Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

Community Acquired Pneumonia

DISUSUN OLEH:
Nama : Lodi Salim, S.Ked
NIM : I11112060

PEMBIMBING:
dr. Eva Lydia Ingan R. M., Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK PULMONOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER AGOESDJAM KETAPANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

a. Latar Belakang 3

b. Tujuan Penulisan 4

c. Manfaat Penulisan 4

BAB II COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA 5

2.1 Definisi 5

2.2 Etiologi 5

2.3 Patofisiologi 6

2.4 Manifestasi Klinik 7

2.5 Penegakkan Diagnosis 7

2.6 Penatalaksanaan Acquired Community Pneumonia 9

2.7 Prognosis 13

BAB III KESIMPULAN 14


DAFTAR PUSTAKA 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam
bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju.
Dalam laporan Kemenkes RI tahun 2016, diperkirakan terdapat 15% kematiaan balita
yaitu sebanyak 922.000 balita di Indonesia Pneumonia menyerang semua umur di
semua wilayah, namun terbanyak terjadi di asia selatan dan afrika. Populasi yang
rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut
lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi dan
gangguan imunologi).1
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-pari yang dapat
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri. Gejala
penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan
dahak, dan sesak nafas.1 Insiden kasus community Acquired Pneumonia sebesar 2%
pada pasien rawat jalan, 5-20 % pada pasien rawat inap dan lebih dari 50% pada
pasien ruangan intensif. Menurut data di RSUD soetomo Surabaya didapatkan data
jumlah pasien CAP rawat inap tahun 2012 sebanyak 477 kasus dan dengan angka
kematian sebesar 9,6 %. Data kasus CAP pada pasien rawat inap tahun 2012 di RSUP
persahabatan sebanyak 20,5%.2
Penatalaksaan kasus CAP pada umumnya yaitu pemberian oksigen, hidrasi
dan nutrisi yang baik, pemberian obat simtomatik seperti antipiretik, mukolitik
maupun ekspetorat dan pemberian antibiotic sebagai terapi kuratif. Proses kultur dari
mikroba penginfeksi membutuhkan waktu yang lama menyebabkan terapi antibiotic
secara empires merupakan terapi pertama bagi pasien. Penggunaan antibiotic yang
bijak meliputi antibiotik yang tepat sesuai indikasi, pemilihan dosis, dan lama
pemberian antibiotic yang tepat. Dengan menggunakan antibiotic yang bijak
diharapkan angka kejadian resisten dan toksisitas akibat antibiotic menurun.2

3
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan referat ini antara lain:
1. Mengetahui diagnosa dan penatalaksanaan Community Acuired Pneumonia.
2. Sebagai syarat dalam menyelesaikan stase paru di RSU Dokter Agoesdjam
Ketapang
C.
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan referat ini antara lain:
1. Bagi penulis
Menerapkan ilmu pengetahuan dan materi yang telah dipelajari ke dalam
bentuk tulisan ilmiah yang sistematis.
2. Bagi pembaca
Meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai Community Acuired
Pneumonia

BAB II
COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA
2.1 Definisi

4
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru
yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).
Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak
termasuk. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh
nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan
dan lain-lain) disebut pneumonitis. Pneumonia komuniti adalah pneumonia
yang didapat di masyarakat.3
2.2 Etiologi
Menurut kepustakaan penyebab pneumonia komuniti banyak
disebabkan bakteri Gram positif dan dapat pula bakteri atipik. Akhir-akhir ini
laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang
ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah
bakteri Gram negatif. Berdasarkan laporan terakhir dari beberapa pusat paru
di Indonesia (Medan, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Makasar) dengan cara
pengambilan bahan dan metode pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda
didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut 3:
1. Klebsiella pneumoniae 45,18%
2. Streptococcus pneumoniae 14,04%
3. Streptococcus viridans 9,21%
4. Staphylococcus aureus 9%
5. Pseudomonas aeruginosa 8,56%
6. Steptococcus hemolyticus 7,89%
7. Enterobacter 5,26%
8. Pseudomonas 0,9%.

2.3 Patofisiologi
Pada orang yang sehat tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme yang bersifat patogen di paru. Keadaan ini disebabkan oleh
mekanisme pertahanan saluran napas. Apabila terjadi ketidakseimbangan
antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, akan menimbulkan
penyakit.4

5
Terjadinya pneumonia berhubungan dengan banyaknya jumlah bakteri
yang teraspirasi, penurunan daya tahan tubuh dan virulensi koloni bakteri di
orofaring. Mekanisme organisme mencapai saluran napas melalui : inokulasi
langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, inhalasi, dan kolonisasi di
permukaan mukosa.4
Turunnya daya tahan tubuh juga dihubungkan dengan imunitas
humoral dan imunitas seluler, malnutrisi, perokok berat dan penyakit sistemik.
Faktor predisposisi pneumonia adalah penggunaan pipa endotrakeal,
pemakaian nebuhaler, adanya super infeksi dan malnutrisi.5,6
Mikroorganisme menyerang sel untuk bereproduksi. Biasanya,
mikroorganisme akan mencapai paru ketika udara yang dihirup melalui mulut
dan hidung. Setelah di paru, mikroorganisme ini menyerang sel-sel yang
melapisi saluran udara dan alveoli. Hal ini sering menyebabkan kematian sel,
baik ketika mikroorganisme langsung membunuh sel, atau melalui jenis
apoptosis sel yang disebut penghancuran diri. Basil yang masuk bersama
sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang berupa edema
seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi. Sel-sel
PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit
yang lain melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut
kemudian dimakan. Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri
maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik terset yaitu :
1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel
darah merah.
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif
dengan jumlah PMN yang banyak.
4. Zona resolusie : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang
mati, leukosit dan alveolar makrofag.3,4,6
2.4 Manifestasi Klinis

6
Gejala pada masing-masing individu berbeda-beda, diantaranya
demam, sesak napas, nyeri dada, dan batuk. Batuk dapat bersifat tidak
produktif (kering) atau terdapat sputum yang mukoid atau purulen
(produktif).7,8 Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda pada tipe pneumonia klasik
bisa didapatkan konsolidasi paru seperti perkusi yang redup, suara napas
bronkial, dan ronki basah.5,8 Tidak didapatkan demam pada 20% pneumonia
dan dapat tanpa disertai batuk produktif dan perasaan dingin.9
Gejala diluar sistem pernapasan seperti sakit kepala, mual, muntah,
nyeri perut, diare, nyeri otot, dan nyeri sendi juga gejala yang sering didapat
pada pneumoni. Perlu diingat bahwa pada pasien yang tua keluhan lebih
sedikit dibandingkan pada pasien yang lebih muda.7,8
Pada sebagian besar penderita didapatkan leukosit yang normal atau
sedikit meninggi, kadang-kadang didapatkan leukositosis. Dapat terjadi
peningkatan ureum, kreatinin dan glukosa.6,7,8
2.5 Penegakan Diagnosis
1. Gambaran klinis
a) Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu
tubuh meningkat dapat melebihi 400 celcius, batuk dengan dahak mukoid atau
purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.3
b) Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa
palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai
ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi.3
2. Pemeriksaan penunjang
a. Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat
sampai konsolidasi dengan broncogram, penyebab bronkogenik dan

7
interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah
diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering
disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan
Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus
atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.3
b. Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada
hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan
LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita
yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia,
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.3
2.6 Penatalaksanaan Community Acquired Pneumonia
Penilaian derajat keparahan penyakit CAP dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem skor menurut hasil penelitian Pneumonia Patient
Outcome Research Team Serverity Index (PSI) dan CRB65 seperti tabel di
bawah ini 3:

Faktor Resiko Nilai

Usia

Pria usia (th)

Wanita usia (th)10

Tinggal dalam panti jompo atau panti asuhan +10

Penyakit komorbid lain

Penyakit Keganasan +30

8
Penyakit Hepar +20

Penyakit Ginjal +10

Penyakit Cerebrovaskular +10

Gagal Jantung Kongestif +10

Pemeriksaan Fisik

Gangguan mental +20

Takipneu (>30 kali/menit) +20


Hipertensi Sistolik (<90 mm Hg) +20

Suhu tubuh (<35 atau >40 C) +15

Detak jantung >125 beats/min +10

Laboratorium dan Hasil Radiografi

pH darah (arterial) <7.35 +30

Hipoxemia (arterial Pao2<60 mm Hg atau saturasi O2 <90%) +10

Serum urea nitrogen (BUN) >30 mg/Dl +20

Na <130 mEq/L +20

Gula darah >250 mg/dL +10

Anemia (hematokrit <30%) +10

Efusi pleura 10

Tabel 1. Pneumonia Severity Index (PSI)

kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap community acquired


pneumonia adalah10 :

Kelas Resiko Poin Resiko Mortalitas


I <51 Rendah
II 51-70
III 71-90
IV 91-130 Sedang
V >130 Tinggi

9
Tabel 2. Skor PSI

Modifikasi dari skor PSI dibutuhkan dalam memutuskan tempat perawatan


pasien. Pasien dengan kelas resiko 1-3 dirawat inap apabila saturasi oksigen arteri
<90%. Selain karena hipoksemia, kelas resiko rendah kriteria PSI 1-3 dirawat inap
apabila didapatkan syok, penyakit peyerta, efusi pleura, ketidakmampuan dalam
mengkonsumsi obat oral dan respon yang adekuat terhadap terapi antibiotic
sebelumnya.

Faktor Klinis Poin


Confusion (mengalami disorientasi) 1
Respiratory rate > 30 breaths per minute 1
Systolic Blood pressure < 90 mm Hg or Diastolic 1
Blood pressure < 60 mm Hg
Age > 65 years (usia) 1
Tabel .3 skor CRB65
Pengobatan pada community acquired pneumonia dapat dilihat pada
tabel 4 :

10
Tabel 4 . rekomendasi terapi antibiotic CAP10
Jenis jenis obat yang digunakan pada pengobatan CAP dapat dilihat
pada tabel 2 dan tabel 3 :

Tabel 5. Terapi Antimicrobials CAP.11

11
Tabel 6. Terapi Antimicrobials CAP.11
2.7 Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor
penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta
adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis
penyakit pada penderita yang dirawat. Angka kematian penderita pneumonia
komuniti kurang dari 5% pada penderita rawat jalan , sedangkan penderita
yang dirawat di rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease
Society Of America ( IDSA ) angka kematian pneumonia komuniti pada rawat
jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 0,1% dan kelas II 0,6% dan pada rawat
inap kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal ini
menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia
komuniti dengan peningkatan risiko kelas.3

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-pari (alveoli)
yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan
bakteri. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk,
mengeluarkan dahak, dan sesak nafas.
Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita,
bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang
baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang
dirawat. Angka kematian penderita pneumonia komuniti kurang dari 5% pada
penderita rawat jalan , sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit menjadi
20%.

12
\

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI, 2016


2. Pahriyani A, khotimah N, bakar L.2015. evaluasi penggunaan antibiotic pada
pasien community acquired pneumonia (CAP) di RSUD budi asih Jakarta
timur.jakarta:farmasains vol. 2 no 6 2015.
3. PDPI. 2003. Pneumonia komuniti: pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
4. Stein D. Managing pneumonia acquired in nursing homes: special concerns.
Geriatrics 42: 81-90, 1987.
5. Cunha BA, Gingrich D, Rosenbaum GS. Pneumonia syndromes: a clinical
approach in the olderly. Geriatrics, 45-49, 1990.
6. Harris GD, Johanson WG. Pathogenesis of bacterial pneumonia. In: Guenter
CA, Welch MG. ed. Pulmonary medicine. Second ed. Philadelphia: lB
Lippincott Co. 347, 1982.
7. Fishman : Pulmonary disease and disorders, fourth edition, volume two,
United States, 119:2097-2114, 2008.

13
8. Bartlett JG, Breiman RF, Mandell LA, File TM Jr: Community Acquired
Pneumonia in adults: Guidelines for management. Clin Infect Dis 26:811-838,
1998.
9. Kiss TG. Infections of the lung parenchyma. In: Diagnosis and management
of pulmonary disease in primary practice. Sydney: Addison-Wesley Pubi Co.
122, 1982.
10. Monthly Index of Medicine Specialities, 2016.
11. IDSA. Community acquired pneumonia in adluts. 2007. IDSA/ATS consensus
guideline.

14

Anda mungkin juga menyukai