Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK
DENGAN KOLIK ABDOMEN

Disusun Oleh :
ANISA AYU LESTARI
20222072091246

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2022/2023
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Kolik abdomen adalah nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakan seperti
perasan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena hambatan baik persial
atatupun total baik organ tubuh beronga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi
peristatik. Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik
renal dan karena sumbatan usus halus (Gilroy,2009).
Kolik abdomen adalah rasa nyeri pada perut bersifat hilang timbul dan
bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari yaitu
infeksi pada organ didalam perut (mencret,radang kandung empedu,batu ginjal).
Pengobatan yang diberikan adalah penghilang rasa sakit dan penyebab utama dari
organ yang terlibat.

2. Etiologi
a. Mekanis
1) Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
2) Karsinoma
3) Volvulus
4) Intususepsi
5) Obstipasi
6) Polip
7) Struktur
b. Fungsional (non mekanik)
1) Ileus paralitik
2) Lesi medulla spinalis
3) Enteritis regional
4) Ketidakseimbangan eletrolit
5) Uremia

3. Patofisiologi
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang traktus
intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari
organ yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam organ
perut (diare, radang kandung empedu, radang kandung kemih). Sumbatan dari organ
perut (batu empedu, batu ginjal). Akut abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen
yang dapat terjadi karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan
berlangsung kurang daari 24 jam. kolic abdomen terkait pada nyeri perut serta gejala
seperti muntah, konstipasi, diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik
abdomen nyeri dapat berasal dari organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari
otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen biasanya mengarah pada
lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun sebagian nyeri yang
dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena itu, nyeri yang
dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari tempat lain.
(Gilroy: 2016).
Patway :
4. Manisfestasi Klinis
a. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah
empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
b. Mekanika sederhana – usus halus
bawah Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau
tidak ada kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat,
nyeri tekan difus minimal.
c. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadmuntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram
nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir;
distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan
terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau
mengandung darah samar.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik: Tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan abdomen: lokasi nyeri
c. Pemeriksaan rektal
d. Laboratorium: leokosit, HB
e. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan didalam usus.
f. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmen yang tertutup.
g. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar
serum amylase karena iritasi pankreas oleh lipatan khusus.
h. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic
6. Penatalaksanaan
a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
b. Impementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis.
c. Hiperalimentasi untuk mengkoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik,
ileus paralitik atau infeksi.
d. Reaksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
e. Ostomi barel ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu berisiko.
f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus
yang dilakukan sebagai prosedur kedu.

B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian Data Dasar
a. Identitas
Mencakup nama tempat/tanggal lahir, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah, pendidikan
ayah, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, alama/no.telp, suku, dan agama
b. Keluhan Utama
mencakup keluhan yang di rasakan dan dilihat
c. Riwayat kehamilan
Mencakup jumlah unjungan, bidan/dokter, penes yang didapt, HPHT, kenaikan
BB, selama hail, komplikasi obat, obat-obatan yang didaptkan, riwayhat
hospitalisasi, golongan darah ibu dan pemeriksaan kehailan/maternal screning
c. Riwayat keluarga
Apakah ada penyakit keturunan
d. Riwayat sosial
berisikan sistem pendukung/keluarga terdekat yang dapat dihubungi, hubungan
orang tua dengan bayi, anak yang lain, lingkungan rumah yang berhubungan
dengan kesehatan, problem sosial parenting
e. Keadaan kesehatan saat ini
berisikan diagnosa medis, tindakan operasi, status nutrisi, status cairan, obat-
obatan, aktivitas, tindakan keperawatan yang dilakukan, hasil laboratorium,
pemeriksaan penunjang.
f. Pemeriksaan fisik
keadaan umum, kesadaran, antropometri, reflek, tonus otot, kepala/leher, mata
THT, abdomen, thorax, paru-paru, jantung, ekstremitas, umblikus, genital, anus,
spina, integumen, suhu
g. Pemeriksaan tingkat perkembangan/refleks primitif
h. Informasi lain
i. Ringkasan riwayat keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut (D.0077)
b. Hipertermia (D.0130)
c. Gangguan pola tidur (D.0055)

3. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan intervensi


1 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi :
(D.0077) tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
keperawatan 1x6 frekuensi, kualitas, Intensitas nyeri
jam diharapkan 2. Identifikasi skala nyeri
tingkat nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
berkurang dengan 4. Identifikasi faktor yang memperberat
kriteria hasill : dan memperingan nyeri
1. Keluhan nyeri
menurun Terapeutik :
2. Meringis 1. Kontrol lingkungan yang memperberat
menurun rasa nyeri
3. Pola tidur 2. Fasilitasi Istirahat dan tidur
membaik Edukasi :
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2 Hipertermia Setelah dilakukan Observasi :
(D.0130)
tindakan 1. dentifikasi penyebeb hipertermia (mis,
keperawatan 1 x 24 dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
jam diharpkan suhu penggunaan inkubator)
tubuh tetap berada 2. Monitor suhu tubuh
pada rentan normal 3. Monitor kadar elektrolit
dengan kteria hasil : 4. Monitor haluaran urine
1. Menggigil 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
menurun Teraupetik :
2. Pucat menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin
3. Suhu tubuh 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
menurun 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Suhu kulit
4. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
menurun
jika mengelami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
5. Lakukan pendinginan eksternal (Terapi
Tepid Sponge)
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemebrian cairan elektrolit
dan elektrolit intravena, jika perlu

3 Gangguan pola setelah dilakukan Observasi :


tidur (D.0055) tindakan 1. Idenentifikasi pola aktivitas dan tidur
kepeawatan 1 x 24 2. Identifikasi faktor penggangu tidur
jam diharapkan 3. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
pola tidur membaik Teraupetik :
dengan kriteria 1. Modifikasi lingkungan (mis.
hasil : Pencahayaan,kebisingan,suh u,dan
1. Keluhan sulit
tidur dari tempat tidur)
meningkat 2. Batasi waktu tidur siang
menjadi menjadi 3. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum
menurun tidur
2. Keluhan sering 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
terjaga dari Edukasi :
meningkat 1. Menjelaskan pentingnya tidur cukup
menjadi selama sakit
menurun 2. Menganjurkan menepati kebiasaan waktu
3. Keluhan pola tidur
tidur berubah 3. Mengajarkan faktor-faktor yang
dari meningkat berkontrubusi terhadap gangguan pola
menjadi tidur
menurun
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Edisi 1. Jakarta : PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi
1, Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1.
Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai