Anda di halaman 1dari 58

0

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-NYA, penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul BRONKRITIS KRONIS .

Makalah ini penulis buat sebagai tugas dari mata kuliah Sistem Respirasi , penulis tak lupanya mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini:

1. Orang tua yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk menggapai impian dan cita-cita.

2. Dosen dan mata kuliah SISTEM RESPIRASI yang telah memberikan arahan untuk menyelesaikan makalah ini.

3. Teman-teman di STIKES AMANAH khususnya lokal II.B Keperawatan dan anggota kelompok.

Penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dalam penyempurnaan makalah ini, dan penulis juga minta maaf

jika terdapat kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan atas perhatiannya

penulis ucapkan terima kasih.

Padang, Oktober 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi
Bab I :Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

Bab II : Pembahasan

1. Pengertian

2. Etiologi

1. Rokok

2. Infeksi

3. Polusi

4. Keturunan

5. Faktor sosial ekonomi

6. Tanda dan gejala

7. Patofisiologi

8. Pemeriksaan penunjang

9. Penatalaksanaan

10. WOC

11. Asuhan keperawatan

Bab III : Penutup

1. Kesimpulan

2. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan

bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini

berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut

memegang peran. ( Ngastiyah, 1997 ) Bronkitis berarti infeksi bronkus.

Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau

bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma

dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994) Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih diliputi

kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada

anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982;

Rahayu, 1984)

Bronkritis kronis didefisinikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsunng 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun

berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok atau pemajanan

terhadap polusi adalah penyebab utama bronkritis kronik. Pasien dengan bronkritis kronis lebih rentan terhadap kekambuhan

infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran infeksi virus, bakteri, dan mikro plasma yang luas dapat menyebabkan episode

bronkritis akut. Eksaserbasi bronkritis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin. Menghirup udara yang dingin dapat

menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas , maka perumusan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Apakah pengertian dari bronkritis kronis ?

2. Apakah akibat dari penyakit tersebut ?

1.3 TUJUAN

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengertian secara jelas tentang bronkritis kronis.

2. Pemahaman terhadap sebab akibat tentang bronkritis kronis.

BAB II

PEMBAHASAN

1. A. Pengertian

Bronkitis (Bronchitis; Inflammation bronchi) adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).

Penyakit bronkitis biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki

penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

1. Etiologi

Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari
polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.

v Rokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis.

Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok

berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat

menyebabkan bronkostriksi akut.

v Infeksi

Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder

bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.

v Polusi

Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat

zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat zat pereduksi seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O,

hidrokarbon, aldehid, ozon.

v Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa 1

antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini

menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.

v Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor

lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

1. C. Tanda dan Gejala

Gejala dan tanda klinis yang timbul pada pasien bronkritis tergantung pada luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya,

dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Ciri khas pada penyakit ini adalah adanya batuk kronik disertai produksi sputum, adanya

haemaptoe dan pneumonia berulang. Gejala dan tanda klinis dapat demikian hebat pada penyakit yang berat, dan dapat tidak

nyata atau tanpa gejala pada penyakit yang ringan.


Bronkritis yang mengenai bronkus pada lobis atas sering dan memberikan gejala :

Batuk, mulai dengan batuk batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari,

penderita terganggu tidurnya.

Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental.

Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang kadang disertai tanda -tanda payah jantung kanan, lama

kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.

D. Patofisiologi

Penemuan patologis dari bronkritis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan sejumlah sel goblet

disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai

peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus

tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada

daerah industri.

Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan

mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil mukus di

bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan

perubahan pada sel sel penghasil mukus dan sel sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan

penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

1. E. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia

b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.

2. Pemeriksaan radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut

adalah bayangan bronchus yang menebal. Corak paru bertambah

1. Pemeriksaan fungsi paru

VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun.

4,8 liter). Y 3,1 liter, XKV (kapasitas vital) : menurun (normal

1,2 liter). Y 1,1 liter, XVR (volume residu) : bertambah (normal

6,0 liter).Y 4,2 liter, XKTP (kapasitas total paru) : normal (normal

KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik atau normal (normal 2,2 liter). Y 1,8 liter, X

1. Analisa gas darah

Pa O2 : rendah (normal 25 100 mmHg)

Pa CO2 : tinggi (normal 36 44 mmHg).

Saturasi hemoglobin menurun.

Eritropoesis bertambah.

F. Penatalaksanaan

a. Tindakan Perawatan

1. Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lender

2. Sering mengubah posisi

3. Banyak minum

4. Inhalasi
5. Nebulizer

6. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain

b. Tindakan Medis

1. Jangan beri obat antihistamin berlebih

2. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial

3. Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari

4. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

1. G. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian.

Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronkritis

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.

Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari.

Ketidakmampuan untuk tidur.

Dispnoe pada saat istirahat.

Tanda : Keletihan

Gelisah, insomnia.

Kelemahan umum/kehilangan massa otot.


1. Sirkulasi

Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung

Distensi vena leher.

Edema dependent

Bunyi jantung redup.

Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis

Pucat, dapat menunjukkan anemi.

1. Integritas Ego

Gejala : Peningkatan faktor resiko

Perubahan pola hidup

Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

1. Makanan/cairan

Gejala : Mual/muntah.

Nafsu makan buruk/anoreksia

Ketidakmampuan untuk makan

1. Hygiene

Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan

Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

1. Pernafasan

Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3 bulan

Episode batuk hilang timbul.

Tanda : Pernafasan biasa / cepat.

Penggunaan otot bantu pernafasan

Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.

Bunyi nafas ronchi

Perkusi hyperresonan pada area paru.

Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku


1. Keamanan

Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.

Adanya/berulangnya infeksi.

Seksualitas

Gejala : Penurunan libido

1. Interaksi sosial

Gejala : Hubungan ketergantungan

Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat

Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.

Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan Keterbatasan mobilitas fisik.

Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.

1. Pemeriksaan diagnostik :

Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil

normal selama periode remisi.

Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi.

TLC : Meningkat

Volume residu : Meningkat.

FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.

GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.

Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa.

2. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.

3. EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.

1. Diagnosa keperawatan

Kemungkinan Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.


4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.

6. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

7. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah.

1. 2. Perencanaan Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

Tujuan :

Mempertahankan jalan nafas paten.

Rencana Tindakan:

Auskultasi bunyi nafas

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan

adanya bunyi nafas.

Kaji/pantau frekuensi pernafasan.

Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.

Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara.

Observasi karakteristik batuk

Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan

Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari

Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.

1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.

Tujuan :

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas

gejala distress pernafasan.

Rencana Tindakan:

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.


Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.

Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps

jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.

Auskultasi bunyi nafas.

Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi

Awasi tanda vital dan irama jantung

Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi

jantung.

Awasi GDA

Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil.

Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA

Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.

Rencana Tindakan:

Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir

Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan

efektif.

Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat

Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.

Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan

Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.

Tujuan :

Menunjukkan peningkatan berat badan.

Rencana Tindakan:

Kaji kebiasaan diet.

Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.

Auskultasi bunyi usus

Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.


Berikan perawatan oral

Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah.

Timbang berat badan sesuai indikasi.

Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

Konsul ahli gizi

Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.

BAB III

KESIMPULAN

1. A. Kesimpulan

Bronkitis (Bronchitis; Inflammation bronchi) adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).

Penyakit bronkitis biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki

penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang akan menyulitkan pembaca

dalam memahaminya. Oleh sebab itu penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para

pembaca, demi kesempurnaan makalah ini.

makalah bronkitis
Sabtu, 05 April 2014

Makalah Bronkitis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal
yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh
perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elastis dan otot polos bronkus.
Bronkus yang terkena biasanya bronkus kecil (medium side), sedangakan bronkus besar
jarang terjadi. Bronkitis dan emfisiema paru sering terdapat bersamaan pada seorang pasien
dalam keadaan lanjut, penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap
yang dinamakn kronik obstruksi pulmonary disease.

Penyebab utama adalah merokok yang berat dan berjangka panjang, yang
mengititasi tabung bronkial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang
berlebihan.penyakit ini di temukan di klinik dan di derita oleh laki-laki dan dapat di derita
mulai dari anak bahkan dapat merupakan kelainan kongenital .

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan timbulnya penyakit Bronchitis ?
2. Gejala apa saja yang dapat ditemukan pada orang yang terkena penyakit Bronkhitis ?
3. Apakah penyakit Bronkitis bisa dicegah ?
4. Bagaimana cara mengobati penyakit Bronkitis ?

C. Tujuan
1. Tujuan secara umum
Mengerti tentang bronkitis dan memahami apa yang harus di lakukan untuk menangani
bronkitis
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui Bronkitis Akut
b. Mengetahui penyebab dari Bronkitis
c. Mengetahui patofisiologi Bronkitis Akut
d. Mengetahui gejala orang yang terkena penyakit Bronkitis
e. Mengetahui cara pengobatan penyakit Bronkitis
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah yang ingin dicapai penulis pada kondisi Bronkitis
adalah sebagai berikut :

1 ) Ilmu Pengetahuan
Sebagai khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan yang
memberikan gambaran mengenai bronkitis akut.

2 ) Institusi pendidikan
Dapat dimanfaatkan untuk institusi pendidikan sebagai sarana pendidikan untuk
mempersiapkan peserta didik dilingkungan pendidikan kesehatan

3 ) Bagi penulis
Memperdalam dan memperluas wawasan mengenai hal kurang lebih hal-hal yang
berhubungan dengan bronkitis akut.
4 ) Bagi pembaca
Menyebarluaskan informasi kepada pembaca maupun masyarakat tentang Bronkitis

BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI FISIOLOGI

Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke
dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang
kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan
CO2 hasil dari metabolism.

a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh
sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran.
Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis
media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di
bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel
getah bening.
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di
bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang
dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 20 cincin yang terdiri dari tulang
rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas
agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut
sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernapasan.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra
thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel
yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6
8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 12 cincin dan mempunyai 2
cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan
terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di
sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari
darah.

B. BRONKITIS
a. Defenisi
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada
pembuluh bronkus,trakea dan bronchial.inflamsi menyebabkan bengkak pada permukaannya,
mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamsi

Bronchitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus local yang
bersifat patologis.dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa
destruksi elemen elemen elastic dan otot-otot polos bronkus . pada umumnya bronkus
berukuran kecil yang diserang. Hal ini dapat menghalangi aliran udara ke paru-paru dan dapt
merusaknya.
Secara klinis para ahli mengartikan bronchitis sebagai suatu penyakit atau gangguan
respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan . ini berati bahwa bronchitis
bukan merupakan penyakit berdiri sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain juga.
Definisi bronchitis menurut beberpa sumber adalah hipersekresi mukus dan batuk
produktif kronis berulang ulang minimal selam3 bulan pertahun atau paling sedikit 2 tahun
berturut turut pada pasien yang diketahui tidak terdapatpenyebab lain.

b. Klasifikasi
1. Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan
penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai. (berakhir dalam masa 3 hari
hingga 3 minggu)
2. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang.
Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh
berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu
berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai
gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan
ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB
tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak
maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah
menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB. (boleh berakhir sehingga 3 bulan dan
menyerang semula untuk selama 2 tahun atau lebih).

C. TANDA DAN GEJALA

gejala bronchitis akut dan kronis yang perlu Anda ketahui:


Batuk
Adanya lendir, baik yang tidak berwarna, putih atau berwarna kuning kehijauan
Napas pendek, yang memburuk bahkan saat mengerahkan sedikit tenaga
Napas sesak
Lelah
Demam ringan dan menggigil
Rasa tidak nyaman pada dada
Jika anda mengalami bronchitis akut, anda mungkin memiliki batuk yang tetap ada dalam
beberapa minggu setelah bronchitis sembuh. Bagaimanapun gejala bronchitis dapat
membingungkan. Anda tidak dapat memiliki lendir ketika anda mengalami bronchitis, dan
anak-anak sering menelan lendir tersebut sehingga orang tua mungkin tidak dapat
mengetahuinya. Ada dapat mengalami bronchitis kronis tanpa mengalami bronchitis akut
terlebih dahulu. Serta banyak perokok yang harus membersihkan lendir pada tenggorokannya
pada pagi hari ketika bangun dari tidur, yang jika hal ini berlanjut lebih dari tiga bulan maka
mungkin ia mengalami bronchitis kronis.

Jika anda mengalami bronchitis kronis, peradangan dalam jangka waktu lama menyebabkan
pipa bronchila terluka dan memproduksi terlalu banyak lendir. Lama kelamaan dinding pipa
bronchial akan menebal dan jalan napas anda dapat terluka. Tanda dan gejala bronchitis
kronis juga dapat berupa:
Batuk yang memburuk pada pagi hari dan pada cuaca lembab
Sering mengalami infeksi pernapasan (seperti pilek dan flu) dengan batuk berdahak
yang memburuk
Jika anda mengalami bronchitis kronis, anda dapat memiliki periode dimana tanda dan gejala
akan memburuk. Pada saat itu anda dapat memiliki bronchitis akut yang berlapis baik karena
bakteri maupun virus sebagai tambahan pada bronchitis kronis anda.
Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
1. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk
berdahak dan keluhan lain yang ringan.
2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai
dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with
obstruction ), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas
berat dan suara mengi.
Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis oleh
dokter disertai pemeriksaan penunjang (jika diperlukan), yakni radiologi (rontgen), faal paru,
EKG, analisa gas darah.

Manifestasi Klinis
1. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
2. Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
3. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
4. Bengek
5. Lelah
6. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
7. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
8. Pipi tampak kemerahan
9. Sakit kepala
10. Gangguan penglihatan
11. Sedikit demam.
12. Dada merasa tidak nyaman.
Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang
dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologisTubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang
paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus
yang menebal.Corak paru bertambah
2. Pemeriksaan fungsi paru
3. Analisa gas darah antaralain :
a. Pa O2 : rendah (normal 25 100 mmHg)
b. Pa CO2 : tinggi (normal 36 44 mmHg).
c. Saturasi hemoglobin menurun.
d. Eritropoesis bertambah.

Diagnosa
Diagnosis bronkitis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya
lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakanstetoskop akan terdengar
bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal.
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Intoleran aktivitas
5. Gangguan rasa nyaman
6. Nyeri
7. Gangguan keseimbangan cairan
8. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
9. Gangguan pola tidur

C. ETIOLOGI

Bronchitis akut.
Virus pilek sering menyebabkan bronchitis akut. Tetapi anda juga dapat mengalami
bronchitis noninfeksi karena terkena asap rokok dan polutan lain seperti debu.
Bronchitis dapat juga terjadi ketika asam perut sering naik ke dalam esophagus, kondisi ini
dikenal dengan nama gastroesophageal reflux disease (GERD). Dan pekerja yang terkena
debu atau asap tertentu dapat mengalami bronchitis. Bronchitis akut umumnya hilang ketika
tidak lagi terkena iritan.

Bronchitis kronis
Terkadang peradangan dan penebalan dinding pipa bronchial menjadi permanen. Kondisi
yang diketahui sebagai bronchitis kronis. Anda umumnya mempertimbangkan bahwa anda
mengalami bronchitis kronis jika anda batuk setiap hari yang hilang setelah tiga bulan dalam
setahun dalam dua tahun berturut. Tidak seperti bronchitis akut, bronchitis kronis terus
berlanjut dan merupakan penyakit yang serius. Merokok adalah penyebab yang paling besar,
tetapi polusi udara dan debu atau gas beracun pada lingkungan atau tempat kerja juga dapat
berkontribusi pada penyakit ini.
Penyebab Penyakit Bronkitis juga biasanya disebabkan oleh gaya hidup yang kurang
sehat. Sehingga imun tubuh tidak terlalu bagus dan ketika virus penyebabpenyakit
bronkitis masuk, imun tubuh tidak bisa menghadangnya.

Penyebab Penyakit Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme
yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia). Serangan bronkitis
berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan
menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
Sinusitis kronis
Bronkiektasis
Alergi
Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
Penyebab penyakit Bronkitis iriatif adalah :
Terkena berbagai jenis debu
Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, dan
bromin
Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida
Tembakau dan rokok lainnya.
Faktor risiko terkena Bronchitis
Faktor yang meningkatkan risiko terkena bronchitis antara lain:
Merokok. Rokok memang sumber dari berbagai macam penyakit. Karena itu,
berhentilah merokok karena sangat merugikan kesehatan.
Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau kondisi lain
yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah
Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal reflux disease)
Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu
Ada3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan
polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.
1. Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan
penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan
dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan
juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah
merokok resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah
zat zat pereduksi seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali
pada penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana
kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik
yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

D. PATOFISIOLOGI
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus
dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini
mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan
sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil kecil sedemikian rupa
sampai bronchioles tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada
daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga
timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus
yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu,
silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan sel sel silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam
jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas

E. CARA PENGOBATAN PENYAKIT BRONCHITIS


Penatalaksanaan Pengobatan :

1. Tindakan suportif
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :
a. Menghindari merokok
b. Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.
c. Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.
d. Nutrisi yang baik.
e. Hidrasi yang adekuat.
3. Terapi khusus (pengobatan) :
a. Bronchodilator
b. Antimikroba
c. Kortikosteroid
d. Terapi pernafasan
e. Terapi aerosol
f. Terapi oksigen
g. Penyesuaian fisik
h. Latihan relaksasi

Penatalaksanaan Bronkitis kronis juga dapat dilakukan secara berkesinambungan untuk


mencegah timbulnya penyulit, meliputi:
Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan
faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah kekambuhan,
diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang
cukup, makan makanan bergizi.
Oksigenasi (terapi oksigen)
Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.
Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi
oleh infeksi kuman ( H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis
antibiotika (pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan
hasil pemeriksaan.
Para penderita Bronkitis kronis seyogyanya periksa dan berkonsultasi ke dokter manakala
mengalami keluhan-keluhan batuk berdahak dan lama, sesak napas, agar segera mendapatkan
pengobatan yang tepat
PENGOBATAN PENYAKIT BRONKITIS
a. Tindakan Perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan
lender
1. Berjemur dipagi hari.
2. Sering mengubah posisi.
3. Banyak minum.
4. Inhalasi
5. Nebulizer
Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang
perlu
diberikan minum susu atau makanan lain
b. Tindakan Medis.
1. Jangan beri obat antihistamin berlebih.
2. Beri antibiotic bila ada kecurigaan infeksi bacterial. Antibiotik diberikan kepada
penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya
berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya
memilikipenyakit paru-paru.
3. Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
5. Untuk penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau asetaminofen. Untuk anak-anak,
sebaiknya hanya diberikan asetaminofen.
6. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprimsulfametoksazol, tetracyclin, atau
ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah
mycoplasma penumoniae.
7. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak
diberikan antibiotik. Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat
maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu
dilakukan penggantian antibiotik.
PENCEGAHAN PENYAKIT BRONKITIS

Jika Anda telah sering mengalami serangan bronkitis atau berulang,


penyebabnya mungkin sesuatu di lingkungan Anda. Lokasi yang dingin, lembab -
khususnya dikombinasikan dengan polusi udara atau asap rokok - dapat membuat
Anda lebih rentan terhadap bronkitis akut. Ketika masalah menjadi berat, Anda
mungkin perlu untuk mempertimbangkan perubahan di mana dan bagaimana Anda
hidup dan bekerja.
Tindakan yang dapat membantu menurunkan risiko bronchitis dan melindungi paru-
paru anda secara umum adalah:

Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau meningkatkan risiko
bronkitis kronis dan emphysema.
Cobalah untuk menghindari orang-orang yang telah pilek atau flu. Semakin sedikit
Anda terkena virus yang menyebabkan bronkitis, semakin rendah risiko Anda
mendapatkannya. Hindari kerumunan orang selama musim flu.
Hindari keluar malam karena saat malam kondisi udara dingin dan sangat lembab
sehingga membuat bronkus mengalami vasokontriksi dan peningkatan produksi
secret.
Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya
telur, susu, daging dan sebagainya.
Dapatkan vaksin flu tahunan. Banyak kasus bronkitis akut hasil dari influenza,
virus. Mendapatkan vaksin flu tahunan dapat membantu melindungi Anda dari flu,
yang pada gilirannya, dapat mengurangi risiko bronkitis.
Tanyakan kepada dokter tentang pneumonia shot. Jika usia Anda lebih dari 60
tahun atau Anda memiliki faktor risiko seperti diabetes, penyakit jantung dan
paru-paru, perlu dipertimbangkan melakukan shot bronkitis. Selain itu, dikenal
sebagai vaksin Prevnar dapat membantu melindungi anak-anak terhadap
pneumonia. Kami menganjurkan untuk semua anak di bawah usia 2 tahun dan
untuk anaku usia 2 hingga 5 tahun yang berada pada risiko tertentu penyakit
pneumokokus, seperti mereka yang memiliki kekurangan sistem kekebalan tubuh,
asma, penyakit jantung atau anemia sel sabit. Efek samping dari vaksin
pneumokokus biasanya kecil dan ringan termasuk rasa nyeri atau bengkak di
tempat suntikan. Jika Anda memiliki radang paru-paru atau lebih lima tahun yang
lalu menjalankan shot, dokter anda dapat merekomendasikan bahwa Anda
mendapatkan satu lagi.
Cuci tangan atau menggunakan sanitizer tangan secara teratur. Untuk mengurangi
risiko terkena infeksi virus, sering mencuci tangan anda dan membiasakan
menggunakan sanitizer tangan. Dan jangan menggosok hidung atau mata Anda.
Ketika praktek, memakai masker. Jika Anda harus menghabiskan banyak waktu di
sekitar orang lain yang batuk dan bersin, ide yang baik untuk memakai masker
yang menutupi mulut dan hidung untuk mengurangi risiko infeksi.

HERBAL TRADISIONAL ANTI-BRONCHITIS


Beberapa tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan bronkhitis
ternyata bisa dijumpai dengan mudah karena cenderung mudah ditanam dan dipelihara.
Berbagai tumbuhan tersebut memiliki efek anti-peradangan (anti-inflamasi), antibiotik, anti-
bakterial, meredakan batuk, dan lainnya. Beberapa jenis tumbuhan obat yang bisa digunakan
untuk pengobatan bronkhitis antara lain:
Sambiloto
Sambiloto memiliki efek farmakologis seperti anti-radang, menurunkan panas,
menghilangkan sakit (analgetik), menghilangkan bengkak, dan penawar racun (anti-
toksik).
Pegagan
Efek farmakologis dari pegagan yakni anti-infeksi, anti-bakterial, penurunan panas,
penenang, peluruh kemih, membesihkan darah, dan lainnya.
Bawang putih
Bawang Putih memiliki efek farmakologis seperti efek hangat, sebagai antibiotik,
antioksidan, melancarkan peredaran darah, menstimulasi sistem imu, dan lainnya.
Sirih
Sirih memiliki efek farmakologis seperti menimbulkan rasa hangat, pedas, berkhasiat
menghentikan batuk, mengurangi peradangan, menghilangkan gatal, dan lain-lain.
Kulit Jeruk mandarin
Efek farmakologis dari kulit jeruk mandarin seperti pedas dan hangat. Khasiat dari kulit
Jeruk Mandarin ialah anti-asma, peluruh dahak, anti-peradangan, dan lainnya.
Jahe
Efek farmakologis Jahe ialah antibiotik, peluruh dahak, anti-radang, melancarkan sirkulasi
darah, dan lainnya.
Daun Saga
Efek farmakologis Daun Saga ialah penyejuk pada kulit dan selaput lendir serta anti-batuk.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada
pembuluh bronkus,trakea dan bronchial. inflamsi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan
inflamsi. Secara klinis para ahli mengartikan bronchitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan . ini berati bahwa
bronchitis bukan merupakan penyakit berdiri sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain
juga. Penyakit bronkhitis memang derajat bahayanya masih lebih rendah dibandingkan
penyakit-penyakit berbahaya lain seperti jantung, kanker, dan lainnya. Namun, jika tidak
segera ditangani, bukan mustahil akan membahayakan. Bronkhitis memang termasuk
penyakit ringan tetapi, jika diderita oleh penderita penyakit lain yang bersifat tahunanseperti
jantung maupun paru-paru sifatnya akan membahayakan. Makanya, kalau Anda terindikasi
bronkhitis harus segera diobati.

B. SARAN
Agar terhindar dari Penyakit Bronkitis sebaiknya membiasakan diri kita untuk
melaksanakan pola hidup sehat. Sehingga selain lebih sehat, berbagai penyakit pun tidak akan
menghampiri.
Kemudian disarankan untuk hindari merokok atau asap rokok, hindari mereka yang sedang
sakit pilek atau flu serta gunakan masker untuk mengurangi risiko infeksi.

Makalah Bronchitis

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar 08 APRIL 2016


Penulis

Siswa

Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................. 1
Daftar Isi.......................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang..................................................................................... 3
2. Tujuan................................................................................................... 3
3. Manfaat................................................................................................ 3
BAB II Isi
1. Pengertian bronchitis............................................................................ 4
2. Etiologi................................................................................................. 4
3. Manifiestasi Klinis................................................................................ 5
4. Patofisiologi.......................................................................................... 6
5. Pem. Penujang...................................................................................... 7
6. Penatalaksanaan.................................................................................... 7
BAB III Penutup
1. Kesimpulan........................................................................................... 9
Daftar Pustaka.................................................................................................. 10

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal
yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh
perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elastis dan otot polos bronkus.
Bronkus yang terkena biasanya bronkus kecil (medium side), sedangakan bronkus besar
jarang terjadi. Bronkitis dan emfisiema paru sering terdapat bersamaan pada seorang pasien
dalam keadaan lanjut, penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap
yang dinamakn kronik obstruksi pulmonary disease.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Bronchitis
2. Untuk mengetahui penyebab, tanda dan gejala, dan patofisiologi Bronchitis
3. Untuk mengetahui pem. Penunjang dari Bronchitis
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Bronchitis

C. Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan mengenai sistisis serta penyebab, gejala, dan bagaimana
Bronchitis menyerang tubuh manusia
2. Menperluas pengetahuan tentang bagaimana cara menangani pasien yang terkena Bronchitis.

BAB II
Isi

A. Pengertian Bronchitis
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada pembuluh
bronkus,trakea dan bronchial.inflamsi menyebabkan bengkak pada permukaannya,
mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamsi.
Bronchitis juga ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus local yang
bersifat patologis.dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa
destruksi elemen elemen elastic dan otot-otot polos bronkus . pada umumnya bronkus
berukuran kecil yang diserang. Hal ini dapat menghalangi aliran udara ke paru-paru dan dapt
merusaknya.
Secara klinis para ahli mengartikan bronchitis sebagai suatu penyakit atau gangguan
respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan . ini berati bahwa bronchitis
bukan merupakan penyakit berdiri sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain juga.
Definisi bronchitis menurut beberpa sumber adalah hipersekresi mukus dan batuk
produktif kronis berulang ulang minimal selam3 bulan pertahun atau paling sedikit 2 tahun
berturut turut pada pasien yang diketahui tidak terdapatpenyebab lain.

B. Etiologi
Penyebabnya yakni virus, bakteri dan alergi. Seperti radang tenggorokan, bronkhitis bisa
terjadi karena virus atau bakteri yang langsung bersarang di sana ataupun merupakan rentetan
dari penyakit saluran napas bagian atas. Selain itu saluran napas yang menerima rangsangan
terus-menerus dari asap rokok, asap/debu industri atau keadaan polusi udara yang
menyebabkan keradangan kronis dan produksi lendir yang berlebihan sehingga mudah
menimbulkan infeksi berulang.
Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus influenza, Rhinovirus,
Adenivirus, dan lain-lain. Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri (kuman),
terutama Mycoplasma pnemoniae, Clamydia pnemoniae, dan lain-lain.
Penyebab utama bronkhitis kronis adalah kebiasaan merokok, kandungan tar pada rokok
bersifat merangang secara kimiawi sehingga dapat menimbulkan kerusakan selaput lendir
saluran-saluran pernafasan. Bronkhitis kronik juga dapat disebabkan karena infeksi saluran
pernafasan yang terjadi secara berulang-ulang, polusi udara, dan alergi khusus. Disebutkan
pula bahwa Bronkitis kronis dapat dipicu oleh paparan berbagai macam polusi industri dan
tambang, diantaranya: batubara, fiber, gas, asap las, semen, dan lain-lain (Jazeela Fayyaz,
DO, Jun 17, 2009). Faktor keluarga dan genetis/keturunan juga berperan membuat seseorang
terkena bronkhitis kronik.

C. Manifiestasi Klinis
1. Bronchitis Akut
Keluhan yang kerap dialami penderita bronkitis akut, meliputi:
a. Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).
b. Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di dada.
c. Sesak napas, rasa berat bernapas,
d. Kadang batuk darah.
e. Terasa sakit pada sendi-sendi,
f. Lemas seperti saat flu
g. Dada terasa tidak nyeri terutama di belakang tulang dada,
h. Sering diiringi batuk keras dan kering yang hampir terus menerus, dan terdapat lendir
kental/ludah dalam tenggorokan. Apabila ludah yang dikeluarkan berwarna kuning ketika
batuk, maka hal tersebut menandakan adanya infeksi.

2. Bronchitis Kronis
Keluhan dan gejala-gejala klinis Bronkitis kronis adalah sebagai berikut:
a. Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak makin banyak
dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang dapat dijumpai
batuk darah.
b. Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas.
c. Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik).
d. pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara krok-krok terutama saat
inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran napas.
e. Bronkhitis kronis tidak selalu memperlihatkan gejala, dan baru terasa setelah usia setengah
baya, yaitu adanya penurunan stamina, dan sering batuk-batuk. Keadaan tersebut akan
semakin parah sejalan dengan bertambahnya usia dan perkembangan penyakit, sehingga
menyebabkan kesukaran bernafas, kurangnya oksigen dalam darah dan kelainan fungsi paru-
paru.

D. Patofisiologi
Patofisiologi Bronkitis Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa
bronkus dan peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan oedema pada
mukosa sel bronkus. Pembentukan mukosa yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu
batuk produktif. Produksi mukus yang terus menerus mengakibatkan melemahnya aktifitas
silia dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme pertahanannya sendiri. Faktor
etiologi utama adalah virus dan zat polutan. Pada penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi
akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya mungkin terjadi
perubahan paru yang menetap yang mengakibatkan episema dan bronkhietaksis

E. Pem. Penujang
1. Analisa Gas Darah menunjukkan adanya hipoksia dan hiperkapnia
2. Foto thorax tampak adanya konsolidasi di bidang paru menunjukkan terjadinya penurunan
kapasitas paru.
3. Laboratorium Hematrokrit dan Hb meningkat.
4. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
a. Tes fungsi paru-paru
b. Gas darah arteri
c. Rontgen dada
d. Pemeriksaan sputum (menunjukkan adanya mikroorganisme patogen seperti spesies
Streptococcus)

F. Penatalaksanaan
1. Bronchitis Akut
Pada pemeriksaan menggunakan stetoskop (auskultasi), terdengar ronki, wheezingdengan
berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga ngik-ngik) dan krepitasi(suara kretek-kretek
dengan menggunakan stetoskop). Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan
untuk membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain.
Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan keluhan). Obat-
obat yang lazim digunakan, yakni:
a. Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari.
Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini
bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan
pada kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli
berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah.
Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan antitusif hendaknya
dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari penderita. Jika penderita merasa tambah
sesak, maka antitusif dihentikan.
b. Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga
napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl
guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
c. Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya., digunakan jika
penderita demam.
d. Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin,
aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas
atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya
untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain
itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami
oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami
efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih
berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.
e. Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan
pemeriksaan dokter.
2. Bronchitis Kronis
Penatalaksanaan Bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah
timbulnya penyulit, meliputi:
a. Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan
faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
b. Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
c. Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah kekambuhan,
diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang
cukup, makan makanan bergizi.
d. Oksigenasi (terapi oksigen)
e. Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.
f. Antibiotika. Digunakan penderita mengalami eksaserbasi oleh infeksi
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada
pembuluh bronkus,trakea dan bronchial.inflamsi menyebabkan bengkak pada permukaannya,
mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamsi.
Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus influenza, Rhinovirus,
Adenivirus, dan lain-lain. Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri (kuman),
terutamaMycoplasma pnemoniae, Clamydia pnemoniae, dan lain-lain.

Daftar Pustaka

makalahbiolo.blogspot.co.id/2014/04/makalah-bronkitis.html

http://ayoncrayon4.blogspot.co.id/2012/11/bronchitis.html

ayoncrayon4.blogspot.co.id/2012/11/bronchitis.html

menurutparaahli.com/tag/definisi-bronkitis/
Makalah Bronkitis
BAB I
LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Bronkitis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi bronkus secara klinis para
ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk
merupakan gejala utama dan dominan.
Bronkitis dapat diklasifikasikan sebagai:
1) Bronkitis akut
2) Bronkitis kronik

2. Anatomi Dan Fiisologi

Manusia mempunyai dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Kedua bronkus
yang terbentuk dari belahan dari trakea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama (berupa
epitelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lender).
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampak paru-paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada bronkus kiri, sedikit lebih tinggi dari
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas,
cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkus lobus
bawah, bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan dan berjalan di bawah
arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas
dan bawah.
3. Patologi Dan Patofisiologi
Gambaran patologi bronkitis pada anak juga belum jelas karena datanya masih terbatas.
Pada orang dewasa gambaran brokitis kronik adalah penebalan dinding bronkus, hipertropi
kelenjar mukosa, hipertropi sel goblet, epitel mengalami metaplasi skuamosa dan implamasi
kronik. Szekely dan Farkas (1978) membandingkan hasil biopsi seorang anak tanpa asma
tetapi mempunyai gejala inflamasi kronik bronkus dengan hasil biopsi anak dengan asma.
Hipertropi kelenjar mukosa yang merupakan tanda dan gejala khas bronkitis kronik.
Pada orang dewasa hanya terdapat 39% pada anak kelainan klinis yang lama pada bronkitis
kronik menimbulkan dugaan adanya suatu reaksi inflamasi yang berlebihan terhadap
gangguan saluran nafas atau kontak terus menerus dengan bahan yang berlebihan
terhadap gangguan saluran nafas atau kontak terus menerus dengan bahan yang
berbahaya dalam lingkungan. Akibatnya terjadi kerusakan saluran nafas sehingga terjadi
gangguan pembersihan lendir, dihasilkan lebih banyak dan batuk basah.

4. a. Bronhitis Akut
bronkitis akut pada anak yang biasanya juga dengan trakeitis merupakan penyakit
infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering dijumpai dan penyebabnya terutama
virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol dan karena batuk berhubungan dengan ISNA
atas menunjukkan bahwa peradangan tersebut meliputi juga laring, trakea dan bronkus.

b. Etiologi
Virus merupakan penyebab tersering, sebagai contoh misalnya Rhinovirus,
Respiratory Sincytial Virus (RSV), virus Influenza, virus para-influenza, Adenovirus dan
Cotsackie virus. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab
primer bronkitis akut pada anak.
Faktor predisposisi: alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik
dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.

c. Gejala Klinik
Biasanya penyakit dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran nafas akut (ISNA)
atas yang disebabkan oleh virus. Batuk mula-mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai
berdahak dan menimbulkan suara lendir. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah
ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak
selalu, berarti telah menjadi infeksi bakteri sekunder. Anak besar sering mengeluh rasa sakit
retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak nafas.
Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan data tetapi
kemudian dapat timbul ronchi basah kasar dan suara nafas kasar. Batuk biasanya akan
menghilang setelah 2 3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada, mungkin
telah terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi paru sekunder.
Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronkitis. Mengi dapat murni
merupakan tanda bronkitis akut, tetapi juga kemungkinan merupakan manifestasi asma
pada anak tersebut, lebih-lebih bila keadaan ini sudah terjadi berulang kali.
d. Penatalaksanaan
Karena penyebab bronkitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal.
Antibiotik tidak berguna, obat yang diberikan biasanya untuk penurunan demam, banyak
minum terutama sari buah-buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang
banyak lender, lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan
setelah 2 minggu maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh
diberikan, asal sudah dimungkinkan adanya asma atau bronkitis.
Pemberian antibiotik yang sesuai untuk M. Pneumoni dan H. Influenza sebagai
bakteri penyerang sekunder misalnya Amoxillin, kotrimoksazol dan golongan makroitid.
Antibiotik diberikan 7 10 hari dan bila tidak berhasil maka perlu dilakukan foto toraks untuk
memungkinkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda asing dalam
saluran nafas dan tuberkulosis.

5. a. Bronkitis Kronik
Belum ada penyesuaian pendapat mengenai bronkitis kronik, yang ada ialah
mengenai batuk kronik dan atau berulang yang disigkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis
yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-
kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan
dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya.
Diagnosis banding bronkitis kronik dan BKB pada anak:
1) Etiologi spesifik
a. Asma (hiperaktivitas saluran nafas).
b. Infeksi kronik saluran nafas bagian atas.
c. Infeksi.
d. Penyakit paru yang telah ada.
e. Syndrom aspirasi.
f. Penekanan pada saluran nafas.
g. Benda asing.
h. Kelainan jantung bawaan.

2) Iritasi batuk yang lama


(Faktor yang menambah terjadinya BKB)
a. Faktor rokok.
b. Polusi udara

b. Penatalaksanaan
1) Akibat batuk yang lama
Pada bronkitis gejala batuk sangat menonjol dan sering terjadi siang dan malam
terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur, pasien akan
terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya daya tahan tubuh
pasien yang menurun, anoreksia, sehingga berat badannya sukar naik.
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diarahkan agar batuk tidak bertambah
banyak dengan memberikan obat secara besar dan membatasi aktivitas anak untuk
mencegah ke luar banyak keringat karena jika baju basah juga akan menyebabkan batuk-
batuk.

2) Terjadi komplikasi
bronkitis akut yang tidak diobati segera benar cenderung menjadi bronkitis kronik, jadi
bronkitis kronik memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan pernafasan
secara langsung sebagai akibat bronkitis kronik ialah bila lendir tetap tinggal di dalam paru
akan menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkietaksis, kelainan ini akan menambah
penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi harus mendapatkan pengobatan dan
perawatan yang besar sehingga lendir tidak selalu tertinggal dalam paru, berikan banyak
minum untuk membantu mengencerkan lendir, berikan buah dan makanan bergizi untuk
mempertinggi daya tahan tubuh.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Dapatkan Riwayat
Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetik.
Riwayat pasien tentang disfusi pernafasan sebelumnya; bukti terbaru terhadap
infeksi, alergen, atau iritan lain, trauma.
Lakukan pengkajian fisik dan paru.

2. Observasi Terhadap
Frekuensi cepat (takhipnea), normal, atau lambat untuk anak tertentu. Pedalaman
kedalaman normal, terlalu dangkal (hipopnea), terlalu dalam (hiperpnea); biasanya
diperkirakan dari amplitudo torakal dan pengembangan abdomen.
Kemudahan kurang upaya, sulit (dispnea), ortopnea, dihubungkan dengan retraksi
interkostal jaringan lunak dalam hubungannya dengan kartilaginosa dan tulang toraks,
pulsus para doksus, (tekanan darah turun dengan inspirasi dan meningkat karena ekspirasi).
Pernafasan cuping hidung bobbing head (kepala anak yang tidur dengan area suboksipital
di sokong pada lengan orang tua yang terangkat ke atas sinkron dengan setiap inspirasi),
mengorok atau mengi (wheezing).
Pernafasan sulit kontinu, intermiten, menjadi makin buruk dan menetap, awitan tiba-tiba,
pada saat istirahat atau kerja, dihubungkan dengan mengi, merokok, dihubungkan dengan
nyeri.
Irama variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan.

3. Observasi Adanya
Bukti infeksi peningkatan suhu, pembesaran kelenjar limfe servikal, membran mukosa terinflamasi
dan rabas purulen dari hidung, telinga atau purulen dari hidung, telinga atau paru-paru
(sputum).
Batuk karakteristik batuk (bila ada) dalam keadaan seperti apa batuk terdengar (mis: hanya
malam hari atau pagi hari), sifat batuk (paroksimal dengan atau tanpa mengi crou atau
brassy) frekuensi batuk, berhubungan dengan menelan atau aktivitas lain.
Mengi (wheezing) ekspirasi atau inspirasi, nada tinggi atau musikal, memanjang, secara lambat
progresif atau tiba-tiba berhubungan dengan pernafasan sulit.
Sianosis perhatikan distribusi (perifer, perioral, fasial, batang tubuh serta wajah), derajat, durasi,
berhubungan dengan aktivitas.
Nyeri dada mungkin merupakan keluhan anak yang lebih besar. Perhatikan lokasi dan situasi:
terlokalisir atau menyebar dari dasar leher atau abdomen, dangkal atau tajam, dalam atau
superfisial, berhubungan dengan pernafasan cepat, dangkal atau mengorok.
Sputum anak-anak yang lebih besar dapat memberikan sampel sputum, perhatikan volume,
warna, viskositas atau bau.
Pernafasan buruk: dapat berhubungan dengan beberapa infeksi pernafasan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi,
peningkatan sekresi, ketidaknyamanan, kerusakan persepsi dan kognitif, nyeri.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi, nyeri, kerusakan neurologis
atau muskuluskletal.
3. Resiko tinggi asfiksia berhubungan dengan obstruksi jalan nafas (internal, eksternal, oksigen
tidak adekuat).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan / atau hospitalisasi anak.

C. Rencana Tindakan
DX 1
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis, inflamasi
peningkatan sekresi, ketidaknyamanan, kerusakan persepsi dan kognitif, nyeri.

Tujuan:
Pasien mempertahankan jalan nafas yang paten.

K/H:
Bersihan jalan nafas kembali efektif.

Intervensi Rasionalisasi
Aspirasi / hisap sekresi dari jalan Untuk memungkinkan
nafas sesuai dengan kebutuhan reoksigenisasi
Beri posisi terlentang dengan
kepala posisi mengendus dan Dengan leher dan hidung
leher sedikit ekstensi dan hidung mengarah ke atap diharapkan
mengarah ke atap dapat mencegah aspirasi sekresi
Observasi anak dengan ketat Untuk mencegah aspirasi karena
setelah terapi erosol volume yang besar & sputum
dapat tiba-tiba mengental

DX 2
Pola nafas tidak efektif b/d proses inflamasi, nyeri, kerusakan neurologis atau
muskuluskletal.

Tujuan:
Pasien menunjukkan fungsi pernafasan normal.

K/H:
Anak beristirahat dengan tidur dan tenang pernafasan tidak sulit.

Intervensi Rasionalisasi
Gunakan bantal dan bantalan Untuk mempertahankan jalan
nafas agar tetap terbuka
Tempatkan pada Hood bila Untuk memberikan peningkatan
ditentukan dan pelembaban dan suplemen
oksigen
Atur aktivitas Untuk memungkinkan
penggunaan energi yang minimal,
istirahat dan tidur

DX 3
Resiko tinggi asfiksia berhubungan dengan obstruksi jalan nafas (internal, eksternal oksigen
tidak adekuat)

Tujuan:
Pasien tidak asfiksia.

K/H:
Anak bernafas dengan mudah.

Intervensi Rasionalisasi
Hilangkan kesalahan pertukaran Pertukaran udara diharapkan
udara bila mungkin dapat adekuat
Sediakan alat kedaruratan siap Untuk membantu dalam
pakai memperlancar jalan nafas

DX 4
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan.

Tujuan:
Pasien mempertahankan tingkat energi yang adekuat.

K/H:
Anak tetap tenang, diam dan rileks.

Intervensi Rasionalisasi
Bantu anak dalam aktivitas sehari- Dengan membantu anak
hari diharapkan aktivitas sehari-hari
dapat terpenuhi
Instruksikan anak untuk Membantu menyeimbangkan
beristirahat bila merasa lelah aktivitas dan istirahat
Berikan periode istirahat dan tidur Membantu anak dalam periode
yang sesuai dengan kondisi anak istirahat dan tidur

DX 5
Perubahan proses keluarga b/d dan / atau hospitalisasi anak.

Tujuan:
Pasien atau keluarga mengalami penurunan ansietas.
K/H:
Kondisi anak dan perawatan dapat berjalan dengan baik.

Intervensi Rasionalisasi
Jelaskan terapi dan perilaku anak Dengan menjelaskan dan terapi
anak diharapkan anak dapat
Beri dukungan sesuai kebutuhan sembuh dari penyakitnya
Dorong keluarga agar terlibat Diharapkan anak dapat merasa
dalam perawatan anak nyaman
Diharapkan proses penyembuhan
dapat berjalan dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Donna, L. Wong. Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Hal. 454.


Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Hal. 36.
Ilmu Kesehatan Anak Sakit. Fakultas Kedokteran UI. 1985. Hal. 1197.
Pearce, Evelyn C. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi. 2005. Jakarta: EGC.

Makalah Farmakoterapi II

BRONKITIS KRONIK

Puji syukur tim penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga tim penulis masih diberikan kesempatan untuk dapat menyusun makalah
Bronkitis Kronik tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula tim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Dosen pengampuh Farmakoterapi II
yang telah banyak memberikan arahan dan inspirasi dalam penyusunan makalah ini.
Kami meny adari dalam penyusunan makalah ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan olehnya itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa tim penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Tim penulis juga harapkan semoga penulisan makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Paru paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang berfungsi pada
sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang dibutuhkan
manusia dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang
harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat
penting bagi manusia, tidak menghirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan
kematian. Itulah peranan penting paru paru. Cabang trakea yang berada dalam paru paru
dinamakan bronkus, yang terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang terletak
di bawah tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya
udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini semua dapat
menimbulkan berbagai penyakit paru paru. Salah satunya adalah penyakit yang terletak di
bronkus yang dinamakan bronchitis. Bronkitis (Bronkitis inflamasi-Inflamation bronchi)
digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.
Penyakit bronchitis terbagi menjadi 2 yaitu bronchitis akut dan kronis.

Bronkitis kronik ditandai dengan batuk dan produksi sputum yang berlebihan (ekspektorasi)
dengan disertai rasa kelelahan/lemah dan tidak nyaman akibat batuk kronik berdahak tersebut.
Penyakit ini menimbulkan dampak baik fisik maupun psikis yang tidak sederhana kepada yang
penderitanya dengan efek samping pada kualiti hidupnya. Penderita dengan bronkitis kronis
mengalami eksaserbasi yang cukup sering sepanjang tahunnya, terutama pada saat musim
penghujan atau musim dingin pada negara dengan 4 musim. Data setiap tahunnya di Poliklinik
PPOK RS Persahabatan, menunjukkan kunjungan meningkat 3-4 kali pada bulan November
sampai dengan Februari dibandingkan bulan-bulan lainnya. Kejadian eksaserbasi merupakan
episode perburukan gejala respirasi yang berulang mengakibatkan penurunan fungsi paru,
perburukan kualiti hidup dan peningkatan kebutuhan perawatan medis (kunjungan ke dokter,
penambahan medikasi, emergensi, rawat inap, dll). Dengan kata lain eksaserbasi akut bronkitis
kronis adalah penyebab utama rawat inap dan kematian pada penderita bronkitis kronis. Lima
puluh persen penderita bronkitis kronis mengalami episodik eksaserbasi > 2 kali dalam
setahunnya dengan seperlimanya membutuhkan rawat inap pada eksaserbasi tersebut dan
sebagiannya membutuhkan perawatan di ICU. Banyak pula penderita bronkitis kronis dnegan
rawat inap membutuhkan ulang (readmission) karena gejala yang menetap dan berkepanjangan.
Penyebab tersering dari eksaserbasi adalah infeksi virus pernapasan dan infeksi bakteri, penyebab
lainnya seperti polusi lingkungan, gagal jantung kongestif, emboli paru, pemberian oksigen yang
tidak tepat, obat-obatan seperti narkotik dan lain-lain. Menurut SKRT Tahun 1992, bersamaan
dengan empisema dan asma, bronkitis kronik menduduki tempat ke-6 dari 10 penyebab kematian
di Indonesia dengan proporsi sebesar 5,6% dari semua kematian.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini yaitu
1.2.1 apa yang dimaksud dengan bronkitis kronik?
1.2.2 Bagaimana Etiologi dan pathogenesis dari bronkitis kronik?
1.2.3 Bagaimana tata laksana terapi penyakit bronkitis kronik?
1.2.4 Bagaimana tata laksana terapi pada contoh kasus Bronkitis Kronik?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu
1.3.1 Untuk mengetahui defenisi dari bronkitis kronik.
1.3.2 Untuk mengetahui Etiologi dan patogenesis bronkitis kronik.
1.3.3 Untuk mengetahui tata laksana terapi penyakit bronkitis kronik.
1.3.4 Untuk mengetahui tata laksana terapi pada contoh kasus Bronkitis Kronik.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Bronkitis kronik


Bronkhitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial. Peradangan tidak meluas
sampai alveoli. Bronkhitis seringkali diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bronkhitis akut
mungkin terjadi pada semua usia, namun bronkhitis kronik umumnya hanya dijumpai pada
dewasa. Pada bayi penyakit ini dikenal dengan nama bronkhiolitis. Bronkhitis akut umumnya
terjadi pada musim dingin, hujan, kehadiran polutan yang mengiritasi seperti polusi udara, dan
rokok.

Bronkitis kronik adalah kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak
minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan
penyakit lainnya.

Bronkitis kronis adalah suatu kondisi peningkatan pembengkakan dan lendir (dahak atau
sputum) produksi dalam tabung pernapasan (saluran udara). Obstruksi jalan napas terjadi pada
bronkitis kronis karena pembengkakan dan lendir ekstra menyebabkan bagian dalam tabung
pernapasan lebih kecil dari normal. Diagnosis bronkitis kronis dibuat berdasarkan gejala batuk
yang menghasilkan lendir atau dahak di hampir setiap hari, selama tiga bulan, selama dua tahun
atau lebih (setelah penyebab lain untuk batuk telah dikeluarkan).

Bronkitis kronik merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di masyarakat. Penyakit
ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang kronis dan persisten dan progresif.
Infeksi saluran nafas merupakan masalah klinis yang sering dijumpai pada penderita bronkitis
kronik yang dapat memperberat penyakitnya. Bronkitis kronik ditandai dengan batuk dan
produksi sputum yang berlebihan (ekspektorasi) dengan disertai rasa kelelahan/lemah dan tidak
nyaman akibat batuk kronik berdahak tersebut. Eksaserbasi infeksi akut akanbronkitis kronik
yang dapat memperberat penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan mempercepat kerusakan
yang telah terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan eksaserbasi juga berpengaruh
terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini. Semakin sering terjadi eksaserbai, maka
mortalitas juga akan dan morbiditas penyakit ini. Semakin sering terjadi eksaserbasi, maka
mortalitas juga akan semakin meningkat.

2.2.1 Epidemologi dan Etiologi


Bronkitis kronis adalah penyakit non spesifik yang terutama mempengaruhi orang dewasa.
Antara 10% dan 25% dari populasi orang dewasa 40 tahun atau lebih tua menderita bronkitis
kronis, yang mengakibatkan substansial perawatan kesehatan dengan biaya yang tinggi dan
kehilangan berat badan. Penyakit ini begitu umum bahwa bronkitis akut dan bronchitis kronik
eksaserbasi akut terdapat sekitar 14 juta kunjungan dokter per tahun di Amerika Serikat. Mirip
dengan bronkitis akut kondisi dingin, iklim lembab dan adanya konsentrasi udara yang tinggi
dengan zat asing dapat mendukung penyakit Bronkitis kronis. Ini terjadi lebih umum pada pria
dibandingkan pada wanita.

Bronkitis kronis adalah hasil dari beberapa faktor; itu yang paling menonjol diantaranya
merokok; ekspos terhadap debu kerja, asap, dan pencemaran lingkungan; dan infeksi bakteri (dan
mungkin virus). Pengaruh masing-masing faktor dan lain-lain, baik sendiri atau dalam kombinasi,
memberikan kontribusi untuk bronkitis kronis tidak diketahui. Asap rokok adalah agen iritasi
terkenal dan diyakini menjadi faktor dominan dalam etiologi bronchitis kronik. Studi dari paru-
paru pada individu merokok dan tidak merokok individu jelas telah menunjukkan peningkatan
yang substansial dalam jumlah makrofag alveolar, serta adanya peradangan bronkial, pada
individu yang merokok. Meskipun mayoritas pasien yang menderita bronkitis kronis memiliki
merokok positif, tidak ada riwayat merokok dapat diidentifikasi dalam sebanyak 10% dari pasien.
Temuan ini menunjukkan bahwa ada iritasi saluran napas tambahan, baik sendiri atau lebih
mungkin dalam kombinasi, bertanggung jawab untuk pathogenesis bronkitis kronis.

2.2.1.1 Tanda, Diagnosis & Penyebab


Tanda Bronkhitis memiliki manifestasi klinik sebagai berikut :
Batuk yang menetap yang bertambah parah pada malam hari serta biasanya disertai sputum.
Rhinorrhea sering pula menyertai batuk dan ini biasanya disebabkan oleh rhinovirus.
Sesak napas bila harus melakukan gerakan eksersi (naik tangga, mengangkat beban berat).
Lemah, lelah, lesu.
Nyeri telan (faringitis).
Laringitis, biasanya bila penyebab adalah chlamydia.
Nyeri kepala.
Demam pada suhu tubuh yang rendah yang dapat disebabkan oleh virus influenza, adenovirus
ataupun infeksi bakteri.
Adanya ronchii.
Skin rash dijumpai pada sekitar 25% kasus

Diagnosis bronkhitis dilakukan dengan cara: Tes C- reactive protein (CRP) dengan sensitifitas
sebesar 80-100%, namun hanya menunjukkan 60-70% spesifisitas dalam mengidentifikasi infeksi
bakteri. Metodediagnosis lainnya adalah pemeriksaan sel darah putih, dimana dijumpai
peningkatan pada sekitar 25% kasus. Pulse oksimetri, gas darah arteri dan tes fungsi paru
digunakan untuk mengevaluasi saturasi oksigen di udara kamar. Pewarnaan Gram pada sputum
tidak efektif dalam menentukan etiologi maupun respon terhadap terapi antibiotika.

Penyebab bronkhitis kronik berkaitan dengan penyakit paru obstruktif, merokok, paparan
terhadap debu, polusi udara, infeksi bakteri.

2.2.1.2 Faktor Risiko


Penularan bronkhitis melalui droplet. Faktor risiko terjadinya bronkhitis adalah sebagai berikut:
Merokok.
Infeksi sinus dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan atas dan menimbulkan batuk
kronik.
Bronkhiektasi.
Anomali saluran pernapasan.
Foreign bodies.
Aspirasi berulang
2.2.2 Patogenesis
Temuan patologis utama pada bronkitis kronik adalah hipertrofi kelenjar mukosa bronkus dan
peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet, dengan infiltraasi sel-sel radang dan edema
mukosa bronkus. Pembentukan mukus yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk
kronis. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi
bronkiolus kecil sehingga bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi
utama adalah merokok dan polusi udara yang lazim di daerah industri. Polusi udara yan terus
menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia
dan fagositsis, sehingga timbunan mukus menigkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri
melemah. Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel
goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis1.

Berbagai faktor risiko untuk terjadinya bronkitis kronis (merokok, polusi udara, infeksi
berulang, dll) menimbulkan kondisi inflamasi pada bronkus. Perubahan patologi yang terjadi
pada trakea, bronki dan bronkiolus terus sampai ke saluran napas kecil (diameter 2-4 mm) berupa
infiltrasi permukaan epitel jalan napas, kelenjar duktus, kelenjar-kelenjar dengan eksudat
inflamasi (sel dan cairan) yang didominasi oleh sel T limfosit (CD8+), makrofag dan neutrofil.
Proses inflamasi kronik itu berhubungan dengan metaplasia sel goblet dan sel squamosa dari
epitelium, peningkatan ukuran epitelepitel kelenjar, peningkatan banyak otot polos dan jaringan
penunjang pada dinding jalan napas, serta degenerasi tulang rawan jalan napas. Semua perubahan
patologi itu bertanggung jawab terhadap gejala pada bronkitis kronis yaitu batuk kronik dan
produksi sputum berlebihan seperti yang dijelaskan sebagai definisi bronkitis kronis dengan
kemungkinan berkombinasi dengan masalah jalan napas perifer dan emfisema.

2.2.2.1 Komplikasi
Komplikasi jarang terjadi kecuali pada anak yang tidak sehat. Komplikasi meliputi antara lain
PPOK, bronkhiektasis, dilatasi yang bersifat irreversible dan destruksi dinding bronkhial.

2.2.2.2 Klasifikasi Bronkitis Kronik


Berdasarkan klinis dibedakan menjadi 3 :
- Bronkitis kronis ringan (simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak dan
keluhan lain yang ringan.
- Bronkitis kronis mukopurulen (chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan batuk
berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
- Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas (chronic bronchitis with obstruction),
ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara mengi.

2.2.2.3 Kontribusi Infeksi Terhadap Perjalanan klinis Bronkitis Kronik:


Eksaserbasi infeksi akut mempercepat kerusakan yang telah terjadi.
Kuman yang menyebabkan eksaserbasi berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas.
Terjadi kolonisasi.
Infeksi saluran napas berulang pada anak merupakan faktor predisposisi terhadap terjadinya
bronkitis kronik.

Bronkitis kronik eksaserbasi akut ditandai dengan bertambahnya batuk dengan produksi sputum
yang purulent/mukopurulent atau sputum berwarna kuning/hijau dan adanya peningkatan
dyspnoe dan/atau bertambahnya volume sputum. Semakin sering terjadi fase eksaserbasi akan
menyebabkan semakin cepatnya perburukan faal paru. Kebanyakan eksaserbasi akut dipercaya
oleh karena infeksi, tetapi paparan allergen, polutant dan merokoksigaret dapat berperan dalam
perburukan bronkitis kronik. Organisme patogen tersering adalah H.Influeza, pneumococcus dan
M.Catarrhalis, organisme partogen seperti klebsiella, mycoplasma, legionella dan gram negatif
lainnya jarang.
BKEA diklasifikasikan dalam 3 tingkatan keparahan:
Eksaserbasi type I :peningkatan sesak, peningkatan volume sputum dan purulensi sputum
Eksaserbasi type II :adanya dua dari tiga gejala diatas
Eksaserbasi type III :adanya satu dari tiga gejala ditambah salah satu dari (demam 37,5,
38,50C; sakit tenggorokan dan hidung berlendir dalam 5 hari, bertambahnya wheezing atau
batuk).

Menurut literature lain Bronkitis kronik eksaserbasi akut ditandai dengan 3 kriteria klinis
mayor yaitu
- peningkatan purulensi sputum (batuk dengan produksi sputum yang purulent/mukopurulent atau
sputum berwarna kuning/hijau)
- peningkatan dyspnoe
- peningkatan volume sputum

Semakin sering terjadi fase eksaserbasi akan menyebabkan semakin cepatnya perburukan faal
paru.
Terdapat tambahan kriteria minor dari gejala BKEA, diantaranya :
- infeksi saluran pernafasan atas selama 5 hari
- peningkatan wheezing
- peningkatan batuk
- demam tanpa sumber yang jelas
- peningkatan 20% dari respiratory rate atau heart rate.

a. Dimana Derajat BKEA dapat dilihat pada table berikut :


Derajat 1 (Mild) : bila terdapat 1 dari kriteria mayor dan 1 kriteria minor
Derajat 2 ( Moderate ) : bila terdapat dua dari 3 kriteria mayor
Derajat 3 ( Severe ) : bila terdapat 3 kriteria mayor

2.3.1 Outcome
Tanpa adanya komplikasi yang berupa superinfeksi bakteri, bronkhitis akut akan sembuh dengan
sendirinya, sehingga tujuan penatalaksanaan hanya memberikan kenyamanan pasien, terapi
dehidrasi dan gangguan paru yang ditimbulkannya. Namun pada bronkhitis kronik ada dua tujuan
terapi yaitu: pertama, mengurangi keganasan gejala kronik kemudian yang kedua menghilangkan
eksaserbasi akut dan untuk mencapai interval bebas infeksi yang panjang.

2.3.2.1 Terapi Non Farmakologi

Terapi Non Farmakologi yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut :


Melakukan senam fisik atau senam asma
Banyak minum air putih
Makan teratur
Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh
Hiruplah uap air panas sekali sehari

2.3.2.2 Terapi Farmakologi

a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan
klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak
dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas
lambat (slow release) atau obat berefek panjang (long acting).
Macam - macam bronkodilator :
- Golongan antikolinergik: digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai
bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari)
- Golongan agonis beta 2: bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah
penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya
digunakan bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk
mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi
subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.
- Kombinasi antikolinergik dan agonis beta 2: kombinasi kedua golongan obat ini akan
memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja yang berbeda.
Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.
- Golongan xantin: dalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang,
terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak
(pelega napas), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan
jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.

b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi intravena, berfungsi
menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk
inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu
terdapat perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.

c. Antibiotika
Untuk batuk yang menetap > 10 hari diduga adanya keterlibatan Mycobacterium pneumoniae
sehingga penggunaan antibiotika disarankan. Untuk anak dengan batuk > 4 minggu harus
menjalani pemeriksaan lebih lanjut terhadap kemungkinan TBC, pertusis atau sinusitis.

d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan N - asetilsistein.

e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan
eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous. Mengurangi
eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.

Untuk pasien yang secara konsisten menunjukkan keterbatasan klinis di aliran udara, tantangan
terapi bronkodilator (seperti albuterol aerosol) harus dipertimbangkan. Tes fungsi paru dapat
dilakukan sebelum dan setelah pemberian aerosol 2-agonis untuk menentukan lebih objektif
kecenderungan pasien untuk mendapatkan keuntungan dari tambahan Terapi aerosol. Namun,
penilaian laboratorium ini, sering dilakukan pada saat-saat kesehatan yang lebih baik, tidak
mungkin secara akurat memprediksi pasien potensi manfaat dari aerosol 2 selama bronkitis
kronis eksaserbasi akut.

Albuterol adalah paling sering digunakan, 1-2 puff dari inhaler meteran-dosis tiga sampai empat
kali setiap hari. Peran surfaktan aerosol juga telah dinilai pada pasien bronkitis kronis adalah
stabil dan menunjukkan hasil yang menggembirakan sehubungan dengan peningkatan fungsi paru
dan transportasi dahak oleh silia (yaitu, clearance). Peran surfaktan sebagai kendaraan pembawa
untuk obat aerosol lainnya juga muncul menjanjikan dan kemungkinan besar akan terus
dievaluasi.

Penggunaan antimikroba untuk bronkitis kronis adalah kontroversial. Banyak evaluasi


komparatif, termasuk terkontrol placebo. Studi administrasi antibiotik dengan pengobatan akut
dan kronis dari bronchitics kronis, telah menyarankan manfaat klinis yang pasti, sedangkan
penelitian lain yang sejenis tidak memiliki. Antibiotik yang paling sering dipilih memiliki
variabel dalam kegiatan vitro terhadap sputum umum isolat H. influenzae, S. pneumoniae, M.
catarrhalis, dan M. pneumoniae.

Secara umum, hasil ini yang bertentangan muncul independen yang antibiotik digunakan atau
rejimen dibandingkan. Disparitas yang lebar yang ada dalam hasil dari studi ini, dikombinasikan
dengan kesulitan dalam pengakuan dan kurangnya kriteria diagnostik standar untuk bronkitis
kronis eksaserbasi akut, berfungsi sebagai dasar untuk besar kontroversi seputar keadaan
penggunaan antibiotik. Ini Lebih rumit pemilihan antibiotik adalah meningkatkan resistensi dari
bakteri patogen umum untuk agen lini pertama. Sebagai Sebanyak 30% sampai 40% dari H.
influenzae dan 95% dari M. catarrhalis menghasilkan beta-laktamase. Selain itu, hingga 30% dari
S. pneumoniae isolate menunjukkan resistensi terhadap penisilin (konsentrasi hambat minimum
[MIC] = 0,1-2 mg / L), dengan sekitar 14% dari isolat yang sangat tahan (MIC> 2 mg / L) .
Selain itu, resistensi Pneumonia meningkat karena kejadian dari macrolide resistensi adalah
sekitar 20%. Meskipun ini perubahan kerentanan bakteri, dianjurkan untuk memulai terapi
dengan agen lini pertama pada pasien yang kurang terpengaruh. Skema ini diuraikan dalam Tabel
2. dapat digunakan sebagai panduan awal dalam pemilihan antibiotic berdasarkan beratnya
penyakit (kelas I sampai IV). Pedoman ini cukup konsisten, yang baru-baru ini diterbitkan oleh
Canadian Thoracic dan Penyakit Infeksi Societies.

Terlepas dari antibiotik yang dipilih, perhatian terhadap ukuran hasil yang telah ditentukan harus
dipantau ketat di setiap pasien untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan terapi Antibiotik
oral intervensi. Dengan spektrum antibakteri yang lebih luas (misalnya, cefixime, amoksisilin-
klavulanat, fluoroquinolones, atau azalides) yang memiliki lebih kuat dalam kegiatan vitro
terhadap isolat sputum umumnya tidak diperlukan sebagai terapi awal karena respon klinis sering
muncul independen dari patogen di kerentanan vitro untuk banyak pasien.

Sebuah hasil klinis pemilihan obat mengarahkan variabel penting dan kriteria untuk mulai
antibiotik pada pasien individu adalah periode bebas infeksi ketika bronchitics kronis berhenti
antibiotik. Sebenarnya panjang periode waktu bebas infeksi, serta perubahan dalam jumlah
kunjungan praktek dokter dan rumah sakit dengan penerimaan rejimen antibiotik tertentu, sangat
penting untuk mengidentifikasi, bila memungkinkan, untuk setiap pasien. Regimen antibiotik
yang dihasilkan pada periode bebas infeksi terpanjang mendefinisikan "rejimen pilihan" untuk
pasien khusus untuk eksaserbasi akut masa depan penyakit mereka.

Antibiotik harus dipilih yang efektif terhadap bertanggung jawab patogen, yang menunjukkan
risiko paling interaksi obat, dan yang dapat diberikan dengan cara yang mempromosikan
kepatuhan. Antibiotik yang biasa digunakan dalam pengobatan pasien dan mereka dewasa masing
mulai dosis diuraikan dalam Tabel 3. Dosis antibiotik harus disesuaikan sesuai kebutuhan untuk
efek klinis yang diinginkan dan kejadian terendah efek samping yang dapat diterima. Sebuah
sering digunakan strategi klinis untuk meningkatkan durasi periode bebas gejala menggabungkan
regimen antibiotik dosis tinggi menggunakan batas atas dosis harian yang direkomendasikan
antibiotik untuk jangka waktu 10 sampai 14 hari.

Secara tradisional, ampisilin telah dianggap sebagai obat pilihan untuk pengobatan eksaserbasi
akut bronkitis kronis. Sayangnya, kebutuhan untuk dosis harian beberapa ulangi (empat kali
sehari), peningkatan kejadian efek samping gastrointestinal, dan meningkatnya

Insiden penisilin-tahan -laktamase-memproduksi strain bakteri (lihat Tabel 2 dan 3) telah


membatasi kegunaan biaya-efektif antibiotik aman dan sangat ini. Seperti yang dinyatakan
sebelumnya, sistem klasifikasi yang diusulkan diuraikan dalam Tabel 2 menawarkan Pilihan
pertama pengobatan lini kedua untuk bronkitis kronis eksaserbasi akut yang diarahkan oleh status
klinis awal pasien. Rekomendasi perawatan ini dapat digunakan untuk memulai terapi di pasien
dengan kelas I sampai IV penyakit.

Nilai erythromycins ketika Mycoplasma terlibat adalah dipertanyakan, sedangkan nilai, jika ada,
dari eritromisin baru Analog azitromisin atau klaritromisin sebagai agen lini pertama dalam
pengobatan pasien ini tidak diketahui. Azitromisin harus dipertimbangkan macrolide/azalide
sebagai pilihan ketika mempertimbangkan obat dalam spektrum antibakteri aktivitas vitro,
karakteristik jaringan distribusi, dan kurangnya berbasis interaksi metabolism obat-obat ini.
Sebaliknya, fluoroquinolones telah muncul sebagai alternatif agen yang efektif, terutama ketika
patogen gram negatif yang terlibat atau pasien lebih klinis atau sakit berat (lihat Tabel 2).
Meningkatkan resistensi patogen dipilih untuk ciprofloxacin mungkin memerlukan penggunaan
analog yang lebih baru dengan yang lebih besar dalam aktivitas antibakteri vitro, termasuk
penisilin-toleran atau tahan S. pneumoniae (misalnya, gatifloksasin). Biaya peningkatan
fluoroquinolones mungkin sebanding oleh kemungkinan keunggulan fluoroquinolones di awal
jelas mereka tingkat keberhasilan dan periode lebih lama.

Waktu bebas infeksi Pada pasien yang sejarah menunjukkan eksaserbasi berulang penyakit yang
mungkin timbul dari peristiwa tertentu (misalnya, itu adalah musiman atau terkait dengan musim
dingin), percobaan antibiotik profilaksis mungkin akan bermanfaat. Jika tidak ada perbaikan
klinis tepat dicatat melalui jangka waktu (2-3 bulan per tahun selama 2 sampai 3 tahun), lebih
lanjut upaya terapi profilaksis dapat dihentikan. Demikian pula, uji antibiotik-pasien tertentu
dapat dilakukan pada individu mengalami eksaserbasi akut, berfokus pada mendefinisikan
periode bebes infeksi. Meskipun kurang diinginkan, metode penilaian klinis mungkin
membedakan pasien yang akan mendapatkan keuntungan dari profilaksis terapi antibiotik dari
mereka tidak.

Sementara Terapi yang dianjurkan untuk Bronkitis Kronik Eksaserbasi Akut (BKEA) adalah
dengan antibiotika oral, tetapi harus mencapai konsentrasi yang tinggi di jaringan, ditolerensi
dengan baik, berspektrum luas dan mempunyai onset kerja yang cepat. Kondisi diatas ini
dipenuhi oleh ciprofloxacin, inhibitor fluroquinolonegyrase yang spetrum anti bakterinya
mencakup gram negatif dan gram positif. Salah satu standard di dalam pengobatan terhadap
BKEA adalah amoxycilin, sering dikombinasi dengan asam klavulanat. Dalam membandingkan
antara terapi standard menggunakan amoxycilin dengan ciprofloxacin. Ciprofloxacin sangat baik
untuk mengatasi penderita BKEA walaupun hanya diberikan per oral denga dosis 2 x 500 mg per
hari selam 7 hari. Efektifitas pengobatan ciprofloxacul sedikit lebih baik dibanding amoxycilin
yang diberikan dengan dosis 3 x 500 mg. Selain itu Keuntungan dari ciprofloxacin dalam
resistensi tidak mudah terjadi.

2.3.3 Terapi Pendukung


Stop rokok, karena rokok dapat menggagalkan mekanisme pertahanan tubuh.
Bronkhodilasi menggunakan salbutamol, albuterol.
Analgesik atau antipiretik menggunakan parasetamol, NSAID.
Antitusiv, codein atau dextrometorfan untuk menekan batuk.
Vaporizer

2.3.4 KIE

KIE (Konseling, Informasi, Edukasi) yang dilakukan pada pasien yaitu


Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit bronkhitis kronik yang diderita
Memberitahukan kepada pasien mengenai obat-obat yang diberikan
Memberitahukan kepada pasien mengenai terapi non farmakologi yang harus dijalankan oleh
pasien untuk menunjang terapi farmakologi
Menerangkan tentang bahaya dan keburukan merokok sehingga pasien mau berhenti merokok
Memberikan edukasi tentang self medication terhadap pasien jikalau sesaknya kambuh
Memberikan nasihat pada pasien agar segera melaporkan ke dokter atau apoteker jika ada
keluhan dalam menggunakan obat sehingga tidak memperparah sakit yang dideritanya.
Menekankan pada pasien untuk kembali datang dan memeriksakan diri jika setelah diberi obat
justru muncul gejala lain yang diakibatkan oleh obat agar segera ditangani dengan tepat.

2.3.5 Monitoring
Monitoring yang dilakukan yaitu mencakup :
3 Monitoring fungsi paru secara periodik
4 Monitoring dispnea dan frekuensi eksaserbasi
5 Memantau bising mengi, Volume dan purulen sputum, reaksi obat bantu nafas
6 Memantau efek samping obat yang mungkin terjadi
7 Memantau kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi

2.4 Contoh Kasus Bronkitis Kronik


Kasus :

Ny HA. Umur 26 Th, BB 50 kg, TB 165 cm datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk. Di
mengaku alergi dingin dan debu serta sering sekali menderita flu. Ny. HA 5 tahun terakhir
didiagnosa Asma oleh dokter dan mendapat pengobatan Salbutamol. Selama 3 bulan terakhir dia
mengalami batuk berdahak dan sering sekali flu. Saat ini Ny. HA kehilangan selera makan dan
tidak enak badan, dada sesak dan bunyi mengi.

Hasil pemeriksaan fisik: TD: 135/90 mmHg, Suhu 380 C, Nadi 130 x/menit.
Hasil uji fungsi paru: FEV: 60%
Karakteristik Sputum: Purulen dan ada peningkatan volume.
Tentukan permasalahan pasien dan bagaimana tatalaksana terapinya.

Jawab:

Data pasien

Nama : Ny. HA
Umur : 26 th
BB : 50 kg
TB : 165 cm

Riwayat penyakit : asma 5 th terakhir


Riwayat pengobatan : salbutamol
Pengobatan saat ini : - (tidak ada)
Hasil leb : pemeriksaan fisik:
TD : 135/90 mmHg
Denyut nadi : 130/menit
Suhu badan : 38oC
Hasil uji Fungsi Paru : FEV : 60 %
Permasalahan pasien : batuk berdahak selama 3 bulan terakhir dan sering sekali flu, setiap batuk
dada terasa sesak dan bunyi mengi.
Gejala dan tanda:

Gejala meliputi :
- Sering flu
- Hilangnya selera makan
- Dada sesak
- Bunyi mengi
- Tidak enak badan

Tanda :
- FEV1 60 %
- Peningkatan volume sputum
- Batuk dengan Mengeluarkan dahak purulen
Dapat di simpulkan pasien ini menderita penyakit Bronkitis Kronik Tipe II (FEV1 60 %,
peningkatan volume sputum dan karakterisik sputum purulen) dan Eksaserbasi Type 1
(Peningkatan sesak, peningkatan volume sputum dan purulensi sputum).

Tata laksana terapi:

Non farmakologi:

1. Melakukan senam fisik atau senam asma


2. Banyak minum air putih
3. Makan teratur
4. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh

Drug of choice (Farmakologi):


Ambroksol 30 mg 3 x 1 sehari (Mukolitik)
Ciprofloxasin (Antibiotik) 2 x 500 mg selama 14 hari, 3 strip @ Rp 5.000,- Harga Rp 15.000,-
Salbutamol (Bronkodilator) inhalasi (100 mcg) 3-4 kali sehari 2 semprot

KIE:
1. Hindari asap rokok
2. Hindari debu
3. Hindari makan makanan berlemak
4. Hindari mengkonsumsi alkohol
5. Memakai pakaian yang longgar
6. Kurangi mengkonsumsi natrium (garam)
7. Memakai masker saat bepergian
8. Memakai jaket pada saat malam hari

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan Bronkitis Kronik diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut :

a. Bronkitis kronik merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di masyarakat.
Penyakit ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang kronis dan persisten dan
progresif. Infeksi saluran nafas merupakan masalah klinis yang sering dijumpai pada penderita
bronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya.

b. Epidemologi, Etiologi dan Patogenesis Penyakit Bronkitis Kronik yaitu :


-Bronkitis kronis adalah penyakit non spesifik yang terutama mempengaruhi orang dewasa.
Antara 10% dan 25% dari populasi orang dewasa 40 tahun atau lebih tua menderita bronkitis
kronis, yang mengakibatkan substansial perawatan kesehatan dengan biaya yang tinggi dan
kehilangan berat badan.
-Bronkitis kronis adalah hasil dari beberapa faktor; itu yang paling menonjol di antaranya
merokok; ekspos terhadap debu kerja, asap, dan pencemaran lingkungan; dan infeksi bakteri (dan
mungkin virus).
-Patogenesis Pada bronkitis kronis, dinding bronkus menebal, dan jumlah lendir disekresi sel
goblet pada permukaan epitel lebih besar pada bronkus kecil dan bronkus besar nyata meningkat.

c. Terapi yang dilakukan pada penyakit bronkitis kronik terbagi menjadi terapi farmakologi dan
terapi non farmakologi. Terapi farmakologi yang dilakukan yaitu berdasarkan dengan tipe
bronkitis kronik yang di alami oleh pasien.

d. Contoh Kasus pada penyakit bronkitis kronik ini merupakan Bronkitis Kronik Tipe II (FEV1
60 %, peningkatan volume sputum dan karakterisik sputum purulen) dan Eksaserbasi Type 1
(Peningkatan sesak, peningkatan volume sputum dan purulensi sputum) dengan Drug of Choice
yang di berikan Codiopront cum expectorant 1-0-1 sehari, Ciprofloxasin 2 x 500 mg selama 14
hari, dan Salbutamol inhalasi (100 mcg) 3-4 kali sehari 2 semprot

3.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini yaitu Apabila dalam penulisan makalah ini
masih benyak terdapat banyak kekurangan, mohon kritik dan saranya yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick, 2006. At a Glance Medicine, Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal; 89

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan, 2005, Pharmaceutical Care Untuk
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan, Departemen Kesehatan RI.

Joseph T. DiPiro, 2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, Medical


Publishing Division, USA.

Mansjoer, Arif, dkk., ed. 2005. Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 edisi ke-3 . Jakarta: Media
Aesculapius. Hal ; 224

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)., 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK):
Pedoman diagnostic dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Soegito, 2004, Pengobatan Bronkitis Kronik Eksaserbasi Akut Dengan Ciprofloxacin
Dibandingkan Dengan Co Amoxyclav, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

West, John B., 2003. Pulmonary Pathophysiology, The Essential Sixth Edition. USA: Lippincott
Williams & Wilkins, a Wolters Kluwers Company. Hal : 156-59

Sunday, 16 November 2014

MAKALAH BRONKITIS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal
yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh
perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen elastis dan otot polos bronkus.
Bronkus yang terkena biasanya bronkus kecil (medium side), sedangakan bronkus besar
jarang terjadi. Bronkitis dan emfisiema paru sering terdapat bersamaan pada seorang pasien
dalam keadaan lanjut, penyakit ini sering menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menetap
yang dinamakn kronik obstruksi pulmonary disease.
Penyebab utama adalah merokok yang berat dan berjangka panjang, yang mengititasi
tabung bronkial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang berlebihan.penyakit
ini di temukan di klinik dan di derita oleh laki-laki dan dapat di derita mulai dari anak
bahkan dapat merupakan kelainan kongenital .
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan timbulnya penyakit Bronchitis ?
2. Gejala apa saja yang dapat ditemukan pada penderita penyakit Bronkhitis ?
3. Apakah penyakit Bronkitis bisa dicegah ?
4. Bagaimana cara mengobati penyakit Bronkitis ?
C. Tujuan
1. Tujuan secara umum
Mengerti tentang bronkitis dan memahami apa yang harus di lakukan untuk menangani
bronkitis
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui Bronkitis Akut
b. Mengetahui penyebab dari Bronkitis
c. Mengetahui patofisiologi Bronkitis Akut
d. Mengetahui gejala orang yang terkena penyakit Bronkitis
e. Mengetahui cara pengobatan penyakit Bronkitis

BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Bronkhitis
Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamsi pada
pembuluh bronkus,trakea dan bronchial.inflamsi menyebabkan bengkak pada permukaannya,
mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamsi.Bronchitis juga
ditandai dengan adanya dilatasi (pelebaran) pada bronkus local yang bersifat
patologis.dilatasi bronkus disebabkan oleh perubahan dalam dinding bronkus berupa
destruksi elemen elemen elastic dan otot-otot polos bronkus . pada umumnya bronkus
berukuran kecil yang diserang.
Hal ini dapat menghalangi aliran udara ke paru-paru dan dapt merusaknya.
Secara klinis para ahli mengartikan bronchitis sebagai suatu penyakit atau gangguan
respiratorik dengan batuk merupakan gejala utama dan dominan . ini berati bahwa bronchitis
bukan merupakan penyakit berdiri sendiri melainkan dari berbagai penyakit lain juga.
Definisi bronchitis menurut beberpa sumber adalah hipersekresi mukus dan batuk
produktif kronis berulang ulang minimal selam3 bulan pertahun atau paling sedikit 2 tahun
berturut turut pada pasien yang diketahui tidak terdapatpenyebab lain.

B. Etiologi
1. Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan
penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan
dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan
juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah
merokok resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah
zat zat pereduksi seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada
penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini
diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

C. Klasifikasi
1. Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan
penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai. (berakhir dalam masa 3 hari
hingga 3 minggu)
2. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang.
Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai
sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-
turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala
respiratorik dan non respiratorik lainnya (Konika, 1981).
D. Manifestasi Klinis
1. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
2. Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
3. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
4. Bengek
5. Lelah
6. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
7. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
8. Pipi tampak kemerahan
9. Sakit kepala
10. Gangguan penglihatan
11. Sedikit demam.
12. Dada merasa tidak nyaman.

E. Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus
dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini
mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan
sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil kecil sedemikian rupa
sampai bronchioles tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada
daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga
timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus
yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu,
silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan sel sel silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam
jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

F. Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat
terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologisTubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang
menebal.Corak paru bertambah
2. Pemeriksaan fungsi paru
3. Analisa gas darah antaralain :
a. Pa O2 : rendah (normal 25 100 mmHg)
b. Pa CO2 : tinggi (normal 36 44 mmHg).
c. Saturasi hemoglobin menurun.
d. Eritropoesis bertambah.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Bronkitis kronis juga dapat dilakukan secara berkesinambungan untuk
mencegah timbulnya penyulit, meliputi:
Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan faktor-
faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah kekambuhan,
diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang
cukup, makan makanan bergizi.
Oksigenasi (terapi oksigen)
Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas pasien ( nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, diagnose medis, dll )
b. Identitas penanggung Jawab ( nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan klien )
c. Keluhan utama
Sesak napas,
Batuk-batuk berdahak
Dahak, sputum putih/mukoid
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi latar belakang penyakit (mulai dirasakan oleh pasien), berkembang dan tindakan yang
dilakukan dalam mengatasi penyakitnya
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji dan tanyakan pada pasien, apakah seorang perokok, kaji riwayat penyakit pernapasan
yang lainnya
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji apakah ada dalam anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
dan kaji apakah ada riwayat keluarga yang terkena penyakit saluran pernapasan.
g. Pemeriksaan Fisik, meliputi :
1. Keadaan Umum
Kaji keadaan umum pasien meliputi, tingkat kesadaran, ekspresi wajah, dan posisi klien saat
datang.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu meningkat, tekanan darah meningkat, Respirasi meningkat
3. Sistem Kardiovaskuler
Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, Bunyi jantung redup.

4. Pemeriksaan Dada
Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, terdengar Bunyi nafas ronchi, perkusi
hyperresonan pada area paru, warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu abu
keseluruhan, pada Auskultasi terdengar Ronchi +/+, kedua lapang paru, Wizing kadang (+),
kadang samar
5. Pemeriksaan Abdomen
6. Pemeriksaan anggota gerak
Bisa terdapat edema dependen, warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis, pucat, dapat
menunjukkan anemi, turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.
7. Pola aktifitas sehari-hari dengan:
a) Aspek biologi:
Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia, ketidakmampuan untuk makan, penurunan berat
badan, peningkatan berat badan
b) Aspek Psiko:
Ansietas, ketakutan, peka terhadaprangsangan.
c) Aspek Sosio:
Terjadi hubungan ketergantungan, kegagalan dukungan dari/ terhadap pasangan/ orang
terdekat
8. Pemeriksaan Penunjang
a) Rontgen Thoraks
Gerakan kasar, pada apek paru, laboratorium, terjadi peningkatan leucocyt, kadang-kadang
LED
b) Pemeriksaan radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju
apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal, corak paru
bertambah

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul


1. Inefektif pola napas b/d edema pada bronkus
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d akumulasi sekret
3. Peningkatan suhu tubuh b/d adanya proses inflamasi.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia
5. Intoleransi aktifitas b/d kelelahan.

C. Perencanaan Keperawatan
Dx 1. Inefektif pola napas b/d edema pada bronkus
Kriteria hasil : suara napas vesiculer, inspirasi lebih panjang dari expirasi. RR = 18-
20x/menit.
INTERVENSI RASIONALISASI
- Pantau : status pernafasan tiap 4 - Untuk mengidentifikasi kemajuan
jam, tanda-tanda vital tiap 8 jam. dan atau penyimpangan yang
diharapkan.
- Pertahankan posisi fowler atau - Posisi duduk/duduk dapat/
semi fowler. memungkinkan expansi paru lebih penuh
dengan cara menurunkan tekanan
abdomen pada diafragma.
- Anjurkan klien untuk tidak - Agar tidak menambah sesak nafas
banyak bicara dan tidak memakai pada klien
baju yang terlalu ketat serta tidak
terlalu banyak orang dalam ruangan.

- Anjurkan pasien untuk melakukan


nafas dalam tiap 2 jam sekali. - Nafas dalam dapat mencegah
atelektasis pada paru.
- Kolaborasi dengan petugas medis/
dokter untuk pemberian oksigen.
- Pemberian oksigen tambahan dapat
- Anjurkan pasien untuk berhenti menurunkan kerja pernafasan.
merokok

- Nikotin dapat menyebabkan


penyempitan pada bronchus

Dx 2. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d akumulasi sekret


Tujuan : kepatenan jalan napas tetap terpelihara
Kriteria hasil : bunyi napas bersih, frekuensi napas antara 12-24 per menit dan warna kulit
normal.
INTERVENSI RASIONALISASI
- Anjurkan klien untuk melakukan- Posisi duduk/duduk dapat/
posisi fowler atau semi fowler memungkinkan expansi paru lebih penuh
dengan cara menurunkan tekanan
- Anjurkan klien untuk batuk abdomen pada diafragma.
efektif - Batuk dapat membantu pengeluaran
- Berikan/anjurkan pada klien sekret
untuk minum air putih hangat yang - Minum air hangat
cukup +2 L/hari. secukupnya membantu untuk
- Kolaborasi untuk pemberian pengenceran dan pengeluaran sekret.
terapi expectoran. - Dengan terapi expectoran diharapkan
membantu untuk pengeluaran sekret.
- Izinkan klien untuk membatukkan - Penghisapan berguna untuk
sekret, jika tidak dapat membatukan mengeluarkan sekret dan membantu
sekret lakukan penghisapan/section. mempertahankan kepatenan jalan napas.

Dx 3. Peningkatan suhu tubuh b/d adanya proses inflamasi.


Tujuan : tidak ada gejala infeksi
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh 36-370C
- Batuk produktif tidak ada lagi
INTERVENSI RASIONALISASI
- Pantau :mengontrol suhu tiap 4 - Untuk mengidentifikasi kemajuan-
jam. kemajuan yang dapat dicapai dan
penyimpangan-penyimpangan dari
sasaran yang diharapkan.
- Berikan kompres hangat - Dapat membantu melancarkan
peredaran darah dan dapat mempercepat
penguapan.
- Berikan pakaian tipis - Pakaian tipis dapat membantu
penyerapan keringat dan membantu
penguapan suhu tubuh.
- Kolaborasi dengan petugas - Infeksi merupakan faktor pencetus
kesehatan dalam pemberian distress pernafasan yang paling sering,
antibiotik. oleh karena itu sering kali antibiotik
diberikan sebagai pengobatan dan
pencegahan terhadap infeksi.

Dx 4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia


Tujuan : nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan berat badan lebih
lanjut.

INTERVENSI RASIONALISASI
- Pantau : - Untuk mengidentifikasi kemajuan-
* obserfasi jumlah makanan yang kemajuan atau penyimpangan dari
dikonsumsi setiap kali makan. sasaran yang diharapkan.
* Timbang berat badan setiap 2 hari
sekali

- Berikan makanan porsi kecil tapi- Kebanyakan pasien lebih suka


sering dalam keadaan hangat mengkonsumsi makanan yang
merupakan pilihan sendiri.
- Hindari pandangan yang - Mengurangi resiko mual dan muntah
mengurangi nafsu makan.
- Membantu pasien memilih makanan
- Kolaborasi dengan petugas gizi yang memenuhi kebutuhan kalori dan
untuk memilih makanan yang dapat kebutuhan nutrisi.
memenuhi kebutuhan nutrisi selama
sakit.

Dx 5. Intoleransi aktifitas b/d kelelahan.


Tujuan : pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Kriteria hasil : menurunnya keluhan sesak napas, lemah dalam melaksanakan aktivitas.
INTERVENSI RASIONALISASI
- Pantau : nadi dan frekuensi nafas- Mengidentifikasi kemajuan dan
sebelum da sesudah aktifitas. penyimpangan dari sasaran yang
diharapkan.
- Beri bantuan dalam aktifitas yang- Istirahat memungkinkan kembalinya
diperlukan dengan interval waktu energi.
untuk memungkinkan istirahat
diantara kegiatan.
- Meningkatkan latihan aktifitas - Memungkinkan latihan sesuai
secara bertahap. kemampuan pasien.
D. Evaluasi
1. Pola pernafasan menjadi efektif,
2. Bersihan nafas membaik.
3. Suhu tubuh menjadi normal
4. Pemenuhan nutrisi terpenuhi
5. Mempertahakan atau berupaya kearah peningkatan tingkat aktivitas.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronkitis kronis adalah penyakit yang diakibatkan karena adanya peradangan pada
bronkus yang di sebabkan oleh infeksi, polutan udara, dan asap rokok, tanda dan gejala pada
bronchitis kronis adalah batuk, diikuti dengan sesak napas, bisa dengan atau tanpa dahak,
setelah beberapa hari dahak akan bisa bercampur dengan nanah (mucopurulent). Pada tahap
ini biasanya akan diikuti dengan demam, nyeri otot dan sendi serta sesak nafas yang lumayan
hebat.
B. Saran
Bagi penderita Bronkhitis diharapkan dapan mengetahui penyebab penyakit tersebut
sehingga dapat mengobati penyakitnya dengan tepat, sehingga dapat sembuh maksimal.
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi
referensi bagi para mahasiswa keperawatan maupun pembacanya dalam pembuatan Asuhan
Keperawatan tentang penyakit Bronkitis Kronis.
Kami sebagai penyusun menyadari adanya kekurangan yang terdapat dalam makalah ini,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembacanya bagi kami
sebagai penyusun makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://victoryableszhan.blogspot.com/2011/12/contoh-makalah-bronkhitis.html Diakses pada


tanggal 9 November 2014 pukul 13.45 WIB

Anda mungkin juga menyukai