Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKIEKTASIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dokumentasi Keperawatan

Dosen pembimbing : Nurul Sri Wahyuni, S.Kep.Ns.,M.Kes.

Disusun Oleh

Angga Suryaningtyas

Kelompok 3/2A

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2017

i
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul Bronkiektasis. Dalam
penyusunan laporan pendahuluan ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Nurul Sri Wahyuni , S.Kep.Ns.,M.Kes, selaku dosen pembimbing.


2. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik materil maupun spiritual.
3. Teman-teman kelas A yang selalu memberikan kritik dan sarannya.
4. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari, laporan pendahuluan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya
laporan pendahuluan ini. Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun bagi pembaca.

Ponorogo, agustus 2017

ii
Daftar Isi

Halaman Sampul....................................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
BAB 1 Pendahuluan.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat............................................................................................................... 2
BAB 2 Pembahasan.................................................................................................. 3
2.1 Definisi................................................................................................................ 3
2.2 Etiologi................................................................................................................ 3
2.3 Manifestasi Klinis............................................................................................... 4-5
2.4 Masalah Yang Lazim Muncul............................................................................. 5
2.5 Discharge Planing............................................................................................... 5
2.6 Pathway........................................................................................................ 6
2.7 Patofisiologi.............................................................................................. 7
BAB 3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................................. 8
3.1 Pengkajian........................................................................................................... 8
3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 9
3.3 Intervensi............................................................................................................. 9-25
BAB 4 Penutup......................................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan......................................................................................................... 26
4.2 Saran.................................................................................................................... 26
Daftar Pustaka........................................................................................................... 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi melalui berbagai cara dan
merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial baik secara
langsung maupun tidak yang mengganggu sistem pertahanannya. Keadaan ini mungkin
menyebar luas atau mungkin muncul di satu atau dua tempat. Secara khusus bronkiektasis
menyebabkan pembesaran pada bronkus yang berukuran kecil yang berada dibawahnya
sering membentuk jaringan parut dan menyempit. Kadang-kadang bronkiektasis terjadi pada
bronkus yang lebih besar seperti yang terjadi pada aspergilosis bronkopulmoner alergika
(suatu keadaan akibat respon imunologis terhadap jamur Aspergillus).
Dalam keadaan normal dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan yang ketebalan dan
komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran pernapasan. Lapisan dalam (mukosa)
dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel yang melindungi saluran
pernapasan dan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari sel penghasil
lendir (sel bersilia) yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu partikel-partikel
dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran pernapasan. Sel-sel lainnya yang berperan
dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh melawan organisme dan zat berbahaya
lainnya. Struktur saluran pernapasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan kartilago
yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran pernapasan sesuai kebutuhan. Pembuluh
darah dan jaringan limfoid berfungsi sebagai pemberi zat makanan dan sistem pertahanan
untuk dinding bronkus. Pada bronkiektasis daerah dinding bronkus rusak dan mengalami
peradangan kronis dimana sel bersilia rusak dan pembentukan lendir meningkat.
Penambahan lendir menyebabkan kuman berkembang biak yang sering menyumbat bronkus
dan memicu penumpukan sekresi yang terinfeksi dan kemudian merusak dinding bronkus.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi Bronkiektasis?
1.2.2 Bagaimana etiologi Bronkiektasis?
1.2.3 Bagaimana manifestasi klinis Bronkiektasis?
1.2.4 Bagaimana masalah yang lazim muncul Bronkiektasis?

1
2

1.2.5 Bagaimana discharge planning Bronkiektasis?


1.2.6 Bagaimana pathway Bronkiektasis?
1.2.7 Bagaimana patofisiologi Bronkiektasis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi Bronkiektasis
1.3.2 Mengetahui etiologi Bronkiektasis
1.3.3 Mengetahui manifestasi klinis Bronkiektasis
1.3.4 Mengetahui masalah yang lazim muncul Bronkiektasis
1.3.5 Mengetahui discharge planning Bronkiektasis
1.3.6 Mengetahui pathway Bronkiektasis
1.3.7 Mengetahui patofisiologi Bronkiektasis
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memahami konsep dasar penyakit
Bronkiektasis yang berguna bagi profesi dan orang sekitar kita
1.4.2 Bagi dosen dapat dijadikan sebagai tambahan referensi saat kegiatan belajar mengajar
1.4.3 Bagi masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan lembar pendahuluan ini untuk
pengetahuan tentang penyakit Bronkiektasis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang
abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muskular dinding
bronkus. Bronkiektasis diklasifikasikan dalam bronkiektasis silindris, fusiform, dan kistik
atau sakula.
Bronkiektasis adalah kelainan yang menyebabkan perubahan dalam dinding bronkus
berupa destruksi elemen-elemen elastic, otot-otot polos bronkus, tulang rawan dan
pembuluh arah. Ditandai dengan adanya dilatasi ( ektsi) dan distorsi bronkus local yang
bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten atau ireversibel. Bronkus yang terkena
umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang. (wim de
jong)

2.2 Etiologi

Bronkiektasis biasanya didapat pada masa anak-anak. Kerusakan bronkus pada penaykit
ini hampir selalu disebabkan oleh infeksi. Penyebab infeksi tersering adalah H. Influenza
dan P. Aeruginosa. Infeksi oleh bakteri lain seperti klebsiela dan staphylococus aureus
disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik pada pengobatan pneumonia.
Bronkiektasis ditemukan pula pada pasien dengan infeksi HIV atau virus lainnya, seperti
adenovirus atau virus influenza.
Faktor penyebab non infeksi yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah paparan
substansi toksik, misalnya terhirup gas toksik (amonia, aspirasi asam dari cairan lambung
dan lain-lain). Kemungkinan adanya faktor imun yang terlibat belum diketahui dengan
pasti karena bronkiektasis dapat ditemukan pula pada pasien kolitis ulseratif, reumathoid
artritis dan sindrom sjorgen.
Faktor predisposisi terjadinya bronkiektasis dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau kongenital, biasanya kelainan
imunologi berupa kekurangan globulin gamma atau kelainan imunitas selular atau
kekurangan alfa-1antitripsin.

3
4

2. Kelainan struktur kongenital seperti fibrosis kistik, sindrom kartagener, kekurangan


kartilago bronkus, dan kifoskoliosis kongenital.
3. Penyakit paru primer seperti tumor paru, benda asing atau tuberkulosis paru.

2.3 Manifestasi Klinis

1. Batuk kronis dan sputum purulen kehitaman yang berbau busuk


2. Sejumlah besar dari pasien mengalami “hemoptisis”
3. Clubbing fingers, terjadi akibat insufisiensi pernafasan
4. Batuk semakin memburuk jika pasien berbaring miring
5. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama paad pagi hari setelah
tiduran dan berbaring
6. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak ada gejala
sama sekali (Bronkiektasis ringan)
7. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih 200-300 cc
disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri pleura
dan lemah badan kadang-kadang sesak nafas dan sianosis, sputum sering
mengandung bercak darah dan batuk darah
8. Sesak nafas
9. Penurunan berat badan
10. Lelah
11. Wheezing, ronkhi
12. Warna kulit kebiruan
13. Pucat
14. Bau mulut
15. Demam berulang

Tingkat beratnya penyakit Wim de jong:

1. Bronkiektasis ringan
Batuk – batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam (ada infeksi
sekunder), produksi sputum terjadi dengan adanya perubahan posisi tubuh biasanya ada
hemoptisis sangat ringan, pasien tampak sehat dan fungsi paru normal, foto dada normal
5

2. Bronkiektasis sedang
Batuk produktif terjadi setiap saat sputum timbul setiap saat (umumnya warna hijau dan
jarang mukoid serta bau mulut busuk), hemoptisis, tampak sehat dan fungsi paru normal,
jarang terdapat jari tabuh, ronki basah kasar, foto dada bisa dikatakan normal
3. Bronkiektasis berat
Batuk produktif dengan sputum banyak berwarna kotor dan berbau. Sering ditemukan
adanya pneumonia dengan hemoptisis dan nyeri pleura, sering ditemukan jari tabuh jika
ada obstruksi saluran napas dapat ditemukan dispnea, sianosis atau tanda kegagalan paru.
Keadaan umum kurang baik, ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata dan
sebagainya. Mudah timbul pneumonia, septicemia, abses metastasis terkadang terjadi
amiloidosis, ronki basah kasar pada daerah yang terkena, foto dada ditemukan kelainan:
Penambahan bronchovaskular making, multiple cysts containning fluid levels (honey
comb appea-rance)

2.4 Masalah yang lazim muncul

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi lender, batuk


tidak efektif, infeksi bronkopulmunal
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, penekanan dinding paru, penurunan ekspansi paru
3. Hipertermi b.d peningkatan suhu tubuh (proses penyakit)
4. Resiko infeksi b.d ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan pada
jaringan otot dan elastin)

2.5 Discharge planning

a. Makan makanan yang bergizi sehingga meningkatkan kekebalan tubuh


b. Hindari paparan dengan asap rokok dan zat toksik lainnya yang dapat terhirup
c. Ketahui tanda dan gejala penyakit dan cara penanganan pertamanya
d. Konsultasikan dengan dokter jika gejala semakin parah
e. Teratur dalam pengobatan (mengurangi timbulnya bronkiektasis) dan biasakan hidup
bersih dan sehat
f. Vaksinasi dan istirahat yang cukup
6

2.6 Pathway

Bronkiektasis Penyakit paru primer Obstruksi saluran nafas


(tumor paru, benda
asing, TB paru)
Atelektasis, penyerapan
udara di parenchim dan
sekitarnya tersumbat
Kekurangan Kelainan struktur
mekanisme pertahanan congenital (fibrosis
yang didapat kistik, sindroma
congenital (Ig gama kartagener, kurangnya Ketidakefektifan pola
Antitripin alfa I) kartilago bronkus) nafas

Pnumoni berulang Kuman berkembang dan


Terkumpulnya sekret
infeksi bakteri pada dinding
bronkus
Kerusakan permanen
pada dinding bronkus
Kerusakan pada jaringan Peningkatan suhu tubuh
Ketidakefektifan batuk otot dan elastin

Inhalasi uap dan gas, Hipertermi


Kerusakan bronkus
aspirasi cairan lambung yang menetap
Tekanan inta pleura lebih
Ketidakefektifan negative dari atmosfer
Kemampuan bronkus
bersihan jalan nafas untuk kontraksi
berkurang dan selama Bronkus dilatasi
Kemampuan ekspirasi menghilang
mengeluarkan secret
Pengumpulan secret, infeksi
menurun
Mudah terjadi infeksi sekunder dan terjadi sirklus

Bronkiektasis yang Resiko infeksi


menetap
2.7 Patofisiologi

Bronkiektasis adalah dilatasi abnormal bronkus pada daerah proksimal bronkus (diameter > 2
mm) disertai destruksi komponen otot dan jaringan elastik dinding bronkus yang dapat terjadi
secara kongenital ataupun didapat karena sebab infeksi kroniksaluran napas. Bronkiektasis
kongenital terjadi pada bayi dan anak sebagai akibat kegagalan pembentukan cabang-cabang
bronkus. Kerusakan komponen otot dan jaringan elastik dinding bronkus merupakan respon
tubuh terhadap infeksi berupa proses inflamasi yang melibatkan sitokin, oksida nitrit dan
neutrofil protease sehingga terjadi kerusakan pada jaringan alveolar peribronkial dan selanjutnya
terjadi fibrosis peribronkial. Akhirnya terjadi kerusakan dinding bronkus dan inflamasi
transmural sehingga terjadi dilatasi abnormal bronkus. Pada keadaan ini biasanya ditemukan
gangguan pembersihan sekresi (mucous clearance) pada bronkus dan cabang-cabangnya.
Kegagalan proses pembersihan sekresi menyebabkan kolonisasi kuman dan timbul infeksi oleh
kuman pathogen yang ikut berperan dalam pembentukan mucus yang purulen pada penderita
bronkiektasis. Bronkiektasis lebih sering ditemukan di paru kiri daripada kanan, mungkin karena
diameter bronkus utama kiri lebih kecil dari pada kanan. Kelainan lebih sering ditemukan di
lobus bawah khususnya segmen basal.

7
8

BAB 3

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian

1. Informasi data yang meliputi : nama, umur, agama, alamat


2. Keluhan utama : keluhan yang dirasakan pasien ketika pasien masuk rumah sakit
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan masa lalu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat psikososial
Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing) : pernafasan melalui hidung. Frekuensi 32 x/ menit. Nafas pendek,
khususnya pada saat berjalan, kadang-kadang dada terasa tertekan/
ketidakmampuan untuk bernafas.
B2 (Bleeding) : klien mengatakan dada rasa tertekan namun rasa nyeri (-) terasa
pusing terutama saat berjalan. Tidak ditemukan palpitasi dan clubbing finger serta
oedema (-) pada palpebra, anasarka, maupun pada ektremitas, asites (-). Pada
auskultasi tidak ditemukan adanya kelainan (mur-mur maupun gallop)
B3 (Brain) :
B4 (Bladder) : jumlah urine 1200 cc/24 jam.. warna urine kuning muda, klien
tidak merasakan adanya masalah pada system perkemihan
B5 (Bowel) : mulut dan tenggorokan klien merasa kering. Serta sering
mengeluarkan secret yang banyak saat batuk. Hal ini menyebabkan nafsu makan
klien menurun
B6 (Bone) : kemampuan pergerakan sendi : bebas tanpa adanya kelainan, tidak
ditemukan adanya parese, paralise maupun hemiparese
9

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi lender, batuk
tidak efektif, infeksi bronkopulmunal
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, penekanan dinding paru, penurunan ekspansi paru
3. Hipertermi b.d peningkatan suhu tubuh (proses penyakit)
4. Resiko infeksi b.d ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan pada
jaringan otot dan elastin)
3.3 Intervensi atau rencana keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi lender,
batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmunal

Ketidakefektifan NOC NIC


bersihan jalan napas  Respiratory status : Airway suction
Definisi: ketidak ventilation - Pastikan
mampuan untuk  Respiratory status : kebutuhan
membersihkan sekresi Airway patency oral/ tracheal
atau obstruksi dari Kriteria Hasil : suctioning
saluran pernafasan  Mendemonstrasikan - Auskultasi
untuk mempertahankan batuk efektif dan suara nafas
kebersihan jalan nafas. suara nafas yang sebelum dan
Batasan bersih, tidak ada sesudah
karakteristik: sianosis dan suctioning
 Tidak ada batuk dyspneu (mampu - Informasikan
 Suara napas mengeluarkan pada klien dan
tambahan sputum, mampu keluarga
 Perubahan bernafas dengan tentang
frekwensi napas mudah, tidak ada suctioning

 Perubahan pursed lips) - Minta klien

irama napas  Menunjukkan jalan nafas dalam

 Sianosis nafas yang paten sebelum


(klien tidak merasa suction
10

 Kesulitan tercekik, irama dilakukan


berbicara atau nafas, frekuensi - Berikan O2
mengeluarkan pernafasan dalam dengan
suara rentang normal, menggunakan
 Penurunan tidak ada suara nasal untuk
bunyi napas nafas abnormal) memfasilitasi
 Dipsneu  Mampu suksion

 Sputum dalam mengidentifikasikan nasotrakeal

jumlah yang dan mencegah - Guanakan alat

berlebihan faktor yang dapat yang steril

 Batuk yang menghambat jalan setiap

tidak efektif nafas melakukan

 Orthopneu tindakan
- Anjurkan
 Gelisah
pasien untuk
 Mata terbuka
istirahat dan
lebar
napas dalam
Faktor-faktor yang
setelah kateter
berhubungan:
dikeluarkan
 Lingkungan :
dari
- Perokok
nasotrakeal
pasif
- Monitor status
- Mengisap
oksigen pasien
asap
- Ajarkan
- Merokok
keluarga
 Obstruksi jalan
bagaimana
nafas :
cara
- Spasme
melakukan
jalan nafas
suksion
- Mokus
- Hentikan
dalam
suksion dan
jumlah
11

berlebihan berikan
- Eksudat oksigen
dalam jalan apabila pasien
alveoli menunjukkan
- Materi bradikardi,
asing dalam peningkatan
jalan napas saturasi O2
- Adanya Airway
jalan napas Management
buatan - Buka jalan
- Sekresi nafas, gunakan
bertahan/sis teknik chin lift
a sekresi atau jaw thrust
- Sekresi bila perlu
dalam - Posisikan
bronki pasien untuk
 Fisiologis: memaksimalka
- Jalan napas n ventilasi
alergik - Identifikasi
- Asma pasien
- Penyakit perlunya
paru pemasangan
obstruktif alat jalan nafas
kronik buatan
- Hiperplasi - Pasang mayo
dinding bila perlu
bronkial - Lakukan
- Infeksi fisioterapi
- Disfungsi dada jika perlu
neuromusku - Keluarkan
lar sekret dengan
12

batuk atau
suction
- Auskultasi
suara nafas,
catat adanya
suara
tambahan
- Lakukan
suction pada
mayo
- Berikan
bronkodilator
bila perlu
- Berikan
pelembab
udara kassa
basah NaCl
lembab
- Atur intake
untuk cairan
mengoptimalk
an
keseimbangan
- Monitor
respirasi dan
status O2
13

2. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-
otot pernafasan, penekanan dinding paru, penurunan ekspansi paru

Ketidakefektifan NOC NIC


pola napas  Respiratory status: Airway Management
Definisi: inspirasi ventilation - Buka jalan nafas,
atau ekspirasi yang  Respiratory status: gunakan teknik
tidak memberi airway patency chin lift atau jaw
ventilasi  Vital sign status thrust bila perlu
Batasan Kriteria Hasil: - Posisikan pasien
karakteristik:  Mendemonstrasika untuk
 Perubahan n batuk efektif dan memaksimalkan
kedalaman suara nafas yang ventilasi
pernapasan bersih, tidak ada - Identifikasi
 Perubahan sianosis dan pasien perlunya
ekskursi dada dyspneu pemasangan
 Mengambil  Menunjukkan jalan jalan nafas
posisi tiga nafas yang patemn buatan
titik  Tanda-tanda vital - Pasang mayo

 Bradipneu dalam rentang bial perlu

 Penurunan normal - Lakukan

tekanan fisioterapi dada

ekspirasi jika perlu

 Penurunan - Keluarkan sekret

ventilasi dengan batuk

semenit atau suction


- Auskultasikan
 Penuruan
suara nafas, catat
kapasitas vital
adanya suara
 Dipneu
tambahan
 Peningkatan
- Lakukan suction
diameter
14

anterior- pada mayo


posterior - Berikan
 Pernapasan bronkodilator
cuping hidung bila perlu
 Ortopneu - Berikan
 Pernapsan pelembab udara
bibir kassa basah

 Takipneu NaCl lembab

 Penggunaan - Atur intake

otot untuk cairan

aksesorius mengoptimalkan

untuk keseimbangan

bernafas - Monitor respirasi

Faktor yang dan status O2

berhubungan Oxygen

: Therapy
- Bersihkan mulut,
 Ansietas
hidung dan
 Posisi tubuh
secret trakea
 Deformitas
- Pertahankan
tulang
jalan nafas yang
 Deformitas
paten
dinding dada
- Atur peralatan
 Keletihan
oksigenasi
 Hiperventilasi
- Monitor aliran
 Sindrom
oksigen
hipoventilasi
- Pertahankan
 Gangguan
posisi pasien
muskuloskelet
- Observasi
al
adanya tanda-
 Kerusakan tanda
15

neurologis hipoventilasi
 Imaturitas - Monitor adanya
neurologis kecemasan
 Disfungsi pasien terhadap
neuromuskula oksigenasi
r Vital sign
 Obesitas Monitoring

 Nyeri - Monitor TD,

 Keletihan otot nadi, suhu dan

pernapasan RR

cedera medula - Catat adanya

spinalis fluktuasi tekanan


darah
- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk atau
berdiri
- Auskultasi TD
pada kedua
lengan
bandingkan
- Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum, selama
dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas
dari nadi
- Monitor
frekuensi dan
irama
16

pernapasan
- Monitor suara
paru
- Monitor pada
pernapasan
abnormal
- Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad
- Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign

3. H ipertermi b.d peningkatan suhu tubuh (proses penyakit)

Hipertermia NOC NIC


Definisi: peningkatan Thermoregulation Fever treatment
suhu tubuh diatas Kriteria Hasil: - Monitor suhu
kisaran normal  Suhu tubuh sesering mungkin
Batasan karakteristik: dalam - Monitor IWL
 Konvulsi rentang - Monitor warna dan
 Kulit kemerahan normal suhu kulit

 Peningkatan  Nadi dan RR - Monitor tekanan

suhu tubuh dalam darah, nadi dan RR

diatas kisaran rentang - Monitor

normal normal penurunan tingkat


17

 Kejang  Tidak ada kesadaran


 Takikardi perubahan - Monitor WBC,Hb

 Takipnea warna kulit dan Hct

 Kulit terasa dan tidak - Monitor intake dan

hangat ada pusing output

Faktor-faktor - Berikan anti piretik

yang - Berikan

berhubungan: pengobatan untuk

 Anastesia mengatasi
penyebab demam
 Penurunan
- Selimuti pasien
respirasi
- Lakukan tapid
 Dehidrasi
sponge
 Penyakit
- Kolaborasi
 Pemakaian
pemberian cairan
pakaian yang
intravena
tidak sesuai
- Kompres pasien
dengan suhu
pada lipat paha dan
lingkungan
aksila
 Paningkatan laju
- Tingkatkan
metabolisme
sirkulasi udara
 Medikasi
- Berikan
 Trauma
pengobatan untuk
 Aktivitas mencegah
berlebihan terjadinya
menggigil
Temperature
regulation
- Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
- Rencanakan
18

monitoring suhu
secara kontinyu
- Monitor TD, nadi
dan RR
- Monitor warna dan
suhu kulit
- Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
- Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
- Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
19

emergency yang
diperlukan
- Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
- Berikan anti piretik
jika perlu
Vital sign
Monitoring
- Monitor TD , nadi,
suhu dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk atau berdiri
- Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
- Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas
dari nadi
- Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
20

- Monitor pola
pernapasan
abnormal
- Monitor suhu,
warna dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi
dan peningkatan
sistolik)
- Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign

4. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (kerusakan


pada jaringan otot dan elastin)

Resiko Infeksi NOC NIC


Definisi: mengalami  Immune status Infection Control
peningkatan resiko  Knowledge : (kontrol infeksi)
terserang organisme infection - Bersihkan
patogenik control lingkungan
Faktor-faktor resiko:  Risk control setelah
 Penyakit kronis Kriteria Hasil: dipakai pasien
- Diabetes  Klien bebas lain
melitus dari tanda dan - Pertahankan
21

- Obesitas gejala infeksi teknik isolasi


 Pengetahuan yang  Mendeskripsika - Batasi
tidak cukup untuk n proses pengunjung
menghindari penularan bila perlu
pemanjanan penyakir, faktor - Instruksikan
patogen yang pada
 Pertahanan tubuh mempengaruhi pengunjung
primer yang tidak penularan serta untuk
adekuat penatalaksanaa mencuci
- Gangguan nnya tangan saat
peritalsis  Menunjukkan berkunjung
- Kerusakan kemampuan dan setelah
integritas kulit untuk berkunjung
- Perubahan mencegah meninggalkan
sekresi pH timbulnya pasien
- Penurunan infeksi - Gunakan
kerja siliaris  Jumlah leukosit sabun
- Merokok dalam batas antimikroba
- Stasis cairan normal untuk cuci
tubuh  Menunjukkan tangan
- Trauma perilaku hidup - Cuci tangan
jaringan sehat setiap
 Ketidak adekuatan sebelum dan
pertahanan sesudah
sekunder tindakan
- Penurunan keperawatan
hemoglobin - Gunakan
- Imunosupresi baju, sarung
- Supresi respon tangan
inflamasi sebagai alat
- Vaksinasi pelindung
22

tidak adekuat - Pertahankan


- Pemajanan lingkungan
terhadap aseptik
patogen selama
lingkungan pemasangan
meningkat alat
- Prosedur - Ganti letak IV
invasif perifer dan
- Malnutrisi line central
dan dressing
sesuai dengan
petunjuk
umum
- Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan
infeksi
kandung
kencing
- Tingkatkan
intake nutrisi
- Berikan terapi
antibiotik bila
perlu
infection
protection
( proteksi
terhadap
infeksi)
23

- Monitor tanda
dan gejala
infeksi
sistemik dan
lokal
- Monitor
hitung
granulosit,
WBC
- Monitor
kerentanan
terhadap
infeksi
- Batasi
pengunjung
- Sering
pengunjung
terhadap
penyakit
menular
- Pertahankan
teknik aspesis
pada pasien
yang beresiko
- Pertahankan
teknik isolasi
k/p
- Berikan
perawatan
kulit pada
area epidema
24

- Inspeksi kulit
dan membran
mukosa
terhadap
kemerahan,
panas dan
drainase
- Inspeksi
kondisi luka/
insisi bedah
- Dorong
masukkan
nutrisi yang
cukup
- Dorong
masukan
cairan
- Instruksikan
pasien untuk
minum
antibiotik
sesuai resep
- Ajarkan
pasien dan
keluarga
tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
menghindari
infeksi
- Laporkan
25

kecurigaan
infeksi
- Laporkan
kultur positif
26

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus


yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muskular
dinding bronkus. Bronkiektasis diklasifikasikan dalam bronkiektasis silindris, fusiform,
dan kistik atau sakula.
Faktor predisposisi terjadinya bronkiektasis dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
4. Kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau kongenital, biasanya kelainan
imunologi berupa kekurangan globulin gamma atau kelainan imunitas selular atau
kekurangan alfa-1antitripsin.
5. Kelainan struktur kongenital seperti fibrosis kistik, sindrom kartagener, kekurangan
kartilago bronkus, dan kifoskoliosis kongenital.
6. Penyakit paru primer seperti tumor paru, benda asing atau tuberkulosis paru.

4.2 Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang bronkiektasis dan juga dapat bermanfaat.
27

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nuararif dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Edisi revisi jilid 1 Yogyakarta;
Medical Action Publishing

www.klikparu.com/2013/01/bronkiektasis-be.html?m=1

Sichesse. Blogspot.co.id/2012/04/asuhan-keperawatan-dengan- bronkiektasis.html?


m=1

Anda mungkin juga menyukai