Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN MASTOIDITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel-sel mastoid yang terletak
pada tulang temporal tidak adekuat. Mastoiditis adalah penyakit sekunder dan Otitis
Media yang tidak dirawat. (H.Nurbaiti Iskandar,2007)
Mastoiditis merupakan peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan
komplikasi dari Otitis Media Kronis. Lapisan epitel dan telinga adalah sambungan
dari lapisan epitel sel-sel mastoid udara (Mastoid ir Cells) yang melekat di tulang
temporal. Mastoiditis adalah penyakit sekunder dari Otitis Media yang tidak dirawat
atau perwatannya tidak adekuat.
Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis. Pada saat belum
ditemukannya antibiotik. Mastoiditis merupakan penyebab kematian pada anak-anak
serta ketulian atau hilangnya pendengaran pada orang dewasa. Saat ini,terapi
antibiotik ditujukan untuk pengobatan infeksi telinga tengah sebelum berkembang
menjadi mastoiditis.
2. Etiologi
Mastoiditis terjadi karena bakteri Streptococus Hemoliticus atau Pneumococus.
Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti munculnya air ke
dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan
infeksi traktus respiratorius. Menurut Reever (2010) etiologi mastoiditis adalah:
1. Menyebarnya infeksi dan telinga bagian tengah,infeksi dan nanah mengumpul di
sel-sel udara mastoid
2. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah Otitis Media Kronik
Menurut George (2012) etiologi mastoiditis antara lain:
1. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan Otitis Media Akut yang
dideritanya
2. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab Otitis Media Akut yaitu
Streptococus Pnemoniae
3. Manifestasi Klinis
Menurut George (2012) manifestasi klinis pada penderita mastoiditis antara lain:
1. Demam biasanya hilang timbul
2. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut,terletak di sekitar dan di dalam telinga
dan mengalami nyeri tekan pada mastoid
3. Gangguan pendengaran sampai dengan kehilangan pendengaran
4. Membran timpanni menonjol berisi kulit yang telah rusak
5. Dinding posterior kanalis menggantung
6. Pembengkakan postaurikula
7. Keluarnya cairan yang banyak melalui liang telinga dan berbau
8. Temuan radiologis yaitu adanya apasifikasi pada sel-sel udara mastoid oleh
cairan dan hilangnya trabukulasi normal sel-sel tersebut.
4. Komplikasi
Menurut H.Nurbaiti Iskandar,2009 komplikasi mastoiditis adalah:
1. Abses retro atrikula
2. Presis atau paralisis syaraf fasialisis
3. Labirintitis
4. Komplikasi intra kranial : meningitis,abses ekstradural,abses otak.
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Spesimen dan sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy
cairan, bila diperoleh harus dikirim untuk kedua aerobik dan anderobik,gram
staining dan asam cepat staining. Jika selaput telinga anak sudah berlubang,kanal
ekstrenal dapat dibersihkan dan contoh yang segar drainase cairan diambil.
2. CT Scan dan MRI
3. Tympanocentetis dan Myringotomi mungkin dilakukan,diikuti dengan terapi
antibiotik
4. Culturing tengah cairan telinga sebelum antimicrobial therapi
5. Kanal yang mensterilkan dengan antiseptik. Dengan anak terkendali,aspirabe
cairan dari anterior setengah dan selaput telinga anak
6. Penatalaksanaan
1. Terapi tube tympani stadium aktif
a. Antibiotik : ampicilin atau amoxcilin (3-4x 500mg oral) atau klindamicin (3x
150-300mg oral) per hari selama 5-7 hari
b. Pengobatan sumber infeksi di rongga hidung dan sekitarnya
c. Perawatan lokal dengan perhidoral 3% dan tetes telinga (kloramfenikol 1-2%)
d. Pengobatan alergi bila ada latar belakang alergi
e. Pada stadium tenang (kering) dilakukan miringoplastik
2. Tipe degeneratif
a. Atiko antrostomi
b. Timpanoplastik
3. Tipe metaplastik/campuran
a. Mastoidektomi radikal
b. Mastoidektomi radikal dan rekonstraksi
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama: biasanya mengeluh nyeri di belakang telinga
c. Riwayat penyakit sekarang: nyeri di belakang telinga
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga : meliputi susunan keluarga dengan penyakit yang
sama
f. Pola fungsi kesehatan
2. Pemeriksaan fisik
a. Pernafasan : biasanya tidak mengalami gangguan
b. Sistem kardiovaskuler : tidak mengalami gangguan
c. Sistem persyarafan : biasanya pasien merasa gelisah
d. Sistem perkemihan : tidak mengalami gangguan
e. Sistem pencernaan : tidak mengalami gangguan
f. Sistem tulang-otot : tidak mengalami gangguan
g. Sistem endokrin : tidak mengalami gangguan
h. Sistem genitourinaria : tidak mengalami gangguan
3. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut
2) Risiko infeksi
3) Gangguan integritas kulit
4) Ansietas
4. Intervensi keperawatan
Dx 1: Nyeri akut
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... nyeri dapat menurun dengan
kriteria hasil:
-keluhan nyeri menurun
-kesulitan tidur menurun
-ketegangan otot menurun
Intervensi:
Observasi:
1. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
Dx 2 : Risiko Infeksi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... diharapkan risiko infeksi menurun
dengan kriteria hasil:
-kemerahan menurun
-nyeri menurun
-cairan berbau busuk menurun
Intervensi:
Observasi:
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik:
1. Batasi jumlah pengunjung
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dn sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian imunisasi,jika perlu
Dx 3 : Gangguan Integritas Kulit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... diharapkan integritas kulit dan
jaringan meningkat dengan kriteria hasil:
-elastisitas meningkat
-nyeri menurun
-kemerahan menurun
Intervensi:
Observasi:
1. Identifikasi penyebab dan gangguan integritas kulit
Terapeutik:
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,jika perlu
3. Bersihkan perineal dengan air hangat,terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
6. Hindari produk berbahan kasar alkohol pada kulit kering
Edukasi:
1. Ajarkan menggunakan pelembab (mis.lotion,serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
6. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Dx 4 : Ansietas
Tujuan:

Anda mungkin juga menyukai