OLEH :
AHMAD SUYUDI
201920461011057
Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang mengakibatkan
peradangan pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru yang disebabkan oleh
bakteri, jamur, virus, dan benda asing. Pada penderita pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara
kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru (alveoli) akan meradang dan dipenuhi cairan atau
nanah. Akibatnya, penderita mengalami sesak napas, batuk berdahak,dan demam, pada penderita
dewasa, kondisi ini paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri (American Lung Association, 2018).
Pneumonia dapat terjadi mulai dari yang ringan sampai yang mengancam jiwa. Menjadi serius
jika terjadi pada bayi, anak kecil, orang yang berusia di atas 65 tahun, dan pada orang dengan masalah
kesehatan atau sistem kekebalan tubuh yang lemah (Mayo Clinic, 2018).
2. Etiologi.
Pneumonia terjadi saat kuman mengalahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga menimbulkan
peradangan pada paru-paru. Infeksi yang paling sering terjadi disebabkan oleh bakteri dan virus dalam
udara yang kita hirup. Berdasarkan kuman penyebabnya, pneumonia dapat digolongkan menjadi:
1. Pneumonia akibat bakteri. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum
adalahStreptococcus pneumoniae. Sedangkan bakteri lainya adalah Chlamydophila
pneumonia.
2. Pneumonia akibat virus. Sebagian virus penyebab batuk pilek atau flu juga bisa
menyebabkan pneumonia. Pneumonia karena virus menimbulkan gejala yang lebih
ringan dan lebih singkat dibanding pneumonia karena bakteri.
3. Pneumonia akibat jamur. Orang dapat terjangkit kondisi ini jika menghirup spora jamur
dalam jumlah banyak, yang bisa didapat dari tanah atau kotoran burung. Pneumonia
akibat jamur lebih rentan terkena pada orang yang memiliki penyakit kronis atau orang
yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah
4. Pneumonia mikoplasma. Mikoplasma adalah organisme yang bukan termasuk virus atau
bakteri, tetapi memiliki ciri yang menyerupai keduanya. Pneumonia jenis ini tergolong
ringan, dan lebih banyak diderita oleh anak-anak dan remaja (American Lung
Association, 2018).
3. Patofisiologi
Perjalanan terjadinya sepsis sangat kompleks, hasil dari bakteri/toksin yang berada dalam darah
memicu pengeluaran sitokin. Sitokin bertanggung jawab sebagai observasi klinis dari bakteremia pada
pasien, karena sitokin akan dikeluarkan pada saat proses terjadinya sepsis. Respon host terhadap sepsis
berdasarkan mekanisme imunitas bawaan dan imunitas adaptif. Imunitas bawaan berupa sel fagosit,
neutrofil dan makrofag dimana fungsinya sebagai sel yang memakan dan menghilangkan segala jenis
patogen atau benda asing, imunitas adaptif berupa imunitas spesifik terhadap patogen tertentu yang
memiliki memori mencegah infeksi berulang.
Mikroorganisme bakteri negatif memiliki endotoksin yang dapat dilepaskan ke dalam plasma
yaitu lipopolisakarida dan eksotoksin pada gram positif . Kemudian imunitas bawaan akan berperan
dalam inisiasi reaksi imuno-inflamasi. Lipopolisakarida yang berikatan dengan protein plasma
selanjutnya akan berikatan dengan reseptor CD14 yang berada di makrofag dan endotel. Sehingga
dimulailah sinyal intraseluler melalui mekanisme reseptor spesifik (Toll Like Receptor/TLR).
Sel makrofag ini dapat mengenali endotoksin bakteri gram negatif berupa Pathogen-Associated
Molecular Patterns sehingga makrofag mengeluarkan sitokin berupa TNF-α Setelah respon inflamasi
berupa tumor necrosis factor (TNF α), interleukin 1(IL-1), histamin,komplemen dan radikal bebas
dipicu, pembuluh darah endothel akan mengarahkan elemen seluler leukosit menuju lokasi infeksi.
Sitokin proinflamasi dan neutrofil yang disekresikan di endotel pembuluh darah dianggap memicu
apoptosis (kematian sel terprogram) dan aktivitas neutrofil menyebabkan kerusakan kaskade sehingga
terbentuk radikal bebas O2 dan OH di dalam sel endotel. Sehingga dari interaksi endotel-leukosit
menghasilkan cedera jaringan dari tingkat sel maupun jaringan.
4. Klasifikasi
Klasifikasi Kriteria
Berdasarkan Pneumonia yang didapat di masyarakat
sumber infeksi Pneumonia yang didapat di RS
Pneumonia aspirasi
Pneumonia immunocompre host
Berdasarkan Bakterial
kuman penyebab Atipikal
Virus
Jamur/pathogen lainnya
Berdasarkan Pneumonia lobaris
prediksi/ tempat Bronchopneumonia
infeksi Pneumonia interstisial
(Dahlan, 2014).
5. Manifestasi klinis
Gejala tersebut dapat berkembang secara tiba-tiba atau perlahan selama 24 hingga 48 jam. Gejala yang
ringan menyerupai gejala flu, hanya biasanya durasinya lebih lama. Sedangkan gejala lain yang biasa
terlihat pada penderita pneumonia adalah:
a. Demam.
b. Berkeringat dan menggigil.
c. Batuk kering atau batuk dengan dahak kental berwarna kuning, hijau, atau disertai darah.
d. Sesak napas.
e. Nyeri dada ketika menarik napas atau batuk
f. Mual atau muntah
g. Diare
h. Selera makan menurun
i. Lemas
j. Detak jantung menjadi cepat
Pada penderita lansia di atas 65 tahun, pneumonia bisa terjadi tanpa demam, namun bisa
disertai penurunan kesadaran, seperti tampak bingung atau kurang waspada (Alodokter, 2018).
6. Komplikasi
Pneumonia bisa disembuhkan. Meski demikian, terdapat beberapa kelompok orang yang lebih
berisiko mengalami komplikasi, seperti lansia dan balita. Sejumlah komplikasi pneumonia yang dapat
terjadi adalah:
a. Infeksi aliran darah. Infeksi aliran darah atau bakteremia terjadi akibat adanya bakteri yang
masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ-organ
lain.Bakteremia berpotensi menyebabkan gagal berfungsinya banyak organ.
b. Abses paru atau paru bernanah. Abses paru dapat ditangani dengan antibiotik, namun terkadang
juga membutuhkan tindakan medis untuk membuang nanahnya.
c. Efusi pleura. Kondisi di mana cairan memenuhi ruang yang menyelimuti paru-paru.
(Alodokter, 2018).
7. Faktor Resiko
Penyebaran infeksi dapat melalui percikan air liur yang dikeluarkan oleh penderita pneumonia
ketika batuk atau bersin, yang tersebar di udara dan dihirup orang lain.
Semua orang bisa terserang penyakit ini, namun risiko terserang pneumonia biasanya lebih besar pada:
a. Bayi serta anak-anak berusia di bawah 2 tahun.
b. Lansia di atas 65 tahun.
c. Perokok. Rokok dapat mengganggu pertahanan tubuh alami dalam melawan bakteri atau
virus penyebab pneumonia.
d. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, misalnya penderita HIV, orang yang
sedang menjalani kemoterapi, atau yang menjalani transplantasi organ.
e. Penderita penyakit paru kronis, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK).
f. Pasien di rumah sakit. Risiko terbesar mengalami pneumonia dapat terjadi pada pasien
yang dirawat di ruang perawatan intensif, terutama pasien yang menggunakan alat bantu
pernapasan atau ventilator (Alodokter, 2018).
8. Penatalaksanaan
Pengobatan pneumonia bertujuan untuk menyembuhkan infeksi yang terjadi, serta mencegah
komplikasi yang ditimbulkan. Pengobatan dilakukan sesuai penyebab serta tingkat keparahan yang
dialami. Untuk pneumonia ringan, pasien akan diberi obat berupa:
a. Obat pereda nyeri. Obat ini diberikan untuk meredakan demam dan rasa tidak nyaman. Contoh
obat ini adalah ibuprofen atau paracetamol.
b. Obat batuk. Obat ini dapat meredakan batuk sehingga penderita bisa beristirahat. Pemberian
obat ini sebaiknya dilakukan dalam dosis yang rendah. Selain meredakan batuk, terdapat jenis
obat batuk yang berfungsi untuk mengencerkan dahak.
c. Antibiotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi pneumonia akibat bakteri. Sebagian besar
penderita pneumonia memberi respons yang baik terhadap antibiotik dalam waktu 1-3 hari.
Di samping pemberian obat, beberapa upaya mandiri juga dapat dilakukan di rumah untuk
mempercepat kesembuhan dan mencegah pneumonia kambuh kembali. Upaya tersebut meliputi:
a. Banyak beristirahat.
b. Mengonsumsi banyak cairan.
c. Tidak melakukan kegiatan yang berlebihan.
Penderita pneumonia sebaiknya dirawat di rumah sakit jika telah berusia di atas 65 tahun, fungsi
ginjalnya menurun, memiliki tekanan darah rendah, sesak napas, suhu tubuhnya di bawah normal, dan
detak jantungnya tidak normal.
Perawatan di rumah sakit juga dibutuhkan untuk penderita pneumonia yang berusia kurang dari
2 bulan, tampak lebih sering tidur dan lemas, sesak napas, memiliki kadar oksigen darah yang rendah,
serta mengalami dehidrasi. Perawatan di rumah sakit dapat berupa:
a. Pemberian antibiotik melalui suntikan.
b. Penambahan oksigen. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan kadar oksigen dalam aliran
darah, melalui selang atau masker oksigen.
c. Rehabilitasi paru. Terapis akan membimbing pasien melakukan latihan pernapasan untuk
memaksimalkan penyerapan oksigen.
Sedangkan pasien pneumonia dengan gejala yang sangat parah, perlu ditempatkan dalam ruang
perawatan intensif dan dipasangkan alat bantu pernapasan atau ventilator.
Proses penyembuhan pneumonia juga tergantung dari jenis pneumonia, tingkat keparahan, serta
kondisi kesehatan penderita pada umumnya. Penderita pneumonia yang berusia muda biasanya dapat
kembali menjalani kegiatan secara normal dalam waktu satu minggu. Penderita lainnya mungkin
memerlukan waktu lebih lama dan masih merasakan lelah selama beberapa waktu. Sementara jika
gejala pneumonia sangat parah, maka waktu penyembuhan dapat mencapai beberapa minggu.
9. Pemeriksaan Penunjang
Jika pasien dicurigai menderita pneumonia, maka pemeriksaan penunjang diperlukan
untuk dapat memastikan diagnosis tersebut. Pemeriksaan yang akan dilakukan, antara
lain:
a. Pulse oximetry, yaitu proses pengukuran kadar oksigen dalam darah.
b. Foto Rontgen dada, untuk memastikan keberadaan pneumonia serta tingkat
keparahannya.
c. Tes darah, untuk memastikan keberadaan infeksi dan mengidentifikasi jenis organisme
yang menyebabkan infeksi.
d. Tes Urine, untuk mengidentifikasi bakteri streptococcus pneumonia dan legionella
pneumophila.
e. Pemeriksaan sampel dahak. Sampel dahak diambil untuk mengetahui penyebab infeksi.
f. Jika pasien berusia di atas 65 tahun dengan gejala yang lebih serius, maka dokter perlu
melakukan pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan tersebut berupa:
g. CT scan. Pemeriksaan kondisi paru-paru yang lebih detail ini dapat dilakukan jika gejala
pneumonia tidak kunjung sembuh, untuk melihat kemungkinan penyebab lainnya.
h. Kultur cairan pleura. Sampel cairan pleura akan diambil dari rongga di antara iga untuk
mengidentifikasi penyebab infeksi.
i. Bronkoskopi. Pemeriksaan ini dilakukan pada jalur udara di paru-paru dengan
menggunakan alat bronkoskop. Bronkoskopi dilakukan jika gejala pneumonia sangat
parah dan tubuh tidak bereaksi baik terhadap antibiotic (American Lung Association,
2018).
Patofisiologi
Referensi :
American Lung Association (2020). Learn About Pneumonia.
Alodokter (2018). Pneumonia
Dahlan, Zul 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta 2014.
Mayo Clinic (2018). Disease & Conditions. Pneumonia
KASUS PNEUMONIA
A 66-year-old male presented to an urgent care clinic with a 4-day history of dry cough,
progressing to rusty colored sputum, sudden onset of chills the previous evening, subjective
fever, and malaise. Originally, the man thought he had a cold, but the symptoms had worsened
and he “barely slept last night with all this coughing.”
He denied experiencing shortness of breath but suggested he may be breathing “a little
faster than normal.” He related that, on the way to the clinic, he felt some sharp right-sided chest
pain afer a particularly long bout of coughing. He denied any leg swelling, orthopnea, or lef-
sided/substernal chest pain. He also denied any gastrointestinal symptoms no nausea, vomiting,
or diarrhea). His past medical history included hypertension and hypercholesterolemia. He
reported no antibiotic use in the previous three months. He was anxious to “get something to
clear this up” as he had plans to attend his frst granddaughter’s destinationwedding in the
Caribbean in one week’s time
In general, the man appeared tired and a bit “washed out.” His vital signs were as
follows:
(i) Temperature (F): 101.3
(ii) Blood pressure (mmHg): 128/76
(iii) HR (bpm): 102
(iv) RR (bpm): 24
(v) SpO2 (%): 94
Respiratory examination revealed mild tachypnea with dullness to percussion over the lower-
right lung. Auscultation revealed decreased breath sounds in the same area, but no crackles or
wheezing. Other than mild tachycardia with a regular rhythm, the remainder of the physical
examination was normal.Tere was no jugular venous distention or pedal edema. For comparison
and consideration, other theoretical physical examination findings that would have been
indicative of pneumonia are presented in Table 1 [7], and the differential diagnosis is in.
LEMBAR PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG RS
Oleh:
NIM : 201920461011057
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas
Penanggung Jawab N a m a : Ny. L
Nama : Seorang laki-laki
Pneumonia
Tidak terkaji
V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN
2. Riwayat Psikologi
3. Riwayat Sosial
4. Riwayat Spiritual
B. Identitas diri :
C. Peran :
D. Ideal diri :
E. Harga diri :
VII. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal …04…/…04…./2020…)
A. Keadaan Umum
TD : 128/76 S: 38,5
RR 24
3. Pemeriksaan Wajah (NORMAL)
a. Mata
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( ada / tidak )
d. Telinga
5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak (Normal chest / Pigeon chest / Funnel chest / Barrel chest),
- Susunan ruas tulang belakang (Kyposis / Scoliosis / Lordosis),
- Bentuk dada (simetris / asimetris),
- keadaan kulit ?
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( + / - ), retraksi
suprasternal ( + / - ), Sternomastoid ( + / - ), pernafasan cuping hidung ( + / -
).
- Pola nafas : (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes / Biot’s /
Kusmaul)
- Amati : cianosis ( + / - ), batuk (produktif /
kering / darah ). PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama /
tidak sama). Lebih bergetar sisi ............................
PERKUSI
AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih mengalami penurunan bunyi nafas /
halus / kasar ) , Area Bronchial : ( bersih / halus / kasar ) Area
Bronkovesikuler ( bersih / halus / kasar )
- Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni ( + / - ), Egophoni ( + / - ), Pectoriloqui
(+/-)
- Suara tambahan Terdengar : Rales ( + / - ), Ronchi ( + / - ), Wheezing
( + / - ), Pleural fricion rub ( + / - ), bunyi tambahan lain : didapatkan
disemua lapang paru
- Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : nyeri dada kiri saat batuk
b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis ( + / - ), pelebaran.......cm
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat /
Tidak teraba ) PERKUSI
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ),
( reguler / irreguler ) BJ II terdengar (tunggal / ganda ),
(keras / lemah), ( reguler / irreguler )
6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
AUSKULTASI
PALPASI
PERKUSI
/ - ), nyeri tekan ( + / - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
a.Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -), fraktur (+ /-)
lokasi fraktur
…, jenis fraktur…… kebersihan luka……, terpasang Gib ( + / - ), Traksi ( + / - )
b.Palpasi
c.Keluhan lain: Oedem pada kedua extremitas bawah sejak 3 minggu yang lalu
Penigkatan suhu tubuh ( + / -), nyeri kepala ( + / -), kaku kuduk ( + / -), mual –
muntah ( + / -) kejang ( + / -) penurunan tingkat kesadaran ( + / -)
Inspeksi : Adakah lesi ( + / - ), Jaringan parut ( + / - ), Warna Kulit, Bila ada luka
bakar dimana saja lokasinya, dengan luas : .............. %, cyanotik ( + / -)
Ispeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata / tidak), Bau …. rontok (+/-), warna
Alopesia (
+ / - ), Hirsutisme ( + / - ), alopesia ( + / - )
c.Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna, bentuk, dan kebersihan kuku, CRT kembali dalam…….
d.Keluhan lain:
Ureum : ............................. ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : ............................. ( N : 07 – 1.5 mg / dl )
SGOT : ............................. ( N : 2 – 17 )
SGPT : ............................. ( N : 3 – 19 )
BUN : ............................. ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin : ............................. ( N : 1,0 mg / dl )
E. PEMERIKSAAN RADIOLOGI :
Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-
Scan, MRI, Endoscopy dll.
( AHMAD SUYUDI )
ANALISA DATA PASIEN……………
Do
Ds : pasien mengatakan tidak Hambatan Gangguan pola tidur Gangguan pola tidur
bisa tidur di malam hari lingkunga b,d hanbatan
karena batuk lingkungan
Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas:
NO(1)Diagnosa keperawatan Bersihan jalan nafas tidak effektif b.d Proses Infeksi
Hari Hari/ Paraf
LUARAN INTERVENSI IMPLEMENTASI Evaluasi
/ Tgl Tgl
Setelah dilakukan tindakan 1 Manajemen jalan nafas Manajemen jalan nafas
x 24 jam bersihan jalan nafas (1.01011) (1.01011)
meningkat dengan kriteria Observasi Observasi
Produksi Menurun - Monitor pola nafas - Monitor pola nafas
sputum - Monitor bunyi nafas - Monitor bunyi nafas
Suara Nafas Menurun tambahan tambahan
tambahan - Monitor sputum - Monitor sputum
Terapiutik Terapiutik
- Pertahankan kepatenan - Pertahankan kepatenan jalan
jalan nafas nafas
- Posisikan semi fowler - Posisikan semi fowler
- Lakukan hiperoksigenasi - Lakukan hiperoksigenasi
sebelum pengjisapan sebelum pengjisapan
- Lakukan penghisapan - Lakukan penghisapan lendir
lendir kurang dari 15 kurang dari 15 detik
detik - Berikan oksigen , jika perlu
- Berikan oksigen , jika Edukasi
perlu - Anjurkan asupan cairan 2L/
Edukasi hari
- Anjurkan asupan cairan - Ajarkan teknik batuk efektif
2L/ hari Kolaborasi
- Ajarkan teknik batuk Kolaborasi pemberian
efektif bronkodilator, ekspektoran,
Kolaborasi mukolitik, Ijika perlu
Kolaborasi
pemberian bronkodilator, Latihan Batuk Efektif
ekspektoran, mukolitik, (1.01006)
Ijika perlu Observasi
- identifikasi kemampuan batuk
Latihan Batuk Efektif - monitor adanya retensi
(1.01006) sputum
Observasi - monitor tanda gejala infeksi
- identifikasi kemampuan saluran pernafasan
batuk - monitor input dan output
- monitor adanya retensi cairan
sputum Terapiutik
- monitor tanda gejala - atur posisi semi fowler
infeksi saluran - pasang perlak dan bengkok di
pernafasan pangkuan pasien
- monitor input dan output - buang skret pada tempat
cairan sputum
Terapiutik Edukasi
- atur posisi semi fowler - jelaskan tujuan dan prosedur
- pasang perlak dan batuk effektif
bengkok di pangkuan - anjurkan Tarik nafas dalam
pasien melalui hidung selama 4
- buang skret pada tempat detik, ditahan selama 2 detik.
sputum - anjurkan mengulangi Tarik
Edukasi nafas hingga 3 kali
- jelaskan tujuan dan - anjurkan batuk dengan kuat
prosedur batuk effektif langsung setelah Tarik nafas
- anjurkan Tarik nafas dalam yang ke 3
dalam melalui hidung Kolaborasi
selama 4 detik, ditahan Kolaborasi pemberian mukolitik
selama 2 detik. atau ekpektoran.
- anjurkan mengulangi
Tarik nafas hingga 3 kali
- anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
Tarik nafas dalam yang
ke 3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekpektoran.
NO(2)Diagnosa keperawatan Nyeri aku b.d agen cedera fisik
Hari Hari/ Paraf
LUARAN INTERVENSI IMPLEMENTASI Evaluasi
/ Tgl Tgl
Setelah dilakukan tindakan 1 Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri (1.1.15506)
x 24 jam tingkat nyeri (1.1.15506) Observasi
menurun dengan kriteria Observasi - identifikasi karakteristik,
Keluhan nyeri Menurun - identifikasi karakteristik, durasi, ferekuensi, kualitas,
Kesulitan tidur menurun durasi, ferekuensi, intensitas, skala
Frekuensi nadi membaik
kualitas, intensitas, skala - identifikasi factor yang
- identifikasi factor yang memperberat nyeri dan
memperberat nyeri dan memperingan nyeri
memperingan nyeri Terapiutik
Terapiutik - berikan Teknik terapi non
- berikan Teknik terapi non farmakologi (aromaterapi dan
farmakologi (aromaterapi imajinasi terbimbing)
dan imajinasi terbimbing) - control lingkungan yang
- control lingkungan yang meperberat nyeri
meperberat nyeri - fasilitasi istirahat dan tidur
- fasilitasi istirahat dan Edukasi
tidur - jelaskna penyebab periode
Edukasi dan pemicu nyeri
- jelaskna penyebab jelaskan strategi meredakan
periode dan pemicu nyeri nyeri
- jelaskan strategi
meredakan nyeri
NO(3)Diagnosa keperawatan Hipertermia b.d Proses Penyakit
Hari Hari/ Paraf
LUARAN INTERVENSI IMPLEMENTASI Evaluasi
/ Tgl Tgl
Setelah dilakukan tindakan 1 Manajemen hipertemia Manajemen hipertemia
x 24 jam Termoregulasi (1.1.15506) (1.1.15506)
membaik dengan kriteria Observasi Observasi
menggigil Menurun - identifikasi penyebab - identifikasi penyebab
Suhu tubuh membaik hipertermia hipertermia
- monitor suhu tubuh - monitor suhu tubuh
- monitor kadar elektrolit - monitor kadar elektrolit
- monitor haluaran urin - monitor haluaran urin
- monitor komplikasi - monitor komplikasi akibat
akibat hipertermia hipertermia
Terapiutik Terapiutik
- sediakan lingkungan - sediakan lingkungan yang
yang dingin dingin
- longgarkan atau lepaskan - longgarkan atau lepaskan
pakaian pakaian
- basahi atau kipasi - basahi atau kipasi permukaan
permukaan tubuh tubuh
- berikan cairan peroral - berikan cairan peroral
- ganti linen setiap hari - ganti linen setiap hari
- lakukan pendinginan - lakukan pendinginan external
external (kompres dingin (kompres dingin pada dahi,
pada dahi, leher, dada, leher, dada, abdomen dan
abdomen dan axila) axila)
- hindari pemberian - hindari pemberian antipiretik
antipiretik atau aspirin atau aspirin
- berikan oksigen - berikan oksigen
Edukasi Edukasi
- anjurkan tirah baring - anjurkan tirah baring
Kolaborasi Kolaborasi
- kolaborasi pemberian kolaborasi pemberian cairan dan
cairan dan elektrolit elektrolit intravena
intravena
NO(4)Diagnosa keperawatan Gangguan Pola tidur b.d hambatan lingkungan (batuk dan demam)
Hari Hari/ Paraf
LUARAN INTERVENSI IMPLEMENTASI Evaluasi
/ Tgl Tgl
Setelah dilakukan tindakan 1 Dukungan tidur (1.05174) Dukungan tidur (1.05174)
x 24 jam Termoregulasi Observasi Observasi
membaik dengan kriteria - identifikasi pola aktifitas - identifikasi pola aktifitas dan
Keluhan sulit Menurun dan tidur, factor tidur, factor penggenggu
tidur penggenggu tidur, oabt tidur, oabt tidur
tidur Terapiutik
Terapiutik - modifikasi lingkungan
- modifikasi lingkungan - fasilitasi menghilangkan
- fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
stress sebelum tidur - lakukan prosedur untuk
- lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
meningkatkan -
kenyamanan Edukasi
- - jelaskan pentingknya tidur
Edukasi cukup
- jelaskan pentingknya ajarkan relaksasi otot autogenik
tidur cukup
- ajarkan relaksasi otot
autogenic
Jurnal intervensi dan DOPS:
1. Teknik batuk efektif
jurnal : Batuk efektif dalam pengeluaran dahak pada pasien dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di instalasi rehabilitasi medic rumah sakit
baptis kediri
- Batuk efektif adalah Tindakan yang diperlukan untuk membersihkan sekresi,
meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi sekret dan mencegah efek samping dari
retensi sekresi. pemberian intervensi batuk effektik sangat berpengaruh terhadap
pengeluaran sputum.
DOPS : batuk effektif https://www.youtube.com/4z3vsjr7YNc
Analisa
- posisikan pasien semi fowler atau duduk
- pasangkan handuk di dada pasien, taruh perlak di bawah pasien
- mengajarkan pasien untuk menarik nafas dalam 3 kalidan pada hitungan ketiga pasien
menyentakkan batuknya dengan bantuan otot perut kea rah tempat sputum
-
4. kompres dingin