“HIRSCHSPRUNG”
Disusun oleh :
Hirschsprung adalah sebuah kelainan bawaan lahir yang cukup jarang terjadi
dan mengakibatkan beberapa kerusakan karena tidak sempurnanya sistem kerja usus.
Kelainan ini dapat berakibat kematian atau kelainan kronis lainnya. Hirschsprung
disebabkan karena pergerakan usus yang tidak memadai karena tidak adanya saraf
pada bagian usus tertentu hinga mengakibatkan pembesaran usus. Hirschsprung
disebut juga megankolon kongenitum dan merupakan kelainan yang sering ditemukan
sebagai salah satu penyebab obstruksi usus pada neonatus. Pada anak yang
mengalami penyakit hirschsprung tidak ditemukan pleksus mienterikus, akibatnya
bagian usus yang terkena tidak dapat mengembang.
B. PENYEBAB HIRSCHSPRUNG
Penyakit Hirschprung adalah suatu penyumbatan pada usus besar yang terjadi
akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak
memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ususnya. Penyebabnya karena dalam
keadaan normal bahan makan yang dicerna berjalan sepanjang usus karena adanya
kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus atau gerakan peristaltic. Kontraksi
otot-otot tersebut dirangsangoleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion yang
terletak di bawah lapisan otot.
C. PATHWAYS
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang ditemukan pada bayi baru lahir yaitu dalam rentang waktu 24-48
jam, bayi tidak mengeluarkan meconium (kotoran pertama bayi yang berbentuk
seperti pasar berwarna hijau kehitaman), mutah yang berwarna hijau, pembesaran
perut (perut menjadi buncit). Pada masa pertumbuhan (usia 1-3 tahun) tidak dapat
meningkatkan berat badan, konstipasi (sembelit), pembesaran perut, diare yang keluar
seperti menyemprot, demam dan kelelahan adalah tanda-tanda dari radang usus halus
dan dianggap sebagai keadaan yang serius dan . mengancam nyawa. Pada anak diatas
usia 3 tahun gejala bersifat kronis yaitu konstipasi kotoran berbentuk pita, berbau
busuk, pembesaran perut, pergerakan usus yang dapat terlihat oleh mata (seperti
bergelombang), menunjukkan gejala kurang gizi dan anemia.
E. PENGOBATAN
Mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan
kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada anak usia 6 bulan atau
lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis diberikan antibiotic.
F. DIAGNOSIS HIRSCHSPRUNG
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Informasi identitas/data dasar meliputi, nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, tanggal pengkajian, pemberi informasi.
b. Keluhan utama
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan
pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen,
kembung, muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah
lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana
upaya klien mengatasi masalah tersebut.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan,
persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
e. Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak.
f. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada
perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita Hirschsprung.
h. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
i. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
j. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat
capilary refil, warna kulit, edema kulit.
b. Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c. Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
d. Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e. Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi
dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
3. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
a. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan
tidak adanya daya dorong.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang inadekuat.
c. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
Post operasi
a. Gangguan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
b. Nyeri b/d insisi pembedahan
c. Kurangnya pengetahuan b/d kebutuhan irigasi, pembedahan dan
perawatan kolostomi.
4. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
a. Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan
tidak adanya daya dorong.
Tujuan : klien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi
normal, tidak distensi abdomen.
Intervensi :
1) Monitor cairan yang keluar dari kolostomi.
Rasional : Mengetahui warna dan konsistensi feses dan menentukan
rencana
Selanjutnya
2) Pantau jumlah cairan kolostomi.
Rasional : Jumlah cairan yang keluar dapat dipertimbangkan untuk
penggantian cairan
3) Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi.
Rasional : Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi
terganggu.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang inadekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet
sesuai kebutuhan secara parenteal atau per oral.
Intervensi :
1) Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan.
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
2) Pantau pemasukan makanan selama perawatan.
Rasional : Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400
kalori
3) Pantau atau timbang berat badan.
Rasional : Untuk mengetahui perubahan berat badan
c. Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami
dehidrasi, turgor kulit normal.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda dehidrasi.
Rasional : Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnya
2) Monitor cairan yang masuk dan keluar.
Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh
3) Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan.
Rasional : Mencegah terjadinya dehidrasi
5. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah, A. Y., Yulianti, L. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans
Info Media.
Sudarti, Khoirunnisa, E. 2010. Asuhan kebidanan neonatus, bayi, dan anak balita.
Yogyakarta : .