Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

I. Konsep Dasar Medis


A. Defenisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah suatu penyakit peradangan kronis dari
telinga tengah dan rongga mastoid. (Suryani, 2020).
Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan proses peradangan yang
disebabkan oleh infeksi mukoperiosteum pada rongga telinga tengah yang ditandai oleh
perforasi membran timpani disertai dengan keterlibatan mukosa telinga tengah dan juga
rongga pneumatisasi di daerah tulang temporal, keluarnya sekret yang terus menerus atau
hilang timbul, dan dapat menyebabkan perubahan patologik yang permanen
(Pangemanan et al, 2018).
Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan inflamasi dari telinga tengah dan
rongga mastoid kronis, ditandai dengan perforasi dari membran timpani serta cairan yang
keluar dari telinga secara persisten. Umumnya pasien dengan cairan yang keluar dari
telinga melalui membran timpani secara terus menerus dengan periode waktu dari 6 – 12
minggu dapat didiagnosis sebagai OMSK (Parhusip et al., 2020).

B. Klasifikasi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) dapat dibagi atas dua jenis, yaitu (Wirawan et al,
2020);
1. OMSK tipe jinak (tipe mukosa atau benigna)
OMSK benigna adalah proses peradangan yang terbatas pada mukosa, tidak
mengenai tulang, peforasi terletak di sentral, dan tidak terdapat kolesteatom. Pada
OMSK tipe jinak jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat
kolesteatom.
2. OMSK tipe ganas (tipe tulang atau maligna)
OMSK maligna ialah peradangan yang disertai kolesteatom dan perforasi membran
timpani biasanya terletak di marginal atau atik.
C. Etiologi
Pada OMSK bakteri penyebab dapat berupa bakteri aerob (Pseudomonas aeruginosa,
Escherichia Coli, S, Aureus, Streptococus pyognes, Progeus mirabillis, Klebsiella
species) dan bakteri anaerob (Bacteroides, Peptostresptococus, Proprionibacterium).
Bakteri tersebut ditemukam di kulit liang tlinga, namun dapat berproliferasi karena
trauma, inflamasi, laserasi atau kelembaban yang tinggi. Bakteri tersebut dapat masuk ke
dalam telinga melalui perforasi yang kronis. P aeruginosa merupakan bakteri yang
memiliki kemampuan destruksi struktur telinga tengah dan mastoid yang progresif karena
toksin dan enzim yang dihasilkannya (Boesoirie et al., 2019).

D. Manifestasi Klinis
Gejala otitis media supuratif kronis antara lain (Silalahi, 2018):
1. Otorrhoe yang bersifat purulen atau mukoid
2. Terjadi gangguan pendengaran
3. Otalgia
4. Tinitus
5. Rasa penuh di telinga
6. Vertigo

E. Patofisiologi
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) selalu didahului olh episode otitis media akut yag
ditandai dengn inflamasi mukosa telinga tengah. Sehingga apabila tidak ditatalaksana
dengan baik akan mengakibatkan krusakan seuruh epitel telinga tengah. Bahkan
berbentuk jaringan granulasi atau polip, sebagai bagian dari mekanisme imun tubuh
terhadap inflmasi. Seluruh proses inflamasi, infeksi hingga pembentukan jaringan
granulasi apabila berlanjut dapat merusak tepi tulang disekitar telinga tengah sehingga
menyebabkan berbagai komplikasi OMSK (Boesoirie et al., 2019).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Penala Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran.
2. Pemeriksaan THT Otoskopi
3. Pemeriksaan Audiometri
4. Foto rontgen mastoid Schuller
5. Pemeriksaan kultur dan uji resistensi kuman dari secret telinga (Wardhana & Putih,
2019).

G. Komplikasi
Komplikasi OMSK antara lain (Wirawan et al., 2020) :
1. Kemampuan komunikasi
2. Proses pendengaran
3. Komplikasi intrakranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari
OMSK berhubungan dengan kolesteatom seperti :
a. Abses ekstradural
b. Abses subdural
c. Tromboflebitis
d. Meningitis
e. Abses otak
f. Hidrosefalus otitis

H. Penatalaksanaan
Pengobatan otitis media supuratif kronik, Di antaranya antiseptik topikal, antibiotik
(topikal, oral, atau parenteral), atau operasi. Tujuan pengobatan OMSK adalah membuat
telinga menjadi kering yang menghilangkan gejala dan memungkinkan perbaikan
membran timpani (terutama jika anak masih sangat muda) (Oktavianita et al., 2021).
Pada kasus ini, pasien dilakukan :
1. irigasi aural dengan larutan NaCl 0,9%.
Irigasi aural adalah suatu proses pembersihan telinga dari kotoran telinga, benda
asing, cairan telinga dengan menggunakan cairan irigasi berupa NaCl 0,9%, H2O2,
asam asetat. Sejumlah larutan dialiri melalui kanalis auditori eksterna menggunakan
jarum suntik irigasi dan dibiarkan mengalir keluar selama 5-10 menit sebelum
pemberian antibiotik topikal.
2. Di berikan amoksiklav 625 mg sehari tiga kali selama lima hari dan ciprofloxacin
tetes telinga sehari dua kali sebanyak dua tetes.
3. Pasien juga di edukasi untuk menjaga telinga agar tetap kering agar pengobatan
optimal dan dapat mencegah infeksi berulang.

II. Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan
pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien
sebagai langkah awal yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan.
Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien OMSK pengkajian meliputi :

1. Anamnesa
a. Identitas diri pasien dan penanggung jawab
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada masalah OMSK yaitu fungsi pendengaran menurun, keluar
cairan dari telinga tengah, dan nyeri. Unit memperoleh data pengkajian yang
yang lengkap mengenai data pasien di gunakan :
1) Proboking insiden : apa ada peristiwa faktor nyeri
2) Quality of pain : bagaimana rasanya nyeri saat dirasakan pasien. Apakah
panas, berdenyut / menusuk
3) Region Radiation of pain : apakah sakitbisa reda dalam sekejap, apa terasa
sakit menjalar, dan dimana posisi sakitnya.
4) Severity/scale of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien
berdasarkan skala nyeri
5) Time : berapakah waktu nyeri berlangsung, apa bertambah buruk pada waktu
malam hari atau pagi hari.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya pasien yang belum operasi cenderung mengeluh fungsi pendengaran
menurun, keluar cairan dari telinga, pusing, terasa penuh pada telinga. Sedangkan
pada pasien post operasi matoidecktomy Pasien OMSK akan merasa nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama ataupun penyakit THT
lain.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang
3. Pemeriksaan Fisik
4. Pemeriksaan Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi
hidup sehat Klien OMSK apakah akan mengalami perubahan pada status
kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien OMSK akan merasa mual saat hari pertama post opeasi dikarenakan efek
obat anastesi.
c. Pola eliminasi Perubahan
BAK/BAB dalam sehari, apakah mengalami kesulitan waktu BAB di kaenakan
imobilisasi, feses warna kuning.
d. Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan pada pola tidur apakah ada gangguan yang disebabkan karena nyeri,
e. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas pada klien yang mengalami gangguan mengakibatkan kebutuhan pasien
perlu dibantu oleh perawat atau keluarga.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Klien mengalami gangguan percaya diri sebab tubuhnya perubahan pasien takut
cacat / tidak dapat bekerja lagi.
g. Pola sensori kognitif
Adanya nyeri yang disebabkan kerusakan jaringan, jika pada pola kognotif atau
pola berfikir tidak ada gangguan.
h. Pola hubungan peran
Terjadi hubungan peran interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna sehingga
menarik diri.
i. Pola penggulangan stress
Penting ditanyakan apakah membuat pasien menjadi depresi / kepikiran mengenai
kondisinya.
j. Pola reproduksi seksual
Jika pasien sudah berkeluarga maka mengalami perubahan pola seksual dan
reproduksi, jika pasien belum berkeluarga pasien tidak mengalami gangguan pola
reproduksi seksual.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Terjadi kecemasan/stress untuk pertahanan klien meminta mendekatakan diri pada
Allah SWT

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) (D.0077)
2. Gangguan Persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran (D.085)
3. Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi (D.0080)
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar infromasi (D.111)
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (post oprasi) (D.0142)
C. Intervensi
SLKI-SIKI
DIAGNOSA
No KEPERAWATAN
(SDKI) SLKI SIKI

1. D.0077 Setelah dilakukan Observasi


Nyeri akut berhubungan intervensi keperawatan 1. Idntifikasi lokasi,
dengan agen pencedera diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
fisik (prosedur operasi). menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas
Ditandai dengan : hasil : nyeri
1. Mengeluh nyeri 1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
2. Tampak meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
3. Gelisah 2. Meringis menurun verbal
4. Frekuensi nadi 3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
meningkat 4. Kesulitan tidur memperberat dan
5. Sulit tidur membaik memperingan nyeri
5. Frekuensi nadi
membaik Teraupetik
5. Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
10. Ajarkan teknik non
farmakologis

2. D.0085 Setelah dilakukan Observasi


Gangguan Persepsi sensori intervensi keperawatan 1. Periksa status sensori dan
berhubungan dengan diharapkan persepsi tingkat keyamanan
gangguan pendengaran. sensori membaik dengan
Dibuktikan dengan : kriteria hasil : Verbalisasi
1. Mendengar suara mendengar bisikan Traupetik
bisikan/bayangan 2. Diskusikan tingkat toleransi
2. Respon tidak sesuai terhadap beban sensori
3. Bersikap seolah 3. Jadwalkan waktu untuk
melihat, mendengar istirahat
mengecap, meraba, Edukasi
atau mencium sesuatu 4. Ajarkan cara meminimalisasi
stimulus (menguragi
kebisingan

Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian obat
yang dapat mempengaruhi
persepsi stimulus
3. D.0080 Setelah dilakukan Observasi
Ansietas berhubungan intervensi keperawatan 1. Identifikasi penyebab ansietas
dengan kurangnya terpapar diharapkan ansietas 2. Monitor tanda-tanda ansietas
menurun dengan kriteria
informasi. Ditandai dengan
hasil :
: - perilaku gelisah Teraupetik
- merasa bingung menurun 3. Ciptakan suasana teraupetik
- merasa kahwatir dengan - verbalisasi kahwatir untuk menimbulkan
akibat dari kondisi yang akibat kondisi yang kepercayaan
dihadapi dihadapi menurun 4. Temani pasien atau keluarga
- sulit berkosentrasi - perilaku tegang cukup pasien untuk mengurangi
menurun
- tampak gelisah kecemasan
- tampak tegang 5. Gunakan pendekatan yang
- suara bergetar tenang dan meyakinkan
- tekanan darah
meningkat Edukasi
6. Latihan teknik relaksasi
7. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
8. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
4. D.0111 Setelah dilakukan Observasi
Defisit Pengetahuan intervensi keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan
berhubungan dengan diharapkan tingkat kemampuan meneima
tingkat pengetahuan
kurangnya terpapar informasi
meningkat dengan
infromasi. Dibuktikan kriteria hasil : 2. Idetifikasi pengetahuan saat
dngan. : 1. Menunjukan peilaku ini
1. Menunjukan peilaku sesuai anjuran
sesuai anjuran 2. Menunjukan persepsi Teraupetik
2. Menunjukan persepsi yang tidak keliru 3. Sediakan materi dan media
yang keliru terhadap terhadap masalah Pendidikan Kesehatan
masalah Edukasi
4. Menjelaskan kepada keluarga
dan pasien tentang keluarga
5. Beri pasien dan keluarga
bertahan

5. D.0142 Setelah dilakukan Observasi


Resiko infeksi intervensi keperawatan 1. Identifikasi tanda dan gejala
berhubungan dengan diharapkan tingkat infeksi lokal dan iskemik
prosedur invasif (post infeksi mneurun dengan
oprasi). Ditandai dengan kriteria hasil :
faktor resiko : - Demam menurun Teraupetik
- Efek rposedur invasive - Kemerahan menurun 2. Berikan perawatan kulit pada
- Kerusakan integritas - Nyeri menurun area luka
kulit - Bengkak menurun 3. Cuci tangan sebelum dan
- Demam - Kebersihan tangan sesudah kontak dengan pasien
- Kemerahan meningkat 4. Rawat luka
- bengkak
5. Pertahankan teknik aseptic
pada saat melakukan tindakan
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
7. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
antibiotic

D. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun selama fase perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivvitas perawat dalam
membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya dan juga untuk mencapai hasil
yang diharapkan dari pasien (Pangkey et al., 2021).

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, di mana pada
dokumentasi ini akan membandingnkan secara sistematis dan terencana tentang
kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan dengan kenyataan
yang dialami oleh pasien dengan melibatkan pasien dan tenaga Kesehatan lainnya
(Pangkey et al., 2021).
PATHWAY

Infeksi Bakteri

Infeksi Telinga Kurangmya Defisit


Tengah Informasi Pengetahuan

Peningkatan Tekanan udara Proses peradangan Pengobatan tak


produksi cairan telinga tengah (-) tuntas/episode
serosa berulang
Nyeri
Retraksi membrane
Akumulasi cairan timpani Infeksi berlanjut
mucus dan serosa sampai ke telinga
dalam

Hantaran suara dan


udara yang diterima Tindakan
menurun Gelisah
mastoidecktomy

Gangguan Ansietas
Persepsi Sensori

Resiko Infeksi Nyeri Akut


DAFTAR PUSTAKA

Boesoirie, S. F., Mahdiani, S., Yunard, A., & Aziza, Y. (2019). Sisem Indra THT dan Mata
(Edisi 1). ELSEVIER.
Oktavianita, A. F., Rahim, T. H., & Yuniarti, L. (2021). Systematic Review: Efektivitas
Siprofloksasin Topikal pada Pengobatan Otitis Media Supuratif Kronik. Jurnal Integrasi
Kesehatan & Sains, 3(1), 48–53. https://doi.org/10.29313/jiks.v3i1.7363
Pangemanan, D. M., Palandeng, O. I., & Pelealu, O. C. P. (2018). Otitis Media Supuratif Kronik
di Poliklinik THT-KL RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2014 –
Desember 2016. Jurnal E-Clinic (ECl), 6(1).
Pangkey, B. C. ., Hutapea, A. D., & Stanggang, I. S. Y. F. (2021). Dasar-Dasar Dokumentasi
Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.
Parhusip, T. D., Suprayogi, B., Utomo, R., Marlina, L., Poluan, F. H., Falorin, J., Nurfachri, A.,
& Pohan, D. J. (2020). Bakteri Penyebab Otitis Media Supuratif Kronis di Rumah Sakit
Umum Universitas Kristen Indonesia. Majalah Kedokteran UKI, XXXVI(1), 19–23.
Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.
https://www.google.co.id/books/edition/Proses_Keperawatan_Berbasis_KKNI_Kerangk/2U
XbDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
Silalahi, E. lorensi. (2018). Karakteristik Penderita Otitis Media Supuratif Kronik Rawat Jalan Di
Rsud. Dr. Pirngadi Kota Medan. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse,
Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 13(2), 94–97.
https://doi.org/10.36911/pannmed.v13i2.394
Suryani. (2020). Virgin Coconut Oil : Bakteri Asam Laktat dan Bakteriosin (Cetakan I). Unitomo
Press.
Wardhana, A., & Putih, C. (2019). Peranan Mastoidektomi Radikal pada Otitis Media Supuratif
Kronik Tipe Bahaya Role of the Radical Mastoidectomy in Dangerous Type of Chronic
Supurative Media Otitis Arroyan Wardhana. Majalah Kesehatan PharmaMedika, 11(1),
58–64.
Wirawan, T. H., Sudipta, I. M., & Sutanegara, S. W. D. (2020). Karakteristik penderita otitis
media supuratif kronik di rumah sakit umum pusat sanglah denpasar. JURNAL MEDIKA
UDAYANA, 9(3), 43–47.

Anda mungkin juga menyukai