TINJAUAN TEORITIS
I. KONSEP DASAR
I.I DEFINISI
Radang paru-paru (bahasa Inggris: pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-
paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari
atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-
paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru
atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum
alkohol.
Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru termasuk batuk, sakit dada,
demam, dan kesulitan bernapas. Alat diagnosa termasuk Sinar-X dan pemeriksaan dahak.
Perawatan tergantung dari penyebab radang paru-paru; radang paru-paru disebabkan bakteri
dirawat dengan antibiotika.
Radang paru-paru adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan
merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan orang yang sakit
menahun. Vaksin untuk mencegah beberapa jenis radang paru-paru bisa diperoleh. Prognosis
perseorangan tergantung dari jenis radang paru-paru, perawatan yang cocok, komplikasi
lainnya, dan kesehatan orang tersebut. Jenis radang paru-paru dari lokasi infeksi dapat dibagi
menjadi:
1. Infeksi ambulant pneumonia atau di luar rumah sakit Penyebab: Streptococcus pneumonia
( 30-60 % )
2. Infeksi nosokomial pneumonia atau pasien memperolehnya dari masa dia tinggal di rumah
sakit Penyebab: > 60 % Gram negativ misalnya Pseudomonas dan sisanya gram positiv
seperti staphylokokken
Pembagian ini penting karena bakteri yang berasal dari rumah sakit memiliki
komplikasi yang lebih tinggi dan memerlukan penangana antibiotika yang lebih selektif
dibandingkan dengan yang diterima ambulant atau di luar rumah sakit.
I.2 ANATOMI PISIOLOGI
Radang paru-paru (bahasa Inggris: pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-
paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari
atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-
paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru
atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum
alkohol.
Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru termasuk batuk, sakit dada,
demam, dan kesulitan bernapas. Alat diagnosa termasuk Sinar-X dan pemeriksaan dahak.
Perawatan tergantung dari penyebab radang paru-paru; radang paru-paru disebabkan bakteri
dirawat dengan antibiotika.
Radang paru-paru adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur, dan
merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan orang yang sakit
menahun. Vaksin untuk mencegah beberapa jenis radang paru-paru bisa diperoleh. Prognosis
perseorangan tergantung dari jenis radang paru-paru, perawatan yang cocok, komplikasi
lainnya, dan kesehatan orang tersebut. Jenis radang paru-paru dari lokasi infeksi dapat dibagi
menjadi:
1. Infeksi ambulant pneumonia atau di luar rumah sakit Penyebab: Streptococcus pneumonia
( 30-60 % )
2. Infeksi nosokomial pneumonia atau pasien memperolehnya dari masa dia tinggal di rumah
sakit Penyebab: > 60 % Gram negativ misalnya Pseudomonas dan sisanya gram positiv
seperti staphylokokken
Pembagian ini penting karena bakteri yang berasal dari rumah sakit memiliki
komplikasi yang lebih tinggi dan memerlukan penangana antibiotika yang lebih selektif
dibandingkan dengan yang diterima ambulant atau di luar rumah sakit.
Salah satu kasus radang paru-paru yang mempunyai tingkat kematian tinggi pada saat ini
adalah kasus radang paru-paru yang disebabkan oleh Flu burung
I.3 ETIOLOGI
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi
Pneumonia dapat disebapkan oleh berbagai macam etiologi seperti :
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Micoplasma pneumonia
5. Aspirasi: lambung
I.4 . PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat
atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah
dan menyebabkan pneumonia virus.2
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri
ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas
atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella,
CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran
hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.2
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti
infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi
infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.2
I.5 MANIFESTASI KLINIS
1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara
mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
2. Gejala khas :
1. Sianosis pada mulut dan hidung.
2. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
3. Gelisah, cepat lelah.
3. Batuk à mula-mula kering à produktif.
4. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.
5. Pemeriksaan laboratorium = lekositosis.
6. Foto thorak = bercak infiltrate pada satu lobus/beberapa lobus.
2. Cairan, kalori dan elektrolit à glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10
mEq/500 ml cairan infuse.
3. Obat-obatan :
I.8 KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat maka akan terjadi :
1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan
akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke
telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan
tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Emfisema.
4. Meningitis.
5. Abses otak.
6. Endokarditis.
7. Osteomielitis.
BAB II
ASKEP TEORITIS
3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas, seperti ; morbili, pertusis, malnutrisi,
imunosupresi.
5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernafasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis.
4) Roentgen dada abnormal (bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru).
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,
takipnea.
5. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada.
7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.
Berkurangnya Pasien akan Catat intake dan Berguna dalam
volume cairan mempertahankan out put cairan. mendefinisikan derajat
berhubungan cairan tubuh yang Anjurkan ibu masalah dan intervensi
dengan intake oral normal. untuk tetaap yang tepat b. Membantu
tidak adekuat, memberi cairan intervensi kebutuhan
demam, takipnea peroral hindari yang spesifik,
milk yang meningkatkan intake diet
kental/minum yang pasien.
dingin merangsang Mengukur keefektifan
batuk. nutrisi dan cairan.
Perubahan rasa Pasien akan Cek suhu setiap 4 Nyeri merupakan
nyaman memperlihatkan jam, jika suhu naik respon subjekstif yang
berhubungan sesak dan keluhan beri kompres dapat
dengan demam, nyeri berkurang, dingin. diukur.b.Perubahan
dispnea, nyeri dapat batuk efektif frekuensi jantung TD
Kelola pemberian
dada dan suhu normal menunjukan bahwa
antipiretik dan
anlgesik serta pasien mengalami nyeri,
Peningkatan suhu Suhu tubuh dalam Observasi tanda- . Untuk mengganti
tubuh batas normal tanda vital setiap 2 cairan tubuh yang hilang
berhubungan jam. akibat evaporasi
dengan proses Memberikan rasa
Beri kompres
infeksi nyaman dan pakaian
dingin.
yang tipis mudah
Kelola pemberian
menyerap keringat dan
antipiretik dan
tidak merangsang
antibiotic.
peningkatan suhu tubuh.
Beri minum Mendeteksi dini
peroral secara hati- kekurangan cairan serta
hati, monitor mengetahui
keakuratan tetesan keseimbangan cairan dan
infuse. elektrolit dalam tubuh.
Tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
f. Pemberian cairan
sangat penting bagi
pasien dengan suhu
tubuh yang tinggi. Obat
khususnya untuk
menurunkan panas tubuh
pasien
Kecemasan Kecemasan teratasi Kaji tingkat Membantu pasien agar
berhubungan kecemasan anak. mau mengerti dan
dengan dampak menerima terapi yang
Fasilitasi rasa
hospitalisasi diberikan untuk
aman dengan cara
ibu berperan serta mencegah
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
3.I PENGKAJIAN
I. Pengumpulan Data
Struktur dan sifat keluarga.
1. Kepala Keluarga
Nama : Tn. R
Umur : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : Desa Batu Tangga Kec.BAT.
3. Tipe Keluarga
Merupakan type keluarga besar ( extended family ) yang terdiri atas ayah, ibu, satu orang
anak dan menantu perempuan.
4. Pengambilan Keputusan
Pola pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan secara musyawarah, anggota keluarga
yang paling menonjol dalam pengambilan keputusan adalah anak laki-laki Tn. R yang tinggal
serumah.
5. Hubungan Dalam Keluarga
Hubungan antar keluarga harmonis, komunikasi yang terjalin dalam keluarga baik, anggota
keluarga yang paling dipercaya adalah anak Tn. R yang tinggal serumah.
6. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
a. Kebiasaan Istirahat dan Tidur
NO NAMA TIDUR SIANG TIDUR MALAM
1 Tn.R Jarang 6 – 7 jam 1 jam
2 Tn.N Jarang 7 - 8 jam
3 Ny .S Jarang 7 - 8 jam
b. Kebiasaan Makan
Makanan pokok keluarga adalah nasi, lauk-pauk dgm frekwensi 3 x sehari.
Pengadaan makanan sehari-hari adalah memasak sendiri dengan komposisi jenis makanan
bervariasi, kebiasaan makan keluarga bersama-sama,tanpa ada alat makan yang dikhususkan
untuk Tn.R
c. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi keluarga Tn. R 2 x sehari dengan menggunakan sabun, gosok gigi 3
x /hari menggunakan pasta gigi. Ganti pakaian 2 x sehari atau bila kotor. Rambut dikeramas 2
- 3 x seminggu, memotong kuku bila panjang, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,
memakai alas kaki bila keluar rumah.
d. Penggunaan Waktu Senggang
Waktu senggang digunakan anggota keluarga untuk beristirahat dan 3 bulan yang lalu
lebihrekreasi, sementara Tn. R sejak ia sakit banyak di rumah daripada bekerja.
e. Kebiasaan Tidak Sehat
Semua anggota keluarga Tn. R tidak ada yang merokok dan mengkonsumsi 3alkohol,
sementara Tn. R sendiri berhenti merokok sejak ia sakit ( bulan yang lalu). Kadang meludah
disembarang tempat, dan tempat penampungan ludah yang terbuka.
8. Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya
a. Pendapatan dan pengeluaran
Rp 350.00,-. Tidak ada penghasilanPendapatan keluarga perbulan Rp 300.000,-
dengan keperluan perhari tambahan. Pengeluaran perbulan Rp 10.000.
9. Faktor Lingkungan
a. Perumahan
Status pemilikan rumah adalah rumah sendiri dengan type non permanen dengan 1 ruang
tamu, ruang tengah, 2 kamar tidur dan 1 dapur tanpa WC dan kamar mandi, atap terdiri atas
sirap, lantai dari papan, ventilasi terdiri atas 6 buah jendela namun 2 buah jendela jarang di
buka yaitu pada kamar tamu dengan alasan orang tua jarang ada dirumah, penerangan listrik
dan pencahayaan kurang baik, keadaan di dalam rumah cukup bersih, pemakaian air dari
sumur gali cukup bersih, tidak berbau, tidak berasa serta jernih, sampah dikumpulkan
disamping rumah kemudian 3 m2 x 5 m2.dibakar, luas halaman
3.2 PRIORTAS MASALAH
1. Observasi status pernafasan seperti bunyi nafas dan frekuensi setiap 2 jam, lakukan
fisioterapi dada setiap 4 – 6 jam dan lakukan pengeluaran secret melalui batuk atau
pengisapan, beri O2 sesuai program.
2. Observasi status hidrasi untuk mengetahui keseimbangan intake dan out put.
3. Monitor suhu tubuh.
4. Tingkatkan istirahat pasien dan aktifitas disesuaikan dengan kondisi pasien.
5. Perlu partisipasi orang tua dalam merawat anaknya di RS.
1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental.
S : Pasien mengatakan dapat mengeluarkan dahaknya.
O : Tanda-tanda penggunaan otot aksesori pernapasan berkurang.
A : Tujuan tercapai sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler
S : Pasien mengatakan lemas
O : Pasien tampak pucat, frekuensi napas menurun dari 32 x/mnt menjadi 30 x/mnt
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan intervensi
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri akut.
S : Pasien tidak mengeluh nyeri lagi saat batuk.
O : Pasien tampak tidak meringis saat batuk.
A : Tujuan tercapai.
P : Pertahankan kondisi.