Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

“HIRSCHSPRUNG”

Dosen : Rusana, M.Kep., Sp.Kep Anak

Disusun oleh :

1. Riska Endah Utami (108118011)


2. Eka Suryani (108118012)
3. Dwi Ana Pertiwi (108118013)
4. Rizqi Aprilia Hebas (108118014)
5. Fery Akbar Rizky (108118015)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2018/2019
A. PENGERTIAN HIRSCHSPRUNG

Hirschsprung adalah sebuah kelainan bawaan lahir yang cukup jarang terjadi
dan mengakibatkan beberapa kerusakan karena tidak sempurnanya sistem kerja usus.
Kelainan ini dapat berakibat kematian atau kelainan kronis lainnya. Hirschsprung
disebabkan karena pergerakan usus yang tidak memadai karena tidak adanya saraf
pada bagian usus tertentu hinga mengakibatkan pembesaran usus. Hirschsprung
disebut juga megankolon kongenitum dan merupakan kelainan yang sering ditemukan
sebagai salah satu penyebab obstruksi usus pada neonatus. Pada anak yang
mengalami penyakit hirschsprung tidak ditemukan pleksus mienterikus, akibatnya
bagian usus yang terkena tidak dapat mengembang.

B. PENYEBAB HIRSCHSPRUNG

Penyakit Hirschprung adalah suatu penyumbatan pada usus besar yang terjadi
akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak
memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ususnya. Penyebabnya karena dalam
keadaan normal bahan makan yang dicerna berjalan sepanjang usus karena adanya
kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus atau gerakan peristaltic. Kontraksi
otot-otot tersebut dirangsangoleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion yang
terletak di bawah lapisan otot.

C. PATHWAYS
D. TANDA DAN GEJALA

Gejala yang ditemukan pada bayi baru lahir yaitu dalam rentang waktu 24-48
jam, bayi tidak mengeluarkan meconium (kotoran pertama bayi yang berbentuk
seperti pasar berwarna hijau kehitaman), mutah yang berwarna hijau, pembesaran
perut (perut menjadi buncit). Pada masa pertumbuhan (usia 1-3 tahun) tidak dapat
meningkatkan berat badan, konstipasi (sembelit), pembesaran perut, diare yang keluar
seperti menyemprot, demam dan kelelahan adalah tanda-tanda dari radang usus halus
dan dianggap sebagai keadaan yang serius dan . mengancam nyawa. Pada anak diatas
usia 3 tahun gejala bersifat kronis yaitu konstipasi kotoran berbentuk pita, berbau
busuk, pembesaran perut, pergerakan usus yang dapat terlihat oleh mata (seperti
bergelombang), menunjukkan gejala kurang gizi dan anemia.

Penyakit Hirschsprung harus dicurigai bila seseorang bayi cukup bulan


terlambat mengeluarkan feses. Beberapa bayi akan mengeluarkan meconium secara
normal, tetapi selanjutnya memperlihatkan riwayat konstipasi kronis. Obstipasi
(sembelit) merupakan tanda utama pada bayi baru lahir dapat merupakan gejala
obstruksi akut. Tiga tanda (trias) yang sering ditemukan meliputi meconium yang
terlambat keluar (lebih dari 24 jam), perut kembung, dan muntah berwarna hijau.
Kegagalan mengeluarkan feses menyebabkan dilatasi bagian proksimal usus besar
yang mengakibatkan perut menjadi kembung. Usus besar melebar, tekanan di dalam
lumen meningkat, mengakibatkan aliran darah menurun dan menjadi perintang
mukosa terganggu. Sebagaian besar tanda dapat ditemukan pada minggu pertama
kehidupan. Pada anak yang lebih tua biasanya terdapat konstipasi kronik disertai
anoreksia dan kegagalan pertumbuhan.

E. PENGOBATAN
Mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan
kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada anak usia 6 bulan atau
lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis diberikan antibiotic.
F. DIAGNOSIS HIRSCHSPRUNG

Cara mendiagnosis penyakit hirschsprung adalah dengan melakukan biopsy


melalui rectum. Sementara penanganan pasien adalah melakukan koreksi lewat
operasi pengambilan dari bagian usus yang tidak memiliki sistem saraf dan dilakukan
dalam 3 tahap. Dalam beberapa kasus tindakan kolostomi dilakukan pada bagian usus
yang bekerja dengan normal, untuk memungkinkan usus beristirahat agar dapat
mengembalikan fungsi normalnya. Ini juga memungkinkan pasien (anak yang
bersangkutan) untuk menambah berat badan. Tindakan ini dilakukan sebelum
dikoreksi tahap lanjutan. Pada koreksi terakhir, ahli bedah anak akan membuat
penyatuan dari usus besar pada suatu titik dengan anus. Kolostomi akan ditutup pada
tahap ini. Selanjutnya tinggal menunggu pengeluaran kotoran secara normal.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi.
b. Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah
lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana
upaya klien mengatasi masalah tersebut.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
e. Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
f. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita Hirschsprung.
h. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
i. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
j. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat
capilary refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi
dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
3. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan
tidak adanya daya dorong.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang inadekuat.
c. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
a. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
b. Nyeri b/d insisi pembedahan
c. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan
perawatan kolostomi.
4. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
a. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan
tidak adanya daya dorong.
Tujuan : klien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi
normal, tidak distensi abdomen.
Intervensi :
1) Monitor cairan yang keluar dari kolostomi.
Rasional : Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan
rencana
Selanjutnya
2) Pantau jumlah cairan kolostomi.
Rasional : Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk
penggantian cairan
3) Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi.
Rasional : Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi
terganggu.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang inadekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet
sesuai kebutuhan secara parenteal atau per oral.
Intervensi :
1) Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan.
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
2) Pantau pemasukan makanan selama perawatan.
Rasional : Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400
kalori
3) Pantau atau timbang berat badan.
Rasional : Untuk mengetahui perubahan berat badan
c. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami
dehidrasi, turgor kulit normal.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda dehidrasi.
Rasional : Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnya
2) Monitor cairan yang masuk dan keluar.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh
3) Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan.
Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi

d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.


Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak
menangis, tidak mengalami gangguan pola tidur.
Intervensi :
1) Kaji terhadap tanda nyeri.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
2) Berikan tindakan kenyamanan : menggendong, suara halus, ketenangan.
Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri
3) Kolaborsi dengan dokter pemberian obat analgesik sesuai program.
Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem
saraf pusat
Post operasi

a. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan


Tujuan :memberikan perawatan perbaikan kulit setelah dilakukan operasi
1) kaji insisi pembedahan, bengkak dan drainage.
2) Berikan perawatan kulit untuk mencegah kerusakan kulit.
3) Oleskan krim jika perlu.
b. Nyeri b/d insisi pembedahan
Tujuan :Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak
menangis, tidak mengalami gangguan pola tidur.
1) Observasi dan monitoring tanda skala nyeri.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
2) Lakukan teknik pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung
dansentuhan.
Rasional : Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri
3) Kolaborasi dalam pemberian analgetik apabila dimungkinkan.
Rasional : Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem
saraf pusat
c. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan perawatan
kolostomi.
Tujuan : pengetahuan keluarga pasien tentang cara menangani kebutuhan
irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi tambah adekuat.
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan tentang kondisi yang dialami perawatan di
rumah dan pengobatan.
2) Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan, kecemasan dan
perhatian tentang irigasi rectal dan perawatan ostomi.
3) Jelaskan perbaikan pembedahan dan proses kesembuhan.
4) Ajarkan pada anak dengan membuat gambar-gambar sebagai ilustrasi
misalnya bagaimana dilakukan irigasi dan kolostomi.
5) Ajarkan perawatan ostomi segera setelah pembedahan dan lakukan
supervisi saat orang tua melakukan perawatan ostomi.

5. Evaluasi

Pre operasi Hirschsprung


a. Pola eliminasi berfungsi normal
b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
c. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
d. Nyeri pada abdomen teratasi
Post operasi Hirschsprung
a. Integritas kulit lebih baik
b. Nyeri berkurang atau hilang
c. Pengetahuan meningkat tentang perawatan pembedahan terutama
pembedahan kolon.

DAFTAR PUSTAKA

Rukiyah, A. Y., Yulianti, L. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans
Info Media.

Sudarti, Khoirunnisa, E. 2010. Asuhan kebidanan neonatus, bayi, dan anak balita.
Yogyakarta : .

Anda mungkin juga menyukai