Anda di halaman 1dari 12

Asuhan Keperawatan Otitis

Media Akut dan Kronis

A. Konsep Penyakit
1. Definisi Otitis Media
Otitis Media infeksi saluran telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar
(otitis eksternal), saluran telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis) dan
telinga bagian dalam (labyrintihtis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah
berhubungan dengan efusi telinga tengah, yang merupakan penumpukan cairan
di telinga tengah.
Klasifikasi Otitis Media ada dua, yaitu:
a. Otitis Media Akut (OMA)
Otitis Media Akut (OMA) merupakan infeksi akut pada liang telinga tengah
(ARIF,2000:79). Menurut MANSJOER,2001 oma adalah peradangan akut
atau seluruh perisilium telinga tengah.
b. Otitis Media Kronik (OMK)
Otitis Media Kronik (OMK) terjadi infeksi dengan peforasi membran timpani
dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul.
Otitis media akut menjadi otitis media kronik apabila proses infeksi lebih dari
2 bulan.
2. Etiologi
Kuman penyebab utama Otitis Media Akut (OMA) adalah bakteri
piogenik seperti streptococcus, hemolitikus, stapilococcus aureus, diplococcus
pneumokukus. OMA sering terjadi akibat infeksi abkteri, biasanya Streptococcus
pneumonia, Haemophiluss influenza, atau Staphylacoccus aureus. OMA juga
dapat di sebabkan oleh infeksi virus. Imaturitas system imun atau penyakit
refluks gastroesofagus pada anak kecil juga dapat menjadi penyebabnya. OMA
terjadi ketika tuba eustachius yg secara normal mengalirkan sekresi telinga
tengah ke tenggorokan menjadi tersumbat atau penuh sehingga menyebabkan
penimbunan sekresi telinga tengah dan cairan. Ketika tuba eustachius terbuka
kembali, tekanan di telinga yang mengalami kongesti tersumbat dapat menarik
skresi hidung yang terkontaminasi melalui tuba eustachius untuk masuk ke
telinga tengah sehingga terjadi infeksi. (Corwin, 2009:384)
OMA adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang
normalnya steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachius
seperti obstruksi yg di akibatkan oleh saluran pernapasan atas, inflamasi jaringan
di sekitarnya. Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui
tubah eustachius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring. Bakteri juga dapat
masuk ke telinga tengah bila ada perforasi membran timpani. Eksudat purulen
biasanya ada dalam telinga tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran
konduktif. (Smeltzer, 2001:2050)
3. Patofisiologi
Otitis media awalnya dimulai sebagai proses peradangan setelah infeksi
saluran pernafasan atas virus yang melibatkan mukosa hidung, nasofaring, dan
tuba eusthacia. Ruang anatomi yang sempit membuat edema yang disebabkan
oleh proses inflamasi menghalangi bagian eustachia dan mengakibatkan
penurunan ventilasi. Hal ini menyebabkan kaskade kejadian seperti peningkatan
tekanan negatif di telinga tengah dan penumpukan sekresi mukosa yang
meningkatkan kolonisasi organisme bakteri dan virus di telinga tengah.
Pertumbuhan mikroba di telinga tengah ini kemudian membentuk nanah yang di
tunjukan sebagai tanda-tanda klinis Otitis Media Akut (OMA) (Danishyar &
Ashurst, 2017)
Pathway Penyakit Otitis
4. Manifestasi Klinik
a. Otitis Media Akut (OMA)
Gejala diawali dengan infeksi saluran napas disertai
nyeri telinga
Demam
Gangguan pendengaran
Dari pemeriksaan otoskopi gerakan membran timpani berkurang,
cembung, kemerahan, keruh, sekret porulen.
Pada bayi gejala diatas tidak khas sehingga gejala yang timbul: irritable,
diare,muntah, malas minum, sering menangis. Pada anak lebih besar
keluhan biasanya nyeri dan tidak nyaman di telinga.
Efusi kurang dari 3 minggu
b. Otitis Media Subakut
Efusi 3 minggu - 3 bulan
c. Otitis Media Kronik/Menetap
Efusi lebih dari 3 bulan

B. Fokus Penyakit
1. Nyeri Akut
DS :
mengeluh nyeri
DO :
tampak meringis
2. Hipertermia
DS :
• mengeluh badan nya panas
• mengeluh badan nya menggigil
DO :
• suhu tubuh diatas normal
• kulit teraba hangat
3. Gangguan persepsi sensori pendengaran
DS :
mengatakan kesal
DO :
bicara sendiri
distorsi sensori
4. Ansietas
DS : -
DO :
• Melamun
• menyendiri
5. Risiko Infeksi

DS : -

DO : telinga anak tampak keluar cairan

C. Prioritas Masalah Keperawatan


Diagnosa keperawatan pada pasien Otitis Media yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh
nyeri, meringis, gelisah, sulit tidur, diaforesis.
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh
diatas nilai normal, kulit merah, kulit terasa hangat.
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran
dibuktikan dengan tidak mampu mendengar, menunjukkan respon tidak sesuai,
sulit memahami komunikasi.
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif.
D. Perencanaan Keperawatan Pada Pasien OMA dan OMK
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
keperawatan (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
berhubungan selama 3 x 24 jam Observasi :
dengan agen diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
pencedera menurun dengan kriteria 2. Identifikasi skala nyeri.
fisik hasil : 3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
dibuktikan - Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
dengan - Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.
mengeluh - Sikap protektif menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
nyeri, - Gelisah menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup.
meringis, - Kesulitan tidur menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.
gelisah, sulit 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik. Terapeutik :
tidur, 1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
diaforesis. 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
dengan proses jam diharapkan 1. Identifikasi penyebab hipertermia.
penyakit termoregulasi membaik 2. Monitor suhu tubuh.
dibuktikan dengan kriteria hasil: 3. Monitor kadar elektrolit.
dengan suhu - Suhu tubuh membaik 4. Monitor haluaran urine.
tubuh diatas - Suhu kulit membaik 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia.
batas normal, - Kadar glukosa darah Terapeutik :
kulit merah, membaik 1. Sediakan lingkungan yang dingin.
kulit terasa - Pengisian kapiler 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
hangat. membaik 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh.
- Ventilasi membaik 4. Berikan cairan oral.
- Tekanan darah membaik 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis.
6. Lakukan pendinginan eksternal.
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin.
8. Berikan oksigen, jika perlu.
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi : defisit pendengaran
komunikasi keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
verbal jam diharapkan komunikasi 1. Periksa kemampuan pendengaran.
Berhubungan verbal meningkat dengan 2. Monitor akumulasi serumen berlebihan.
dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi metode komunikasi yang disukai pasien
gangguan - Kemampuan berbicara Terapeutik :
pendengaran meningkat 1. Gunakan bahasa sederhana.
dibuktikan - Kemampuan mendengar 2. Gunakan bahasa isyarat, jika perlu.
dengan tidak - Kesesuaian ekspresi wajah 3. Verifikasi apa yang dikatakan atau ditulis pasien.
mampu / tubuh meningkat 4. Fasilitasi penggunaan alat bantu dengar.
mendengar, - Kontak mata meningkat 5. Berhadapan dengan pasien secara langsung selama berkomunikasi.
menunjukkan 6. Pertahankan kontak mata selama berkomunikasi.
karena respon 7. Hindari merokok, mengunyah makanan atau permen karet dan menutup mulut saat
tidak sesuai, berbicara.
sulit
8. Hindari kebisingan saat berkomunikasi.
memahami
9. Hindari berkomunikasi lebih dari 1meter dari pasien.
komunikasi.
10. Lakukan irigasi telinga, jika perlu.
11. Pertahankan kebersihan telinga.
Edukasi :
1. Anjurkan menyampaikan pesan dengan isyarat.
2. Ajarkan cara membersihkan serumen dengan tepat.
4. Defisit Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan
pengetahuan keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
berhubungan jam diharapkan tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
dengan kurang pengetahuan meningkat 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
terpapar dengan kriteria hasil: hidup bersih dan sehat.
informasi - Perilaku sesuai anjuran Terapeutik :
dibuktikan meningkat 1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
dengan - Verbalisasi minat dalam 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
menunjukka belajar meningkat 3. Berikan kesempatan untuk bertanya.
n perilaku - Perilaku sesuai dengan Edukasi :
tidaksesuai pengetahuan meningkat 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
anjuran. 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Anjarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat.

5. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Perawatan Area Insisi


dibuktikan keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
dengan efek jam diharapkan tingkat 1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan, bengkak atau tanda-tanda dehisen atau
prosedur infeksi menurun dengan eviserasi.
invasif. kriteria hasil: 2. Identifikasi karakteristik drainase.
- Demam menurun 3. Monitor proses penyembuhan area insisi.
- Kemerahan menurun 4. Monitor tanda dan gejala infeksi.
- Nyeri menurun Terapeutik :
- Bengkak menurun 1. Bersihkan area insisi dengan pembersih yang tepat.
2. Usap area insisi dari area yang bersih menuju area yang kurang bersih.
3. Bersihkan area disekitar tempat pembuangan atau tabung drainase.
4. Pertahankan posisi tabung drainase.
5. Berikan salep antiseptik, bila perlu.
6. Ganti balutan luka sesuai jadwal.
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur kepada pasien, dengan menggunakan alat bantu.
2. Ajarkan meminimalkan tekanan pada tempat insisi.
3. Ajarkan cara merawat area insisi.
E. Prinsip Penanganan dan Perawatan OMA dan OMK

Pelaksanaan keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana

intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien

mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik

dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah

kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap

pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan

keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien (Nursalam, 2008).

Implementasi adalah pengelolaan dan wujud dari rencana keperawatan

yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari intervensi keperawatan

antara lain adalah : mempertahan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi,

menentukan perubahan sistem tubuh, memantapkan hubungan klien dengan

lingkungan dan implementasi pesan dokter.

Penatalakasanaan medis menurut Downshen et al 2002, H.149.

1. Stadium Oklusi Tuba


 Berikan antibiotik selama 7 hari :
- Ampisilin : dewasa 500 mg x sehari; anak 25 mg/KgBB 4x sehari atau
- Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; anak 10mg/KgBB 3 x sehari atau
- Eritromisin : Dewasa 500 gr 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
 Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
 Antipiretiik
2. Stadium hiperemis
 Berikan antibiotik selama 10-14 hari :
- Ampisilin : dewasa 500 mg 4 x sehari; anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
- Amoksisilin : dewasa 500 mg 3 x sehari ; anak 10 mg/KgBB 3 x sehari
- Eritromisin : dewasa 500 mg 4 x sehari; anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
 Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
 Antipiretik, analgetik, dan pengobatan simtomatis lainnya
3. Stadium suporasi
 Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan
 Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral selama 3
hari. Apabila ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian antibiotik peroran
selama 14 hari
 Bila teidak ada fasilitas perawatan segera rujuk kedokter spesialis THT untuk
dilakukan miringotomi.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Muscari 2005, h.221 ialah:
1. Kaji anak terhadap demam dan tingkat nyeri, dan kaji adanya komplikasi yang
mungkin terjadi.
2. Turunkan demam dengan memberikan antipiretik sesuai indikasi dan lepas pakaina
anak yang berlebihan.
3. Redakan nyeri dengan memberikan analgesik sesuai indikasi, tawarkan makanan
lunak pada anak untuk membantu mengurangi mengunyah makanan, dan berikan
kompres panas atau kompres hangat lokal pada telingan yang sakit.
4. Fasilitas drainase dengan membaringkan anak pada posisi telinga yang sakit
tergantung
5. Cegah kerusakakan kulit dengan menjaga telinga eksternal kering dan bersih
6. Berikan penyuluhan pada pasien dan keluarga :
- Jelaskan dosis, teknik pemberian, dan kemungkinan efek samping obat
- Tekakankan pentingnya menyelesaikan seluruh bagian pengobatan antibiotik
- Identifikasi tanda-tanda kehilangan pendengaran dan menekankan pentingnya uji
audiologik, jika diperlukan
- Diskusikan tindakan-tindakan pencegahan, seperti memberi anak posisi tegak
pada waktu makan, menghembus udara hidung dengan perlahan, permainan
meniup.
- Tekankan perlunya untuk perawatan tindak lanjut setelah menyelesaikan terapi
antibiotik untuk memeriksa adanya infeksi persisten.

Anda mungkin juga menyukai