(SLKI)
Kriteria hasil :
a. Kontrol pengeluaran feses meningkat
b. Urgensi menurun
c. Nyeri abdomen menurun
d. Kram abdomen menurun
e. Konsistensi feses membaik
f. Frekuensi defekasi membaik
g. Peristaltik usus membaik
6. Standar Manajemen Diare (I. 03101)
Intervensi Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola diare dan dampaknya.
Keperawatan
(SIKI) Tindakan :
a. Observasi
1. Identifikasi penyebab diare (mis.inflamasi gastrointestinal,
iritasi gastrointestinal, proses infeksi, malabsorbsi, ansietas,
stess, efek obat-obatan, pemberian botol susu)
2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
3. Identifikasi gejala invaginasi (mis. tangisan keras, kepucatan
pada bayi)
4. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
5. Monitor tanda dan gejala hipovolemia (mis. takikardia, nadi
teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa
mulut kering, CRT melambat, BB menurun)
6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perianal
7. Monitor jumlah pengeluaran diare
8. Monitor keamanan penyimpanan makanan
b. Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit
pedialyte, renalyte)
2. Pasang jalur intravena
3. Berikan cairan intravena (mis. ringer asetat, ringer laktat), jika
perlu ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
4. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
c. Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
3. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis.loperamide,
difenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian obat pengeras feces.
7. Informasi dan 1. Ajarkan tanda, gejala, dan penyebab diare
edukasi 2. Ajarkan mengukur asupan cairan masuk dan haluaran urin
3. Ajarkan mengambil specimen feses
4. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
5. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
6. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
7. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
8. Evaluasi Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-item
atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan
apakah hasil sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah
ditentukan
9. Penelaah Kritis Komite Keperawatan
10. Kepustakaan PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi
1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
b. Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makanan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai -
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen makanan, jika perlu
c. Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.pereda
nyeri, antiemetic), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
7. Informasi dan 1. Ajarkan efek terapi dan efek samping obat
edukasi 2. Ajarkan penyebab deficit nutrisi
3. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
4. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
5. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
6. Anjurkan diet sesuai program
8. Evaluasi Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-item
atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan
apakah hasil sudah tercapai atau belum dalam jangka w aktu yang telah
ditentukan
9. Penelaah Kritis Komite Keperawatan
10. Kepustakaan PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi
1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
(SLKI)
Kriteria hasil :
a. Menggigil tidak ada
b. Kulit merah tidak ada
c. Kejang tidak ada
d. Suhu tubuh dalam batas normal 36.0- 37.5’C
e. Tidak ada perubahan warna kulit
f. Akral hangat
g. Pengisian kapiler < 3 detik
h. Takikardi tidak ada
6. Standar Manajemen hipertermi (I. 15506)
Intervensi Definisi :
Keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat
disfungsi termoregulasi
(SIKI)
Tindakan :
a. Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia (misal: dehidarasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor haluaran urine
4. Monitor komplikasi
b. Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Berikan cairan oral
c. Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan untuk konsumsi air putih yang cukup
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
7. Informasi dan 1. Anjurkan tirah baring
edukasi 2. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
3. Anjurkan memakai pakaian yang menyerap keringat dan berbahan
katun
8. Evaluasi Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-item
atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan
apakah hasil sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah
ditentukan
9. Penelaah Kritis Komite Keperawatan
10. Kepustakaan PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi
1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
(SLKI)
Kriteria hasil :
a. Kekuatan nadi meningkat
b. Turgor kukit meningkat
c. Output urine meningkat
d. Perasaan lemah menurun
e. Keluhan haus menurun
f. Konsentrasi urine menurun
g. Intake cairan membaik
h. Frekuensi nadi, tekanan darah, dan tekanan nadi membaik
6. Standar Manajemen hipovolemia (I. 03116)
Intervensi Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan
Keperawatan
intravaskuler
(SIKI)
Tindakan :
a. Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus,
lemah)
2. Monitor intake dan out cairan
b. Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified Trendelenburg
3. Berikan asupan cairan ora
c. Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak cairan peroral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
NaCl
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
Plasmanate) 0,4%)
4. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
7. Informasi dan 1. Ajarkan tujuan dan prosedur pemantauan cairan
edukasi 2. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
3. Informasikan hasil pemantauan cairan, jika perlu
8. Evaluasi Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-item
atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan
apakah hasil sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah
ditentukan
9. Penelaah Kritis Komite Keperawatan
10. Kepustakaan PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi
1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
(SLKI)
Kriteria hasil :
a. Kadar serum elektrolit dalam batas normal
b. Serum natrium meningkat
c. Serum kalium meningkat
d. Serum klorida meningkat
6. Standar Manajemen cairan (I. 03098)
Intervensi Definisi :
Keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan
intrkeseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat
(SIKI)
ketidakseimbangan cairan
Tindakan :
a. Observasi
1. Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan nadi,
akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit,
tekanan darah)
2. Monitor berat badan harian
3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. hematokrit, Na,
K, CI, berat jenis urine, BUN) Monitor status hemodinamik
(mis. MAP, CVP, PAP, PCWP Jika tersedia)
b. Terapeutik
1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
c. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
Tindakan :
a. Observasi
1. Identifikasi kemungkinan penyebab
ketidakseimbangan elektrolit
2. Monitor kadar elektrolit serum
3. Monitor mual, muntah, dan diare
4. Monitor kehilangan cairan, jika perlu
5. Monitor tanda dan gejala hipokalemia (mis.
kelemahan otot, Interval QT memanjang, gelombang T
datar atau terbalik, depresi segmen ST, gelombang U,
kelelahan, parastesia, penurunan refleks, anoreksia,
konstipasi, motilitas usus menurun, pusing, depresi,
pernapasan)
6. Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (mis. peka
rangsang, gelisah, mual, muntah, takikardia mengarah
ke bradikardia, fibrilasi/takikardia ventrikel,
gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS
tumpul, blok jantung mengarah asistol)
7. Monitor tanda dan gejala hipermagnesemia (mis.
kelemahan otot, hiporefleks, bradikardia, depresi SSP,
letargi, koma, depresi).
8. Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia (mis.
depresi parapasan, apatis, tanda Chvostek, tanda
Trousseau, konfusi, disritmia)
9. Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis. nyeri
tulang, haus, anoreksia, letargi, kelemahan otot,
segmen QT memendek, gelombang T lebar, kompiek
QRS lebar, interval PR memanjang)
10.Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis, peka
rangsang, tanda Chvostek [spasme otot wajah], tanda
Trousseau [spasme karpal], kram otot, interval QT
memanjang)
11.Monitor tanda dan gejala hiperatremia (mis. haus,
demar, myal, muntah, gelisah, peka rangsang,
membran mukosa kering, takikardia, hipotensi, letargi,
konfusi, kejang)
12.Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis,
disorientasi, otot berkedut, sakit kepala, membrane
mukosa kering, hipotensi postural, Kejang, letargi,
penurunan Kesadaran)
b. Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan, jika perlu
c. Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
b. Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan, jika perlu
c. Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
7. Informasi dan 1. Ajarkan tujuan dan prosedur pemantauan cairan
2. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
edukasi 3. Informasikan hasil pemantauan cairan, jika perlu
8. Evaluasi Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-item
atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan
apakah hasil sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah
ditentukan
9. Penelaah Kritis Komite Keperawatan
10. Kepustakaan PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi
1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta
b. Objektif
1. Suhu tubuh meningkat
2. Kelembapan tubuh meningkat
3. Iritasi membrane mukosa
(SLKI)
Kriteria hasil :
a. Kerusakan jaringan menurun
b. Kerusakan lapisan kulit menurun
6. Standar Perawatan Integritas Kulit (I. 11353)
Intervensi Definisi :
Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan,
Keperawatan
kelembaban dan mencegah perkembangan mikroorganisme
(SIKI)
Tindakan :
a. Observasi
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan
kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
b. Terapeutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode
diare
4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit
kering
5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitive
6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
c. Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion, serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya