Anda di halaman 1dari 5

DEMAM TYPOID DAN PARATYPOID

1. Pengertian (Definisi) Demam tifoid atau yang lebih sering dikenal tipes merupakan
infeksi akut saluran cerna yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
Bakteri ini biasanya ditemukan di air atau makanan yang
terkontaminasi dan juga bisa ditularkan dari orang yang terinfeksi.
Sedangkan Demam paratifoid adalah penyakit sejenis yang
disebabkan oleh Salmonella Paratyphi A, B, dan C. Gejala dan
tanda penyakit tersebut hampir sama, namun manifestasi paratifoid
lebih ringan (Widoyono, 2008). Demam tifoid (typhus
abdominalis) merupakan salah satu infeksi yang terjadi diusus
halus. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang penting
didunia terkait dengan angka morbiditas dan mortalitas yang
ditimbulkan, terutama di negara berkembang
(Velina dkk, 2016).
2. Assesmen keperawatan 1. Demam meningkat setiap hari hingga mencapai 39o – 40o
celcius, sakit kepala, lemah dan lelah, nyeri otot, berkeringat,
batuk kering, muncul ruam pada kulit berupa bintik-bintik
kecil berwarna merah muda
2. Mengeluh nyeri, nyeri meningkat (rentang nyeri 1-10)
meringis, bersikap proktektif seperti menghindari posisi nyeri,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah
meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan menurun,
Menarik diri, Diaforesis
3. Kehilangan nafsu makan dan menurunnya berat badan, sakit
perut, perut membengkak
4. Mengigau, Berbaring lemah dengan mata setengah tertutup,
keringat dingin, BAB keras dan tidak bisa keluar, pucat, tidak
nyaman

5. Perubahan TTV, pucat, membran mukosa kering, kulit


kering, kunjungtiva anemis, turgor kulit jelek, rasa haus yang
berlebihan, diare
3. Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermia
2. Nyeri akut
3. Defisit nutrisi
4. Perubahan pola defekasi: Konstipasi
5. Defisit volume cairan/hipovolemia

4. Kriteria Evaluasi 1. TTV dalam batas normal, tidak ada perubahan warna kulit dan
tidak ada
2. Mampu mengontrol nyeri, melaporkan nyeri berkurang dengan
menggunakan menegemen nyeri, mampu mengenali nyeri,
menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
3. Adanya peningkatan berat badan, mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi, tidak ada tanda malnutrisi, tidak terjadi
penurunan berat badan berarti
4. Mempertahankan bentuk feses yang lunak 1-3 hari, bebas dari
ketidaknyamanaan dari konstipasi, feses lunak dan berbentuk,
mengidentifikasi indikator untuk mencegah konstipasi
5. TTV dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
elastisitas turgor kulit baik, membram mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan.
5. Intervensi Keperawatan 1. Hipertermia
a. Kaji warna kulit
b. Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.
c. Monitor TTV (TD, N dan RR)
d. Identifikasi adanya penurunan tingkat kesadaran.
e. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
f. Beri kompres hangat pada sekitar axilla dan lipatan paha.
g. Beri pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
h. Kolaborasi dengan tenaga medis lain untuk
pemberian obat antiperetik.
i. Kolaborasi untuk memberikan intake cairan secara
parenteral (IV)

2. Nyeri akut
Manajemen nyeri
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
b. Identifikasi dan catat skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
e. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
f. Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri
(suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan dan lain-lain)
g. Fasilitasi istirahat dan tidur
h. Membimbing terapi relaksasi, Imajinasi terpimpin atau
hypnosis
i. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
j. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya dalam
pemberian analgetik
k. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
l. Monitor efek samping penggunaan analgetik
m. Memberikan pendidikan kesehatan

3. Defisit nutrisi
Manajemen Nutrisi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi adanya alergi atau
c. adanya intoleransi makanan
d. Monitor adanya penurunan berat badan
e. Catat jika ada mual dan muntah.
f. Monitor asupan makanan
g. Monitor berat badan sebelum dan selama
perawatan
h. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
i. Anjurkan posisi duduk saat makan, jika mampu
j. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
k. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan
tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP)
l. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya untuk
pemeriksaan laboratorium
m. Jika penurunan kesadaran: kolaborasi untuk pemasukan
intake secara enteral dan parenteral
4. Perubahan pola defekasi: Konstipasi
a. Identfikasi factor penyebab dari konstipasi.
b. Monitor bising usus.
c. Monitor feses, frekuensi, konsistensi dan volume.
d. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mencatat warna,
volume, frekuensi dan konsistensi tinja.
e. Ajurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung banyak serat
f. Anjurkan pasien banyak minum air putih
g. Kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk
pemberian obat laktasif.
5. Defisit volume cairan/hipovolemia
Manajemen cairan
a. Monitoring cairan (intake dan output)
b. Monitor vital sign (TD, HR,RR dan Temperatur)
c. Observasi tanda-tanda dehidrasi (membran mukosa
kering, kulit kering, konjungtiva anemis).
d. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
e. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan
intra vena
f. Memberikan pendidikan kesehatan (cuci tangan, proses
penyakit dan lain-lain
g. Jika demam lakukan penatalaksanaan demam
6. Informasi dan Edukasi 1. Manajemen Nyeri
2. Manajemen Cairan Manajemen Nutrisi Manajemen Infeksi
3. Vital Sign Monitoring
4. Penatalaksanaan demam
7. Evaluasi
Mengevaluasi respon subjektif dan objektif setelah dilaksanakan
intervensi dan di bandingkan dengan NOC serta analisis terhadap
perkembangan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan

Anda mungkin juga menyukai