Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

“Asuhan Keperawatan pada Pasien An. F dengan Konstipasi”

Disusun Oleh :

Aysha Amelia

NIM.1941312084

PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada masa anak

dan dapat menimbulkan masalah serius. Konstipasi adalah suatu keadaan

yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses menjadi keras, ukuran besar,

penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi. Konstipasi sering ditandai

dengan gejala cemas ketika defekasi oleh karena rasa nyeri saat buang air

besar.

Konstipasi jika tidak segera diatasi dapat menyebabkan terjadinya

hemoroid. Dampak lain akibat konstipasi adalah gangguan aktivitas seperti

perut kembung, terasa penuh dan kram perut, serta penurunan kualitas hidup

melalui produktivitas yang menurun.

Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan konstipasi pada anak

telah diteliti dan didapatkan hasil bahwa anak dengan konstipasi terbukti

mengkonsumsi asupan rendah serat. Penelitian lain menunjukkan

meningkatnya konsumsi makanan siap saji menjadi salah satu penyebab

konstipasi pada anak yang tinggal di wilayah perkotaan (Ludviggson, 2006;

Rajindrajith dkk., 2009).

Asupan makan sehat diperlukan oleh anak dalam masa pertumbuhan

untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit. Anak dengan konsumsi serat

cukup seperti sayur-sayuran, buah-buhan, dan kacang kacangan mempunyai


risiko yang kecil terhadap terjadinya penyakit terutama dapat mencegah

terjadinya konstipasi.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan konstipasi ?

2. Bagaimana asuhan keperawatan Konstipasi ?

3. Bagaimana penatalaksanaan konstipasi ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengetahui konsep tentang penyakit Konstipasi.

2. Mengetahui asuhan keperawatan tentang Konstipasi.

3. Mengetahui penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi penyakit

konstipasi.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Konstipasi adalah suatu penurunan defekasi yang normal pada

seseorang, disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau

keluarnya feses yang sangat keras dan kering (Wilkinson, 2006). Konstipasi

adalah defekasi dengan frekuensi yang sedikit, tinja tidak cukup jumlahnya,

berbentuk keras dan kering sehingga terjadi kebiasaaan defekasi yang tidak

teratur.

Konstipasi sendiri dibedakan oleh dua jenis yaitu konstipasi fungsional

dan konstipasi organik, dimana konstipasi fungsional bila tidak dijumpai

kelainan patologis sedangkan pada konstipasi organik bila dijumpai kelainan

patologis.

B. Etiologi

Konstipasi fungsional pada umumnya terkait dengan perubahan kebiasaan

atau pola diet, kurangnya makanan mengandung serat, kurangnya asupan

cairan, kurang olah raga, gangguan perilaku atau psikologis dan takut atau

malu ke toilet. Penyebab tersering konstipasi pada anak adalah:

∙ Fungsional

∙ Fisura ani

∙ Infeksi virus dengan ileus

∙ Diet

∙ Obat
C. Patofisiologi

Konstipasi fungsional pada anak paling sering dimulai dengan kebiasaan anak

menahan defekasi akibat pengalaman nyeri pada defekasi sebelumnya,

biasanya disertai fisura ani. Pengalaman nyeri berhajat ini menimbulkan

penahanan tinja ketika ada hasrat untuk defekasi. Kebiasaan menahan tinja

yang berulang akan mereggangkan rektum dan kolon sigmoid yang

menampung tinja berikutnya. Tinja yang berada di kolon akan terus

mengalami reabsorbsi air dan elektrolit dan membentuk skibala, seluruh

proses akan berulang dengan sendirinya, yaitu tinja menjadi keras dan besar

sehingga lebih sulit dikeluarkan melalui kanal anus, dan menimbulkan rasa

sakit kemudian terjadi retensi tinja selanjutnya. Lingkaran setan terus

berlangsung : tinja keras - nyeri waktu berhajat - retensi tinja - tinja makin

banyak - reabsorbsi air - tinja makin keras dan makin besar - nyeri waktu

berhajat - dan seterusnya.

D. Manifestasi Klinik

1. Kurang atau sama dengan 2 kali defekasi per minggu.

2. Minimal satu episode inkontinensia per minggu.

3. Riwayat retensi tinja yang berlebihan.

4. Riwayat nyeri atau susah untuk defekasi.

5. Teraba massa fekal yang besar di rektum.

6. Riwayat tinja yang besar sampai dapat menghambat kloset.


E. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan dimulai pada rongga mulut meliputi gigi geligi, adanya luka

pada selaput lendir mulut dan tumor yang dapat mengganggu rasa pengecap dan

proses menelan.Daerah perut diperiksa apakah ada pembesaran perut,peregangan

atau tonjolan. Perabaan permukaan perut untuk menilai kekuatan otot perut.

Perabaan lebih dalam dapat mengetahui massa tinja di usus besar, adanya tumor

atau pelebaran batang nadi. Pada pemeriksaan ketuk dicari pengumpulan gas

berlebihan, pembesaran organ, cairan dalam rongga perut atau adanya massa

tinja. Pemeriksaan dengan stetoskop digunakan untuk mendengarkan suara

gerakan usus besar serta mengetahui adanya sumbatan usus. Sedang

pemeriksaan dubur untuk mengetahui adanya wasir, hernia, fissure (retakan)

atau fistula (hubungan abnormal pada saluran cerna), juga kemungkinan tumor

di dubur yang bisa mengganggu proses buang air besar.Colok dubur memberi

informasi tentang tegangan otot, dubur, adanya timbunan tinja, atau adanya

darah.

Pemeriksaan fisik lengkap sangat dianjurkan pada anak dengan konstipasi

dan sedikitnya dilakukan satu kali pemeriksaan daerah anus rektum. Pada

pemeriksaan rektal yang harus dilakukan adalah menilai sensasi perianal, tonus

sphingter ani, ukuran rektum, teraba masa feses, konstistensi feses, feses

bercampur darah dan mendeteksi apakah ada lesi stenosis, obstruksi atau

hemoroid. Pemeriksaan rektal pada konstipasi fungsional dapat dijumpai dilatasi

rektum atau teraba berupa massa tinja yang besar di bawah sphingter ani.

F.Faktor-faktor yang mempengaruhi konstipasi


a. Diet serat

Diet tinggi serat memiliki efek meningkatkan retensi air pada feses dan

sebagai substrat bagi pertumbuhan bakteri komensal sehingga bersifat

sebagai prebiotik. Asupan serat harus ditingkatkan secara bertahap di

masa kanak-kanak, karena diet serat penting bagi kesehatan anak-anak

terutama dalam hal menormalkan BAB. Menurut American Academy

of Pediatric Committee on Nutrition (AAPCN), diet serat yang

direkomendasikan pada anak-anak sekitar 0.5 gram/kg berat badan.

b. Pola Diet

Konstipasi kronis pada anak banyak terjadi karena banyak

mengonsumsi makanan yang digoreng seperti ayam goreng, kentang

goreng, dan daging yang rendah kandungan vitamin dan mineralnya

sehingga dapat menyebabkan feses menjadi keras dan kelainan fungsi

anorektal serta perubahan pengosongan rectum.

c. Jumlah Cairan

Penambahan cairan pada kolon dan masa tinja membuat pergerakan

usus menjadi lebih lembut dan mudah di lalui. Oleh karena itu penderita

yang mengalami konstipasi sebaiknya mengkonsumsi banyak cairan

setiap hari yaitu sekitar 2 liter atau delapan gelas setiap hari.

d. Obat yang di minum

Konstipasi fungsional dapat disebabkan oleh efek samping obat. Pada

umumnya obat-obatan yang menyebabkan konstipasi adalah obat-obat

dari golongan antikolinergik.


G. Penatalaksanaan Konstipasi

Pengobatan Non-Farmakologis

1. Edukasi

Edukasi pada orang tua dan keluarga mengenai pemahaman mereka

tentang penyebab, gejala, dan prinsip menajemen konstipasi

2. Modifikasi Diet

Meningkatkan konsumsi makanan kaya serat seperti sayur dan buah-

buahan.

3. Modifikasi perilaku

Komponen utama dalam modifikasi perilaku pada konstipasi adalah

toilet training pada anak.

Pengobatan farmakologis

Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi

farmakologis, dan biasnya dipakai obat-obatan golongan pencahar. Ada 4

tipe golongan obat pencahar :

1. Memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal,

Methyl selulose, Psilium.

2. Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan

menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah

penyerapan air. Contohnya : minyak kastor, golongan dochusate.

3. Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk

digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain : sorbitol,

laktulose, gliserin
4. Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar.

Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar

golongan ini bisa dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak

pleksusmesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. Contohnya :

Bisakodil, Fenolptalein.

H. Diagnosa Keperawatan

a. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

hilangnya nafsu makan.

c. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen.

I. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Luaran Dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
Konstipasi Pasien dapat defekasi ∙ Tentukan pola
berhubungan dengan dengan teratur (setiap defekasi bagi klien
pola defekasi tidak hari) dan latih klien
teratur Kriteria hasil: untuk
∙ Defekasi dapat menjalankannya
dilakukan satu kali ∙ Atur waktu yang
sehari. tepat untuk defekasi
∙ Konsistensi feses klien seperti
lembut sesudah makan
∙ Eliminasi feses tanpa ∙ Berikan asupan
perlu mengejan nutrisi berserat
berlebihan sesuai dengan
indikasi
∙ Berikan cairan jika
tidak kontraindikasi
2-3 liter per hari
∙ Kolaborasi:
Pemberian laksatif
atau enema sesuai
indikasi
Perubahan nutrisi status gizi baik dengan ∙ Buat perencanaan
kurang dari Kriteria Hasil: makan dengan
kebutuhan ∙ Toleransi terhadap pasien untuk
berhubungan dengan diet yang dibutuhkan dimasukkan ke
hilangnya nafsu ∙ Mempertahankan dalam jadwal
makan massa tubuh dan makan.
berat badan dalam ∙ Dukung anggota
batas normal keluarga untuk
∙ Nilai laboratorium membawa makanan
dalam batas normal kesukaan pasien dari
∙ Melaporkan rumah.
keadekuatan tingkat ∙ Tawarkan makanan
energi porsi besar disiang
hari ketika nafsu
makan tinggi
∙ Pastikan diet
memenuhi
kebutuhan tubuh
sesuai indikasi.
∙ Pastikan pola diet yang
pasien yang disukai
atau tidak disukai.
∙ Pantau masukan dan
pengeluaran dan
berat badan secara
periodik.
∙ Kaji turgor kulit pasien
∙ Pantau nilai
laboratorium, seperti
Hb, albumin, dan
kadar glukosa darah
∙ Ajarkan metode untuk
perencanaan makan
∙ Ajarkan pasien dan
keluarga tentang
makanan yang
bergizi.
Nyeri akut Menunjukkan nyeri ∙ Bantu pasien untuk
berhubungan dengan telah berkurang dengan lebih berfokus pada
akumulasi feses keras Kriteria Hasil: aktivitas dari nyeri
pada abdomen ∙ Menunjukkan teknik dengan melakukan
relaksasi secara penggalihan melalui
individual yang efektif televisi atau  radio.
untuk mencapai ∙ Perhatikan
kenyamanan kemungkinan
∙ Mempertahankan interaksi obat – obat
tingkat nyeri pada ∙ Minta pasien untuk
skala kecil menilai nyeri atau
∙ Melaporkan kesehatan ketidak nyaman
fisik dan psikologis pada skala 0 – 10
∙ Mengenali faktor ∙ Gunakan lembar
penyebab dan alur nyeri
menggunakan ∙ Lakukan pengkajian
tindakan untuk nyeri yang
mencegah nyeri komperhensi
∙ Menggunakan ∙ Instruksikan pasien
tindakan mengurangi untuk
nyeri dengan analgesik meminformasikan
dan non-analgesik pada perawat jika
secara tepat pengurang nyeri
kurang tercapai
∙ Berikan informasi
tetang nyeri
BAB III

ASUHA KEPERAWATAN PADA An. F

I. IDENTITAS DATA
Nama Anak : An.F Nama Ibu : Ny.M
BB/TB : 20 Kg / 104 cm Pekerjaan : Wiraswata
Tanggal Lahir/Usia : 29.11.2015 / 4 Th Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Kubang Putih
Pendidikan Anak : Belum sekolah
Anak ke :2

II. KELUHAN UTAMA


Ibu mengatakan anak jarang BAB. Sudah 3 hari anak tidak ada BAB.
Anak makan 2-3x sehari dengan porsi sedikit Karena anak mengatakan sudah
kenyang. Selain itu anak jarang minum air putih (<3 gelas sehari) dan anak
lebih suka minum susu. Pada tanggal 9 september anak BAB dengan
karakteristik BAB berwarna coklat pekat dan berukuran besar. Saat BAB
anak mengedan lama dan mengeluh nyeri pada anusnya saat dibersihkan
ibunya.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


a. Prenatal :
Selama hamil ibu pasien memeriksa kehamilan di klinik bidan, Pasien
dilahirkan dengan normal dan bernafas spontan. Ibu tidak memiliki riwayat
penyakit tertentu.
b. Intranatal :
An.F lahir dengan umur kehamilan cukup bulan, lahir normal di RS, BBL :
3500 gr dengan kondisi yang sehat
c. Postnatal :
Pemeriksaan bayi dan masa nifas dilakukan oleh dokter, kondisi pasien saat
itu sehat
III. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
a. Penyakit yang diderita sebelumnya:
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit lain
b. Alergi:
Tidak ada riwayat alergi obat ataupun alergi makanan
c. Kecelakaan:
Tidak ada riwayat kecelakaan
d. Riwayat Imunisasi:
Pasien mendapatkan imunisasi saat baru lahir sampai usia 3 bulan, setelah
itu keluarga lupa mengantar anak untuk imunisasi

IV. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


a. Kemandirian dan Bergaul :
Keluarga pasien mengatakan An.F dapat bersosialisasi tetangga di
lingkungan sekitar rumahnya
b. Kognitif dan Bahasa :
Keluarga mengatakan An. F masih cadel dan beberapa perkataannya masih
kurang jelas/dimegerti orang lain
c. Psikososial :
Keluarga Pasien mengatakan anak jarang bermain diluar rumah karna tidak
tidak ada yang menjaganya, anak lebih sering bermain didalam rumah
V. RIWAYAT SOSIAL
a. Yang mengasuh Klien:
Ibu
b. Hubungan dengan Anggota Keluarga:
Keluarga mengatakan anak memiliki hubungan yang dekat dengan anggota
keluarga
c. Hubungan dengan Teman Sebaya:
Keluarga mengatakan An.F memiliki hubungan yang baik dengan teman
sebaya nya
d. Pembawaan secara Umum:
Keluarga mengatakan pembawaan An.F secara umum aktif
e. Lingkungan Rumah :
Keluarga mengatakan tinggal di lingkungan perumahan
VI. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : baik
HR :90 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,6 ℃
2. BB : 20 Kg
TB : 104 cm
3. Kepala
Lingkar Kepala: simetris
Rambut: bersih, rambut pendek, warna hitam bersih, Distribusi
rambut merata
4. Mata
Mata kiri dan kanan simetris, Konjungtiva tidak anemis, tidak ada
pembengkakan pada mata, reflek terhadap cahaya pupil isokhor.
5. Hidung
Tidak ada sumbatan, tidak ada cuping hidung, tidak ada sekret, tidak
terpasang O2 dan tidak terpasang NGT.
6. Mulut dan gigi
Bibir tidak sianosis, lidah bersih, gigi bersih dan tidak ada bolong
7. Telinga
Telinga kiri dan kanan simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada
sumbatan, fungsi pendengaran baik
8. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran vena jugularis
9. Paru-paru :
Inspeksi : pola napas teratur, dinding dada simetris kiri dan kanan,
pergerakan dada kiri dan kanan simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada dinding dada, fremitus dada kiri dan
kanan sama
Perkusi : resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : bunyi napas bronkovesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing
10. Jantung
Inspeksi : dinding dada simetris, Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : tidak ada nyeri pada dinding dada, Ictus Cordis tidak teraba,
Perkusi : pekak
Auskultasi : reguler tidak ada bising jantung
11. Abdomen
Inspeksi : perut tidak ada buncit, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus hipoaktiv
12. Ekstremitas Bentuk normal, jari lengkap. Akral hangat, CRT < 2 detik,
ANALISA DATA
No Data Etiologi Diagnosa Keperawatan
1. DO: Ketidakcukuan Konstipasi
Bising usus tidak terdengar asupan serat
DS:
Keluarga mengatakan anak
jarang BAB dan sudah 3 hari
anak tidak BAB
Keluarga mengatakan Anak
tidak suka makan buah dan
hanya suka beberapa jenis
sayuran
Keluarga mengatakan anak
jarang minum air putih
2. DO: anus tampak memerah Nyeri akut
DS: ibu mengatakan anak
mengeluh nyeri saat ibu
membersihkan anusnya saat
selesai BAB
3. DO: Kurang informasi Deficit pengetahuan
Keluarga pasien tampak
bingung dengan kondisi
anaknya yang BAB tidak
Teratur
DS:
Keluarga menanyakan cara
menangani masalah konstipasi
anaknya
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No NANDA (Diagnosa NOC NIC
Keperawatan)
1 Konstipasi berhubungan Eliminasi fekal Manajemen konstipasi
dengan ketidakcukupan Kriteria hasil Observasi
asupan serat ∙ Keluhan defekasi ∙ Periksa tanda dan gejala
lama dan sulit konstipasi
menurun ∙ Periksa pergerakan usus,
∙ Mengejan saat karakteristik feses
defekasi menurun ∙ Identifikasi faktor resiko
∙ Konsistensi feses konstipasi
membaik ∙ Monitor tanda dan gejala
∙ Frekuensi defekasi rupture usus atau peritonitis
membaik Terapeutik
∙ Perisaltik usus ∙ Anjurkan diet tinggi serat
membaik ∙ Lakukan masase abdomen bila
perlu
Edukasi
∙ Jelaskan etiologi masalah
∙ Anjurkan penigkatan asupan
cairan
∙ Latih BAB secara teratur
∙ Ajarkan cara mengatasi
konstipasi
2 Nyeri Akut b/d agen cedera Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
fisiologis Kriteria Hasil Observasi
∙ Keluhan nyeri ∙ Identifikasi lokasi,
menurun karakteristik, durasi, frekuensi,
∙ Meringis menurun kualitas, dan intensitas nyeri
∙ Fungsi defekasi ∙ Identifikasi skala nyeri
membaik ∙ Identifikasi respon nyeri
nonverbal
∙ Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
∙ Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
∙ Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
∙ Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
∙ Jelaskan strategi meredakan
nyeri
∙ Ajarkan teknik
nonfarmakologis mengurangi
nyeri
3 Deficit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi Kesehatan
tentang konstipasi b/d Kriteria hasil Observasi
kurang terpapar informasi ∙ Perilaku sesuai anjuran ∙ Identifikasi kesiapan dan
∙ Mampu menjelaskan kemampuan menerima
pengetahuan terkait informasi
masalah yang dihadapi ∙ Identifikasi faktor-faktor yang
∙ Perilaku sesuai dapat menignkatkan dan
pengetahuan menurunkan motivasi perilaku
∙ Persepsi yang keliru hidup bersih dan sehat
erhadap masalah Terapeutik
menurun ∙ Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
∙ Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
∙ Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
∙ Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
∙ Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN
Hari/ Diagnosa
No. Implementasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
Rabu / 9 Konstipasi ∙ Memeriksa tanda dan gejala S: keluarga
September konstipasi : tidak BAB mengatakan akan
2020 selama 3 hari meningkatkan
∙ Memeriksa pergerakan usus, konsumsi serat dan
Bising usus hipoaktif cairan anak
∙ Identifikasi faktor resiko O: Keluarga dan
konstipasi : anak malas pasien tampak
minun dan jarang makan kooperatif
serat
∙ menganjurkan diet tinggi Masalah teratasi
serat (yaitu konsumsi sayur sebagian
dan buah-buahan) P ; intervensi
∙ Menganjurkan peningkatan dilanjutkan
asupan cairan

Rabu / 9 Deficit ∙ Melakukan pendidikan S:


September pengetahuan kesehatan sesuai jadwal Keluarga pasien
2020 tentang yang disepakati dengan mengatakan
konstipasi b/d keluarga memahami tentang
kurang terpapar ∙ Mengkaji tingkat pendidikan
informasi pengetahuan keluarga kesehatan yang
tentang penyakit anak dilakukan
dan penanganannya O:
∙ menyediakan materi Keluarga dapat
dan media pendidikan mengulangi
kesehatan tentag sebagian dari
konstipasi mateli yang
∙ memberikan dijelaskan
kesempatan pada orang A:
tua untuk bertanya Masalah teratasi
terkait materi yang P:
dijelaskan
Pertahankan
∙ menjelaskan faktor
pemahaman
resiko yang dapat
keluarga mengenai
menyebabkan
pencegahan
Konstipasi
konstipasi
∙ Mengajarkan strategi
yang dapat digunakan
untuk mencegah
Pengkajian DDST II

Tanggal lahir Anak : 29 – 10 – 2015

Tanggal pengkajian : 9 – 9 – 2020

Usia Anak : 4 Tahun 10 Bulan 10 Hari

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR


No. Tugas Perkembangan Nilai Interpretasi
1. Berdiri 1 kaki 4 detik Pass Normal
2. Berdiri 1 kaki 5 detik Pass Normal
3. Berjalan tumit ke jari kaki Failed Normal
4. Berdiri 1 kaki 6 detik Failed Normal
Interpretasi Hasil Perkembangan Motorik Kasar : Normal
PERKEMBANGAN BAHASA
1. Menyebutkan 4 warna Pass Normal
2. Mengartikan 5 kata Pass Normal
3. Mengetahui 3 kata sifat Pass Normal
4. Menghitung 5 kubus Pass Normal
5. Menyebutkan 2 lawan kata Pass Normal
Interpretasi Hasil Perkembangan Bahasa : Normal
PERKEMBANGAN ADAPTIF – MOTORIK HALUS
1. memilih garis yang lebih panjang Pass Normal
2. Mencontoh □ Pass Normal
3. Menggambar orang 6 bagian Pass Normal
Interpretasi Hasil Perkembangan Adaptif : Normal
PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL
1. Bermain ular tangga / kartu Pass Normal
2. Gosok gigi tanpa bantuan Pass Normal
3. Mengambil makan Pass Normal
Interpretasi Hasil Perkembangan Personal Sosial : Normal
Status Gizi anak menurut Klasifikasi Growchart CDC:

BB anak = 20 Kg, TB= 104 cm

IMT anak adalah

BB( kg)
2
IMT = TB (m)

20 20
IMT= =
2 1, 0816
=18 . 49=18 .5 %
(1 , 04 )

Anda mungkin juga menyukai