Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEMAM
THYPOID”.
Kami meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang dan lebihnya kami mohon
maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan pembahasan....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Demam Typoid..............................................................................
B. Etiologi ........................................................................................................
C. Manifestasi Klinis .......................................................................................
D. Patofisiologi ................................................................................................
E. Pohon Masalah ............................................................................................
BAB III
A. P...................................................................................................................
B. D...................................................................................................................
C. P...................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Melihat banyaknya penduduk di Indonesia yang menderita
penyakit demam typhoid, banyak angka kematian di Indonesia akibat
demam typhoid maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan dengan judul. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Demam Typhoid.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah memberikan pemahaman
kepada penulis agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam
menguraikan dan membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan
demam typhoid.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan demam typhoid.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
dengan demam typhoid.
c. Merumuskan intervensi keperawatan pada pasien dengan demam
typhoid.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan demam
typhoid.
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan
demam typhoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang disebabkan oleh
salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella
paratyphi C, paratifoid biasanya lebih ringan, dengan gambaran klinis sama.
( Widodo Djoko, 2009 )
B. ETIOLOGI
C. MANIFESTASI KLINIS
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak
diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh
meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore
hingga malam hari. ( Widodo Djoko, 2009 ).
D. PATOFISIOLOGIS
E. POHON MASALAH
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
6. Pemeriksaan laboratorium
1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leucopenia, limfosistosis
relative, dan aneosinofilia pada permu sakit.
2) Darah untuk kultur (biakan empedu)
3) Biakan empedu basil sallmonela typosa dapat di temukan di temukan
dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjut nya lebih sering
di temukan dalam urine dan feses.
4) Pemeriksaan widal
Untuk membuat diagnosis pemeriksaan yang di perlukan ialah titer zat
anti terhadap antigen 0. Titer yang bernilai1/200 atau lebih menunjukan
kenaikan yang progresif.
B. Diagnosa keperawatan
Menurut mardalena (2018) diagnose keperawatan yang dapat muncul pada
memakaikan pakaian tipis dan serap keringat. Memberikan penjelasan mengenai
perubahan suhu pasien. Menganjurkan pasien untuk banyak minum. Dan
berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik.
1. Defisit nutrisi
2. Hipertermia
3. Resiko ketidak seimbangan cairan
C. Intervensi keperawatan
Menurut Rosmalia dan Hariyadi (2019), intervensi keperawatan adalah suatu
proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam merencanakan suatu
tindakan yang bertujuan untuk membantu klien dalam mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak yang dapat timbul.
1. Defisit Nutrisi
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi nutrien
Tujuan: tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Hasil yang diharapkan: nafsu makan meningkat, makan habis satu porsi, berat
badan klien meningkat
Intervensi:
1) Kaji status nutrisi
Rasional: mengetahui langkah pemenuhan nutrisi
2. Hipertermia
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi
Tujuan: suhu tubuh kembali normal
Hasil yang diharapkan: Pasien mempertahankan suhu tubuh normal yaitu 36ºC-
37ºC dan bebas dari demam.
Intervensi:
1) Pantau suhu tubuh klien tiap 3 jam sekali
Rasional: suhu tubuh 38ºC-40ºC menunjukkan proses penyakit infeksi akut
3) Anjurkan kepada keluarga klien agar klien memakai pakaian tipis dan
menyerap keringat
Rasional: memberi rasa nyaman, pakaian tipis membantu mengurangi
penguapan tubuh
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda vital
Rasional: mengetahui suhu, nadi, dan pernafasan
BAB IV
ANALISA JURNAL
Jurnal Penelitian Perawat Profesional
TERAPI PADA DEMAM TIFOID TANPA KOMPLIKASI
Volume 3 Nomor 1, Februari2021
Sumber: http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP
A. Problem
Demam typhoid
B. Intervention
Tatalaksana demam tifoid tanpa komplikasi adalah berupa pemeberian antibiotik
golongan fluoroquinolone, diantaranya adalah ciprofloxacin, ofloxacin, dan
pefloxacin pemberian antibiotik golongan fluoroquinolone pada demam tifoid
cukup efektif, karena isolat dari bakteri salmonella tyhpi tidak resisten terhadap
golongan fluoroquinolone.
C. Comparison
Ada beberapa antibiotik pada saat ini yang digunakan sebagaiterapilini
pertama pada demam tifoid diantaranya adalah, kloramfenikol,
tiamfenikol atau amoksisilin/ampisilin. Pemberian antibiotik
kloramfenikolpada demam tifoid biasanya dapat menimbulkan beberapa
efek samping, diantaranya adalah penekanan sumsum tulang dan dan juga
yang parah dapat terjadinya anemia aplasticpada pasien. Selanjutnya
adalah antibiotik golongan Sefalosporin generasi III (sefotaksim,
seftriaksonsefiksim), fluorokuinolon (ofloksasin, siprofloksasin,
perfloksasin) dan pada saat ini azitromisin juga digunakan sebagai terapi
pada demam tifoid (Rampengan, 2016).
Sedangkan demam tifoid tanpa komplikasi adalah berupa pemeberian
antibiotik golongan fluoroquinolone, diantaranya adalah ciprofloxacin, ofl
oxacin, dan pefloxacin. Pemebrian antibiotik golongan
fluoroquinolonepada demam tifoid cukup efektif, karena isolat dari bakteri
Salmonella tyhpitidak resisten terhadapgolonganfluoroquinolone. Angka
kesembuhan dari pemberian antibiotik golongan fluoroquinolonemencapai
98%, demam akan turun dalam 4hari, dan angka fecal carrier dan
kekambuhan kurang dari 2% (Bhan, Bahl, Bhatnagar, 2005). Cara kerja
dari antibiotik golongan Fluorokuinolon ini adalah dengan cara
menghambat enzim topoisomerase II (DNA gyrase) dan topoisomerase IV
yang akan diperlukan oleh bakteri Salmonella thypi
untukmelakukanreplikasi DNA. Golongan antibiotikini dapat membentuk
suatu ikatan yang kompleks dengan enzim topoisomerase II (DNA gyrase)
dan topoisomerase IV danjuga dengan DNA bakteri. Sehingga antibiotik
ini akan mengakibatkan hambatan yang menghasilkan efek sitotoksik ke
dalam sel target (Raini, 2016).
D. Outcome
Pemberian antibiotik kloramfenikol dan tiamfenikol sebagai tereapi
demam tifoid masih cukup sensitive dan efektif. Tiamfenikol merupakan
antibiotik turunan dari antibiotik kloramfenikol, antibiotik ini juga aktif
terhadap spesies Salmonella dan diberikan secara oral. Antibiotik inidapat
diberikan dengan dosis yang lebih kecil, intervalnyalebih dari azitromisin
dan kloramfenikol adalah dalam hal, farmakokinetik, cara pemberian, efek
sampingdan prinsip terapi, kloramfenikol diberikan empat kali sehari
sedangkan untuk azitromisin lebih sedikit yaitu diberikan sekali sehari.
Kedua antibiotik ini dapat berpenetrasi ke dalam selsecara efektif, dan hal
tersebut menerangkan aktivitas terapeutik obat terhadap patogen yang
berada di intraselular seperti S. typhi.Antibiotik lain yang juga digunakan
sebagai terapi demam tifoid adalah sefiksim. Sefiksim adalah antibiotik
dari golongan sefalosporin generasi ketiga dengan pemberian oral,
sefiksim memiliki aktifitas antimikroba terhadap bakteri Gram positif dan
juga negatif termasuk bakteri Enterobacteriaceae. Sefiksim merupakan
antibiotik yang mempunyai toleransi dan efikasi yang baik untuk
pengobatan demam tifoid pada anak(Rampengan, 2016).
E. Time
Jurnal ini dipublikasikan pada tanggal 3 Februari 2021.
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Demam tifoid adalah sutau infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri
S typhi. Bakteri lain yang dapat menyebabkan demam tifoid adalah Salmonella
enterica serovar paratyphi A, B, dan C, penyakit ini disebut demam paratifoid.
Demam tifoid dan paratifoid termasuk ke dalam demam enterik. Penularan
demam tifoid dapat terjadidari menelan makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi oleh bakteri tifoid, dan dapat juga karena adanya kontak
langsung jari tangan yang sudah terkontaminasi oleh tinja yang mengandung
bakteri tifoid, secretsaluran nafas atau dengan pus dari penderita yangs udah
terinfeksi bakteri tersebut (Dian, 2007).
Pemberian asuhan keperawatan dimulai dari melakukan pengkajian,
menegakkan diagnosa, perumusan intervensi, kemudian implementasi dari
intervensi tersebut.
Terapi pada demam tifoid tanpa komplikasi adalah berupa pemberian
antibiotik tiamfenikol, kloramfenikol, Sefalosporin generasi
III(sefotaksim,seftriakson, sefiksim), fluorokuinolon (ofloksasin, siprofloksasin,
perfloksasin) atau ampisilin/amoksisilin, dan azitromisin pada saat ini juga
sering digunakan sebagai terapi pada demam tifoid. Pemberian antipiretik juga
dapat digunakan sebagai terapi pada demam tifoid untuk menurunkan suhu dan
menghilangkan gejala demam. Terapi lain yang juga dapat diberikan pada
demam tifoid tanpa komplikasi adalah terapi suportif seperti pemeberian cairan
dan juga bed rest.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=jurnal+thypoid
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/5666
Mahmudah., & Kasman. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Typhus
Abdominalis di Ruang Rawat Inap Puskesmas Negara Kec. Daha Utara Kab. Hulu
Sungai Selatan. An-Nadaa.1(1), hal. 37–41.Nanda, S. De., & Maulina (tanpa
tanggal).Perilaku Pencegahan Penyakit Demam Typhoid pada Mahasiswa, hal. 1–
5.Paputungan, W., Rombot, D., & Akili, R.H. (2016). Hubungan Antara Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Demam Typhoid di Wilayah Kerja Puskesmas Upai
Kota Kotamobagu Tahun 2015,5(2), hal. 266–275.Swanson., Elizabeth, et.al.(2013).
Nursing Outcomes Clasifications (NOC): Alih bahasa Intisari, N .(et al), Edisi V.
Jakarta : CV Macomedia