merasakan atau sadar terhadap kematian , perubahan cara
hidup (memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit)
f) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.
Biaya hidup meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya
pengobatan bertambah.
g) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan
h) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
i) Adanya gangguan saraf panca indra , timbul kebutaan dan
ketulian.
j) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
k) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman atau keluarga.
l) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri).

B. KONSEP TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


1. Definisi
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah

20
keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif
untuk memperbaiki perilaku lama yang maladatif.

2. Tujuan
a. Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe : Biblioterapy
Aktivitas
- Menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk
merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang
lain.
b. Mengembangkan stimulasi sensori
Tipe : musik, seni, manari
Aktifitas
- Menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.
Tipe : Relaksasi
Aktifitas
- Belajar teknik relaksasi dengan cara nafas dalam, relaksasi
otot, dan imajinasi.
c. Mengembangkan orientasi realitas
Tipe: Kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.
Aktivitas
- Fokus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah
bantu memenuhi kebutuhan.
d. Mengembangkan sosialisasi
Tipe : kelompok remitivasi
Aktifitas
- Mengorintasikan wbs yang menarik diri, regresi
Tipe: kelompok mengingatkan
Aktifitas

21
- Fokus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif
e. Secara umum tujuan kelompok adalah:
- Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman.
- Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota
lain.
- Merupakan proses menerima umpan balik.

3. Manfaat
a. Manfaat umum
- Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing)
melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari
orang lain.
- Melakukan sosialisasi.
- Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif
dan afektif.
b. Manfaat khusus
- Meningkatkan identitas diri
- Menyalurkan emosi secara konstruktif
- Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau
sossial.
c. Manfaat terapi
- Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
- Meningkatkan keterampilan sosial.
- Meningkatkan kemampuan empati.
- Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan
masalah.

4. Tahap-tahap
a. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang
menjadi leader, anggota, dimana, dimana, kapan kegiatan
kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota

22
dan kelompok, menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan
kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan
keuangan.
b. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan.
1) Orientasi
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-
masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan
mengambil kontrak dengan anggota.
2) Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,
bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling
ketergantungan yang akan terjadi.
3) Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah,
anggota mulai menemukan siapa dirinya.
c. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
nengatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah
dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati,
kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistik,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
d. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota
kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses
atau sukses.

23
5. Peran perawat
Peran perawat professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok adalah :
a. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus
terlebih dahulu, membuat proposal. Proposal tersebut akan
dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok,
komponen yang dapat disusun meliputi: deskripsi, karakteristik
klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan
alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta
uraian tugas terapis.
b. Tugas sebagai leader dan co-leader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola
komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota
kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi
motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat
peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi
aktivitas kelompok.
c. Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok
sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada
anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
d. Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi: mencatat serta mengamati
respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan
menangani peserta/anggota kelompok yang drop out.
e. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan
terapi Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan
timbulnya sub kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik
individu atau kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop
out. Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis

24
kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari
terapi aktivitas tersebut.
f. Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam
terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi
aktivitas kelompok.

6. Macam-macam TAK
a. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah
terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami
kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya
memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi
perilaku maladaptif.
Tujuan :
- Meningkatkan kemampuan orientasi realita
- Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
- Meningkatkan kemampuan intelektual
- Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang
lain
- Mengemukakan perasaanya
Karakteristik :
- Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan
dengan nilai-nilai
- Menarik diri dari realitas
- Inisiasi atau ide-ide negatif
- Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif
dan mau mengikuti kegiatan.
b. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada
penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris.

25
Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca
indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari
internal maupun eksternal.
Tujuan :
- Meningkatkan kemampuan wbs
- Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
- Meningkatkan kesegaran jasmani
- Mengekspresikan perasaan
c. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan
untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas).
Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang menghalami
gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik
yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas
maupun secara didaktik.
Tujuan :
- Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal
(fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal
(iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
- Penderita dapat membedakan antara lamunan dan
kenyataan
- Pembicaraan penderita sesuai realita
- Penderita mampu mengenali diri sendiri
- Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Karakteristik :
 Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR);
(halusinasi, ilusi, waham, dan depresonalisasi) yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
 Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan
tempat yang sudah dapat berinteraksi dengan orang
lain
 Penderita kooperatif

26
 Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
 Kondisi fisik dalam keadaan sehat
d. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan
kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun
berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan
memfasilitasi psikoterapis untuk :
- Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
- Memberi tanggapan terhadap orang lain
- Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
- Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
e. Penyaluran energi
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan
energi secara kontruktif dimana memungkinkan
penembanghan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis,
peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa
menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.
Tujuan :
- Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
- Mengekspresikan perasaan
- Meningkatkan hubungan interpersonal

7. Kerangka teoritis TAK


a. Model fokal konflik
- Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok
berfokus pada kelompok dari pada individu.
- Prinsipnya: terapi kelompok dikembangkan berdasarkan
konflik yang tidak disadari. Pengalaman kelompok secara
berkesinambungan muncul kemudian konfrontir konflik
untuk penyelesaian masalah, tugas terapi membantu
anggota kelompok memahami konflik dan mencapai
penyelesaian konflik

27
- Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus
memfasilitasii dan memberikan kesempatan kepada
anggota untuk mengekspresikan perasaan dan
mendiskusikannya untuk menyelesaiakan masalah.
b. Model komunikasi
- Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori
komunikasi dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan
bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam
kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota
kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau
keterpaduan kelompok menurun.
- Dengan menggunakan kelompok ini leader memfasilitasi
komunikasi efektif, masalah individu atau kelompok dapat
diidentifikasi dan diselesaikan.
- Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:
 Perlu berkomunikasi
 Anggota harus bertanggung jawab pada semua level,
misalnya komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan
tertutup.
 Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
 Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam
membantu satu dan yang lain untuk melakukan
komunikasi efektif
 Model ini bertujuan membantu meningkatkan
keterampilan interpersonal dan social anggota
kelompok.
 Selain itu teori komunikasi membantu anggota
merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih
efektif.
 Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara
singkat prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana

28
menggunakan didalam kelompok serta menganalisis
proses komunikasi tersebut.
c. Model interpersonal
- Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran,
perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan
interpersonal.
- Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai
proses sebab akibat dari tingkah laku anggota lain.
- Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan
kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari interaksi
antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi
dapat dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk
mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
- Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk
meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat konplik
interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut
untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan
mereka dan mempelajari konflik apa yang membuat
anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa
yangdigunakan untuk menghindari atau menurunkan
cemas pada saat terjadi konflik.
d. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu.
Anggota memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami.
Contoh: klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras.

C. Life Review Therapy/Terapi Telaan Pengalaman Hidup


Wheeler (2008) menjelaskan bahwa telaah pengalaman hidup merupakan
peninjauan retrospectif atau eksistensi, pembelajaran kritis dan sebuah
kehidupan atau melihat sejenak kehidupan lampau seseorang. Molinari

29
(1999) menyebutkan bahwa telaah pengalaman hidup adalah
membangunkan kembali peristiwa hidup kedalam cerita hidup yang lebih
positif (Wheeler, 2008). Telaah pengalaman hidup lebih memberi
kesempatan pada lansia untuk melakukan evaluasi dan analisis peristiwa
hidup dimasa lampau ataupun ini yang berkesanbagi lansia sehingga
penerimaan diri dan rasa damai dapat dipenuhi.
“Bohmejer dkk, 2007” melakukan penelitian yang membandingkan
efektifitas terapi reminissance dan telaah pengalaman hidup disebutkan
lebih signifikan untuk menurunkan depresi pada lansia (Lehman, Capezuti,
Gilliespie).

1. Terapi Telaan Pengalaman Hidup


a. Konsep telaah pengalaman hidup
Terapi telaah pengalaman hidup dikemukakan pertama kali oleh
Butler (1963) dengan konsepnya yang menyatakan bahwa: “Terapi
telaah pengalaman hidup merupakan suatu proses psikologis
mental umum yang terjadi secara alami dan ditandai dengan
kembalinya kesadaran progresif untuk pengalaman masa lalu dan
kebangkitan kembali konflik yang belum diselesaikan secara
bersamaan dan biasanya pengalaman ini dihidupkan kembali dan
konflik dapat dilihat kembali dan penerimaan diri atas kondisi
mendekati kematian dan ketidakmampuan untuk mempertahankan
integritas pribadi.
Telaah pengalaman hidup seperti didalilkan oleh Butler (1963)
memiliki beberapa karakteristik yang harus disorot. Pertama,
proses ini digambarkan sebagai “proses yang terjadi secara alami,
mental dan universal”. Dengan kata lain telaah pengalaman hidup
adalah tugas perkembangan yang normal pada usia tua. Dengan
demikian, proses telaah pengalaman hidup dapat dialami oleh
semua orang dewasa yang lebih tua baik secara sadar atau tidak
sadar. Proses telaah pengalaman hidup ini juga diduga terjadi
sebagai respon terhadap realisasi mendekati kematian. Sebagai

30
individu yang berkembang akan perasaan kematian mereka sendiri,
mereka melihat kembali kehidupan mereka.

Rasa kematian dan kerentanan yang bersamaan ini menghasilkan


motivasi pada individu untuk melihat kembali dan menilai kembali
kehidupan mereka mengingat kematian. Fitur menonjol terakhir
dari definisi Butler adalah proses pemeriksaan itu sendiri, Proses
kajian kehidupan telah sering digambarkan sebagai bentuk kenag-
kenangan/ reminissance tidak sama. Dimana telaah pengalaman
hidup lebih dapat menjelaskan kenangan yang lebih besar dalam
usia tua, lebih dari sekedar melihat kebelakang. Proses kajian
kehidupan dilihat sebagai bagian yang penting untuk reorganisasi
final danintegrasi kepribadian. Yang paling penting pada terapi
telaah pengalaman hidup adalah konflik yang belum diselesaikan.
Telaah pengalaman hidup merupakan kesempatan terakhir bagi
individu untuk menyelesaikan konflik dan untuk memahami
konflik-konflik kehidupan sebelumnya. Butler mengusulkan
kematian yang dapat diterima hanya melalui penyelesaian konflik
dan integrasi kepribadian yang dihasilkan.

Selain meninjau kehidupan sebagai tugas perkembangan yang


normal. Butler (1980) berpendapat untuk digunakan sebagai alat
terapi. Butler mengajukan tiga alasan mengapa telaah pengalaman
hidup dimasukkan dalam “sebuah tambang emas tidak dikenal”.
Butler berpendapat proses kenangan sering memiliki manfaat
terapeutik. Hal ini berarti individu berkesempatan untuk berbicara
tentang masa lalu mereka dan konflik masa lalu mereka. Ini
memberikan individu lingkungan yang kondusif, reorganisasi
resolusi yang terintegrasi dari pengalaman masa lalu.

Butler berpendapat bahwa penggunaan telaah pengalaman hidup


yang kondusig tidak hanya untuk terapi individu, tetapi juga

31
kelompok dan terapi keluarga. Kedua, Butler menyatakan bahwa
slip lidah sering terjadi selama proses sejaan lisan atau kenangan
pada telaah pengalaman hidup. Slip lidah memberikan informasi
berharga untuk digunakan dalam pengaturan terapeutik. Alasan
ketiga Butler mengusulkan bahwa telaah pengalaman hidup adalah
berharga sebagai alat dimana orang dewasa yang lebih tua dapat
meninggalkan warisan.

Butler menyatakan “mungkin tidak ada kelompok lain yang dapat


meberitahu kita tentang hakikat kehidupan manusia dengan segala
keberhasilan dan masalah secara lebih baik selai dari orang tua”.
Dengan demikian, sejarah lisan dapat menyediakan sarana bagi
yang lebih tua untuk membuat jejak mereka pada generasi
berikutnya.

Wheeler (2008) menjelaskan bahwa telaah pengalaman hidup


merupakan peninjauan retrospectif atau eksistensi, pembelajaran
kritis dari sebuah kehidupan atau melihat sejenak kehidupan
lampau seseorang. Telaah pengalaman hidup adalah
membangunkan kembali peristiwa hidup kedalam cerita hidup yang
lebih positif.

Terapi telaah pengalaman hidup menjelaskan bahwa terapi telaah


pengalaman hidup mempunyai fungsi positif psikoterapeutik
dengan memberikan kesempatan kepada lansia untuk
menyelesaikan masalah, mengorganisasi dengan tahapan ventilasi
(mengekspresikan) atau usaha awal untuk penyelesaian masalah,
eksplorasi dengan lebih menjelaskan kejadian-kejadian yang
lampau (menggali lebih dalam masalahnya), elaborasi atau
meluaskan dengan difokuskan pada gambaran yang lebih rinci dari
masalah, ekspresi perasaan yang disupresikan sehingga energi
psikis tersebut dilepaskan, menerima masalahnya bila ekspresi

32
perasaan tersebut sempurna dan memadai, mengintegrasikan
kejadian yang dikenang dalam salah satu nilai sistim, kepercayaan
dan fantasi. Hasil akhir dari mengenang kehidupan yang lalu adalah
untuk melepaskan energi (emosi dan intelektual sehingga dapat
digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada saat ini)
(Keliat dkk, 1995).

Terapi telaah pengalam hidup menurut Stuart (2009) merupakan


pedoman secara progresif kembali pada kesadara di masa lalu.
Telaah pengalaman hidup dapat dilakukan dalam bentuk kelompok
ataupun individual. Dalam terapi secara kelompok untuk secara
positif saling mendukung dan saling belajar yang menguntungkan
dari anggota kelompok yang lain. Kekohesifan dalam kelompok
dan adanya saling berbagi dalam kelompok dapat meningkatkan
rasa harga diri dan perasaan saling memiliki (Stuart, 2009).Telaah
pengalaman hidup merupakan terapi yang terstruktur dengan
menekankan dan memperhatikan analisa [eristiwa hidup, dimana
perawat membantu pasien untuk melihat arti dari pengalam hidup
dan memecahkan konflik dan perasaan tentang kehidupan.

Telaah pengalaman hidup membantu lansia untuk mencapai


integritas ego dan identitas kebijaksanaan dari sebagai tujuan dari
tahap akhir kehidupan (Stuart 2009). Sirey dan Kenzie (2007)
menjelaskan bahwa terapi telaah pengalaman hidup merupakan
intervensi yang berkaitan dengan pencapaian tahap kehidupan
psikososial Erickson, dimana individu berjuang untuk
menyeimbangkan konflkik kehidupan pada tahapan hidup untuk
mencapai keberhasilan tahap kehidupan sehingga mampu mencapai
tahap kehidupan berikutnya dengan menyelesaikan konflik. Pada
tahap akhir kehidupan dewasa. Individu berusaha mencapai
integritas diri. Terapi telaah pengalaman hidup membuat individu

33
mengenal seberapa baik mereka mengatur konflik pada tiap tahap
kehidupan dan memberi arti pada tiap tahap kehidupan.

Penelitian Gudorf (1991) tentang pengaruh terapi telaah


pengalaman hidup terhadap lansia di rumah perawatan. Gudorf
(1991) beramsusi bahwa trauma pada diri sendiri diekspresikan
secara afektif dengan perubahan kognitif sehingga tercapai
kepuasan hidup. Fungsi dari terapi telaah pengalaman hidup
sehingga dapat merubah suasana perasaan dan menurunkan depresi
menurut Gudorf (1991) yaitu adanya penerimaan diri (acceptance),
pemulihan diri (restoration) of self), dan pemulihan diri dari
kesedihan (resolution of grief).

Terapi telaah pegalamn hidup mengintegrasikan pengalaman –


pengalaman pada masa kini dan masa yang akan datang. Hasil dari
integrasi ini adalah penerimaan diri, identitas diri yang kuat dan
memberi arti dan makna hidup. Terapi telaah pengalaman hidup
sangat efektif diberikan pada masalah-masalah perilaku, depresi
dan penurunan perhatian pada populasi lanjut usia.

2. Tujuan terapi telaah pengalaman hidup


Tujuan telaah pengalaman hidup menurut Wheeler (2008) yaitu untuk
pencapaian integritas pada lansia, mengingatkan harga diri,
menurunkan depresi, meningkatkan kepuasaan hidup dan perasaan
damai. Sedangkan menurut Keliat, dkk (1995) tujuan terapi telaah
pengalaman hidup adalah untuk melepaskan energi (emosi dan
intelektual sehingga dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi pada saat ini) dan menurut Sirey dan Kenjie (2007) tujuan
akhir dari terapi telaah pengalaman hidup adalah penerimaan diri,
identitas diri yang kuat dan memberi arti dan makna hidup.

34
3. Terapis
Terapi telaah pengalaman hidup merupakan terapi yang memerlukan
kemampuan khusus pada terapis untuk mengetahui cara mengatasi dan
membina hubungan terapeutik terhadap penyelesaian setiap sesi dalam
terapi telaah pengalaman hidup, karena diperlukan keahian memahami
stressor dan penyelesaian stres saat berada dalam sesi terapi. Menurut
Stuart (2009) terapi telaah pengalaman hidup merupakan terapi yang
terstruktur dengan menekankan dan memperhatikan analisa peristiwa
hidup, dimana perawat membantu pasien untuk melihat arti dari
pengalaman hidup dan memecahkan konflik dan perasaan tentang
kehidupan untuk integritas ego dan identitas kebijaksanaan diri
sebagai tujuan dari tahap akhir kehidupan.

4. Sesi-sesi dalam terapi telaah pengalaman hidup


Pelaksanaan terapi telaah pengalaman hidup tidak ada yang sama dan
bervariasi dalam pelaksanaannya. Kesamaan adalah pada pelaksanaan
terapi telaah pengalaman hidup meliputi tahapan kehidupan suai
tahapan kehidupan dari Ericson. Menurut Wheeler (2008) pelaksanaan
terapi telaah pengalaman hidup mengacu pada Haight dan Olson
(1989) yang dikenal dengan Haight’s Life Review and Experiencing
Form dan disarankan untuk struktur berdasarkan tahap perkembangan
kehidupan yaitu tahap anak-anak, remaja, dewasa, dewasa, dan lanjut
usia. Burnside dan Haight (1992) dalam Wheeler (2008) menyarankan
untuk menggunakan foto, buku, autobiografi yang ditulis sendiri
ataupun jurnal, kaset atau video dan surat untuk mendatangkan
kembali ingatan.

Berdasarkan Haight dan olson (1989) dalam Wheeler (2008)


pertanyaan yang dapat diajukan pada terapi telaah pengalaman hidup
sesuai tahap perkembangan hidup yaitu:
Sesi 1: Menceritakan kembali masa anak-anak dan orangtua dimasa
nak-anak

35
Sesi 2 : menceritakan masa remaja : siap orang yang paling penting
dalam hidup dimasa remaja dan mengingat kembali apakah
pernah merasa sendiri.
Sesi 3 : menceritakan masa dewasa : pekerjaan yang pernah dijalani
dan menilai pekerjaan yang pernah dijalani.
Sesi 4: menceritakan masa lansia : menceritakan kejadian yang
meneyenangkan dan menyedihkan yang pernah dijalani.
The Hospice dari Suncoat Florida (2000) yang mengadaptasi Form
Barbara Heignt Life Review membagi menjadi 4 tahapan yaitu :

Masa Kecil :
1. Apa yang anda ingat ketika anda masih kecil?
2. Seperti apakah kehidupan anda saat itu?
3. Siapakah yang merawat anda saat masih kecil?
4. Apa yang mereka sukai?
5. Apakah anda memiliki saudara atau saudari?
6. Jika ya, seperti apakah masing-masing dari mereka menurut anda?
7. Dimana anda tinggal saat masih kecil?

Masa Remaja :
1. Apa yang anda ingat tetang menjadi seorang remaja?
2. Dimana anda pergi ke sekolah?
3. Apa yang anda sukai disekolah?
4. Siapkah teman-teman terdekat anda?
5. Apakah ada seseorang yang anda kagumi?
6. bagaimana hubungan anda dengan orangtua anda?
7. Apakah ada kakek-nenek, bibi-paman, sepupu yang dekat dengan
anda ?
8. Siapakah “cinta Pertama “ Anda?
9. Apa hal yang paling tidak menyenangkan tentang menjadi seorang
remaja?
Apa hal terbaik tentang menjadi seorang remaja?

36
Masa Dewasa :
1. Seperti apakah kohidupan di usia puluhan dan tiga puluhan?
2. Seperti apakah anda saat itu?
3. Apa yang anda gemari?
4. Pakah anda pergi ke kuliah?
5. Apakah ada seseorang yang berbagi hidup dengan
anda? Bagaimana anda bertemu?
6. Apakah jenis pekerjaan yang anda lakukan?
7. Apakah tantangan yang dihadapi dalam tahun dewasa anda?
8. Siapakah teman-teman terdekat Anda?
9. Dimana anda tinggal dimasa dewasa anda?
10. Apakah anda memiliki anak?
11. Apa yang dapt anda ingat tentang masing masing anak anda?
12. Apakah ada kegiatan agama yang pernah anda ikuti?
13. Jika ya, apakah ini merupakan bagian penting dari hidup anda?
14. Apakah ada beberapa peristiwa penting yang anda ingat?

Masa Lansia :
1. Apa prestasi terbesar anda?
2. Jika anda akan menjalani hidup lagi, apa yang akan anda lakukan
secara berbeda? Apakah sama?
3. Apakah masa yang tidak menyenangkan atau menyedihkan dalam
hidup Anda?
4. Apa yang anda pelajari darinya?
5. Apa masa terindah dalam hidup anda?
6. Apakah hal yang paling sulit yang ada dalam hidup anda dimasa
lansia?
7. Ceritakan tentang pengalaman anda hidup dengan penyakit
terminal dan berdamai atas menerima dengan kematian anda
sendiri. Apakah anda memiliki kata kebijaksanaan yang ganda
ingin sampaikan?
(The Hospice Suncoat Florida, 2000)

37
Berdasarkan penjelasan diatas pada dasarnya menunjukkan kesamaan
tentang tahapan kehidupan yang harus ada pada terapi telaah
pengalamaan hidup yaitu masa anak-anak, masa remaja, masa dewasa,
dan masa lansia.

5. Pelaksanaan terapi telaah pengalaman hidup


Pelaksanaan terapi telaah pengalaman hidup dalam penelitian ini
menggunakan 4 sesi yaitu penggabungan dari Hight dan Olson (1989)
dalam Wheeler (2008) dan adaptasi Form Barbara Life Review yang
digunakan oleh organisasi The Hospice Suncoat Florida (2000) :
Sesi 1 : Menceritakan masa anak-anak dan apa yang diingat dan
paling berkesan dari orang tanya dan saudara-saudaranya saat masih
anak-anak. Tujuan dari sesi satu ini adalah agar lansi mampu
mengidentifikasi dan mengevaluasi arti peristiwa
keberhasilan/peristiwa yang menyenangkan dan peristiwa yang tidak
menyenangkan dimasa anak-anak yang paling berkesan dan
bagaimana orang tua mereka mengasuh mereka saat masih anak-anak.
Metode yang digunakan dalam sesi satu ini yaitu diskusi, tanya jawab,
dan instruction.

Sesi 2 : Masa remaja : orang yang paling penting dalam hidup


dimasa remaja. Menceritakan kembali orang yang paling penting
dalam hidupnya dimasa masih remaja dan menceritakan perasaan diri
saat menjadi seorang remaja dan menceritakan hal yang paling tidak
menyenangkan tentang menjadi seorang remaja dan hal terbaik
tentang menjadi seorang remaja. Tujuan dari sesi ini adalah lansia
mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi arti peristiwa keberhasilan
/peristiwa yang menyenangkan dan peristiwa yang tidak
menyenangkan dimasa remaja. Metode yang digunakan dalam sesi ini
yaitu dengan diskusi, tanya jawab dan instruction.

38
Sesi 3 : menceritakan masa dewasa : pengalaman pekerjaan yang
pernah dijalani dan masa memulai kehidupan baru dengan pasangan.
Tujuan dari sesi tiga ini yaitu lansia mampu mengidentifikasi dan
mengevaluasi arti keberhasilan/ peristiwa yang menyenangkan dan
peristiwa yang tidak menyenangkan dimasa dewasa. Metode yang
digunakan dalam sesi tiga ini yaitu dengan diskusi, tanya jawab dan
instruction

Sesi 4 : Menceritakan masa lansia : menceritakan kejadian yang


menyenangkan dan tidak menyenangkan yang pernah dijalani
Menunggkapkan kejadian yang menyenangkan atau keberhasilan dan
peristiwa yang tidak menyenangkan atau kesedihan dimasa lansia dan
apa yang dapat dipelajari dari kejadian tersebut. Tujuan dari sesi
empat ini yaitu lansia mampu mengevaluasi dan mengidentifikasi arti
peristiwa yang menyenangkan dan peristiwa yang tidak
menyenangkan untuk mencapai integritas sebagai seorang lansia
sehingga merasa puas dengan kehidupan yang telah dijalani. Metode
yang digunakan dalam sesi tiga ini yaitu dengan diskusi, tanya jawab
dan instruction

39
BAB III

RENCANA KEGIATAN

A. Tujuan
1. Tujuan umum
WBS mampu menjadi pribadi yang dapat menerima kondisi saat ini
memlalui keberanian interaksi yang dilakukan
2. Tujuan khusus
a. WBS msmpu memulai berinterkasi
b. WBS mampu meningkatkan harga diri
c. Menurunkan depresi
d. Meningkatkan kepuasan hidup
e. Meningkatkan perasaan damai
f. Mengatasi masalah yang dihadapi
g. Memperkuat makna kehidupan
h. Mengungkapkan keinginan yang dapat dicapai

B. Rencana kegiatan
1. Tempat Kegiatan
Panti Sosial Tresna Werdha budi mulia 01 dengan setting tempat: WBS
dikelompokan dengan kelompoknya yang berisi 8 orang dalam 1
kelompok. Masing-masing kelompok diberikan kartu nama (nametag).
Selama kegiatan, para kelompok didampingi oleh fasilitator yang berada
di samping barisan WBS dan observer yang berada di samping atau pun
di belakang masing-masing kelompok untuk mengamati jalannya
kegiatan.

2. Waktu Pelaksana
Hari : Jumat
Tanggal : 1 November 2019
Waktu : 10.00 WIB

40
Lamanya : 45 menit
Alokasi waktu : Pembukaan : 10 Menit
Kegiatan inti 30
Menit Penutup 5
Menit
Jumlah anggota : 10 Orang

C. Pengorganisasian
1. Leader : Maryati

Tugas :
a. Menyiapkan proposal kegiatan TAK
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
c. Memimpin kegiatan terapi aktivitas kelompok sesuai dengan rencana.
d. Memotivasi WBS untuk aktif dalam kegiatan terapi aktivitas
kelompok.
e. Memberikan reinforcement positif terhadap peserta.
f. Menetralisir bila masalah timbul dalam kegiatan terapi aktivitas
kelompok.

2. Co Leader : Atika DhianLestanti


Tugas :
a. Membantu leader selama jalannya kegiatan
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
c. Mengingatkan leader tentang waktu dan apabila terjadi penyimpangan
rencana kegiatan.

Fasilitator : 1. Milad Raushan Fikri


2 Klara Corneli Sumanik
3. Stefanie Laamena
4. Yuyun Kaimuddin

Tugas :
a. Menyediakan selama kegiatan berlangsung
b. Memotivasi peserta yang tidak aktif selama TAK berlangsung
c. Membantu leader memfasilitasi peserta untuk berperan aktif dalam
kegiatan
3. Observer : Helmiyati Riaproza
Tugas :
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan
berlangsung.

4. Dokumentasi : Sovia Lumba


Tugas : Mendokumentasikan selama acara berlangsung

D. Denah tempat

LEADER CO- LEADER

Keterangan :

: Observer

: Fasilitator

: Lansia

: Lembar Permainan 42
E. Proses pelaksanaan
1. Perkenalan dan pengarahan
a. Mempersiapakna lingkungan suasana tenang dan nyaman.
b. Mempersiapkan tempat : pengaturan WBS sesuai dengan denah
layout, menempatkan WBS sesuai dengan tempatnya masing-masing.
c. Mempersiapkan peralatan : daftar nama WBS, name tag, banner,
sound system, dan laptop.
d. Kegiatan inti.

2. Persiapan
a. Mempersiapkan alat dan bahan
b. Menanyakan perasaan WBS hari ini
c. Menanyakan kesediaan WBS untuk mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir

3. Orientasi (5 menit)
a. Terapi mengucapkan salam terapeutik
b. Menanyakan perasaan para WBS hari ini
c. Terapi memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dilakukannya
TAK
d. Terapi membuat kontrak waktu lama bermain
e. Terapi menjelaskan peraturan permainan

4. Tahap Kerja (30 menit)


a. Setelah Mp3 dinyalakan wbs diatur sesuai tempat duduk yang sudah
disediakan oleh panitia.
b. Wbs diberikan penjelasan peraturan permainan. Didalam papan
permainan terdapat kartu kesempatan dan dana umum, untuk kartu
kesempatan dapat dimanfaatkan wbs hanya satu kali bercerita dan Jika
Wbs mendapatkan lebih dari satu kali kartu kesempatan, maka wbs
wajib memberikan kartu kesempatan itu kepada wbs yang belum
mendapatkan kartu itu. Sedangkan untuk kartu dana umum terdapat

43
tantangan yang harus dilakukan oleh wbs bisa berulang kali. Wbs
diarahkan untuk memulai permainan dengan menaruh miniatur oppa
digaris star.
c. Wbs yang mendapatkan giliran pertama diperbolehkan mengocok
dadu dan menjalankan miniatur sesuai angka yang keluar dari dadu
tersebut.
d. apabila selama permainan wbs tidak mendapatkan kartu kesempatan
maka digaris finish wbs harus menceritakan pengalaman hidupnya.

5. Tahap Hasil (15 menit)


a. Terapis menanyakan perasaan para WBS setelah mengikuti TAK ini.
b. Observer membuat kesimpulan mengenai TAK yang sudah dilakukan.
c. Observer mendiskusikan rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan
oleh WBS, seperti menganjurka WBS untuk meningkatkan
komunikasi ke WBS lainnya.
d. Observer memberi salam penutup.

6. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan WBS setelah melakukan Terapi Telaah
Pengalaman Hidup dan memberikan pujian atas keberhasilan individu
dalam berbicara dan bercerita.
2) Tindak Lanjut
Menganjurkan WBS untuk meningkatkan komunikasi kepada WBS
lainnya, menganjurkan WBS untuk berani memulai berinteraksi dan
berani untuk memulai berbagi pengalaman hidup pada WBS lainnya.
3) Penutup
a. Leader menanyakan perasaan para WBS
b. Memberikan pujian atas kerjasama selama kegiatan
Sarankan agar WBS tetap berkomunikasi dengan WBS lain.

44
F. Skenario Kegiatan

NO Tahapan Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta


dan Waktu
Pre TAK Joget balon dilakukan untuk menunggu para WBS hadir ditempat,
sebelum kegiatan berlangsung
1 Pembuakaan 1) Memberi salam 1) Menjawab salam
(10 menit) “Selamat pagi kakek-kakek semua, bagaimana perasaan kakek pagi ”Selamat pagi dan kabar
ini?” baik”
2) Menyimak dan
2) Memperkenalkan diri dan tim memperkenalkan diri
“Perkenalkan saya Rizal Ade Syahputra sebagai Leader TAK ini dan 3) Menyimak dan mendengarkan
saya dibantu oleh Rayhana Armanda sebagai co leader, serta teman
teman saya yang lain, ada intan, ima, hanisa, helmi, risda, putri, retno
sebagai fasilitator, dan teman-teman yang lain sebagai observer yaitu
gunawan, rafidah, inten, rina, iqrima, untung yuni, niar, gita dan risma
sebagai pendokumentasian acara TAK.

3) Menjelaskan tujuan dan materi yang akan diberikan

45
“Pada pagi ini kita akan melakukan terapi aktivitas kelompok yang
bertujuan agar kakek-kakek yang ada di ruangan ini dapat bercerita
tentang masa lalunya, bercerita tentang kehidupan kakek dimasa lalu
dan memulai untuk menjalani hidup saat ini. Hal ini membantu kakek -
kakek dalam hal mengingat masa lalu sehingga dengan bercerita
seperti ini kakek dan nenek merasa nyaman dan tenang”

“Kegiatan kita akan berlangsung selama kurang lebih 30 menit dan


selama kegiatan diharapkan nenek dapat mengikuti sampai selesai
Bila ingin keluar atau ke toilet, agar minta ijin terlebih dahulu ya Apa
nenek dan kakek bersedia?”

2 Kegiatan 1)Leader meminta setiap WBS untuk menyimak penjelasan tentang Life Peserta menyimak dan dapat
Inti Review. berinteraksi dengan WBS lainnya
“ Baik, kakek semua disini sudah duduk secara kelompok ya. Nah,
untuk tiap-tiap kelompok harus saling mengenal satu sama lain ya.
Agar pada saat bercerita kakek-kakek dapat menginat nya.”

“Tujuan kakek disini bercerita masa lalu adalah untuk dapat

46
membagi cerita dan pengalaman masa muda, melatih kembali
ingatan, dan agar teman teman yang lain tau kalau kakek memiliki
pengalaman berharga di hidup kakek, nanti kita akan membagi
menjadi 2 kelompok, setiap kelompok dari kakek akan ada beberapa
teman saya yang akan mendampingi kakek”.

“Sekarang saya akan menjelaskan cara permainannya yaitu


permainan monopoli yang akan kita lakukan, pertama kita akan lihat
dari tempat duduk kakek, pengocokan dadu setelah itu mulai jalan,
bila mendapat kartu kesempatan kakek akan bercerita, bila dapat 2
kali kartu kesempatan kakek melempar cerita ke kakek lain, bila
dapat dana umum kakek akan mendapat tantangan, bila pada saat
jalannya dadu tidak mendapat kesempatan, kakek akan bercerita
masa lalunya setelah mencapai finish”.Apakah kakek semua sudah
mengerti?”

2)Tim panitia TAK memperagakan Terapi


“Sebelum kita memulainya,teman teman disini akan memperagakan
sekaligus menjelaskan bagaimana cara kegiatan ini berlangsung.

47
Mohon diperhatikan ya.”

3) Acara terapi life review dimulai


“Baik, nek kek. Tadi sudah lihat ya yang diperagakan? Sudah lebih
mengerti sekarang? Baik, langsung saja yah, kita mulai. Musik akan
saya mulai dari sekarang”

4) Leader memberikan reinforcement positif bila kelompok mampu


menyelesaikan cerita masa lalunya dan dapat berinteraksi
“Wah kelompok kakek ini sangat hebat dapat bercerita dengan
baik dan banyak obrolan yang di lakukan oleh kelompok kakek-kakek.”

3 Penutup 1)Tim penyelenggara TAK memberikan reward bagi para pemenang yang 1) Peserta menjawab
(5 menit) telah banyak berinteraksi dengan WBS lainnya dan telah bercerita ““Alhamdulillah saya merasa
dengan bagus lebih tenang dan nyaman
“Selamat ya, kakek telah menjadi peserta yang aktif dan banyak sekarang”
bertanya.”
2) Menjawab salam “Selamat
2)Leader menanyakan perasaan para WBS siang juga, nak”

48
“Bagaimana perasaan kakek setelah mengikuti TAK ini? Semoga
menyenangkan ya dan bermanfaat”

3) Memberikan pujian atas kerjasama selama kegiatan


“Saya dan tim mengucapkan banyak terima kasih atas kerjasama aktif
kakek dalam kegiatan ini”

4) Sarankan agar WBS tetap berkomunikasi dengan WBS lainnya


“Saya dan teman-teman berharap agar kakek dapat semakin
bersemangat dalam menjalani hidup, dan tetap jaga kesehatan ya”.

5) Mengucapkan salam
“Kakek, terimakasih untuk partisipasinya hari ini. Setelah acara ini
saya tutup” “Baik, kakek, saya akhiri kegiatan TAK hari ini dan saya
ucapkan selamat siang.”

49
G. Antisipasi Masalah `
1. Penanganan WBS Yang tidak aktif selama TAK :
a. Memanggil nama WBS.
b. Memberi kesempatan kepada WBS untuk berani mengucapkan nama.

2. WBS yang meninggalkan acara kegiatan TAK


a. Memanggil nama WBS.
b. Menanyakan alasan meninggalkan kegiatan.
c. Memberikan penjelasan tujuan kegiatan dan anjurkan WBS untuk
melaksanakan keperluannya setelah acara berakhir.

3. Bila WBS di luar kelompok ingin ikut kegiatan


a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini dilakukan untuk WBS di
PSTW Budi Mulia 3 dengan KATZ indeks B (Mandiri sebagian).
b. Katakan pada WBS bahwa kegiatan lain yang mungkin dapat diikuti
oleh WBS tersebut.
c. Jika WBS memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada kegiatan tersebut.

H. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi Input
a. Tim berjumlah 8 orang yang terdiri dari seorang leader, seorang co
leader 1 orang fasilitator 4 orang 1observer dan 1 dokumentasi.
b. Lingkungan tenang dan tepat waktu.
c. Peralatan : daftar nama peserta, papan nama peserta, sound system,
bola, laptop, pengeras suara dan hasil.

2. Evaluasi Proses
a. Minimal 75% peserta dapat mengikuti dari awal sampai berakhirnya
kegiatan.
b. Minimal 75% peserta aktif mengikuti kegiatan.
c. Maksimal 25% peserta yang keluar dari kegiatan.

50
3. Evaluasi Output
a. Minimal 30% peserta dapat mengekspresikan kisah masa lalunya
b. Pelaksanaan kegiatan tepat waktu.

4. Evaluasi dan Dokumentasi


Hal-hal yang perlu di evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Kemampuan memberanikan diri untuk berbicara
b. Kemampuan untuk menanggapi atau merespon WBS yang sedang
bercerita
c. Tingkah laku selama kegiatan
d. Kemampuan berkomunikasi dengan WBS lainnya
e. Wajar dalam penampilan
f. Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain
g. Kemampuan menerima intruksi dan mengingatnya
h. Kerapihan bekerja, cepat atau lambat

51
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S.R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Yogyakarta: Budi
Hutama.

Ferry Efendi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktek


Dalam Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.

Lestari, Dhian Ririn. (2012). Pengaruh Terapi Telaah Pengalaman Hidup


Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Martapura Dan Banjarbaru Kalimantan Selatan. Fakultas Ilmu
Keperawatan. Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. TESIS

Mujahidullah, Khalid. (2012). Keperawatan Gerontik. Jogjakarta : Pustaka


Pelajar.

Nasrullah, D. (2016). Buku Ajar Keperawanan Gerontik Jilid 1. Jakarta: Trans


Info.

Nugroho, W. (2015). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Ridha N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M.M., Sumedi, T., Widayanti, E.D., Sukrillah,
U.A., Riyadi, S., Kuswati, A. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik.
Yogyakarta: ANDI.
th
Stuart,G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 9
ed.Missouri: Mosby, inc.

52

Anda mungkin juga menyukai