BRONKIEKTASIS
Disusun Oleh
Angga Suryaningtyas
Kelompok 3/2A
2017
i
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul Bronkiektasis. Dalam
penyusunan laporan pendahuluan ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Penulis menyadari, laporan pendahuluan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya
laporan pendahuluan ini. Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis
maupun bagi pembaca.
ii
Daftar Isi
Halaman Sampul....................................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
BAB 1 Pendahuluan.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat............................................................................................................... 2
BAB 2 Pembahasan.................................................................................................. 3
2.1 Definisi................................................................................................................ 3
2.2 Etiologi................................................................................................................ 3
2.3 Manifestasi Klinis............................................................................................... 4-5
2.4 Masalah Yang Lazim Muncul............................................................................. 5
2.5 Discharge Planing............................................................................................... 5
2.6 Pathway........................................................................................................ 6
2.7 Patofisiologi.............................................................................................. 7
BAB 3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan............................................................. 8
3.1 Pengkajian........................................................................................................... 8
3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 9
3.3 Intervensi............................................................................................................. 9-25
BAB 4 Penutup......................................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan......................................................................................................... 26
4.2 Saran.................................................................................................................... 26
Daftar Pustaka........................................................................................................... 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang
abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muskular dinding
bronkus. Bronkiektasis diklasifikasikan dalam bronkiektasis silindris, fusiform, dan kistik
atau sakula.
Bronkiektasis adalah kelainan yang menyebabkan perubahan dalam dinding bronkus
berupa destruksi elemen-elemen elastic, otot-otot polos bronkus, tulang rawan dan
pembuluh arah. Ditandai dengan adanya dilatasi ( ektsi) dan distorsi bronkus local yang
bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten atau ireversibel. Bronkus yang terkena
umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang. (wim de
jong)
2.2 Etiologi
Bronkiektasis biasanya didapat pada masa anak-anak. Kerusakan bronkus pada penaykit
ini hampir selalu disebabkan oleh infeksi. Penyebab infeksi tersering adalah H. Influenza
dan P. Aeruginosa. Infeksi oleh bakteri lain seperti klebsiela dan staphylococus aureus
disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik pada pengobatan pneumonia.
Bronkiektasis ditemukan pula pada pasien dengan infeksi HIV atau virus lainnya, seperti
adenovirus atau virus influenza.
Faktor penyebab non infeksi yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah paparan
substansi toksik, misalnya terhirup gas toksik (amonia, aspirasi asam dari cairan lambung
dan lain-lain). Kemungkinan adanya faktor imun yang terlibat belum diketahui dengan
pasti karena bronkiektasis dapat ditemukan pula pada pasien kolitis ulseratif, reumathoid
artritis dan sindrom sjorgen.
Faktor predisposisi terjadinya bronkiektasis dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau kongenital, biasanya kelainan
imunologi berupa kekurangan globulin gamma atau kelainan imunitas selular atau
kekurangan alfa-1antitripsin.
3
4
1. Bronkiektasis ringan
Batuk – batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam (ada infeksi
sekunder), produksi sputum terjadi dengan adanya perubahan posisi tubuh biasanya ada
hemoptisis sangat ringan, pasien tampak sehat dan fungsi paru normal, foto dada normal
5
2. Bronkiektasis sedang
Batuk produktif terjadi setiap saat sputum timbul setiap saat (umumnya warna hijau dan
jarang mukoid serta bau mulut busuk), hemoptisis, tampak sehat dan fungsi paru normal,
jarang terdapat jari tabuh, ronki basah kasar, foto dada bisa dikatakan normal
3. Bronkiektasis berat
Batuk produktif dengan sputum banyak berwarna kotor dan berbau. Sering ditemukan
adanya pneumonia dengan hemoptisis dan nyeri pleura, sering ditemukan jari tabuh jika
ada obstruksi saluran napas dapat ditemukan dispnea, sianosis atau tanda kegagalan paru.
Keadaan umum kurang baik, ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata dan
sebagainya. Mudah timbul pneumonia, septicemia, abses metastasis terkadang terjadi
amiloidosis, ronki basah kasar pada daerah yang terkena, foto dada ditemukan kelainan:
Penambahan bronchovaskular making, multiple cysts containning fluid levels (honey
comb appea-rance)
2.6 Pathway
Bronkiektasis adalah dilatasi abnormal bronkus pada daerah proksimal bronkus (diameter > 2
mm) disertai destruksi komponen otot dan jaringan elastik dinding bronkus yang dapat terjadi
secara kongenital ataupun didapat karena sebab infeksi kroniksaluran napas. Bronkiektasis
kongenital terjadi pada bayi dan anak sebagai akibat kegagalan pembentukan cabang-cabang
bronkus. Kerusakan komponen otot dan jaringan elastik dinding bronkus merupakan respon
tubuh terhadap infeksi berupa proses inflamasi yang melibatkan sitokin, oksida nitrit dan
neutrofil protease sehingga terjadi kerusakan pada jaringan alveolar peribronkial dan selanjutnya
terjadi fibrosis peribronkial. Akhirnya terjadi kerusakan dinding bronkus dan inflamasi
transmural sehingga terjadi dilatasi abnormal bronkus. Pada keadaan ini biasanya ditemukan
gangguan pembersihan sekresi (mucous clearance) pada bronkus dan cabang-cabangnya.
Kegagalan proses pembersihan sekresi menyebabkan kolonisasi kuman dan timbul infeksi oleh
kuman pathogen yang ikut berperan dalam pembentukan mucus yang purulen pada penderita
bronkiektasis. Bronkiektasis lebih sering ditemukan di paru kiri daripada kanan, mungkin karena
diameter bronkus utama kiri lebih kecil dari pada kanan. Kelainan lebih sering ditemukan di
lobus bawah khususnya segmen basal.
7
8
BAB 3
3.1 Pengkajian
Orthopneu tindakan
- Anjurkan
Gelisah
pasien untuk
Mata terbuka
istirahat dan
lebar
napas dalam
Faktor-faktor yang
setelah kateter
berhubungan:
dikeluarkan
Lingkungan :
dari
- Perokok
nasotrakeal
pasif
- Monitor status
- Mengisap
oksigen pasien
asap
- Ajarkan
- Merokok
keluarga
Obstruksi jalan
bagaimana
nafas :
cara
- Spasme
melakukan
jalan nafas
suksion
- Mokus
- Hentikan
dalam
suksion dan
jumlah
11
berlebihan berikan
- Eksudat oksigen
dalam jalan apabila pasien
alveoli menunjukkan
- Materi bradikardi,
asing dalam peningkatan
jalan napas saturasi O2
- Adanya Airway
jalan napas Management
buatan - Buka jalan
- Sekresi nafas, gunakan
bertahan/sis teknik chin lift
a sekresi atau jaw thrust
- Sekresi bila perlu
dalam - Posisikan
bronki pasien untuk
Fisiologis: memaksimalka
- Jalan napas n ventilasi
alergik - Identifikasi
- Asma pasien
- Penyakit perlunya
paru pemasangan
obstruktif alat jalan nafas
kronik buatan
- Hiperplasi - Pasang mayo
dinding bila perlu
bronkial - Lakukan
- Infeksi fisioterapi
- Disfungsi dada jika perlu
neuromusku - Keluarkan
lar sekret dengan
12
batuk atau
suction
- Auskultasi
suara nafas,
catat adanya
suara
tambahan
- Lakukan
suction pada
mayo
- Berikan
bronkodilator
bila perlu
- Berikan
pelembab
udara kassa
basah NaCl
lembab
- Atur intake
untuk cairan
mengoptimalk
an
keseimbangan
- Monitor
respirasi dan
status O2
13
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-
otot pernafasan, penekanan dinding paru, penurunan ekspansi paru
aksesorius mengoptimalkan
untuk keseimbangan
berhubungan Oxygen
: Therapy
- Bersihkan mulut,
Ansietas
hidung dan
Posisi tubuh
secret trakea
Deformitas
- Pertahankan
tulang
jalan nafas yang
Deformitas
paten
dinding dada
- Atur peralatan
Keletihan
oksigenasi
Hiperventilasi
- Monitor aliran
Sindrom
oksigen
hipoventilasi
- Pertahankan
Gangguan
posisi pasien
muskuloskelet
- Observasi
al
adanya tanda-
Kerusakan tanda
15
neurologis hipoventilasi
Imaturitas - Monitor adanya
neurologis kecemasan
Disfungsi pasien terhadap
neuromuskula oksigenasi
r Vital sign
Obesitas Monitoring
pernapasan RR
pernapasan
- Monitor suara
paru
- Monitor pada
pernapasan
abnormal
- Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad
- Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
yang - Berikan
Anastesia mengatasi
penyebab demam
Penurunan
- Selimuti pasien
respirasi
- Lakukan tapid
Dehidrasi
sponge
Penyakit
- Kolaborasi
Pemakaian
pemberian cairan
pakaian yang
intravena
tidak sesuai
- Kompres pasien
dengan suhu
pada lipat paha dan
lingkungan
aksila
Paningkatan laju
- Tingkatkan
metabolisme
sirkulasi udara
Medikasi
- Berikan
Trauma
pengobatan untuk
Aktivitas mencegah
berlebihan terjadinya
menggigil
Temperature
regulation
- Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
- Rencanakan
18
monitoring suhu
secara kontinyu
- Monitor TD, nadi
dan RR
- Monitor warna dan
suhu kulit
- Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
- Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
- Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu
dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
- Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
19
emergency yang
diperlukan
- Ajarkan indikasi
dari hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
- Berikan anti piretik
jika perlu
Vital sign
Monitoring
- Monitor TD , nadi,
suhu dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk atau berdiri
- Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
- Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas
dari nadi
- Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
20
- Monitor pola
pernapasan
abnormal
- Monitor suhu,
warna dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi
dan peningkatan
sistolik)
- Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign
- Monitor tanda
dan gejala
infeksi
sistemik dan
lokal
- Monitor
hitung
granulosit,
WBC
- Monitor
kerentanan
terhadap
infeksi
- Batasi
pengunjung
- Sering
pengunjung
terhadap
penyakit
menular
- Pertahankan
teknik aspesis
pada pasien
yang beresiko
- Pertahankan
teknik isolasi
k/p
- Berikan
perawatan
kulit pada
area epidema
24
- Inspeksi kulit
dan membran
mukosa
terhadap
kemerahan,
panas dan
drainase
- Inspeksi
kondisi luka/
insisi bedah
- Dorong
masukkan
nutrisi yang
cukup
- Dorong
masukan
cairan
- Instruksikan
pasien untuk
minum
antibiotik
sesuai resep
- Ajarkan
pasien dan
keluarga
tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
menghindari
infeksi
- Laporkan
25
kecurigaan
infeksi
- Laporkan
kultur positif
26
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang bronkiektasis dan juga dapat bermanfaat.
27
DAFTAR PUSTAKA
www.klikparu.com/2013/01/bronkiektasis-be.html?m=1