Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN 2.

DATA EPIDEMIOLOGI

1. DEFINISI Permasalahan fisioterapi yang mucul


pada pasien bronkiektasis adalah sesak,
Bronkiektasis (BE) adalah penyakit pembersihan jalan nafas, spasme otot
pernapasan, dan pengembangan
saluran napas kronik ditandai dengan
ekspansi thoraks yang kurang
dilatasi abnormal yang permanen optimal(Johnson & Harworth, 2016).
disertai rusaknya dinding
bronkus.Bronkiektasis merupakan Prevalensi infeksi saluran napas
yang disebabkan oleh NTM (Non
penyakit yang sering dijumpai pada Tuberculous Mycobacteria) merupakan
usia muda, 69 % penderita berumur prevalensi tertinggi kedua di Asia
kurang dari 20 tahun. Gejala dimulai sebesar 16 %.Pada tahun 2013 tingkat
prevalensi dengan bronkiektasis di
sejak masa kanak-kanak, 60 % dari
Jerman adalah 67 per 100.000
penderita gejalanya timbul sejak umur penduduk(Ringshausen et al., 2013).
kurang dari 10 tahun. Gejalanya Namun, di Indonesia sendiri belum ada
penelitian tentang berapa banyak
tergantung dari luas, berat, lokasi ada
penderita penyakit ini.Masalah-masalah
atau tidaknya komplikasi. yg ditimbulkan oleh brokienkatasi akan
Bronkiektasis merupakan penyakit menghambatkualitasgerak dan fungsi
tubuh dan hal ini tentu akan berefek
yang jarang ditemui yang sering
pada limitasi dari aktifitas sehari-hari.
menyebabkan kesakitan yang parah, Breathing exercisemenjadi salah satu
termasuk infeksi pernapasan berulang modalitas fisioterapi dalam menangani
yang memerlukan antibiotik, batuk kasus-kasus kardiorespirasi, dan
kombinasi latihan berupa pursed lip
produktif yang menganggu, sesak breathingdan diaphragmatic breating
napas, dan hemoptisis. Tingkat diperkirakan mampu mengurangi sesak
mobiditas dan mortalitas dari penyakit secara optimal sehingga pasien mampu
beraktivitas secara optimal. Dari latar
ini telah menurun dalam beberapa
belakang tersebut, penulis tertarik
tahun terakhir tetapi kondisi dapat untuk melakukan sebuah penelusuran
diperparah dengan penyebaran infeksi berbasis bukti terkait latihan
pernapasan yang diaplikasikan pada
yang luas.
pasien yang di diagnosabrokiektasis et
causa tb paru dengan cara sistematik
studi literature yang didapatkan dari
publikasi systematic review dan meta 1. Infeksi pernafasan
analisis. Sehingga penulis dapat  Campak
memberikan pandangan lain mengenai  Pertusis
pemilihan metode terapi latihan yang  Tuberkulosis
sesuai dengan masalah yang dihadapi  Infeksi jamur
oleh pasien, dalam hal ini  Infeksi mikoplasma
pasienbronkiektasis et causa tb paru.
 Infeksi bakteri

3. ETIOLOGI
2. Penyumbatan bronkus
Etiologi bronkiektasis sampai sekarang
 Benda asing yang terisap
masih belum jelas. Namun
 Pembesaran kelenjar getah
didugabronkiektasis dapat timbul
bening
secara kongenital maupun didapat.
 Tumor paru
Kelainan kongenitaldalam hal ini,
bronkiektasis terjadi sejak individu  Sumbatan oleh lender
masih dalamkandungan. Faktor genetik
atau faktor pertumbuhan dan 3. Cedera penghirupan
perkembanganmemegang peranan  Cedera karena asap, gas atau
penting. Bronkiektasis yang timbul partikel beracun
kongenital biasanyamengenai hampir  Menghirup getah lambung dan
seluruh cabang bronkus pada satu atau partikel makanan
kedua bronkus.
Selain itu, bronkiektasis kongenital 4. Keadaan genetik
biasanya menyertai penyakit-  Fibrosis kistik
penyakitkongenital seperti Fibrosis  Diskinesia silia, termasuk
kistik, Sindroma Kertagener, William sindroma kartagener
Campbellsyndrome, Mounier-  Kekurangan alfa-1 antitripsin
Kuhnsyndrome, dll
Bronkiektasis biasanya didapat pada 5. Kelanan Imunologi
masa anak-anak. Kerusakan bronkus  Sindroma kekurangan
pada penyakit ini hampir selalu immunoglobulin
disebabkan oleh infeksi. Penyebab  Dingfungi sel darah putih
infeksi tersering adalah H. Influenza  Kekurangan komplemen
dan P. Eureginosa. Infeksi oleh bakteri  Kelainan autoimunatau
lain, seperti Klebsiela dan hiperimun tertentu
Staphylococcus aureus disebabkan oleh
absen atau terlambatnya pemberian 6. Keadaan lain
antibiotik pada pengobatan pneumonia.  Penyalahgunaan obat
Bronkiektasis bisa disebabkan oleh :  Infeksi HIV
 Sindroma Young ke tenggorokandan kemudian batukkan
( Azoospermia obstruktif) keluar atau tertelan. Terlepas dari
 Sindroma marfan. apakah kerusakan tersebut diakibatkan
secara langsung atautidak langsung,
4. PROSES PATOLOGI daerah dinding bronkus mengalami
kerusakan dan menjadiinflamasi yang
Berdasarkan defenisinya, kronik. Bronkus yang mengalami
bronkiektasis menggambarkan suatu
inflamasi akan
keadaan dimana terjadi dilatasi bronkus
yang ireversibel (> 2 mm dalam kehilangankeelastisannya, sehingga
diameter) yang merupakan akibat dari bronkus akan menjadi lebar dan lembek
destruksi komponen muskular dan sertamembentuk kantung atau saccus
elastis pada dindingbronkus. Rusaknya yang menyerupai balon yang kecil.
kedua komponen tersebut adalah akibat Inflamasijuga meningkatkan sekresi
dari suatu prosesinfeksi, dan juga oleh mukus. Karena sel yang bersilia
pengaruh cytokine inflamasi, nitrit
mengalami kerusakan,sekret yang
okside dan netrophilicprotease yang
dilepaskan oleh system imun tubuh dihasilkan akan menumpuk dan
sebagai respon terhada pantigen. memenuhi jalan nafas dan
menjaditempat berkembangnya bakteri.
Yang pada akhirnya bakteri-bakteri
tersebut akanmerusak dinding bronkus,
sehingga menjadi lingkaran setan antara
infeksi dankerusakan jalan nafas.
Sudoyo (2009) membagi
tingkatan beratnya bronkiektasis
menjadi 3 derajat, yaitu:
1. Bronkiektasis ringan
Bronkiektasis dapat terjadi pada Ciri klinis: batuk-batuk dan
kerusakan secara langsung dari sputum warna hijau hanya terjadi
dindingbronkus atau secara tidak sesudah demam (ada infeksi
langsung dari intervensi pada sekunder), produksi sputum terjadi
pertahanan normal jalannafas. dengan perubahan posisi tubuh,
Pertahanan jalan nafas terdiri dari silia biasanya terdapat hemoptisis sangat
yang berukuran kecil pada jalannafas. ringan, pasien tampak sehat, fungsi
Silia tersebut bergerak berulang-ulang, paru normal dan foto dada normal.
memindahkan cairan berupa 2. Bronkiektasis sedang
mukusyang normal melapisi jalan Ciri klinis: batuk-batuk
nafas. Partikel yang berbahaya dan produktif terjadi setiap saat, sputum
bakteri yangterperangkap pada lapisan timbul setiap saat (umumnya hijau
mukus tersebut akan dipindahkan naik dan jarang mukoid, serta bau mulut
busuk), sering ada hemoptisis. Pada tahun. Gejala dimulai sejak masa
pemeriksaan fisik paru sering kanak-kanak, 60 % dari penderita
ditemukan ronki basah kasar pada gejalanya timbul sejak umur kurang
daerah paru yang terkena, gambaran dari 10 tahun. Gejalanya tergantung
foto dada boleh dikatakan masih dari luas, berat, lokasi ada atau tidaknya
normal. komplikasi.
3. Bronkiektasis berat Tanda dan Gejala
Ciri klinis: batuk-batuk 1. Batuk yang menahun dengan
produktif dengan sputu berwarna sputum yang banyak terutama pada
kotor dan berbau. Sering ditemukan pagi hari, setelah tiduran dan berbaring.
adanya pneumonia dengan 2. Batuk dengan sputum menyertai
hemoptisis dan nyeri pleura. Sering batuk pilek selama 1-2 minggu atau
ditemukan jari tabuh. Bila ada tidak ada gejala sama sekali
obstruksi saluran napas akan dapat ( Bronkiektasis ringan )
ditemukan adanya dispnea, sianosis 3. Batuk yang terus menerus dengan
atau tanda kegagalan paru. sputum yang banyak kurang lebih 200
Umumnya pasien mempunyai – 300 cc, disertai demam, tidak ada
keadaan umum kurang baik. Sering nafsu makan, penurunan berat badan,
ditemukan infeksi piogenik pada anemia, nyeri pleura, dan lemah badan
kulit, infeksi mata dan sebagainya. kadang-kadang sesak nafas dan
Pasien mudah timbul pneumonia, sianosis, sputum sering mengandung
septikemia, abses metastasis, bercak darah,dan batuk darah.
kadang-kadang terjadi amiloidosis. 4. Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50
Pada pemeriksaan fisik dapat % kasus.
ditemukan ronki basah kasar pada
daerah terkena. PROSES DIAGNOSTIK

Lynne Reyd membagi BE 1. INSPEKSI


menjadi 3 bentuk berdasarkan  Statis : Wajah pasien sedikit pucat,
pelebaran bronkus dan derajad pasien tampak tenang, pada analisa
obstruksi, sebagai berikut: postur dari anterior, posterior dan
1. Bentuk silindrik (tubular) lateral tampak pasien agak bungkuk
2. Bentuk varikosa (fusiform) dan sedikit kyphosis, warna kulit dan
3. Bentuk sakuler (kistik). kuku normal, tidak terlihat
pembesaran vena jugularis dan
5. GAMBARAN KLINIS hipertropi asesori muscle, tidak
Bronkiektasis merupakan penyakit adanya jari tabuh
yang sering dijumpai pada usia muda,  Dinamis : Pola nafas abdominal,
69 % penderita berumur kurang dari 20 saat berjalan pasien terlihat sedikit
khiposis, base tungkai lebar, nafas Yang diperiksa pada saat auskultasi
terengah-engah disertai dengan adalah:
wheezing.
Tingkat kesadaran pasien : normal 1. Suara nafas/bunyi pernapasan.
Pola Nafas 2. Pleura friction (Bunyi gesekan
•Melihat pola pernafasan pasien pleura)
reguler atau tidak, cepat atau lambat
•Lokal inspirasi : pasien bernafas
menggunakan upper chest atau lower
chest.
•Reguler atau tidak : pola pernafasan
pasien yaitu teratur atau tidak.
2. PALPASI
Periksa premitus suara (taktil premitus)
Cara 1 menggunakan telapak tangan
a. Letakkan tangan di upper, midle dan
lower pada belakang pasien
b. Pasien diarahkan untuk inspirasi lalu
menyebutkan angka 99
Cara 2 menggunakan sisi ulna 4. PEMERIKSAAN MOBILITAS
a. Letakkan tangan di upper, midle dan THORAX
lower pada belakang pasien Mobilitas thoraks yaitu gerakan
b. Pasien diarahkan untuk inspirasi lalu keseluruhan pada thoraks.
menyebutkan angka 99 1. Gerakan simetris chest, dimana
kedua tangan pemeriksa berada di
Tujuan : untuk mengetahui bunyi
clavicula dan periksa pengembangan
getaran suara pada dinding thoraks.
tiap bagian dada selama inspirasi dan
Apabila getaran lebih besar berarti ekspirasi.
ada udara dalam rongga thoraks.
2. Lakukan ekspansi thoraks
Apabila tidak ada getaran berarti ada
cairan atau benda padat pada thoraks Cara 1.
Tiap lobus pada thoraks akan dicek
3. AUSKULTASI
dengan ekpansi upper lobs, ekspansi
Auskultasi paru dilakukan midle lobus dan ekspansi lower lobus.
dengan memakai stetoskop. Posisi Penatalaksanaan :
pasien sebaiknya dilakukan dalam Untuk ekspansi Upper Lobus :
posisi tidur. Pasien disuruh bernafas •Posisi pasien terlentang dan batas jari-
melalui mulut, tidak melalui hidung. jari dan telapak tangan berada tepat di
clavicula.
•Pasien diarahkan untuk inspirasi dan menghembuskan nafas setelah itu
ekspirasi. arahkan pasien untuk menarik nafas
Gerakan yang diperiksa pada upper dan lihat jarak pengembangannya.
lobus yaitu gerakannya simetris atau 3. Sipoideus
tidak. Gerakan yang ada pada ekspansi Minta pasien untuk menghembuskan
upper lobus yaitu anterior dan superior nafas dan lihat angka berapa pada saat
Untuk ekspansi Midle Lobus : menghembuskan nafas setelah itu
•Posisi pasien terlentang, kedua tangan arahkan pasien untuk menarik nafas
pemeriksa berada di proc.sipeudeus dan lihat jarak pengembangannya.
•Pasien diarahkan untuk inspirasi dan Dengan cara manual
ekspirasi •Posisi pasien dalam keadaan
Gerakan yang diperiksa pada midle terlentang, kemudian kedua ujung
lobus yaitu anterolateral dan superior thumb pemeriksa bertemu di insisura
Untuk ekspansi lower lobus jugularis
•Posisi pasien duduk, dan kedua ujung •Pasien diarahkan untuk inspirasi, pada
thumb berada di medula spinalis. saat menarik nafas kedua ujung thumb
•Pinggir pada telapak tangan berada memiliki jarak dan jarak itulah akan
pada costa 12 diukur sebagai pengembangan thoraks.
•Pasien diarahkan untuk inspirasi dan
ekspirasi 5. PEMERIKSAAN VENTILASI PARU
Gerakan yang diperiksa pada lower
lobus yaitu ke depan, samping dan ke - VENTILASI THORAK:
atas a. ANTOPOMETRI DADA
Cara 2 ANAK 2 –4 cm.
Pengukuran untuk pengembangan DEWASA 4-6 cm.
thoraks dapat dilakukan dengan cara b. VENTILASI PARU.
lain yaitu dengan meteran dan manual. Meniup lilin jarak 15 inchi..
Dengan cara meteran, dilakukan di 3 Pengukuran spirometri
tempat yaitu :  Prosedur pada pengukuran
1. Axila Kapasitas Vital Paksa (KVP)
Ujung dari meteran di fiksasi di dan Volume Ekspirasi detik
sternum kemudian minta pasien untuk pertama (VEP1) Menarik nafas
menghembuskan nafas dan lihat sedalam-dalamnya
angkanya setelah itu minta pasien untuk  Meletakan mouth piece
menarik nafas dan lihat jarak diantara gigi dan katup erat
pengembangannya. dengan bibir
2. Papila Mammae
Minta pasien untuk menghembuskan
nafas dan lihat angka berapa pada saat
 Buang nafas sekuat-kuatnya mengurangi udara yang terperangkap
dan ceaptcepatnya sampai dalam paru dan mencegah terjadinya
selesai kolaps. Pursed lip breathingdapat
 Pastikan lidah tidak di dalam meningkatakan ventilasi dengan
mouth piece (ulangi prosedur 3 memperluas volume paru dan
kali, ambil salahsatu hasil meningkatkan saturasi oksigen.
spirometri yang terbaik, pasien Dengan pursed lip breathingpasien
bisa beristrirahat bila sudah dapat mengontrol kedalaman
lelah) respirasi sehingga dapat mengurangi
a. Pengukuran kapasitas vital paru: sesak napas dan sesak napas secara
FEV1: FVC < 80 %. tiba-tiba. Pursed lip breathing yang
- Faal paru diberikan selama 30 menit, 2 kali
Spirometri adalah dalam satu hari, terbukti dapat
pengukuran volume dan meningkatkan FEV1, FVC, dan
aliran udara yang masuk dan FEV1/FVC Ratio. Hal ini berarti
keluar paru-paru. Spirometer bahwa, pemberian pursed lip
dapat mengukur volume breathing mampu memberikan
paru, seperti volume tidal dan perbaikan pada proses ekspirasai
kapasitas paru, seperti ditandai dengan peningkatan FEV1.
kapasitas total. Dengan peningkatan FEV1 ventilasi
udara juga mengalami perbaikan,
Skala sesak diukur sehingga level sesak pada pasien
menggunakan borg scale ̧diperiksa juga akan ikut berkurang.
dalam 5 kali pemeriksaan setelah
melakukan latihan pernapasan. 6. PEMERIKSAAN GAS DARAH
PADA PASIEN
Untuk mengurangi sesak Terutama untuk menilai :
napas diberikan teknik breathing o Gagal napas kronik stabil
exerciseyaitu pursed lip o Gagal napas akut pada gagal
breathingpada evaluasi pertama dan
napas kronik
evaluasi kedua karena sesak berat
Pada kasus bronchiectasis
sekaligus untuk home programjika
tingkat lanjut, pengukuran analisa
pasien mengeluh sesak tiba-tiba.
gas darah amat penting untuk
Intervensi pursed lip breathingdapat
dilakukan. AGD wajib dilakukan
membantu mengurangi sesak napas
apabila nilai FEV1 pada penderita
dengan memperlambat ekspirasi
menunjukkan nilai < 40% dari
sehingga respiratory rate dapat
nilai prediksi dan secara klinis
berkurang. terbuka lalu
tampak tandatanda kegagalan
mengeluarkan CO2sehingga
respirasi dan gagal jantung kanan
seperti sianosis sentral,
pembengkakan engkel, dan 7. PEMERIKSAAN SPUTUM /
peningkatan jugular venous SEKRESI
pressure. Pemeriksaan bakteriologi sputum
Analisa gas darah arteri pewarnaan Gram diperlukan untuk
menunjukkan gambaran yang mengetahui pola kuman dan untuk
berbeda pada pasien dengan memilih antibiotik yang tepat,
emfisema dominan dibandingkan khususnya pada saat terjadinya
dengan bronkitis kronis dominan. eksaserbasi akut. Infeksi saluran napas
Pada bronkitis kronis analisis gas berulang merupakan penyebab utama
darah menunjukkan hipoksemi eksaserbasi akut pada penderita
yang sedang sampai berat pada bronchiectasis di Indonesia.
pemberian oksigen 100%, hal ini
menunjukkan adanya shunt kanan Pemeriksaan bakteriologi sputum
ke kiri. Dapat juga menunjukkan pewarnaan Gram diperlukan untuk
hiperkapnia yang sesuai dengan mengetahui pola kuman dan untuk
adanya 10 hipoventilasi alveolar, memilih antibiotik yang tepat,
serta asidosis respiratorik kronik khususnya pada saat terjadinya
yang terkompensasi. Gambaran eksaserbasi akut. Infeksi saluran napas
seperti ini disebabkan karena pada berulang merupakan penyebab utama
bronkitis kronis terjadi gangguan eksaserbasi akut pada penderita
rasio ventilasi/perfusi (V/Q ratio) bronciectasis di Indonesia
yang nyata. Sedangkan pada 8. PENGUKURAN DERAJAT SESAK
emfisema, rasio V/Q tidak begitu NAPAS
terganggu oleh karena baik a. Derajat I (Ringan): Gejala
ventilasi maupun perfusi, batuk kronis dan ada
keduanya menurun disebabkan produksi sputum tapi tidak
berkurangnya jumlah unit ventilasi sering. Pada derajat ini
dan capillary bed. Oleh karena itu pasien tidak menyadari
pada emfisema gambaran analisa bahwa menderita BC
gas darah arteri akan b. Derajat II (Sedang): Sesak
memperlihatkan normoksia atau nafas mulai terasa pada saat
hipoksia ringan, normokapnia, dan beraktifitas terkadang
tidak ada shunt kanan ke kiri terdapat gejala batuk dan
Analisa gas darah berguna untuk produksi sputum.
menilai cukup tidaknya ventilasi Biasanya pasien mulai
dan oksigenasi, dan untuk memeriksakan kesehatannya
memantau keseimbangan asam pada derajat ini.
basa.
c. Derajat III (Berat): Sesak tipis vertikal). Sedangkan pada
nafas terasa lebih berat, penderita bronkitis kronis dominan
terdapat penurunan aktifitas, hasil foto thoraks dapat menunjukkan
mudah lelah, serangan hasil yang normal ataupun dapat
eksaserbasi bertambah sering terlihat corakan bronkovaskuler yang
dan mulai memberikan meningkat disertai sebagian bagian
dampak terhadap kualitas yang hiperlusen.
hidup. Pengetahuan mengenai pemeriksaan
d. Derajat IV ( Sangat Berat): radiologi dan laboratorium bagi
Terdapat gejala pada derajat Fisioterapis adalah suatu hal yang
I, II dan III serta adanya sangat penting dalam rangka
tanda-tanda gagal nafas atau menegakkan diagnosis dan
gagal jantung kanan. Pasien menghindari kesalahan-kesalahan yang
mulai tergantung pada mungkin terjadi dalam menangani suatu
oksigen. Kualitas hidup kondisi penyakit. Hal ini terutama
mulai memburuk dan dapat sangat diperlukan bagi Fisioterapis
terjadi gagal nafas kronis yang bekerja di Rumah Sakit Daerah
pada saat terjadi eksaserbasi ataupun puskesmas yang belum
sehingga dapat mengancam mempunyai dokter spesialis radiologi
jiwa pasien. maupun spesialis patologi klinik. Hal
ini tidak berarti bahwa Fisioterapis
9. PEMERIKSAAN X-RAY / MRI yang bekerja pada rumah sakit maupun
Gambaran radiologi pada emfisema puskesmas yang sudah mempunyai ahli
menunjukkan hiperinflasi, hiperlusen, radiologi maupun spesialis patologi
ruangretrosternal melebar, diafragma klinik tidak memerlukan pengetahuan
mendatar, dan jantung menggantung mengenai pemeriksaan radiologi
(jantung pendulum/tear drop/eye drop maupun laboratorium karena keputusan
appearance). untuk meminta pemeriksaan foto
Gambaran radiologi pada bronkitis radiologi maupun laboratorium juga
kronik terdapat corakan sangat bergantung pada pemahaman
bronkovaskuler. Foto torak PA dan dan pengetahuan mengenai radiologi
Lateral berguna untuk menyingkirkan dan laboratorium. Pengetahuan seorang
kemungkinan penyakit paru lain. Pada Fisioterapis tentang interpretasi hasil
penderita emfisema dominan foto radiologi maupun Laboratorium
didapatkan gambaran hiperinflasi, yaitu akan sangat bermanfaat dalam memilih
diafragma rendah dan rata, hiperlusensi, modalitas yang digunakan dalam
ruang retrosternal melebar, diafragma therapy, serta bisa berhati-hati agar
mendatar, dan jantung yang tidak menggunakan alat fisioterapi yang
menggantung/penduler (memanjang kontra indikasi dengan penyakit pasien
misalnya adanya spondylolistesis, 12. PROBLEM IMPAIRMENT,
infeksi akut ataupun tumor. ACTIVITY LIMITATION, DAN
PARTICIPATION RESTRICTION
10. DIFERENTIAL DIAGNOSIS = Problem Impairment
Diagnosa ditegakkan dari Pada kasus Penyakit Broncictasis
pemeriksaan dan evaluasi dan keluhan yang sering dialami pasien
menyatakan hasil dari proses yaitu adanya sesak nafas, nyeri dada,
pertimbangan atau pemikiran klinis, penurunan ekspansi sangkar thorak, dan
dapat berupa pernyatan keadaan adanya spasme pada otot bantu
disfungsi gerak, dapat pernafasan
meliputi/mencakup kategori = Activity Limitation
kelemahan, limitasi fungsi, Pada pasien BC ini mengalami
kemampuan/ketidakmampuan dan keterbatasan aktifitas functional
sindrom.
misalnya pasien tidak mampu bekerja
kembali sebagai pengrajin kayu dan
11. ALGORITMA ASSESMENT
tidak bisa berpergian keluar kota dengan
mengendarai sepeda motor sendirian,
Bronchiesctasis
karena pasien tidak bisa merasa
kecapekan dan terpapar polusi udara
impairment dalam karena dapat menyebabkan sesak nafas.
disabilitas disebabkan
pembersihan
penurunan kapasitas = Participation Restriction
mukius
latihan Dalam bersosialisasi dengan
Tes fungsi pulmonal
(beratnya/jenis
Tes fungsi pulmonal lingkungan tempat tinggalnya pasien
(beratnya/jenis obstruksi)
obstruksi) Data exercise test
mengalami kesulitan, contohnya tidak
bisa mengikuti kegiatan kerja bakti
=- Gejala/beratnya
Kebutuhan latihan,
karena pasien akan sesak nafas jika
obstruksi merasa kecapekan.
pemenuhan status
= Efektivitaas batuk/huff
nutrisi, tanpa
=Fungsi abdominals …
exacerbation,
=collapse mukius
penggunaan oxygen etc.
Restriksi lain: dyspnoea,
= Impairments dan nyeri, takut
disabilitas yg dikeluhkan?
= Impairments dan = Gejala/beratnya
disabilitas yg dpt obstruksi =exercise
ditangani fisioterapi? capacity?
=Apakah pasien motivasi = Function otot
untuk fisioterapi? perifer ? =Function otot
respiratory?

Treatment treatment goals-


- Meningkatkan exercise
treatment goals- capacity
-Meningkatkan mucus - Menurunkan
clearance dyspnoea
-Meningkatkan patient - Meningkatkan patient
compliance compliance
PROSES INTERVENSI FISIOTERAPI Teknik ini diajarkan untuk
1. METODE PENGOBATAN mempertahankan Airway tetap
 Positioning terbuka dengan adanya tekanan balik
= Trendelenburg position dalam airway dan juga mengurangi
meningkatkan ICP; pasien dyspnea. Prosedur:
apa yang meningkatkan ICP
untuk dihindarkan  Posisi Comfortable dan serileks
(neurosurgery, aneurysms, mungkin
eye surgery) uncontrolled  Jelaskan pada pasien bahwa
hypertension; distended Expirasi harus rileks (pasief )
abdomen; esophageal dan kontraksi abdomen harus
surgery; recent gross dihindari
hemoptysis, uncontrolled  Tempatkan tangan diatas
airway with risk for abdomen untuk mendeteksi
aspiration (tube feeding or kontraksi otot abdomen
recent meal).  Instruksikan pasien untuk
= Reverse Trendelenburg inspirasi dalam dan perlahan
Hypotension or vasoactive  Kemudian pasien expirasi
medication. dengan bibir purse – Lip
(Balachandran,Shivbalan
Shichle amxyh.  Postural Drainage
Thangavelu,jun18 )
Postural drainase dan
positioning untuk pembersihan jalan
Breathing Exercise
napas terutama sekali diterapkan
 Diafragma breathing
pada pasien bronkiektasis. Postural
Diaphragma BE ditujukan untuk
drainage adalah teknik pengaturan
;
posisi tertentu untuk mengalirkan
 Memperbaiki efisiensi
sekresi pulmonar pada area tertentu
Ventilasi , mengurangi kerja
dari lobus paru dengan pengaruh
pernafasan , meningkatkan
gravitasi. Tujuan postural drainage
pengembangan (descent or
adalah mengeluarkan sputum yang
ascent) diaphragma ,
terkumpul pada lobus paru dengan
memperbaiki pertukaran gas
tujuan pembersihan airway. Posisi
dan Oxygenation
pasien sesuai dengan letak
 Diaphragma juga digunakan
sputumnya.
untuk mobilisasi sekresi
paru selama Postural
Drainage (PD)
 Pursed lip breathing
chest tersebut. Memperkuat deep
inspirasi dan kontrol ekspirasi

Latihan khusus:

a. To Mobilize One Side Of the Chest

1) Sitting
pasienmembengkokkan
chest kesamping sehingga
terjadi penguluran dan expansi
 Batuk Efektif samping berlawanan selama
Inspirasi (gbr.A)
Batuk efektif dan napas
dalam merupakan teknik batuk 2) Kemudian pasien meletakkan
efektif yang menekankan inspirasi genggaman tangan disamping
maksimal yang dimulai dari chest lalu bengkokkan chest
ekspirasi , yang bertujuan : kelateral kearah genggaman
tangan sambil expirasi (Gbr. B)
a. Merangsang terbukanya sistem
3) Tingkatkan latihan ini dengan
kolateral
menempatkan tangan lebih
b. Meningkatkan distribusi
tinggi.
ventilasi
c. Meningkatkan volume paru
d. Memfasilitasi pembersihan
saluran napas
 Exercise Untuk Mobilisasi Chest

Tujuan :

Memelihara atau memperbaiki


mobilitas dindingchest , trunk dan
Shoulder akibat gangguan respirasi
misalnya :Kelemahan otot trunk sisi
b. To Mobilize the Upper Chest and
menyebab kandinding chest di
Stretch the Pectoralis Muscle
bagian tersebut tidak mengembang
dengan maksimal selama inspirasi 1) Pasien Sitting di kursi dengan
Exercise kombinasi Stretching tangan dibelakang kepala ,kedua
ototdan deep breathing akan tangan posisi abduksi horizontal
memperbaiki ventilasi samping selama Deep Inspirasi (Gbr. A)
2) Instruksikan pasien membungkuk
kedepan bersama elbow lalu
expirasi (gbr.B )

c. To Increase Expiration during Deep


Breathing
 Wand Exercise
1) PasienInspirasidalamPosisi Hook-
Lying (Hip dan Knee sedikitfleksi) Penekanan pada Fleksi
(gbr. A) shoulder selama Inspirasi atau dapat
dikombinasi dengan Breathing
2) Instruksikan pasien Exercise.
membengkokkan lutut kearah chest
selamaexpirasi ( satu persatu untuk Mencegah Dan Mengurangi Serangan
mencegah LBP) , Hal ini akan Sesak Nafas (Dyspnea)
mendorong isi Abdomen superior
Cara Prosedur:
kearah Diaphragma untuk membantu
Expirasi (gbr.Bdan C) 1. Posisi Rileks . Forward bent
posture. (lihat gambar)
2. Gunakan Bronchodilator jika
diperlukan.
3. Pasien mengontrol pernafsan dan
mengurangi kec. respirasi dgn
teknik PLB selama expirasi (tidak
boleh expirasi kuat)
à perhatian utama pasien pada
Pernafasan phase Expirasi.
2. CLINICAL PREDICTION RULE
Menurut journal of
Primary care implications of
the British Thoracic Society
Guidelines for bronchiectasis
in adults 2019
Diagnosis bronkiektasis harus
dicurigai ketika pasien datang dengan
batuk berulang atau terus-menerus (> 8
minggu), dengan produksi sputum
purulen atau mukopurulen, terutama
dengan faktor risiko terkait yang
relevan, seperti PPOK. Diagnosis ini
sangat mungkin jika pasien memiliki
riwayat dua atau lebih eksaserbasi
PPOK per tahun dan sampel dahak
positif sebelumnya untuk Pseudomonas
aeruginosa sementara stabil (yaitu tidak
selama eksaserbasi).
Sebuah meta-analisis dari enam
studi observasi terhadap 881 pasien,
terutama berdasarkan perawatan
sekunder, menemukan bahwa
prevalensi bronkiektasis adalah 54,3%
pada pasien dengan PPOK. Satu studi
yang dilakukan pada 110 pasien dari 29
praktik umum di Inggris menunjukkan
bahwa prevalensi bronkiektasis adalah
29% pada pasien dengan COPD.
Pasien dengan bronkiektasis
dan COPD memiliki FEV yang lebih
rendah1perbedaan rata-rata tertimbang
(WMD) -8%, eksaserbasi lebih sering
4. Inspirasi tiap selesai PLB pasien (WMD 1,54 kali lebih banyak pada
tahun sebelumnya) dan 7,33 kali lebih
dengan teknik Diaphragma BE
mungkin memiliki patogen sputum
tapi hindari penggunaan persisten, terutama P. aeruginosa
accessory muscle. dibandingkan pasien PPOK tanpa
5. Pasien tetap mempertahankan bronkiektasis.
posisi postur ini dan terus
Morbiditas dan mortalitas pada
Inspirasi dengan rileks jika
bronkiektasis telah menurun dengan
memungkinkan.
sangat mencolok dalam negara-negara
industri tetapi prevalensinya masih DAFTAR PUSTAKA
tinggi di bagian pasifik dan negara-
Begin Nursing. 2010. Askep
negara Asia. . prognosis keseluruhan
Bronkiektasis.http://nursingbegin.com/askep
masih buruk, dan meskipun
-bronkiektasis/ , 8 September 2017
bronkiektasiss biasanya terlokalisasi
pada lobus paru atau per segmen,
Cavallaro C, Fuller K. 2009. Pathology
persisten, dan nonresolving infeksi
Implication for Physical Therapist .
dapat menyebabkan penyakit menyebar
Missouri : Saunders Elsevier.
ke bagian lainnya pada paru-paru .
komplikasi dari bronkiektasis termasuk
Price , Sylvia A , dan Lorraine M Wilsone.
pneumonia berulang, abse paru, infeksi
1995. Patofisiologi; Konsep klinis proses-
metastasis pada organ lainnya (mis.
proses penyakit. Edisi 6 Jakarta EGC.
Abses otak) , dan kegagalan jantung
dan pernapasan. Kesehatan paru yang
Stephen J, Irwin S. 1990. Cardiopulmonary
baik dan menghindari komplikasi
Physical Therapy. Missouri: Mosby
akibat infeksi pada area yang terlibat
Company
dapat memperbaik kondisi pasien.

3. EVALUASI Hill, A. T. et al. British Thoracic Guideline


for bronchiectasis in adults. Thorax. 74
Monitoring follow-up Bronchiectasis (Suppl 1), 1–69 (2019).
a. Evaluasi sebelum
Sebelum melakukkan terapi,
pasien merasakan adanya batuk
Quint, J. K. et al. Changes in the incidence,
disertai dahak sulit keluar dan
prevalence and mortality of bronchiectasis
sesak napas yang sangat parah
in the UK from 2004 to 2013: a population‐
yang sangat mengganggu
based cohort study. Eur. Respir. J. 47, 186–
aktivitas pasien.
193 (2016).
b. Evaluasi sesaat
Selama penanganan pasien Weycker, D. et al. Prevalence and incidence
merasa lebih rileks dan nyaman. of noncystic fibrosis bronchiectasis among
c. Evaluasi akhir US adults. 2013 Chronic Respir. Dis. 14,
Setelah melakukan terapi sesak 377–384 (2013).
napas pasien berkurang . Setelah
melakukan beberpa kali proses Pasteur, M. C. et al. British Thoracic
terapi, pasien merasa lebih Society Guidelines for non-cystic fibrosis
rileks, produksi sputum bronchiectasis. Thorax. 65(Suppl 1), i1–i58
mengalami penurunan dan (2010).
berkurangnya nyeri dada.
British Thoracic Society Standards of Care
Committee Guideline Production Manual
2016. www.brit-thoracic.org.uk (2016).

Anda mungkin juga menyukai