Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN ( PAK )

9.APENDIKSITIS AKUT
Pengertian ( Definisi ) Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Terbagi menjadi tiga
klasifikasi antara lain

a. Apendisitis akutradang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak
disertai rangsangan peritoneum local

b. Apendisitis rekens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang mendorong
dilakukannya apendiktomi.

c. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang
kronik apendiks secara makroskopik (fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen
apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik) dan keluhan hilang
setelah apendiktomi.

Asesmen keperawatan a. Keluhan nyeri perut kanan bawah


b. TTV: takikardi, takipnea, TD naik dan suhu tubuh biasanya meningkat.
c. Riwayat kesehatan : riwayat minum alkohol, penggunaan obat-obatan narkotik, terdapat konstipasi
d. Diagnostik : Hb, Leukosit pemeriksaan penunjang radiologi
e. Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut
b. Ansietas
c. Resiko perfusi gastrointestinal tidak efektif
d. Hipovolemia
e. Defisit Nutrisi
f. Resiko infeksi
g. Hipertermia

Kriteria Hasil a. Nyeri akut


Luaran Utama : Tingkat nyeri
Luaran tambahan : Fungsi gastrointestinal , kontrol nyeri, mobilitas fisik, penyembuihan luka, perfusi miokard,
perfusi perifer, pola tidur, status kenyamanan, tingkat cidera
Ekspektasi menurun
Kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri menurun
2. Tidak tampak meringis ( ekspresi wajah membaik )
3. Sikap protektif menurun
4. Gelisah menurun
5. Kesulitan tidur menurun
6. Frekuensi nadi, membaik
7. Pola nafas membaik
8. Tekanan darah membaik
9. Pola tidur membaik
10. Melaporkan nyeri terkontrol
11. Kemampuan mengenali onset nyeri

b. Ansietas
Luaran Utama : Tingkat Ansietas
Luaran Tambahan : Dukungan social, harga diri, kesadaran diri, control diri, proses informasi, status kognitif,
tingkat agitasi, tingkat pengetahuan

Tingkat ansietas
1. Menyingkirkan tanda kecemasaan.
2. Tidak terdapat perilaku gelisah
3. Frekuensi napas menurun
4. Frekuensi nadi menurun
5. Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas.
6. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas.
7. Konsentrasi membaik
8. Pola tidur membaik
Dukungan sosial
Bantuan yang ditawarkan oleh orang lain meningkat

c. Resiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal


Ekspektasi meningkat
Kriteria hasil :
1. Mual menurun
2. Muntah menurun
3. Nyeri adomen menurun
4. Asites mennurun
5. Konstipasi menurun
6. Diare menurun
7. Bising usus membaik
8. Nafsu akan membaik

d. Hipovolemia

Kriteria hasil :

1. Kekuatan nadi meningkat


2. Turgor kulit meningkat
3. Ortopnea menurun
 Dyspnea menurun
 Frekuensi nadi membaik
 Tekanan darah membaik
 Tekanan nadi membaik
 Membrane mukosa membaik
 Kadar hb membaik
 Kadar ht membaik
 Intake cairan membaik
a. Defisit Nutrisi ( D.0019)

I.03030 Status Nutrisi


Ekspektasi: membaik
Kriteria hasil:
- Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
- Kekuatan otot pengunyah meningkat
- Kekuatan otot menelan meningkat
- Serum albumin meningkat
- Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat
- Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
- Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat
- Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat
- Penyiapan dan penyimpanan makanan yang aman meningkat
- Penyiapan dan penyimpanan minuman yang aman meningkat
- Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan kesehatan meningkat
- Perasaan cepat kenyang menurun
- Nyeri abdomen menurun
- Sariawan menurun
- Rambut rontok

b. Resiko infeksi

Luaran : Tingkat Infeksi Menurun (L.14137)

 Kebersihan dan nafsu makan meningkat


 Demam menurun
 Periode malaise menurun
 Kadar sel darah putih membaik

Intervensi Keperawatan
a. Manajemen nyeri (I.08238)
1. Observasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri;
2. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan;
3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain);
Fasilitasi istirahat dan tidur;
4. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Ansietas

Reduksi ansietas
1. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6. Anjurkan keluarga untuk selalu disamping dan mendukung pasien
7. Latih teknik relaksasi

c. Resiko ketidak efektifan perfusi gastrointestinal


Tindakan

Observasi :

1. Identifikasi kebiasaan makan dan perilaku makan yang akan di ubah


2. Identifikasi kemajuan modifikasi diet secara regular
3. Monitor input dan output cairan
Terapeutik
1. Bina hubungan terapeutik
2. Sepakati lama pemebrian waktu konseling
3. Tetapkan tujuan jangka Panjang dan jangka pendek yang realistis
4. Gunakan standar nutrisi dalam program diet
5. Pertimbangkan factor – factor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi

Edukasi

1. Informasikan perlunya modifikasi diet


2. Jelaskan program gizi dan persepsi pasien terhadap diet yang diprogramkan

Kolaborasi

Rujuk pada ahli gizi, jika perlu

d. Hipovolemia

Manajemen hypovolemia
Observasi
 Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi terba lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin
menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)
 Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi mified tredelenburg
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberiancairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate
 Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu

Pemantauan cairan
Observasi
 Monitor rekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor turgor kulit
 Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
 Monitor kadar albumin dan protein total
 Monitor hasil pemeriksaan urine
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hypovolemia
 Identifikasi factor risiko ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

e. Defisit Nutrisi

Manajemen Gangguan Makan


Observasi :
 Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori
Terapiutik :
1. Timbang berat badan secara rutin
2. Diskusikan perilaku makanan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang sesuai
3. Laukan kontrak perilaku (misal, target berat badan, tanggungjawab perilaku)
4. Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku
5. Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak
6. Rencanakan program pengobatan untuk perawatan dirumah
Edukasi :
1. Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran makanan (misal,
pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas berlebih)
2. Ajarkan pengaturan diet yang tepat
3. Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan

f. Resiko infeksi

SIKI
Pencegahan Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
3. Lakukan perawatan tali pusat
4. Ajarkan ibu cara cuci tangan dengan benar
5. Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu

Evaluasi Mengevaluasi respon subjektif dan objektif setelah dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan analisis
terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan

Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan

Pengolah Departemen Keperawatan

Kepustakaan 1. Ardiansyah. 2012. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Diva Press : Yogyakarta.
2. Capernito. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI : Jakarta.
3. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta.
4. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta.
5. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta.
6. Suradi,Rita Yuliani. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam, Edisi 1. Agung Seto. Jakarta.
7. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai