Anda di halaman 1dari 13

A.

Pengertian
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut pada jaringan paru-paru yang
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, jamur,
paparan bahan kimia, atau kerusakan fisik pada paru-paru.
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkin paru, ditandai dengan
batuk dan kesukaran bernafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri
(mikoplasma), fungi, parasit atau aspirasi zat asing (Sowden, 2011).

B. Etiologi
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) mengungkapkan bahwa penyebab infeksi
terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus
pneumonia, melalui selang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh P.aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi
karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru-paru
organism bermultiplikasi dan, jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan
paru, terjadi pneumonia. Selain di atas penyebab terjadinya pneumonia sesuai
penggolonganya yaitu :
1. Bacteria : diplococuss pneumonia, pneumococcus, streptokokus hemolyticus,
streptococcus aureus, hemophilus influenzae, mycobacterium tubercolusis,
basillus Friedlander.
2. Virus : Respiratory syncytial virus, adeno virus, v.sitomegalitik, v. Influenza
Mycoplasma pneumonia
3. Jamur : Histoplasma kapsulatum, cryptococcos neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans.
4. Aspirasi : makanan, kerosene ( bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing.
5. Pneumonia hipostatik
6. Sindrom loeffler

C. Klasifikasi
1. Pneumonia bakterial
Pneumonia bakterial adalah pneumonia akibat infeksi bakteri. Ini merupakan
macam-macam pneumonia yang paling umum terjadi dengan bakteri yang paling
sering menjadi penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae.
2. Pneumonia atipikal
Pneumonia atipikal biasanya disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae
atau Chlamydophila pneumoniae.
3. Pneumonia viral
Pneumonia viral biasanya berlangsung lebih singkat daripada pneumonia bakterial
dan gejalanya pun lebih ringan. Namun, terkadang kasus pneumonia viral juga
bisa berakibat fatal, terutama jika penyebabnya adalah virus influenza, SARS-
CoV-2 (COVID-19), dan MERS. Anak-anak, lansia, dan orang yang memiliki
daya tahan tubuh lemah lebih berisiko untuk mengalami pneumonia viral yang
fatal ini.
4. Pneumonia fungal
Pneumonia jenis ini disebabkan oleh infeksi jamur. Pneumonia fungal jarang
terjadi dan biasanya dialami oleh orang yang menderita penyakit kronis atau
memiliki daya tahan tubuh yang lemah.
Contoh orang yang rentan mengalami pneumonia fungal ini adalah penderita
AIDS, penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi, penderita penyakit
autoimun, atau penerima transplantasi organ yang harus mengonsumsi obat-obatan
penekan sistem imun tubuh

D. Patofisiologi
Pneumonia bacterial terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi
organisme dan nasofaring (penyebab pneumonia bacterialis yang paling sering) atau
penyebaran hematogen dan focus infeksi yang jauh.Bakteri yang masuk ke paru
melalui saluran pernafsan, masuk ke bronchioles dan alveoli lalu menimbulkan reaksi
peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema kaya protein dalam alveoli dan
jaringan interstitial.Bacteri pneumococcus dapat meluas melalui porus khon dari
alveoli ke alveoli di seluruh segmen / lobus.Timbulnya hepatisasi merah adalah akibat
perembesan eritrosit dan beberapa leukosit dari kapiler paru.Alveoli dan septa
menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative
sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Bakteri pneumococcus
difagositosis oleh leukosit dan sewaktu resolusi berlangsung, makrofag masuk ke
dalam alveoli dan menelan leukosit bersama bakteri pneumococcus di dalamnya.Paru
masuk dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu
kekuningan.Secara perlaahan-lahan sel darah merah yang mati dan eksudat fibrin
dibuang dari alveoli, terjadi resolusi sempurna, pari menjadi normal (Taqiyyah
Bararah, 2013)

E. Pathways
F. Manifestasi Klinis
1. Batuk kering, batuk berdahak kental berwarna kuning dan hijau, atau batuk
berdarah
2. Sesak napas
3. Demam
4. Menggigil
5. Berkeringat
6. Nyeri dada ketika menarik napas atau batuk
7. Detak jantung meningkat
8. Hilang nafsu makan
9. Mual, muntah, atau diare
10. Tubuh terasa lemas
11. Nyeri otot dan sendi
12. Sakit kepala
13. Bau mulut

G. Komplikasi
1. Bakteremia
Bakteremia merupakan komplikasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi
bakteri. Kondisi ini terjadi saat bakteri penyebab pneumonia masuk ke dalam
aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain. Bakteremia juga bisa
menyebabkan syok septik, yaitu penurunan tekanan darah drastis yang membuat
aliran darah ke organ menjadi terganggu, sehingga kinerja organ terhenti. Selain
tekanan darah rendah, syok septik juga ditandai dengan beberapa gejala, seperti
demam, napas cepat, detak jantung cepat, menggigil, serta gangguan perut berupa
mual, nyeri, muntah, dan diare.
2. Abses paru
Abses paru adalah penumpukan nanah pada rongga paru-paru yang ditandai
dengan berbagai gejala, seperti batuk berdahak dengan bau yang busuk atau batuk
berdarah, demam tinggi, bau mulut, nyeri dada, sesak napas, berkeringat di malam
hari, penurunan berat badan, hingga kelelahan.
3. Efusi pleura
Penumpukan cairan bisa menyebabkan paru-paru menjadi tidak leluasa untuk
bernapas dan mengambil oksigen. Padahal, pada pneumonia sendiri, kemampuan
paru-paru untuk mengambil oksigen sudah berkurang. Hal ini akan menurunkan
suplai oksigen ke semua organ di seluruh tubuh dan memperparah sesak napas
yang sudah ada.
4. Gagal napas
Kondisi ini terjadi saat paru-paru sudah tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga
asupan oksigen ke dalam tubuh berkurang, sedangkan karbondioksida melimpah.
Jika kondisi ini terjadi, keseimbangan asam basa dalam tubuh bisa menjadi kacau
dan mengganggu kerja semua organ. Jika pneumonia sudah berkembang menjadi
gagal napas, pasien membutuhkan oksigen tambahan melalui masker atau bahkan
penggunaan alat bantu napas yang disebut ventillator.
5. Gagal ginjal
Gagal ginjal ditandai dengan beragam gejala, seperti pembengkakan pada tungkai
dan kaki, buang air kecil menjadi lebih jarang dan sedikit-sedikit, napas pendek,
mual, serta lemas. Jika pneumonia sudah menga kibatkan gagal ginjal, dokter
mungkin akan menyarankan cuci darah atau transplantasi ginjal.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan labolatorium

Biasanya didapatkan jumlah leukosit 15.000 – 40.000/mm. dalam keadaan


leucopenia, laju endap darah biasanya meningkat hingga 100mm/jam.Saat
dilakukan biakan sputum, darah atau jika dimungkinkan cairan efusi pleura, untuk
biakan aerobic, untuk selanjutnya dibuat perwanaan gram sebagai pegangan dalam
pemberian antibiotik.Sebaiknya diusahakan agar biakan dibuat dari sputum
saluran pernafasan bagian bawah.Selain contoh sputum yang diperoleh dari batuk,
bahan dapat diperoleh dari swap tenggorok atau laring, pengisapan lewat trachea,
bronkhoskopi atau pengisapan lewat dada bergantung pada indikasinya.

2. Pemeriksaan bakteriologis

Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotracheal atau transtrakheal, aspirasi
jarum transtorakal, torakisntesis, bronkoskopi atau biopsy.Untuk tujuan terapi
empiris dilakukan pemeriksaan apusgram, burri gin, quelling test dan Z Nielsen.
Kuman yang peridominan pada sputum yang disertai PMN yang kemungkinan
penyebab infeksi. Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama praterapi dan
bermanfaat untuk evaluasi selanjutnya.(Nastiti N. Rahajoe, 2012).

3. Sinar X

Memgidentifikasi distribusi strukturul (missal : lobar, bronchial) didpat juga


menyatakan abses.

4. Pemeriksaan serologi

Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

I. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotic per oral dan tetap tinggal dirumah, misalnya toksis, distress pernafasan
tidak mau makan atau minum, ada penyakit dasar yag lain, komplikasi dan terutama
mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis
pneumonia harus dirawat inap.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan
antibiotic yang sesuai, serta tindakan suportif. Mungkin perlu diberikan terapi
oksigen, cairan intravena dan alat bantu mekanik, suplementasi vitamin A tidak
terbuka efektif. Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama yang sering timbul pada klien pneumonia adalah awitan yang

ditandai dengan keluhan menggigil, demam >40°C, batuk, sputum berwarna

seperti karat, tekipnea terutama adanya konsolidasi paru (Somantri, 2009).

2) Riwayat penyakit sekarang

Awitan penyakit pneumonia antara lain demam menggigil, sesak nafas, nyeri

dada, batuk berdahak kental, nafsu makan menurun dan sakit kepala. Adanya

retraksi (tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama

dengan peningkatan frekuensi nafas) adanya peningkatan frekuensi napas

merupakan tanda adanya pneumonia yaitu jika frekuensi nafas 40 kali/menit

pada anak usia 1-5 tahun, 50kali/menit atau lebih pada anak usia 2bulan –

kurang 1tahun, dan 60kali/menit atau lebih pada anak kurang 2 bulan

(Somantri, 2009).

3) Riwayat penyakit dahulu

Pneumonia sering timbul setelah infeksi saluran nafas atas (infeksi pada

hidung dan tenggorokan).Resiko tinggi timbul pada klien dengan riwayat

infeksi pernafasan, dank lien dengan imunosupresi (kelemahan dalam system

imun) (Somantri, 2009).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang menderita

penyakit yang sama dengan penyakit pasien sekarang.


2. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (breathing)
a. Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernafasan. Gerakan pernafasan simetris.Pada klien
dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi nafas cepat dan
dangkal.Nafas cuping hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak-
anak. Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien pneumonia, biasanya batuk
produktif di sertai dengan adanya peningkatan secret.
b. Palpasi
Gerakan dinding dada anterior pernafasan.Pada palpasi klien dengan
pneumonia, gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang anatar
bagian kanan dan kiri.Getaran suara (fremitus vokal).
c. Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.Bunyi redup perkusi pada klien
dengan pneumonia.
d. Auskultasi
Pada klien pneumonia, didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas
tambahan ronkhi pada sisi yang sakit.Pada klien pneumonia hasil auskultasi
didapatkan adanya ronkhi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam, kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan

C. Intervensi keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:
spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan
nafas.  

NOC : ventilasi, kepatenan jalan nafas Kriteria Hasil : klien tidak merasa
tercekik, irama, frekuensi dalam batas normal, tidak ada bunyi abnormal.  

NIC :
1. Pastikan kebutuhan oral suctioning
2. Auskultasi nafas sebelum dan sesudah suctioning
3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
4. Lakukakn fisioterapi dada jika perlu
5. Monitor status O2 pasien

2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea: ansietas, posisi tubuh,
deformitas dinding dada, gangguan koknitif, keletihan hiperventilasi, sindrom
hipovnetilasi, obesitas, keletihan otot spinal  

NOC : ventilasi, kepatenan jalan nafas, status TTV Kriteria Hasil : mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips,
klien tidak merasa tercekik, irama, frekwency dalam batas normal, tidak ada
bunyi abnormal.

NIC :
1. Posisikan semi fowler
2. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3. Pasang mayo jika perlu
4. Berikan bronkodilator
5. Auskultasi suara nafas
6. Monitor pola nafas

3. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam, kehilangan volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme
pengaturan  

NOC : fluid balance, Hidration, Status Nutrisi; intake nutrisi dan cairan Kriteria
Hasil : mempertahankan urine output sesuai dengan usia, dan BB, BJ urine
normal, HT normal, TTV normal, Tidak ada tanda dehidrasi (turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus  berlebihan)  

NIC :
1. Pertahankan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi
3. Monitor Vital sign
4. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
5. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
6. Kolaborasikan pemberian cairan IV

D. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya- bahaya fisik dan perlindungan
pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman
tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menggabugkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil (Ainul, 2009). Biasanya
berupa SOAP didokumentasikan pada formulir Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT) dengan :

S (Subjective) : pernyataan atau keluhan dari pasien

O (Objective) : Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga

A (Analisys) : Kesimpulan dari objektif dan subjectif

P (Planning) : Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis

DAFTAR PUSTAKA
Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC), Edisi
Keenam. Missouri: Mosby Elsevier
Hudak dan Gallo. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume 1.
Jakarta: EGC
Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.
Missouri: Mosby Elsevier
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi
10. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8 Volume 1,2. Alih Bahasa oleh Agung
Waluyo…(dkk). Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

DI RUANG PARIKESIT RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI

Disusun oleh :

Yeni Yuliyanti (20201314)

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTUL

2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

DI RUANG PARIKESIT RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI

Bantul, maret 2023

Mahasiswa

Yeni Yuliyanti

Mengetahui

Pembimbing akademik pembimbing klinik

Anda mungkin juga menyukai