OLEH:
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
A. Definisi
Otitis media adalah inflamasi sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel – sel mastoid..
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan
patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode
berulang otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan
dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga
tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi
juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu
melibatkanmastoid.
B. Etiologi
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMK dan faktor sosioekonomi belum jelas, tetapi
kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden OMK yang lebih tinggi.
Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan
secaraumum, diet, dan tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah
insiden OMK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan
sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada
penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau
sekunder.
3. Riwayat otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari
otitis media akut dan/ atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui
faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya
berkembang menjadi keadaan kronis
4. Infeks
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir
tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif. Keadaan ini menunjukkan
bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Bakteri-bakteri yangdapat
menginfeksi antara lain:
a. Streptococcus.
b. Stapilococcus.
c. Diplococcuspneumonie.
d. Hemopilusinfluens.
e. Gram Positif : S. Pyogenes, S.Albus.
f. Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E.Coli.
g. Kuman anaerob : TBCparu.
C. Manifestasi Klinis
Otitis media akut merupakan inflamasi telingah tengah dengan
onset gejalah dan tanda klinis yang cepat, seperti nyeri,
demam,anoreksia,iritabel, atau juga muntah.otitis media yang di sertai
efusi ditandai dengan di temukannya efusi telinga tengah yang
asimtomatik. Dari pemeriksaan otoskopi didapatkan gerakan membran
timpani yang menurun, dengan bentuk menjadi cembung, kemerahan dan
keruh.
D. Patofisiologi
Patofisiologi OMK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam
hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan
perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus
menerus. Terjadinya OMK hampir selalu dimulai dengan otitis media
berulang. OMK disebabkan oleh multifaktor antara lain infeksi virus atau
bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan, dan
social ekonomi.
Fokus infeksi biasanya terjadi pada nasofaring (adenoiditis,
tonsillitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke
telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadi
inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantung
mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat
serta perbaikan fungsi telinga tengah, biasanya proses patologis akan
berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupunkadang-
kadang terbentuk jaringan granulasi atau polip ataupun terbentuk
kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus
dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik perubahan menetap
pada mukosa telinga tengah jarang terjadi.
Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar untuk
kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang
permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar ke telinga luar sehingga
memungkinkan terjadinya infeksi berulang. Hanya pada beberapa kasus
keadaan telinga tengah tetap kering dan pasien tidak sadar akan
penyakitnya. Berenang, kemasukan benda yang tidak steril ke dalam
liang telinga atau karena adanya focus infeksi pada saluran napas bagian
atas akan menyebabkan infeksi eksaserbasi akut yang ditandai dengan
secret yang mukoid ataumukopurulen.
E. Patway
Perubahan tekanan udara
Tiba tiba (alergi, infeksi, sumbatan
Yang berupa sekret,tampon atau tumor)
Tindakan Mastoidektomi
NYERI ANSIETAS
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan diagnostik dapat di temukan adanya cairan yang
keluar dari telinga, penurunan pendengaran,ruptur gendang telinga, atau
gendang telinga yang menyembul keluar.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Timpanometri, guna mengukur gerakan gendang telinga terhadap
perubahan tekanan udara.
2. Reflektometri akustik, untuk mengukur seberapa banyak suara yang
dipantulkan kembali oleh gendang telinga.
3. Timpanosentesis, yaitu pengambilan sampel cairan dari telinga untuk
diperiksa apakah mengandung kuman
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan otitis media disesuaikan dengan diagnosis otitis
media yang ditegakkan. Modalitas terapi terdiri dari terapi medikamentosa
dan tindakan tindakan operatif. Tidak semua otitis Media harus terapi
dengan antibiotik, serta tidak semua otitis media harus langsung segera
diberikan antibiotik. Pertimbangan untuk melakukan watchful waitingjika
gejalah otitis media memenuhi kriteria hasil.
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari prosos keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien
agar dapar mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan, dan keperawatan pasien baik mental, sosial dan lingkungan.
1. Identitas diri klien
a. Pasien (diisi lengkap): Nama, Umur, Jenis Kelamin, Status
Perkawinan, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Suku Bangsa, Tgl
Masuk RS, No. CM, Alamat.
b. Penanggung Jawab (diisi lengkap): Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
b. Riwayat kesehatan sekarang
(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit)
c. Riwayat kesehatan yang lalu
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh pasien)
d. riwayat kesehatan keluarga
(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga
yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun
tidak)
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. pemeriksaan persistem
1) sistem persepsi & sensori (pemeriksaan 5 indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
2) Sistem persarafan (bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek
bicara, pupil, orientasi waktu & tempat)
3) Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan
jalan nafas)
4) Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi dari irama, kualitas dan
frekuensi)
5) Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu
makan/minum, peritaltik, eliminasi)
6) Sistem integumen (nilai warna, turgor, tekstur dari kulit
pasien)
7) Sistem reproduksi
8) Sistem perkemihan (nilai frekunsi BAK, volume BAK)
4. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pada klien hipertensi
terdapat juga kebiasaan untuk merokok, minum alcohol dan
penggunaan obat-obatan.
b. Pola aktifitas dan latihan : pada klien hipertensi terkadang
mengalami/merasa lemas, pusing, kelelahan, kelemahan otot dan
kesadaran menurun.
c. Pola nutrisi dan metabolisme : pada pasien hipertensi terkadang
mengalami mual dan muntah.
d. Pola eliminasi : pada pasien hipertensi terkadang mengalami
oliguri.
e. Pola tidur dan istirahat.
f. Pola kognitif dan perceptual
g. Persepsi diri/konsep diri
h. Pola toleransi dan koping stress : pada pasien hipertensi
biasanya mengalami stress psikologi.
i. Pola seksual reproduktif
j. Pola hubungan dan peran
k. Pola nilai dan keyakinan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b.d tindakan operasi
2. Nyeri b.d post op
3. Resiko infeksi
C. Intervensi Keperawatan
Medicastore.In http://medicastore.com/penyakit/53/Otitis_Media_Kronis.html.
Novandra, R. In https://www.academia.edu/6738203/13607134-Otitis-Media-
Kronik.
DATA FOKUS
ANALISA DATA
peradangan
tindakan mastoidektomi
Ansietas
2. DS: perubahan tekanan udara Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri tiba tiba (alergi, infeksi,
post op sumbatan yang berupa
- Pengkajian nyeri: sekret, tampon atau
P: klien mengatakan nyeri tumor)
apabila di tekan
Q: klien mengatakan nyeri
gangguan tube eustachius
seperti di tusuk-tusuk
R: nyeri telinga sebelah
pencegahan invasi kuman
kanan
S: skala nyeri 5
T: 5 menit, hilang timbul kuman masuk telinga
DO: peradangan
- ku lemah
- TTV :
tindakan mastoidektomi
TD : 120/80 mmhg
S : 36,0 C
N : 84 x/ mnt Nyeri akut
P : 20 x/mnt
SPO2 : 98%
Resiko Infeksi
3. Menganjurkan teratasi
Hasil: jam
Keluarga selalu di
samping pasien
4. Melatih teknik
relaksasi
Hasil:
Pasien paham teknik
relaksasi
5. Mengkolaborasi
pemberian obat
ansietas jika perlu
Hasil:
Mempercepat
pemulihan
- Fartison
1amp/iv/12 jam
2. Jumat 1. Mengidentifikasi S: Klien mengatakan nyeri
25/12/2022 skala nyeri post op
Hasil: - Pengkajian nyeri:
Skala nyeri 5 P: klien mengatakan
2. Mengontrol nyeri apabila di
lingkungan yang tekan
memperberat rasa Q: klien mengatakan
nyeri nyeri seperti di
Hasil: tusuk-tusuk
Mengontrol R: nyeri telinga
kebisingan sebelah kanan
pengunjung agar S: skala nyeri 5
tidak terlalu bising T: 5 menit, hilang
dalam ruangan timbul
3. Mengajarkan teknik O : KU lemah
non farmakologi utuk - TTV:
mengurangi nyeri TD: 120/90 mmHg
Hasil: S: 37,7 C
Klien mampu N: 80x/m
melakukan teknik P: 20x/m
relaksasi nafas dalam - Klien nampak
4. Mengkolaborasi meringis kesakitan
pemberian analgetik A: Masalah nyeri belum
Hasil: teratasi
- Ambacin 1gr /iv/8 P: Lanjutkan Intervensi
jam - Ambacin 1gr /iv/8
- Amblodipin 1 tab/ jam
oral/8 jam - Amblodipin 1 tab/
- Omeprazole m oral/8 jam
40mg/iv/12 jam - Omeprazole m
- Futrolit 500 40mg/iv/12 jam
mg/iv/8 jam - Futrolit 500 mg/iv/8
jam