Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DEVISIT PERAWATAN


DIRI
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik
Dosen Pengampu : Rika Maya Sari, S.Kep., Ns., M. Kes

Disusun Oleh : Kelompok 1

No Nama NIM

1 Yunita Dwi Krismuna 17613116

2 Nurul Kurniawati 17613110

3 Sinta Ratnasari 17613106

4 Adelia Putri Yuniardi 17613098

5 Magfiroh 17613094

6 Anggraeta Dheka V 17613090

7 Anisa Ayu Anggraini 17613057

8 Devi Aprelia Ningtyas 17613019

9 Kevin Setiawan 17613012

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis memanjatkan atas segala rahmat
dan anugrahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Devisit Perawatan Diri” untuk
memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Gerontik Program Studi D-III
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penyusunan Makalah ini


tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, dan motivasi
kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada Ibu Rika Maya Sari, S. Kep., Ns.,
M. Kes. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Gerontik.

Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi bidang Keperawatan.

Ponorogo, 30 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER DEPAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

1.4.2 Manfaat Teoritis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri

2.1.1 Definisi

2.1.2 Etiologi

2.1.3 Jenis-Jenis Perawatan Diri

2.1.4 Manifestasi Klinis

2.1.5 Dampak Defisit Perawatan Diri


2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

2.2.2 Pemeriksaan Fisik

2.2.3 Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul

2.3.4 Rencana Keperawatan

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menyatakan di hampir setiap

negara, proporsi orang yang berusia di atas 60 tahun tumbuh lebih cepat dari

kelompok usia lainnya. Pada tahun 2005-2010, jumlah lanjut usia akan sama

dengan jumlah balita, yaitu sekitar 19,3 juta jiwa atau 9% dari jumlah

penduduk. Pada tahun 2020-2025, Indonesia termasuk dalam negara

berstruktur tua, hal ini dapat dilihat dari presentase penduduk lansia di tahun

2008, 2009 dan 2012 telah mencapai di atas 7 % dari keseluruhan penduduk

dengan umur harapan hidup di atas 70 tahun. Keadaan ini sangat berkaitan

dengan adanya perbaikan kualitas dan kondisi kesehatan social masyarakat

yang meningkat. Pemerintah Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJM) 2015-2019, salah satu sasaran yang ingin dicapai

adalah meningkatkan akses dan kualitas hidup lansia (WHO, 2015).

Di Indonesia, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) mengalami

peningkatan secara cepat setiap tahunnya, sehingga Indonesia telah memasuki

era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population). Para ahli

memproyeksikan pada tahun 2020 mendatang usia harapan hidup lansia di


Indonesia menjadi 71,7 tahun dengan perkiraan jumlah lansia menjadi 28,8

juta jiwa atau 11,34%.

Lanjut usia adalah orang yang system-sistem biologisnya mengalami

perubahan struktur dan fungsi yang dikarenakan usianya yang sudah lanjut.

Peruahan ini dapat berlangsung mulus sehingga tidak menimbulkan

ketidakmampuan atau dapat terjadi secara nyata dan berakibat

ketidakmampuan total. Konsep diri pada lansia mempengaruhi perawatan

diri. hal ini menunjukkan bahwa konsep diri adalah satu parameter sedangkan

perawatan diri adalah salah satu indicator. Peningkatan jumlah penduduk

lansia ini akan membawa dampak terhadap berbagai kehidupan. Dampak

utama peningkatan lansia ini adalah peningkatan ketergantungan lansia.

Ketergantungan ini disebabkan oleh kemunduran fisik, psikis, dan sosial

lansia yang dapat digambarkan melalui empat tahap, yaitu kelemahan,

keterbatasan fungsional, ketidakmampuan, dan keterhambatan yang akan

dialami bersamaan dengan proses kemunduran akibat proses menua. Proses

menua merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat dihindari dalam

fase kehidupan (Amalia Yuliati, 2014).

Konsep diri terdiri dari beberapa komponen yaitu : identitas diri, citra

diri, harga diri, dan ideal diri dan peran. Perubahan dalam penampilan,

struktur atau fungsi bagian tubuh akan membutuhkan perubahan dalam

gambaran diri (citra diri). Persepsi seseorang tentang perubahan tubuh dapat

dipengaruhi oleh perubahan tersebut terjadi (Sammy, 2008).

Perawatan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Hidayat,


2009). Lansia perlu mendapatkan perhatian dengan mengupayakan agar

mereka tidak terlalu tergantung kepada orang lain dan mampu mengurus diri

sendiri (mandiri), menjaga kesehatan diri, yang tentunya merupakan

kewajiban dari keluarga dan lingkungannya. Dalam teori self care, Dorothea

Orem menganggap bahwa perawatan diri merupakan suatu kegiatan

membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan taraf

kesehatannya. Sehingga bila mengalami defisit, ia membutuhkan bantuan dari

perawat untuk memperoleh kemandiriannya kembali (Hapsah, 2008).

Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, di

mana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan

mencegah terjadinya penyakit. Upaya ini lebih menguntungkan bagi individu

karena lebih hemat biaya, tenaga dan waktu dalam mewujudkan

kesejahteraan dan kesehatan. Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup

tentang kebersihan rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta

kebersihan dalam berpakaian. Dalam upaya pemeliharaan kebersihan diri ini,

pengetahuan keluarga akan pentingnya kebersihan diri tersebut sangat

diperlukan. Karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (Mubarak, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi devisit perawatan diri?


2. Bagaimana etiologi dari devisit perawatan diri?
3. Apa saja jenis-jenis devisit perawatan diri?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari devisit perawatan diri?
5. Bagaimana dampak dari devisit perawatan diri?
6. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan devisit
perawatan?
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi devisit perawatan diri
2. Untuk mengetahui etiologi dari devisit perawatan diri
3. Untuk mengetahui jenis-jenis devisit perawatan diri
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari devisit perawatan diri
5. Untuk mengetahui dampak dari devisit perawatan diri
6. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan devisit
perawatan
1.3 MANFAAT

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Bagi Mahasiswa

Makalah ini mampu memberikan informasi dan referensi, selain itu

mampu memberikan pengetahuan mengenai konsep dasar asuhan

keperawatan lansia dengan devisit perawatan diri.

2. Bagi Dosen

Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam mengajar mahasiswa.

3. Bagi Masyarakat

Makalah ini sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat secara

umum.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Mampu menambah khasanah keilmuan dan pengembangan ilmu

pengetahuan. Konsep dasar penyakit pada makalah ini diharapkan dapat

membantu dalam penyusunan makalah berikutnya maupun dalam

penyusunan asuhan keperawatan lansia dengan devisit perawatan diri.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri

2.1.1 Definisi

Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan

kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan

terganggu perawatan dirinya jika tidak mampu melakukan perawatan dirinya.

(Aziz R, 2003).

Sedangkan menurut Fitria (2009) Defisit perawatan diri merupakan suatu

kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam

melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti

mandi (hygiene), berpakaian / berhias, makan dan BAB / BAK (toileting).

Penurunan fungsi tubuh pada lansia atau ketidakmampuan lansia dalam

memenuhi personal hygiene dapat mempengaruhi dan mengakibatkan

perubahan kecil yang terjadi dalam kemampuan lansia yaitu: perubahan fisik,

perubahan mental dan psikososial, sehingga mempunyai dampak atau sebab

untuk meningkatkan kepercayaan pada lansia.

2.1.2 Etiologi

Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:


1. Faktor Predisposisi

1) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga

perkembangan inisiatif terganggu.

2) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan

perawatan diri.

3) Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan gangguan kemampuan realitas

yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan

termasuk perawatan diri.

4) Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan

dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan

motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah atau lemah yang

dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu

melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000) faktor – faktor yang

mempengaruhi personal hygiene adalah :

1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan

diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak

peduli dengan kebersihan dirinya.

2) Praktik sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pada personal hygiene.

3) Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,

sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya.

4) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang

baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes

mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5) Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

dimandikan.

6) Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam

perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.

7) Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang

dan perlu bantuan untuk melakukannya (Yolanda, 2017).

2.1.3 Jenis-Jenis Perawatan Diri


Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:

1. Defisit perawatan diri: mandi;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/

beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

2. Defisit perawatan diri: berpakaian;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

berpakaian dan berias untuk diri sendiri.

3. Defisit perawatan diri: makan;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

sendiri.

4. Defisit perawatan diri: Eliminasi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

eliminasi sendiri.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan

diri adalah:

1. Fisik

1) Badan bau, pakaian kotor

2) Rambut dan kulit kotor

3) Kuku panjang dan kotor

4) Gigi kotor disertai mulut bau

5) Penampilan tidak rapi

2. Psikologis

1) Malas, tidak ada inisiatif


2) Menarik diri, isolasi diri

3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina

3. Sosial

1) Interaksi kurang

2) Kegiatan kurang

3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma

4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarang tempat, gosok

gigi dan mandi tidak mampu mandiri (Yolanda, 2017).

2.1.5 Dampak Defisit Perawatan Diri

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Yolanda, 2017):

1) Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang

sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada

kuku.

2) Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan

harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis

yang terorganisir yang meliputi tiga aktifitas dasar yaitu : pertama,

mengumpulkan data secara sistematis, kedua, menyortir dan mengatur data

yang di kumpulkan dan ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang

dapat di buka kembali. Pengumpulan dan pengorganisasian data harus

menggambarkan dua hal :

1. Status kesehatan klien

2. Kekuatan klien dan masalah kesehatan yang dialami (actual atau

resiko/potensial). Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian (skill)

seperti wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi. Hasil pengumpulan

data kemudian diklasifikasikan dalam data subjektif dan objektif. Data

subjektif merupakan ungkapan atau presepsi yang di kemukakan oleh

klien. Data objektif merupakan data yang di dapat dari hasil observasi,

pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Ada beberapa cara pengelompokan

data, yaitu:

a) Berdasarkan sistem tubuh

b) Berdasarkan kebutuhan dasar (Maslow)

c) Berdasarkan teori keperawatan

d) Berdasarkan pola kesehatan fungsional (Tarwoto & Wartonah, 2003)

2.2.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada masalah personal hygiene

adalah :

1. Rambut

a. Keadaan kesuburan rambut


b. Keadaan rambut yang mudah rontok

c. Keadaan rambut yang kusam

d. Keadaan tekstur

2. Kepala

a. Botak atau alopesia

b. Ketombe

c. Berkutu

d. Adakah eritema

e. Kebersihan

3. Mata

a. Adakah sklera ikterik

b. Adakah konjungtiva pucat

c. Kebersihan mata

d. Apakah gatal atau mata merah

4. Hidung

a. Adakah pilek

b. Adakah alergi

c. Adakah perdarahan

d. Adakah perubahan penciuman

e. Kebersihan hidung

f. Bagaimana membrane mukosa

g. Adakah sputum deviasi

5. Mulut

a. Keadaan mukosa mulut


b. Kelembapannya

c. Adakah lesi

d. Kebersihan

6. Gigi

a. Adakah karang gigi

b. Kelengkapan gigi

c. Pertumbuhan

d. Kebersihan

7. Telinga

a. Adakah kotoran

b. Ada lesi

c. Bagaimana bentuk telinga

d. Adakah infeksi

8. Kulit

a. Kebersihan

b. Adakah lesi

c. Keadaan turgor kulit

d. Temperatur

e. Teksture

f. Pertumbuhan bulu

9. Kuku tangan dan kaki

a. Bentuknya bagaimana

b. Warnanya

c. Adakah lesi
d. Pertumbuhannya

10. Genetalia

a. Kebersihannya

b. Pertumbuhan rambut pubis

c. Keadaan kulit

d. Keadaan lubang uretra

e. Keadaan labia minor dan minora

f. Cairan yang keluarkan

g. Tubuh secara umum

h. Kebersihan normal

i. Keadaan postur tubuh (Chairani, 2016)

2.2.3 Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Defisit perawatan diri

2. Isolasi sosial

2.3.4 Rencana Keperawatan

1. Defisit perawatan diri

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam

diharapkan defisit perawatan diri teratasi dengan

Kriteria hasil:

1. Klien mampu melakukan perawatan diri: hygiene

2. Klien mampu menyebutkan pengertian dan tanda-tanda kebersihan

diri
3. Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga kebersihan

diri

4. Klien dapat menyebutkan manfaat dari kebersihan diri

5. Klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri

Intervensi

1. Ajarkan klien tentang pengertian bersih dan tanda-tanda bersih

2. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahuai penyebab tidak

mau menjaga kebersihan diri

3. Membantu klien untuk mengidentifikasi kemampuan untuk menjaga

kebersihan diri

4. Dorong klien untuk melakukan membersihkan diri secara mandiri

5. Bantu klien untuk melakukan demonstrasi tentang cara menjaga

kebersihan diri
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluandan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika

Nanda. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:

EGC

Yolanda, Jessica. 2017. Kertas karya diploma Asuhan Keperawatan Pada N. S

dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar : Personal Hygiene di Di

Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia. Di unduh pada tanggal 20 Oktober

2019 dari http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2729

Chairani, Nur. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Lansiadengan Masalah Gangguan

pemenuhan Personal Hygiene Padany.P Di Lingkungan X Kelurahan

Sitirejo Ii Kecamatan Medan Amplas. Universitas Sumatera Utara :

Repositori Institusi USU. Diakses pada 25 Oktober 2019. Didownload pada

https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8728

Anda mungkin juga menyukai