Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA , karena berkatnya
kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “BRONKIEKTASIS”.

Makalah ini kami kerjakan untuk mengetahui Definisi, Etiologi, Patofisiologi,


Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Diagnostik, serta Penatalaksanaan pada Bronkiektasis. Selain
itu juga untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien bronkiektasis.
Oleh karena itu, mudah-mudahan isi dari makalah ini akan berguna untuk mahasiswa yang
ingin mengetahui lebih banyak penjelasan tentang Bronkiektasis.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini tidak lah begitu sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari dosen pengajar maupun teman-teman mahasiswa yang lain lah
yang membantu kami dalam usaha kedepannya. Dan semoga makalah ini dapat dimanfa’atkan
bagi semua teman-teman mahasiswa.

Jayapura, 28 Oktober 2019

Kelompok 2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Bronkiektasis...........................................................................................2
B. Etiologi Bronkiektasis................................................................................................3
C. Patofisiologi Bronkiektasis........................................................................................3
D. Manifestasi klinis.......................................................................................................5
E. Pemeriksaan diagnostik.............................................................................................6
F. Penatalaksanaan…………………………………………………………………...8
G. Asuhan Keperawatan…………………………...………………..
…………………….......9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………….….16
B. Saran…………………………………………………………….………….……..16

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Bronkiektasis merupakan penyakit yang jarang ditemui yang sering menyebabkan
kesakitan yang parah, termasuk infeksi pernapasan berulang yang memerlukan antibiotic,
batuk produktif yang menganggu, sesak napas, dan hemoptisis. Hal yang menonjol dari
sejarah bronkiektasis adalah gambaran hidup pasien yang dingin dan supuratif yang tampak
pada tulisan Rene Theophile Hyacinthe Laennec pada awal abad ke 19, penjelasan pada tahun
1922 oleh Jean Athanase Sicard dari bronkografi dengan kontras, yang memungkinkan
pencitraan dari perubahan destruktif pada saluran napas, penelitian yang dilakukan oleh Lynne
Reid pada tahun 1950an yang menghubungkan bronkografi dengan spesimen patologis, dan
selanjutnya terjadi pengurangan prevalensi yang mungkin hadir dengan adanya terapi
antituberkulosis dan imunisasi terhadap pertusis dan campak. Bronkiektasis merupakan
penyakit yang sering dijumpai pada usia muda, 69 % penderita berumur kurang dari 20 tahun.
Gejala dimulai sejak masa kanak-kanak, 60 % dari penderita gejalanya timbul sejak umur
kurang dari 10 tahun. Gejalanya tergantung dari luas, berat, lokasi ada atau tidaknya
komplikasi. Pada makalah ini akan dijelaskan bagaimana patofisiologi bronkiektasis,
epidemiologi, etiologi, tanda dan gejala beserta pemeriksaan fisik.

B.Tujuan

1.Untuk mengetahui Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan


Diagnostik Dari Bronkiektasis

2.Untuk mengetahui Bagaimana cara Penatalaksanaan pada Bronkiektasis

3.Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan yang diberikan pada pasien Bronkiektasis

4.Untuk dapat menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Bronkiektasis

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.Definisi Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus
yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak
dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh episode pneumonitis berulang dan
memanjang, aspirasi benda asing, atau massa yang menghambat lumen bronchial dengan
obstruksi ( Hudak & Gallo,1997). Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah
satu atau lebih cabang-vabang bronkus yang besar ( Barbara E, 1998).

Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari


pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan
komponen elastic dan muscular dinding bronkus. Bronkiektasis
diklasifikasikan dalam bronkiektasis silindris, fusiform dan kistik atau
sakula.

Bronkiektasis adalah kelainan yang menyebabkan perubahan dalam


dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastic, otot-otot polos
bronkus, tulang rawan dan pembuluh darah. Ditandai dengan adanya
dilatasi (ektsi) dan distorsi bronkus local yang bersifat patologis dan
berjalan kronik, persisten atau irreversibel. Bronkus yang terkena
umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar
jarang. (Wim de Jong)

Bronkietaksis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin disebabkan
oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing,
muntahan, atau benda-benda dari saluran pernafasan atas, dan tekanan akibat tumor, pembuluh
darah yang berdilatasi, dan pembesaran nodus limfe. Individu mungkin mempunyai
predisposisi terhadap bronkietaksis sebagai akibat infeksi pernafasan pada masa kanak-
kanaknya, campak, influenza, tuberkulosis, dan gangguan immunodefisiensi. Setelah
pembedahan, bronkiektaksis dapat terjadi ketika pasien tidak mampu untuk batuk secara
efektif, dengan akibat lender menyumbat bronchial dan mengarah pada atelektasis. (sumber
buku pustaka)
Bronkietaksis adalah suatu kelainan yang permanen, dimana terjadi dilatasi dari
bronkus. Bronkus yang terkena umumnya adalah bronkus bagian lobus bawah (lobus inferior),
terutama lobus kanan bawah. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena letak anatomis dari
lobus ini yang lebih muda terkena infeksi. Bagian yang lebih banyak mengalami ektasi adalah
bronkus subsegmental.

B.Klasifikasi Bronkiektasis

Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Bronkiektasis silindris
Seringkali dihubungkan dengan kerusakan parenkim paru, terdapat
penambahan diameter bronkus yang bersifat regular, lumen distal
bronkus tidak begitu melebar.
2. Bronkiektasis fusiform (varikosa)
Pelebaran bronkus lebih lebar dari bentuk silindris dan bersifat irregular.
Gambaran garis irregular dan distal bronkus yang mengembang adalah
gambaran khas pada bentuk varikosa.
3. Bronkiektasis kistik atau sakular
Dilatasi bronkus sangat progresif menuju ke perifer bronkus. Pelebaran
bronkus ini terlihat seperti balon, kelainan ini biasanya terjadi pada
bronkus besar, pada bronkus generasi ke 4. Bentuk ini juga terdapat
pada BE congenital.

C. Etiologi Bronkiektasis

Bronkiektasis biasanya didapat pada masa anak-anak. Kerusakan bronkus pada


penyakit ini hampir selalu disebabkan oleh infeksi. Penyebab infeksi tersering adalah H.
Influenza dan P. Aeruginosa. Infeksi oleh bakteri lain, seperti Klebsiela dan Staphylococus
Aereus disebabkan oleh absen atau terlambatnya pemberian antibiotic pada pengobatan
pneumonia. Bronkiektasis ditemukan pula pada pasien denga infeksi HIV atau virus lainnya,
seperti adenovirus atau virus influenza.
Faktor penyebab nonifeksi yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah paparan
substansi toksik, misalnya terhirup gas toksis (ammonia, aspirasi asam dari cairan lambung
dan lain-lain). Kemugkinan adanya faktor imun yang terlibat belum diketahui dengan pasti
karena bronkiektasis dapat ditemukan pula pada pasien colitis ulseratif, reumathoid arthritis,
dan sindrom Sjorgen.

Faktor predisposisi terjadinya bronkiektasis dapat di bagi menjadi tiga, yaitu :

1. Kekurangan mekanisme pertahanan yang didapat atau congenital, biasanya kelainan


imunologi berupa kekurangan globulin gamma atau kelainan imunitas selular atau
kekurangan alfa-1 antitripsin
2. Kelainan struktur congenital seperti fibrosis kistik, sindrom kartagener, kekurangan
kartilago bronkus, dan kisfoskoliosis congenital
3. Penyakit paru primer seperti tumor paru, benda asing, atau tuberculosis paru.
Sumber: Buku NANDA NIC-NOC 2015
Penyebab Bronkietaksis yang lainnya adalah akibat dari penurunan daya tahan tubuh
dan berbagai penyakit keturunan, seperti sindroma Kartagener. Dimana gerakan
gerakan silia menjadi berkurang, Bronkietaksis situs inversus dan fibrosis kista dari
pancreas.

D. Patofisiologi Bronkiektasis

Patofisiologi dari bronkiektasis dapat terjadi akibat faktor konginetal seperti kekurangan
mekanisme pertahanan yang didapat, ketika imunitas seseorang menurun sehingga bakteri,
virus, jamur dapat dengan mudah menginfeksi dan mengakibatkan terjadinya pneumonia
berulang, peradangan ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan permanen pada dinding
bronkus. Ketika dinding bronkus rusak sehingga batuk menjadi tidak efektif, akibatnya
kemampuan untuk mengeluarkan sekret menjadi menurun. Sekret yang menumpuk menjadi
tempat berkembangnya bakteri yang dapat menimbulkan infeksi.

Ketika dinding bronkial yang terinfeksi menyebabkan kehilangan struktur pendukungnya


dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat menyumbat bronki. Dinding bronkial
menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat dan dapat mengalami batuk
darah(hemoptisis) akibat nekrosis mukosa bronkus yang mengenai pembuluh darah sehingga
menimbulkan pendarahan.

Kelainan struktur kongenital seperti fibrosis kistik, sindroma kartagener dan kurangnya
kartilago bronkus dapat menyebabkan terkumpulnya sekret sehingga kuman berkembang dan
infeksi bakteri pada dinding bronkus. Infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
otot dan elastin sehingga terjadi kerusakan bronkus yang menetap. Kemampuan bronkus untuk
berkontraksi berkurang dikarenakan kemampuan mengeluarkan sekret menurun sehingga
terjadi ketidakefektifan jalan nafas. infeksi bakteri pada dinding bronkus juga menyebabkan
terjadinya peningkatan suhu tubuh sehingga dapat terjadi hipertermi.

Penyakit brokiektasis dapat terjadi pada pasien yang mengalami peyakit paru primer
(tumor paru, benda asing, Tb paru) sehingga mengakibakan obstruksi pada saluran
pernapasan. Kerusakan ini dapat menyebabkan ateletaksis, penyerapan udara di parenkim dan
sekitarnya menjadi tersumbat hal ini menyebabkan ketidakefektifan pola nafas serta
menjadikan tekanan intra pleura lebih negatif dari tekanan atmosfer. Dengan demikian
bronkus akan mengalami dilatasi, sekret akan terkumpul menyebabkan infeksi sekunder.
Sekret yang terkumpul dapat menyebabkan mudah terjadinya infeksi sehingga akan
mengalami bronkiektaksis yang menetap dan resiko infeksi.

Retensi sekresi dan obstruksi yang pada akhirnya menyebabkan alveoli mengalami
kolaps. Jaringan parut atau fibrosis akibat reaksi inflamasi menggantikan jaringan paru yang
berfungsi. Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernapasan dengan penurunan
kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume residual terhadap kapasitas
paru total. Terjadi kerusakan campuran gas yang di inspirasi (ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi) dan hipoksimia.

E.Pathway Bronkiektasis
Sumber: Buku NANDA NIC NOC 2015
F. Manifestasi Klinis

1. Batuk kronis dan sputum purulen kehitaman yang berbau busuk

2. sejumlah besar dari pasien mengalami “Hemoptisis”

3. Clubing fingers, terjadi akibat insufisiensi pernafasan

4. Batuk semakin memburuk jika pasien berbaring miring

5. Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi hari, setelah tiduran
dan berbaring
6. Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau tidak ada gejala sama
sekali (Bronkiektasis ringan)
7. Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih dari 200-300 cc,
disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan , anemia, nyeri pleura, dan
lemah badan kadang-kadang sesak nafas dan sianosis sputum sering mengandung bercak
darah, dan batuk darah
8. Wheezing, Ronkhi
9. Warna kulit kebiruan
10. Pucat
11. Bau mulut
Sumber: Buku NANDA NIC-NOC 2015

G. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium.

 Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum meliputi volume sputum, warna sputum, sel-sel dan bakteri dalam
sputum. Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi purulen dan
mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan sputum dapat menghasilkan flora
normal dari nasofaring, streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza, stapilokokus aereus,
klebsiela, aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa. Apabila ditemukan sputum berbau
busuk menunjukkan adanya infeksi kuman anaerob.

 Pemeriksaan darah tepi.

Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang ditemukan adanya leukositosis


menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan anemia menunjukkan adanya infeksi yang
menahun.

 Pemeriksaan urine

Ditemukan dalam batas normal, kadang ditemukan adanya proteinuria yang bermakna
yang disebabkan oleh amiloidosis. Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal kadang
bisa meningkat atau menurun.
 Pemeriksaan EKG

EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang sudah ada komplikasi
korpulmonal atau tanda pendorongan jantung.

 Spirometri

Spirometri pada kasus ringan mungkin normal tetapi pada kasus berat ada kelainan
obstruksi dengan penurunan volume ekspirasi paksa 1 menit atau penurunan kapasitas vital,
biasanya disertai insufisiensi pernafasan yang dapat mengakibatkan :

1. Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi


2. Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arteri
3. Hipoksemia
4. Hiperkapnia

 Foto dada PA dan Lateral

Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan batas-batas corakan
menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada gambaran sarang tawon serta gambaran
kistik dan batas-batas permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri,
karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya menyilang
mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri dan lobus medius paru kanan.

 Pemeriksaan Bronkografi

Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana untuk mengevaluasi
penderita yang akan dioperasi yaitu penderita dengan pneumoni yang terbatas pada suatu
tempat dan berulang yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat pengobatan
konservatif atau penderita dengan hemoptisis yang pasif. Bronkografi dilakukan setelah
keadaan stabil, setelah pemberian antibiotik dan postural drainage yang adekuat sehingga
bronkus bersih dari sekret.

(Marylin E doengoes, 2000)

H. Penatalaksanaan Bronkiektasis
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainase sekret dan mengobati infeksi.
Objektif dari pengobatan adalah untuk mencegah dan mengontrol infeksi serta untuk
meningkatkan drainase bronchial untuk membersihkan bagian paru yang sakit atau paru-paru
dari sekresi yang berlebihan.

1. Infeksi dikendalikan dengan terapi antimikroba didasarkan pada hasil pemeriksaan


sensitivitas pada organisme yang di kultur dari sputum. Pasien mungkin dimasukkan
ke dalam regimen antibiotic yang berbeda pada interval yang bergantian. Beberapa
dokter meresepkan antibiotic sepanjang musim dingin atau ketika terjadi infeksi
saluran pernafasan atas. Pasien harus divaksinasi terhadap influenza dan pneumonia
pneumokokus.
2. Drainase postural dari tuba bronchial mendasari semua rencana pengobatan karena
drainase area bronkiektaksis oleh pengaruh gravitasi mengurangi jumlah sekresi dan
tingkat infeksi (kadang-kadang sputum mukopurulen harus dibuang dengan
bronkoskopi). Daerah dada yang sakit mungkin diperkusi atau di “tepuk-tepuk” untuk
membantu melepaskan sekresi. Drainase postural pada awalnya dilakukan untuk
periode singkat dan kemudian ditingkatkan dengan pasti.
3. Bronkodilator dapat diberikan pada individu yang juga mengalami penyakit obstruksi
jalan nafas. Pasien dengan bronkiektasis hampir selalu mempunyai kaitan dengan
bronchitis. Simpatomimetik, terutama Beta-adrenergik, dapat digunakan untuk
meningkatkan transfort sekresi mukosiliaris.
4. Untuk meningkatkan pengeluaran sputum, kandungan air dari sputum ditingkatkan
dengan tindakan aerosolized nebulizier dan dengan meningkatkan masukan cairan
peroral. Face tent baik untuk member kelembaban ekstra terhadap aerosol. Pasien
harus tidak merokok, karena merokok merusak drainase bronchial dengan
melumpuhkan aksi siliaris, meningkatkan sekresi bronchial, dan menyebabkan
inflamasi membrane mukosa, mengakibatkan hyperplasia kelenjar mukosa.
5. Intervensi bedah, meski tidak sering dilakukan, mungkin diperlukan bagi pasien yang
secara kontinu mengeluarkan sputum dalam jumlah yang sangat besar dan mengalami
penyakit pneumonia dan hemoptisis berulang meskipun kepatuhan pasien terhadap
regimen pengobatan. Namun demikian, penyakit harus hanya mengenai satu atau dua
daerah paru yang dapat diangkat tanpa menyebabkan insufiensi pernafasan. Tujuan
tindakan pembedahan dalah untuk menjaga jaringan paru normal dan menghindari
komplikasi infeksius. Semua jaringan yang sakit diangkat, sehingga fungsi paru
pascaoperatif akan adekuat. Mungkin ada baiknya untuk mengangkat suatu segmen
lobus (reseksi segmental), lobus (lobektomi), atau keseluruhan paru
(pneumonnektomi). Reseksi segmental adalah pengangkatsubdivisi anatomi dari lobus
paru. Keuntungan utama dari tindakan iini adalah bahwa hanya jaringan yang sakit saja
yang diangkat dan jaringan paru yang sehat terpelihara. Bronkografi membantu dalam
menggambarkan segmen paru. Pembedahan didahului dengan periode persiapan
operasi yang cermat. Tujuannya adalah untuk memungkinkan agar percabangan
trakeobronkial kering (sekering mungkin) untuk mencegah komplikasi (atelektasis,
pneumonia, fistula bronkopleura, dan emfisema). Tujuan ini dicapai dengan cara
drainase postural atau tergantung pada letak abses, dengan suksion langsung melalui
bronkoskop. Serangkaian terapi abtibakterial mungkin diresepkan.

(Sumber buku pustaka)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKIEKTASIS

1. Pengkajian Data Dasar

A. Riwayat atau adanya faktor-faktor penunjang

1. Merokok produk tembakau sebagai faktor penyebab utama


2. Tinggal atau bekerja di daerah dengan polusi udara berat
3. Riwayat alergi pada keluarga

B. Riwayat atau adanya faktor-faktor pencetus eksaserbasi seperti :

1. Allergen ( serbuk, debu, kulit, serbuk sari atau jamur)


2. Stres emosional
3. Aktivitas fisik yang berlebihan
4. Polusi udara
5. Infeksi saluran nafas
6. Kegagalan program pengobatan yang dianjurkan

C. Pemeriksaan fisik berdasarkan fokus pada system pernafasan yang meliputi :

1. Kaji frekuensi dan irama pernafasan : RR meningkat/ menurun/ normal


2. Inspeksi warna kulit dan warna menbran mukosa: pucat/ sianosis/ ikterik
3. Auskultasi bunyi nafas : vesikuler/ wheezing/ ronchi
4. Pastikan bila pasien menggunakan otot-otot aksesori bila bernafas :
a. Mengangkat bahu pada saat bernafas
b. Retraksi otot-otot abdomen pada saat bernafas
c. Pernafasan cuping hidung
5. Kaji ekspansi dada : simetris/ asimetris
6. Kaji batuk : produktif/ nonproduktif. Bila produktif tentukan warna sputum.
7. Kaji tingkat kesadaran.

D. Pemeriksaan diagnostik meliputi :

1) Gas darah arteri (GDA) menunjukkan PaO2 rendah dan PaCO2 tinggi

2) Sinar X dada memunjukkan peningkatan kapasitas paru dan volume cadangan

3) Klutur sputum positif bila ada infeksi

4) Esei imunoglobolin menunjukkan adanya peningkatan IgE serum

5) Tes fungsi paru untuk mengetahui penyebab dispneu dan menentukan apakah fungsi
abnormal paru ( obstruksi atau restriksi).

6) Tes hemoglobolin

E. Kaji persepsi diri pasien

F. Kaji berat badan dan masukan rata-rata cairan dan diet.


(Marylin E doengoes, 2000)

2. Diagnosa Keperawatan Bronkiektasis

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret atau
sekresi kental

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan edema pada bronkus

3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

4. Resiko Infeksi berhubungan dengan akumulasi secret jalan nafas

Sumber: Buku NANDA NIC NOC 2015


3. Intervensi Keperawatan Bronkiektasis

No DIAGNOSA TUJUAN PERENCANAAN

INTERVENSI RASIONAL

1 Ketidakefekti Tujuan : Setelah - Kaji fungsi - Membantu adanya


fan bersihan diberikan asuhan pernafasan, perubahan pola nafas
jalan nafas keperawatan selama bunyi nafas,
- Dapat memperlancar
berhubungan 3×24 jam kecepatan
sirkulasi pernafasan
dengan diharapkan jalan irama
dalam tubuh
peningkatan napas kembali
- Kaji posisi
produksi efektif - Mengajarkan batuk
nyaman
sekret atau efektif agar pasien
Kriteria Hasil : untuk klien
sekresi kental mandiri
- Mempertaha - Ajar dan
- Untuk menurunkan
nkan jalan anjurkan
spasme jalan nafas
nafas paten klien untuk
dengan batuk efektif
bunyi nafas
-Beri klien
bersih dan
jelas mukolitik

- MenunjukkaK
3.
n perilaku
untuk
memperbaik
i bersihan
jalan nafas
misalnya :
batuk
efektif

2 Ketidakefekti Tujuan : Setelah - Ajarkan - Teknik relaksasi


fan pola nafas diberikan asuhan teknik distraksi dapat
berhubungan keperawatan selama relaksasi mengurangi rasa
dengan 3×24 jam distraksi nyeri yang dirasakan
edema pada diharapkan pola klien.
- Pantau TTV
bronkus nafas kembali
- Perubahan TTV
efektif.
mengindikasikan
Keriteria Hasil : adanya perubahan
pada organ yang b.d
- - Anjurkan status kesehatan klien
Mendemonstrasika klien dalam
n batuk efektif dan teknik - Alat untuk
suara nafas yang menekan mengontrol
bersih, tidak ada dada selama ketidaknyamanan
sianosis dyspneu batuk dada sementara
(mampu meningkat kefektifan
mengeluarkan upaya batuk
sputum, mampu
- Obat dapat digunakan
bernafas dengan
untuk menekan batuk
mudah, tidak ada
non
pursed lips)
produktif/menurunka
-Menunjukkan n mukosa berlebihan
jalan nafas paten
4
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)

-TTV dalam
rentang normal
(tekanan darah,
nadi, pernafasan)

3 Hipertermi Tujuan : setelah - Berikan - Kompres hangat


dilakukan tindakan kompres membantu
keperawatan selama hangat atau melebarkan pori-
3x24 jam kompres pori permukaan
diharapkan Klien dingin sesuai kulit sehingga
dapat mengatasi dengan mempercepat
masalah persetujuan pengeluaran panas
peningkatan suhu klien
- Pakaian yang tipis
tubuh untuk
mencegah - Anjurkan tidak menghambat
kekurangan cairan klien untuk pengeluaran panas
atau komplikasi menggunaka tubuh
lainnya akibat n pakaian
- Pakaian atau alat
hipertermi yang tipis
tenun yang lembab
dan
Keriteria Hasil : atau basah akan
menyerap
suhu tubuh dalam menimbulkan
keringat
rentang normal, ketidak nyamanan
nadi dan RR dalam - Ganti pada klien
rentang normal, pakaian atau
- Selimut yang tebal
tidak ada perubahan alat tenun
akan menghambat
warna kulit dan yang lembab
pengeluaran panas
tidak ada pusing atau basah
tubuh
karena
keringat 2.
yang banyak3.
4.
- Berikan
selimut yang
tipis

24

4 Resiko Tujuan : setelah - Awasi suhu - Demam dapat


Infeksi dilakukan klien. terjadi karena
berhubungan tinndakan asuhan infeksi dehidrasi.
dengan keperawatan
- Aktivitas ini dapat
akumulasi diharapkan tidak - Kaji
meningkatkan
secret jalan terjadi infeksi pentingnya mobilisasi dan
napas pernafasan dalam latihan pengeluaran sekret
waktu 2x24 jam pernapasan, untuk menurunkan
batuk resiko terjadinya
Keriteria Hasil :
efektif, infeksi paru.
frekuensi napas 16-
perubahan
20 x/menit, - Sekret berbau,
posisi
frekuensi nadi 60- kuning atau
sering, dan
80 x/menit, tidak kehijauan
masukan
ada peningkatan menunjukkan
cairan
suhu tubuh, adanya infeksi
adekuat.
kemampuan batuk paru.
efektif normal. - Observasi
- Menurunkan
warna,
potensial terpajan
karakter,
pada penyakit
dan bau
infeksius.
sputum.

- Menurunkan
- Awasi
konsumsi/kebutuh
pengunjung
an keseimbangan
, berikan
oksigen dan
masker
memperbaiki
sesuai
pertahanan pasien
indikasi.
terhadap infeksi,
- Dorong meningkatkan
keseimbang penyembuhan
an antara
- Malnutrisi dapat
aktivitas
mempengaruhi
dan
kesehatan umum
istirahat.
dan menurunkan
- Diskusikan tahanan terhadap
kebutuhan infeksi.
masukan
- Dapat diberikan
nutrisi
untuk organisme
adekuat.
khusus yang
- Berikan teridentifikasi
antimikrobi dengan kultur dan
al sesuai sensitifitas.
indikasi

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan


kerusakan alveoli.

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Kriteria :

GDA dalam batas normal, warna kulit membaik, frekuensi nafas 12- 24x/mt, bunyi nafas
bersih, tidak ada batuk, frekuensi nadi 60-100x/mt, tidak dispneu.

Rencana Tindakan :

1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan serta catat penggunaan otot aksesori

untuk mengevaluasi derajat distress pernafsan/ kronisnya suatu penyakit.

2. Tingikan kepala tempat tidur dan Bantu untuk memilih posisi yang mudah untuk
bernafas .Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
Suplai oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk
menurunkan kolaps jalan nafas.

3. Dorong untuk pengeluaran sputum/ penghisapan bila ada indikasi

Sputum menganggu proses pertukaran gas serta penghisapan dilakukan bila batuk tidak
efektif.

4. Awasi tingkat kesadaran / status mental

Manisfestasi umum dari hipoksia

5. Awasi tanda vital dan status jantung

Perubahan tekanan darah menunjukkan efek hipoksia sistemik pada fungsi jantung

6. Berikan oksigen tambahan dan pertahankan ventilasi mekanik dan Bantu intubasi

Dapat memperbaiki atau mencegah terjadinya hipoksia dan kegagalan nafas serta tindakan
untuk penyelamatan hidup.

(Marylin E doengoes, 2000)

BAB VI

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang
abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muscular dinding
bronkus. Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronkiektasis dapat dibagi menjadi 3
yaitu; Bronkiektasis silindris, Bronkiektasis fusiform, Bronkiektasis kistik atau sakular.

Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan–perubahan dalam dinding


bronkus berupa destruksi elemen–elemen elastic, otot–otot polos bronkus, tulang rawan, dam
pembuluh–pembuluh darah. Bronkiektasis dapat terjadi akibat faktor konginetal seperti
kekurangan mekanisme pertahanan, kelainan struktur kongenital dan penyakit paru primer
seperti tumor paru, benda asing dan TB paru.

Dan juga kita dapat mengetahui apa itu bronkiektasis, penyebab, tanda dan gejala,
bagaimana cara penatalaksanaan serta tindakan keperawatan yang bisa dilakukan. Oleh karena
itu, individu yang mengalami bronkiektasis atau mengalami tanda dan gejala dari
bronkiektasis segera melakukan tindakan lanjut, yaitu dengan datang ke Dokter maupun
Rumah Sakit untuk memeriksakan keadaannya, dan juga untuk mendapatkan penyuluhan
keesehatan tentang bronkiektasis.

B.SARAN

Dalam penyusunan makalah ini, banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu saran
dari Dosen Pengajar dan teman-teman yang membangun untuk lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, (2000), Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.

Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I,


Jakarta: EGC
https://www.academia.edu/33441234/Askep-bronkiektasis

Ilmu Penyakit Paru/Prof. Dr. H. Tabrani Rab; Jakarta; TIM, 2010

Buku NANDA NIC NOC 2015

Anda mungkin juga menyukai