Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA BRONCHIECTASIS

A. Pendahuluan
1. Sasaran Pembelajaran
a. Tujuan Instrusional Umum (TIU)
Mahasiswa diharapkan mampu menerapkan manajemen fisioterapi pada kondisi
Bronchiectasis.
b. Tujuan Instrusional Khusus (TIK)
Mahasiswa diharapkan mampu:
1) Membandingkan anatomi, fisiologi, dan patofisiologi Bronchiectasis.
2) Menjelaskan tanda dan gejala akibat Bronchiectasis.
3) Menentukan jenis pemeriksaan fisioterapi dan menganalisis hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan.
4) Menguraikan problematik dan mendesain intervensi fisioterapi untuk kasus
Bronchiectasis.
5) Terampil melakukan jenis pemeriksaan dan mengaplikasikan jenis intervensi yang
ditentukan sesuai dengan problematik yang ada.
2. Kemampuan Prasyarat Mahasiswa
Sebelum mencermati pembahasan materi ini, mahasiswa sebaiknya telah mengikuti
mata kuliah sistem respirasi dalam fisioterapi, dasar dasar mengenai penyakit paru
obstruktif, proses dan pengukuran fisioterapi, terapi latihan dan manipulasi, sehingga
dapat mengidentifikasi perbedaan kasus brochiectasis dengan kasus-kasus penyakit
obstruktif paru lainnya dan menyusun program manajemen terhadap materi terkait.

3. Keterkaitan Bahan Pembelajaran dengan Pokok Bahasan Lain


Materi kasus Bronchiectasis ini dirancang melalui perbandingan antara struktur paru
paru yang normal dengan abnormal. Materi ini juga berhubungan dengan materi
manajemen fisioterapi penyakit paru obstruktif lainnya, yaitu bronchitis kronik dan
emphysema.
4. Manfaat
Sebagai salah satu profesi di bidang kesehatan, seorang fisioterapi diharapkan mampu
melakukan manajemen kasus, baik berupa asesmen, diagnostik, intervensi, dan evaluasi
yang tepat demi menunjang kesembuhan pasien di rumah sakit maupun di klinik
fisioterapi. Pokok bahasan ini juga memiliki implikasi bagi mahasiswa untuk
memecahkan kasus-kasus yang terkait gangguan pernapasan. Oleh karena itu, mata kuliah
ini ditawarkan kepada mahasiswa untuk memperoleh penjelasan dan praktik yang
komprehensif seputar kasus-kasus PPOK (penyakit paru obstruksi kronik) khususnya
Bronchiectasis, agar dapat menunjang kompetensi mahasiswa kelak sebagai fisioterapis
dalam menangani pasien dengan tepat.

5. Petunjuk Belajar Mahasiswa


Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan model The Five Jumps,
pembelajarannya terpusat pada mahasiswa (Student Centre Learning), yang
merupakan PBM baku yang digunakan di Program Studi Fisioterapi Unhas. Hal-hal
yang belum jelas, atau hal-hal baru akan dibahas pada kuliah pakar dari dosen.

B. Penyajian Materi
1. Teori Kasus
1.1. Anatomi dan Fisiologi Terapan
Dalam keadaan normal, dinding bronchus terbuat dari beberapa lapisan yang
ketebalan dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran pernapasan.

Lapisan dalam (mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel


yang melindungi saluran pernapasan dan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya.
Sel-sel ini terdiri dari:
Gambar 1: Sel cilia dan sel goblet
1. Sel penghasil lendir
2. Sel bercilia, yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu partikel-
partikel dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran pernapasan
3. Sel-sel lainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh,
melawan organisme dan zat-zat yang berbahaya lainnya.
Struktur saluran pernapasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan kartilago
(tulang rawan), yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran pernapasan sesuai
kebutuhan.
Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi sebagai pemberi zat makanan dan
sistem pertahanan untuk dinding bronchus.

1.2. Patofisiologi
1.2.1. Definisi
Secara khusus, Bronchiectasis menyebabkan pembesaran pada bronchus yang
berukuran sedang, tetapi bronchus berukuran kecil yang berada dibawahnya sering
membentuk jaringan parut dan menyempit.
Gambar 2: Perbedaan antara bronchus yang normal dan yang mengalami bronchiectasis

Gambar 3: Jalan napas di bronchus yang dipenuhi mucus

Pada bronchiectasis daerah dinding bronchus mengalami kerusakan dan menjadi


inflamasi yang kronik. Bronchus yang mengalami inflamasi, akan kehilangan
keelastisannya, sehingga bronchus akan menjadi lebar dan lembek serta membentuk
kantung (saccus) yang menyerupai balon yang kecil. Inflamasi juga meningkatkan sekresi
mucus. Karena sel yang bercilia mengalami kerusakan, sekret yang dihasilkan akan
menumpuk dan memenuhi jalan napas dan menjadi tempat berkembangnya bakteri. Yang
pada akhirnya bakteri-bakteri tersebut akan merusak dinding bronchus, sehingga menjadi
lingkaran setan antara infeksi dan kerusakan jalan napas.
Permukaannya menjadi abnormal, cilia pada sel epitel menghilang, terjadi perubahan
metaplasia skuamosa dan terjadi sebukan hebat sel-sel inflamasi. Apabila terjadi eksaserbasi
infeksi akut, pada mukosa akan terjadi pengelupasan, ulserasi dan pernanahan.
1.2.2. Epidemiologi
Bronchiectasis merupakan penyebab kematian yang amat penting pada negara-negara
berkembang. Di negara-negara maju seperti AS, Bronchiectasis mengalami penurunan seiring
dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi Bronchiectasis lebih tinggi pada penduduk dengan
golongan sosioekonomi yang rendah.
Data terakhir yang diperoleh dari RSUD Dr. Soetomo tahun 1990 menempatkan
Bronchiectasis pada urutan ke-7 terbanyak. Dengan kata lain didapatkan  221 penderita dari
11.018 (1.01%) pasien rawat inap.
1.2.3. Etiologi
Dalam hal ini, bronchiectasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan. Faktor
genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan memegang peranan penting.
Bronchiectasis yang timbul kongenital biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronchus
pada satu atau kedua bronchus.
1. Infeksi (Campak, Influenza, Infeksi bakteri contohnya Klebsiella, Staphylococcus,
Infeksi Tuberculosa)
2. Penyumbatan Bronchus (Benda asing yg terisap, Pembesaran kelenjar getah bening,
Tumor paru, Sumbatan oleh lendir)
3. Cedera Penghirupan (Cedera karna asap, gas atau partikel beracun)
4. Kelainan Imunologik (Disfungsi sel darah putih, Sindroma kekurangan
imunoglobulin)
5. Keadaan Lain (Penyalahgunaan obat (heroin), HIV)

1.2.4. Klasifikasi Bronchiectasis

Berdasarkan atas bronkografi dan patologi bronchiectasis dapat dibagi menjadi 3


yaitu:

- Silindrik (tubular) : Bronchiectasis yg pling ringan. Bronchus tampak seperti pipa yg


berdilatasi, jalan napas yg lebih kecil karna dipenuhi mucus
- Varicose (fusiform) : bronchus yg abnormal bentuknya menyerupai varises vena.
Pelebaran bronchus lebih lebar dari bentuk silindrik dan bersifat irregular
- Saccular (kistik) : Dilatasi bronchus sangat progresif menuju ke perifer bronchus.
Pelebaran bronchus ini terlihat sebagai balon
Gambar 4: Bentuk kelainan anatomis Bronchiectasis
1.2.5. Patomekanisme
Permulaannya didahului dengan adanya infeksi pada bronchus atau paru, kemudian
timbul bronchiectasis. Mekanisme kejadiannya sangat rumit. Secara ringkas dapat dikatakan
bahwa infeksi pada bronchus atau paru, akan diikuti proses destruksi dinding bronchus
daerah infeksi dan kemudian timbul bronchiectasis.
Selanjutnya apabila didahului obstruksi bronchus oleh beberapa penyebab (misalnya
tuberkulosis kelenjar limfe pada anak, karsinoma bronchus, korpus alineum dalam bronchus)
akan diikuti terbentuknya Bronchiectasis. Pada bagian distal obstruksi biasanya akan terjadi
infeksi dan destruksi bronchus, kemudian terjadi Bronchiectasis.
Sebelum perang dunia kedua, 70% penderita Bronchiectasis akan meninggal sebelum
umur 40 tahun. Sekarang gambaran kliniknya lebih ringan dan pada studi retrospektif tahun
1981, dimana efektifitas antibiotik makin baik, maka prognosisnya makin bagus dengan
angka mortalitas jadi 13%. Saat ini mortalitas yang tinggi dihubungkan dengan faktor usia
lanjut, status fungsional yang buruk, penyakit yang berat berdasarkan foto rontgen dada, serta
adanya hipoksemia dan hiperkapnia. Pengecualian pada Bronchiectasis karena fibrosis kistik
atau sebab kelainan kongenital lainnya dan gangguan imunitas, disini prognosisnya tetap
buruk

1.2.6. Manifestasi Klinis


1) Infeksi berat, dilatasi dan obstruksi bronchiolus
2) Batuk produktif dengan sputum yang purulen (sputumnya bercampur dengan nanah)
atau hemoptisis (bercampur darah)
3) Adapun perubahan patologi yang dapat terjadi adalah
a) Infeksi berulang pada lower lobus paru-paru disertai dilatasi broncus dan
bronkiolus
b) Kerusakan sel epitel cilia di area infeksi
c) Akumulasi sekresi yang purulen dan sangat banyak
d) Apabila infeksinya terlokalisir maka mungkin lobectomy akan menjadi
indikasi
1.2.7. Diagnosis Banding
1.   Bronkitis kronis
Bronkitis kronis menunjukan gambaran bronchus yang normal pada pemeriksaan
bronkografi.
2.   Tuberkulosis paru
Pada tuberkulosis paru tampak gambaran radiologis yang berbeda dengan gambaran
Bronchiectasis, terlebih lagi bila dijumpai basil tuberkulosis dalam sputum. Akan
tetapi perlu diingat bahwa Bronchiectasis dapat merupakan penyulit dari tuberkulosis
paru.
3.  Abses Paru
Pada radiologis tampak abses yang dapat dibedakan dari gambaran bronkiektatais.
4.  Tumor Paru
Tampak gambaran masa padat pada paru, bila proses keganasan memberi gambaran
infiltrat, maka perlu dibedakan dengan proses pneumonia.

2. Praktek Proses Fisioterapi


2.1. PemeriksaanFisioterapi
Pemeriksaan fisioterapi dilakukan untuk menentukan diagnosis dan problematic
fisioterapi sebagai dasar untuk menyusun dan menentukan jenis intervensi yang akan
dilakukan. Jenis pemeriksaan fisioterapi yang dapat dilakukan berkaitan dengan kondisi
Bronchiectasis menggunakan metode CHARTS, mencakup:
Catatan: jenis pemeriksaan berikut ini silahkan di susun sesuai metode CHARTS
1. Pengambilan data pasien berkaitan dengan kondisi melalui anamnesis/history taking.
2. Inspeksi baik secara statis maupun dinamis pada daerah cervical, bahu, punggung dll.
Dalam pemeriksaan ini perhatikan posisi bahu pasien, postur tubuh dan ujung jari
tangan pasien yang biasa di temukan akan ada warna kebiruan. Disamping itu
perhatikan pula pola napas yang dilakukan pasien apakah cepat atau lambat, dan
dilanjutkan dengan mempalpasi apakah ada hipertonus otot bantu pernapasan seperti
(M.Upper trapezius, M.SCM, M.Scaleni dan M.Pectoralis mayor)
3. Pemeriksaan fisik mencakup; orientasi tes dan pemeriksaan fungsi gerak dasar aktif,
gerak dasar pasif dan isometric tes.
4. Pemeriksaan spesifik untuk kasus Bronchiectasis, seperti:
a.) VITAL SIGN
- Tekanan darah : 120/90 mmHg
- Denyut nadi : 82x/menit (takikardi)
- Pernapasan : 26x/menit (takikpneu)
b.) Auskultasi
Terdapat mengi (wheezing) karna adanya obstruksi saluran napas
c.) Perkusi
Bunyi dull (abnormal/karena banyak mucus)
d.) Fremitus
Getaran lebih terasa di sebelah kanan dibanding kiri
2.2. Intervensi Fisioterapi
Fisioterapi sangat berperan dalam mengatasi beberapa gejala klinis yang ditimbulkan
dalam patologi Bronchiectasis, sehingga diperlukan beberapa intervensi yang sesuai untuk
mengatasi problem-problem kasus tersebut untuk selanjutnya dievaluasi. Beberapa problem
yang dapat terjadi pada klien, yaitu:
1. Postural drainage untuk mengakumulasi sekresi yang purulen dan sangat banyak
2. Latihan mengefektifkan dan mengontrol batuk untuk membersihkan sekresi dari saluran
napas, meningkatkan ekspansi paru dan mobilisasi sekresi.
3. Chest mobilization exercise ( breathing control dikombinasikan dengan diafragma
breathing dengan Pursed lip breathing ) untuk membuat pola pernapasan semakin baik
yang membuat sesak napas yang diderita oleh pasien semakin terkontrol dan menurun
secara perlahan
2.3. Kemitraan Fisioterapi
Pengembangan kemitraan Fisioterapi dapat dilakukan dengan profesi kesehatan
lainnya dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan sepenuhnya terhadap kondisi
klien. Hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan perkembangan
patofisiologinya. Dalam memberikan intervensi klien tersebut, Physio dapat bermitra
dengan dokter spesialis saraf, dokter spesialis patologi klinik, ahli okupasional, perawat,
psikolog, ahli gizi, dan pekerja sosial medis lainnya.
3. Rangkuman

Bronchiectasis adalah suatu penyakit yang di tandai dengan adanya dilatasi


bronchus yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut
menyebabkan berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru.
Bronchiectasis digolongkan dalam penyakit paru obstruktif kronik, yang
bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernapasan dan mudah kolaps, lalu
menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan
mucus yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis (sputum
bercampur darah).

C. Penutup
1. Kasus dan Soal Latihan
Seorang pria berprofesi sebagai pekerja industri berusia 38 tahun datang ke fisioterapi
dengan keluhan batuk disertai dahak. Keluhan di alami 1 tahun yang lalu. Sebelumnya pasien
mengeluh sesak napas saat sedang melakukan aktivitas seperti berolahraga jogging,dan batuk
pasien semakin memburuk saat baring dengan posisi miring.dari hasil observasi didapatkan
clubbing fingers, dan hasil auskultasi terdengar ada bunyi wheezing (bunyi napas mengi).
Rancanglah manajemen fisioterapi sesuai kasus tersebut dan selesaikanlah soal-soal berikut.

1. Jelaskan anatomi fisiologi dan patofisiologi Bronchiectasis!


2. Jelaskan tanda dan gejala akibat Bronchiectasis!
3. Jelaskan jenis pemeriksaan fisioterapi dan analisis hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan!
4. Jelaskan problematik dan rencanakan intervensi fisioterapi selanjutnya!
5. Praktikkan penyusunan program fisioterapi pada kondisi Bronchiectasis (lihat kasus)!

2. Umpan Balik
Setelah membaca bahan ajar pada bab ini, maka mahasiswa diharapkan telah mampu:
1. Membandingkan anatomi, fisiologi, dan patofisiologi Bronchiectasis.
2. Menguraikan tanda dan gejala akibat Bronchiectasis.
3. Menentukan jenis pemeriksaan fisioterapi dan menganalisis hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan
4. Menganalisis problematik dan mendesain intervensi fisioterapi.
5. Terampil melakukan jenis pemeriksaan dan mengaplikasikan jenis intervensi yang
ditentukan sesuai dengan problematik yang ada.

3. Daftar Pustaka
Rusli. Dkk. 2015. Fisioterapi Respirasi Makassar
Buku Ajar Patologi, edisi 7 vol. 2
Kowalak, Jennifer P. 2011. Potofisiologi. Jakarta : EGC

4. Daftar Kata Penting


Obstruktif – penyempitan saluranudara yang biasa terjadi di paru paru
Efferent – keluar dari suatu struktur (seperti saraf dan pembuluh darah).
Iskemia – (ischemia) defisiensi darah pada suatu bagian, biasanya akibat konstruksi
fungsional atau obstruksi pembuluh darah.

Anda mungkin juga menyukai