Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh :
Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU no 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai
umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000) sedangkan menuru UU no.12 tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60
tahun (Depsos, 1999). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005).
Batasan-batasan Lansia
Menurut WHO ada empat tahap batasan umur yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45-59
tahun, usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun, dan usia lanjut usia (old) antara 75-90 tahun, serta
usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Nugroho, 2008).
Karakteristik Lansia
yaitu berusia lebih dari 60 tahun, kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat
sampai sakit, kebutuhan biopsikososial dan spiritual, kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif
(Maryam, 2008).
Sumber: http://repository.ump.ac.id/1268/3/MAOLA%20SABILA%20JAZMI%20BAB%20II.pdf
Tipologi Lansia
Di zaman sekarang atau zaman pembangunan, dijumpai banyak bermacam-macam tipe lanjut
usia, antara lain :
1. Tipe Mandiri
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,
pemarah, tidak sabar , mudah tersinggung, menuntut sulit dilayani dan pengkritik.
3. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap dating terang, emgikuti
kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
4. Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak
acuh.
Orang lanjut usia dapat pula dikelompokan dalam beberapa tipe yang tergatung kepada
karakter, pengalaman kehidupannya, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya.
Tipe ini, antara lain :
1. Tipe optimis
2. Tipe kontruktif
4. Tipe defensif
7. Tipe putus asa ; (benci pada diri sendiri) = self heating man
Menurut kemampuannya dalam berdiri sendiri para lanjut usia dapat digolongkan dalam
kelompok-kelompok sebagai berikut :
Kemampuan kemandirian di negara maju, lanjut usia dijelajahi kemampuan untuk melakukan
aktifitas normal sehari-hari. Apakah mereka tanpa bantuan dapat bangun, mandi, ke wc, kerja
ringan, olahraga, pergi ke pasar, berpakaian rapi, membersihkan kamar, tempat tidur, lemari,
mengunci pintu dan jendela dan lain-lain yang normal dapat dilakukan olehnya. Salah satu
faktor yang sangat menentukan adalah keadaan mentalnya yang dapat mengalami apa yang
disebut demensia (kemunduran dalam fungsi berfikir).
Sumber: http://titisanyessty.blogspot.com/2012/06/makalah-tipologi-dan-tujuan-
perawatan.html?m=1
JIKA selama ini isu lansia tidak pernah muncul ke permukaan dan kurang mendapatkan
perhatian, baik dari lingkungan sekitarnya, masyarakat maupun negara, maka momentum
pandemi ini bisa dijadikan sebagai momen yang tepat untuk mengangkat isu lansia. Dengan
begitu, isu lansia akan mendapatkan perhatian dari banyak pihak.“Saat ini, Indonesia tengah
bersiap menuju era tatanan kehidupan normal baru (new normal) yang juga akan dihadapi oleh
para lansia. Mereka perlu mendapatkan perhatian khusus agar tetap sehat menghadapi era
new normal yang akan dijalani. Lansia merupakan aset berharga bagi kemajuan bangsa jika kita
terus mengasah potensi dan menempatkan mereka pada posisi yang mulia. Kami akan mengkaji
lebih dalam lagi terkait implementasi program/kebijakan seperti apa yang harus dilakukan demi
kepentingan terbaik dan kesejahteraan lansia,” tutur Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, Selasa (23/6). Baca juga: Danilla Riyadi Terlibat
dalam KKN di Desa PenariSaat masa pandemi covid-19, Kemen PPPA bekerja sama dengan lebih
dari 20 perusahaan, asosiasi profesi, organisasi kewanitaan, jaringan relawan maupun donatur
lainnya telah memberikan paket-paket pemenuhan kebutuhan spesifik kepada lansia,
perempuan, anak, dan penyandang disabilitas sebagai kelompok rentan terdampak covid-19
untuk membantu kebutuhan mereka. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Gugus Tugas
Penanganan Covid-19 pada website https://covid19.go.id/peta-sebaran, sampai dengan 20 Juni
2020 persentase lansia yang terdampak covid-19 yakni sebesar 13,8 persen lansia positif, 11,7
persen dirawat/diisolasi, 12,5 persen sembuh, dan sebesar 43,7 persen meninggal. Meskipun
dari jumlah pasien positif dan dirawat/diisolasi persentasenya tidak terlalu tinggi untuk
kelompok lansia, namun jumlah kematiannya merupakan yang tertinggi dibandingkan
kelompok usia lainnya, yaitu mencapai 43,7%. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus
untuk menjaga lansia tetap sehat dalam tatanan new normal yang akan dijalani. Untuk itu,
dibutuhkan kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak, terutama keluarga, untuk
memastikan perlindungan terhadap lansia, apalagi dalam masa pandemi dan tatanan new
normal.Menteri PPPA periode 2009-2014, Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan selain dari
sisi kesehatan, dalam menghadapi era new normal, hal-hal yang perlu diperhatikan atau
diantisipasi adalah masalah sosial ekonomi. “Lansia harus mendapatkan akses dalam hal
edukasi dan pendampingan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan new normal ini. Saat
masa pandemi begitupun di era new normal, mereka harus tetap berada di rumah karena
termasuk kelompok yang sangat rentan terpapar Covid-19. Oleh karena itu, Kemen PPPA dapat
menjadikan ini sebagai momentum untuk menyosialisasikan Gerakan Sayangi Lansia (GSL)
secara lebih masif,” ujar Linda Amalia Sari Gumelar.Linda menambahkan hal yang tidak kalah
penting adalah mengubah cara pandang masyarakat bahwa lansia bukanlah beban keluarga,
tetapi potensi pembangunan bila mereka dipenuhi hak-haknya dan mengoptimalisasi potensi
yang dimiliki lansia. Untuk mewujudkannya dibutuhkan peran dari lansia itu sendiri, keluarga,
dan lingkungannya. “Saya berpesan kepada seluruh lansia di Indonesia agar tetap optimis
dengan perubahan pola hidup di era new normal ini dengan tetap melakukan aktivitas positif
yang sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19,” ujarnya.Dalam kesempatan yang sama,
Menteri PPPA periode 2004-2009, Meutia Hatta Swasono mengatakan lansia termasuk dalam
kelompok rentan di masa pandemi Covid-19 dan era new normal. Untuk itu, penerapan
peraturan mengenai new normal yang berlaku di Indonesia, khususnya bagi lansia harus
diimbangi dengan pengetahuan budaya yang bermanfaat.“Khusus untuk era new normal ini, hal
yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengutamakan pandangan budaya tradisional
dalam penerapannya kepada lansia. Kemudian bagaimana menjalankan prinsip umum dan
prinsip budaya masyarakat yang positif untuk melindungi lansia di era new normal,” ujar
Meutia. Perubahan pola hidup memang sudah dirasakan oleh masyarakat, khususnya lansia
sejak masa awal pandemi. Meskipun begitu, tetap perlu ada penyesuaian kembali cara hidup di
era new normal yang akan membawa corak baru pada kehidupan lansia.“Ada tiga faktor yang
dapat menjaga keseimbangan lansia dalam keluarga di era new normal ini, yakni faktor biologi
dengan memenuhi kebutuhan fisik lansia dengan meningkatkan daya tahan tubuh, faktor
psikologis dengan memenuhi kebutuhan mental lansia untuk disayangi dan dilindungi, serta
faktor sosial budaya dengan memberikan sikap dan perilaku yang membuat lansia dihormati
dalam keluarga,” tambah Meutia.Lebih lanjut, Menteri PPPA Periode 2014-2019, Yohana
Susana Yembise menuturkan pencanangan Gerakan Sayangi Lansia (GSL) pada 2018 menjadi
sebuah momentum komitmen bersama untuk melindungi dan memenuhi hak lansia.“Ini harus
terus dilanjutkan dengan memperkuat komitmen untuk memberikan edukasi dan pemahaman
pada seluruh keluarga Indonesia bahwa lansia harus dilindungi, dimuliakan, dan ditempatkan
pada posisi yang sesuai. Optimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh lansia dan memandang
mereka aset yang berharga bagi kemajuan bangsa. Janganlah kita memandang lansia sebagai
objek, melainkan sebagai subjek pembangunan. Lansia juga harus bisa bangkit menghadapi era
new normal ini dan tidak boleh menyerah dengan keadaan yang ada. Dalam hal ini peran
pendamping terutama keluarga menjadi sangat penting untuk dilakukan dengan baik,” tutur
Yohana Yembise. Berdasarkan Proyeksi Penduduk hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2015
(Badan Pusat Statistik) pada 2020, jumlah lansia di Indonesia sebesar 10,65 persen dari jumlah
penduduk atau sekitar 28 juta orang. Adapun persentase lansia perempuan lebih besar
dibandingkan laki-laki, yaitu perempuan sebesar 52,34 persen dan laki-laki sebesar 47,66
persen. Proyeksi BPS ini juga menggambarkan persentase penduduk lansia terus meningkat
sampai dengan tahun 2045, yaitu dari 9% pada tahun 2015 menjadi hampir 20% pada tahun
2045. Berdasarkan data-data tersebut, sudah sepantasnya kita memberikan perhatian khusus
terhadap lansia dalam program pembangunan kita, apalagi melihat data lansia yang akan terus
bertambah secara signifikan dari tahun ke tahun. (OL-6)
Sumber: https://m.mediaindonesia.com/humaniora/322721/lansia-butuh-perhatian-khusus-
selama-pandemi-covid-19
Usia akan mengakibatkan proses metabolisme tubuh menurun. Tetapi Anda tak bisa serta
merta menyalahkan fakta ini, jika berat badan membengkak. Apalagi jika Anda tidak melakukan
diet rendah lemak atau rendah kalori, dan rendah sodium maka akan sulit menurunkan berat
badan. Kenaikan berat badan, juga sering dikaitkan dengan obat-obatan diresepkan untuk
orang dewasa. Sehingga setelah melakukan diet seimbang, jangan lupa berkonsultasi dengan
dokter Anda.
Terlalu banyak menggunakan gel, hairspray, mousse, dan lilin tidak akan benar-benar
menyebabkan rambut rontok. Ingat, pertumbuhan rambut ditentukan oleh folikel rambut, dan
produk untuk rambut tidak menembus dalam ke kulit kepala Anda, sehingga tidak akan
mengganggu pertumbuhan rambut. Tapi untuk rambut yang sehat, disarankan seminimal
mungkin menggunakan produk rambut.
Banyak orang salah mengerti bahhwa olah raga terlalu berat berbahaya bagi manula, karena
khawatir akan menyebabkan cedera. Nmaun tidak berolahraga sama sekali, sebenarnya lebih
tak bagus untuk kesehatan Anda, karena meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes
dan kelebihan berat badan. Maka disarankan tetap berolah raga untuk menjaga kebugaran.
Banyak orang menghabiskan jutaan rupiah untuk berbagai suplemen, padahal dari penelitian
ilmiah produk suplemen tak benar-benar memperlambat penuaan. Lebih buruk lagi, banyak
dari produk ini belum terbukti aman untuk dikonsumsi secara teratur. Jadi untuk mendapatkan
semua nutrisi yang dibutuhkan tubuh, lebih disarankan meningkatkan kualitas makanan
ketimbang menenggak pil.
Ini fakta yang tak terhindarkan, setelah usia melewati 40 maka Anda merasakan volume otot
akan berkurang. Tapi sebuah penelitian di Kanada menemukan orang dewasa yang aktif antara
usia 53 dan 75 memiliki sel-sel otot yang berfungsi hampir seefisien dengan meerka yang
berusia 20tahun. Jadi beraktifitaslah!
Bahkan pada hari berawan, radiasi Ultraviolet dapat menembus kulit Anda, yang menyebabkan
penuaan dini. Karena itu penting untuk menggunakan SPF 30 tabir surya pada kulit yang
terpapar matahari secara langsung.
Sampai sekarang, ilmuwan belum menemukan kuat bahwa kulit teang akan lebih cepat menua
dibanding kulit berwarna gelap. Kulit berwarna coklat atau hitam pun harus melindungi sel-
selnya dari kerusakan akibat sinar matahari. Jika kulit Anda sangat pucat, agar tetap tampak
muda gunakan pelembab dan tabir surya dan pelindung lainnya.
Kesalahpahaman terbesar tentang penuaan adalah seberapa cepat proses penuaan ditentukan
oleh faktor genetik. Yang benar adalah degenerasi jaringan di tubuh seseorang dipengaruhi
faktor eksternal. Ini tentu berita baik, karena Anda bisa mengendalikan 'masa depan' Anda. Jadi
mulailah untuk membatasi terpapar langsung sinar matahari, makan diet seimbang, jangan
terlalu sering bermalas-malasan, dan kurangi kontak dengan polutan. Dari sekarang! (Sumber:
askmen.com)
Sumber: https://www.suara.com/health/2014/04/20/143336/fakta-dan-mitos-tentang-
penuaan?page=2