Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA)
[ CITATION Ami15 \l 1033 ]. Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak
nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma
(fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsilidasi san dapat dilihat melalui gambaran radiologis.

B. ETIOLOGI
Klasifikasi berdasarkan anatomi [ CITATION Ami15 \l 1033 ].
1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari suatu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsilidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstitial (Bronkilotis) proses inflamasi yang terjadi dalam
dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular

Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan [ CITATION


Ami15 \l 1033 ]
1. Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada
lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya
PPOK, penyakit penyerta kardioplomonal/jamak, atau paska terapi
antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia nosocomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat berat sakit, adanya resiko untuk
jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia

C. ETIOLOGI PNEUMONIA
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
streptococcus pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus
sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P.aeruginosa dan Enterobacter.
Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang
tidak tepat.
Setelah masuk ke paru-paru organism bermultipikasi dan, jika telah
berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain
diaatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya yaitu:
1. Bacteria: Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptococcus,
hemolyticus, streptococcus aureus, hemophilus influinzae,
mycobacterium, tuberculosis, bacillus friedlander
2. Virus: Respiratory syncytial virus, adeno virus, v.sitomegalitik,
v.influenza.
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur: Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species,
candida albicans.
5. Aspirasi; makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing.
6. Pneumonia hipostatik
Sindrom loeffler
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5 – 40,5o
bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau
terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara
dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala,
nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan
brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa
kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap
samapi derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam
dari penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan
dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasl, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernapasan
dan menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai penyakit infeksi pernafasan. Mungkin
encer dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulent, bergantung pada tipe
dana tau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar
mengi, krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadia pada anak
yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan
makan peroral.
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum, atau
memuntahkan semua, kejang, letagris atau tidak sadar, sianosis, distress
pernapasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja.
- Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit
- Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun: ≥ 40 kali/menit

E. PATOFISOLOGI
Umumnya mikroorganisme bakteri, jamur, fungi, aspirasi penyebab
pneumonia masuk melalui saluran pernapasan bagian atas, masuk bronkiolus
dan alveoli. Mikroorganisme dapat meluas dari alveoli ke alveoli diseluruh
segmen atau lobus. Timbulnya hepatisasi merah akibat perembesan eritrosit
dan beberapa leukosit dari kapiler paru. Alveoli menjadi penuh dengan cairam
edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit sehingga
kapiler alveoli menjadi melebar dan penurunan jaringan efektif paru. Paru
menjadi terisi udara, kenyal, dan berwarna merah, stadium ini dinamakan
hepatisasi merah. Pada tingkat lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh
dengan leukosit dan relatif sedikit eritrosit dan terjadi fagositosis dengan cepat
oleh leukosit dan saat resolusi berlangsung, makrofag masuk ke dalam alveoli.
Paru masuk dalam tahap hepatisasai abu-abu dan tampak berwarna abu-abu
kekuningan.Secara perlahan-lahan sel darah merah mati, dan eksudat-fibrin
dibuang dari alveoli. Stadium ini disebut stadium resolusi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi structural (missal: lobar,
bronchial); dapat juga menyertakan abses
2. Biopsy paru: untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus
5. Pemerikasaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit membantu diagnosis keadaan.
6. Spirometrik static: untuk mengakaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan meningkat benda asing.

G. PENATALAKSANAAN
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, biasa diberikan
antibiotic per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebiih tua dan
penderita sesak nafasatau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya,
harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan
oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberi respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang
sering diberikan antara lain:
- Oksigen 1 – 2 L/menit
- IVFD dekstrose 10%:NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl 10 mEq/500ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
- Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makan enteral bertahap
melalui selang nasogatrik dengan feeding drip.
- Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhaslasi dengan salin
normal dan berat agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi
gangguan asam basa dan elektrolit.
- Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
- Ampisilin 100 mg/kg bb/hari dalam 4 kali pemberian
- Kloramfenikol 75 mg/kg bb/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital based:
- Sefatoksim 100 mg/kg bb/hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasin 10-15 mg/kg bb/hari dalam 2 kali pemberian
PENYIMPANGAN KDM

Normal (system Organisme


pertahanan) terganggu

Virus Sal napas bag bawah Stapilokokus


pneumokokus

Kuman pathogen Trombus


mencapai bronkioli Eksudat masuk ke alveoli
terminalis merusak sel
epitel bersilia, sel goblet Toksin, coagulase
Alveoli

Cairan edema + leukosit Permukaan lapisan


ke alveoli Sel darah merah, pleura tertutup tebal
leukosit, pneumokokus eksudat thrombus vena
mengisi alveoli pulmonalis
Konsolidasi paru

Leukosit + fibrin
Nekrosis hemoragik
Kapasitas vital, mengalami konsilidasi
compliance menurun,
hemoragik
Leukositosis

Intoleransi aktivitas
Defisiensi pengetahuan Suhu tubuh meningkat

Resiko kekurangan
volume cairan
hipertermia

Produksi sputum Abses pneumatocele


meningkat (kerusakan jaringan
parut)

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas Ketidakefektifan pola
nafas
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status
perkawinan
2. Focus Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji
a. Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemh/tidak bergairah,
riwayat penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah
dan penyakit yang menyertai
b. Tanda fisik
Demam, dyspnea, tachipneu, menggunakan otot pernapasan
tambahan, faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan
c. Faktor perkembangan : umum, tingkat perkembangan, kebiasaan
sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan
yang dilakukan
d. Pengetahuan pasien/keluarga: pengalaman terkena penyakit
pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan
yang dilakukan
3. Pemeriksaan fisik
a. Status penampilan kesehatan : lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi, strupor,
koma, apatis, tergantung tingkat penyebaran penyakit
c. Tanda-tanda vital
1) Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi, hipertensi
2) Frekuensi pernapasan : takipneu, dyspnea progresif,
pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan,
pelebaran nasal
3) Suhu tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang
direspon oleh hipotalamus
d. Berat badan dan tinggi badan
Kecendrungan berat badan anak mengalami penurunan
e. Integument
Kulit
1) Warna : pucat sampai sianosis
2) Suhu ; pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah
hiperterimi kulit anak akan terasa dingin
3) Turgor : menurun ketika dehidrasi
f. Kepela dan mata
Kepala
1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2) Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang
nyata
3) Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan
rambut, perubahan warna
g. System pulmonal
1) Inspeksi : Adanya PCH; adanya sesak napas, dyspnea, sianosis,
sirkumolar, distensi abdomen. Batuk : Non produktif sampai
produktif dan nyeri dada
2) Palpasi : fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati
kemungkinan membesar
3) Perkusi : suara redup pada paru yang sakit
4) Auskultasi : rankhi halus, rankhi basah, takikardia
h. System kardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : denyut nadi meningkata, pembuluh dara vasokantriksi,
kualitas darah menurun
i. System neurosensory
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
j. System degestif
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal
k. System musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernapasan
4. Pemeriksaan penunjang
Studi laboratorik :
 Hb : menurun/normal
 Analisa gas darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen
darah, kadar karbon darah meningkat/normal
 Elektrolit : natrium/kalsium menurun/normal

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d eksudat dalam jalan alveoli
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
3. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplei dan
kebutuhan oksigen
5. Difesiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif
6. Hipertermi b.d penurunan respirasi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d eksudat dalam jalan alveoli
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan
jalan nafas
NOC :
 Respiratory status : ventilation
 Respiratory status : Airway patency
Kriteria Hasil :
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara napas abnormal)
 Mempu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas
NIC :
- Pastikan kebutuhan oral/tracheal
- Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
- Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
- Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
suction nasotrakeal
- Gunakan alat yang steril setiap melakukan suction
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah
kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
- Hentikan suction dan berikan O2 apabila psien menunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
- Buka jalan nafas, gunakan tekhnik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasikan pasien perlunya pemasangan lat jalan nafas
buatan
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
NOC :
 Respiratory status : ventilation
 Respiratory status : Airway patency
 Vital sign status
Kriteria Hasil :
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara napas abnormal)
 Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
NIC :
- Buka jalan nafas, gunakan tekhnik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Keluarkan secret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas catat adanya suara tambahan
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status O2
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Pertahankan jalan nafas yang paten
- Monitor aliran oksigen
- Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

3. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi


Definisi : penurunan cairan intravascular, interstisial, dan/atau
intraseluler, ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan.
NOC :
 Fluid balance
 Hydration
 Nutritional status : food and fluid
 Intake
Kriteria Hasil :
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal, HT normal
 TTV dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
 Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
NIC :
- Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
- Monitor vital sign
- Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
harian
- Monitor status nutrisi
- Berikan cairan IV pada suhu ruangan
- Dorong masukan oral
- Kolaborasi dengan dokter
- Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
- Monitor berat badan

4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplei dan


kebutuhan oksigen
Definisi : ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehodupan sehari-hari yang
harus atau yang ingin dilakukan
NOC :
 Energy conservation
 Activity tolerance
 Self care : ADLs
Kriteria Hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
 TTV normal
 Energy psikomotor
 Level kelemahan
 Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
 Status kardiopulmonal adekuat
 Sirkulasi status baik
 Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
NIC :
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
- Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan

5. Difesiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif


Definisi : keadaan atau defisiansi informasi kognitif yang berkaitan
dengan topik tertentu
NOC :
 Knowledge : disease process
 Knowledge : Health behavior
Kriteria Hasil :
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
NIC :
- Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
- Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
- Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
- Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara
yang tepat

6. Hipertermi b.d penurunan respirasi


Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
NOC :
Thermogulation
Kriteria Hasil :
 Suhu tubuh dalam rentang normal
 Nadi dan RR dalam rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
NIC :
- Monitor suhu sesering mungkin
- Monitor IWL
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor WBC, Hb, dan Hct
- Monitor intake dan output
- Berikan anti piretik
- Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
- Kolaborasi pemberian cairan intravena
- Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
- Tingkatkan sirkulasi udara
- Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- monitor tanda-tanda hiertermi dan hipotermi
- tingkatkan intake cairan dan nutrisi
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan yang dibuat sesuai dengan keadaan pasien.

E. EVALUASI
Tahapan terakhir untuk mengakhiri dalam satu diagnose,
perencanaan, dan sampai pelaksanaan, serta apakah ada hasil atau tetap
dengan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction

Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan


Anak Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai