Disusun Oleh :
Aysha Amelia
NIM.1941312084
PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang ditandai oleh perubahan konsistensi feses menjadi keras, ukuran besar,
dengan gejala cemas ketika defekasi oleh karena rasa nyeri saat buang air
besar.
perut kembung, terasa penuh dan kram perut, serta penurunan kualitas hidup
telah diteliti dan didapatkan hasil bahwa anak dengan konstipasi terbukti
terjadinya konstipasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
konstipasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
seseorang, disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau
keluarnya feses yang sangat keras dan kering (Wilkinson, 2006). Konstipasi
adalah defekasi dengan frekuensi yang sedikit, tinja tidak cukup jumlahnya,
berbentuk keras dan kering sehingga terjadi kebiasaaan defekasi yang tidak
teratur.
patologis.
B. Etiologi
cairan, kurang olah raga, gangguan perilaku atau psikologis dan takut atau
∙ Fungsional
∙ Fisura ani
∙ Diet
∙ Obat
C. Patofisiologi
Konstipasi fungsional pada anak paling sering dimulai dengan kebiasaan anak
penahanan tinja ketika ada hasrat untuk defekasi. Kebiasaan menahan tinja
proses akan berulang dengan sendirinya, yaitu tinja menjadi keras dan besar
sehingga lebih sulit dikeluarkan melalui kanal anus, dan menimbulkan rasa
berlangsung : tinja keras - nyeri waktu berhajat - retensi tinja - tinja makin
banyak - reabsorbsi air - tinja makin keras dan makin besar - nyeri waktu
D. Manifestasi Klinik
Pemeriksaan dimulai pada rongga mulut meliputi gigi geligi, adanya luka
pada selaput lendir mulut dan tumor yang dapat mengganggu rasa pengecap dan
atau tonjolan. Perabaan permukaan perut untuk menilai kekuatan otot perut.
Perabaan lebih dalam dapat mengetahui massa tinja di usus besar, adanya tumor
atau pelebaran batang nadi. Pada pemeriksaan ketuk dicari pengumpulan gas
berlebihan, pembesaran organ, cairan dalam rongga perut atau adanya massa
atau fistula (hubungan abnormal pada saluran cerna), juga kemungkinan tumor
di dubur yang bisa mengganggu proses buang air besar.Colok dubur memberi
informasi tentang tegangan otot, dubur, adanya timbunan tinja, atau adanya
darah.
dan sedikitnya dilakukan satu kali pemeriksaan daerah anus rektum. Pada
pemeriksaan rektal yang harus dilakukan adalah menilai sensasi perianal, tonus
sphingter ani, ukuran rektum, teraba masa feses, konstistensi feses, feses
bercampur darah dan mendeteksi apakah ada lesi stenosis, obstruksi atau
rektum atau teraba berupa massa tinja yang besar di bawah sphingter ani.
Diet tinggi serat memiliki efek meningkatkan retensi air pada feses dan
b. Pola Diet
c. Jumlah Cairan
usus menjadi lebih lembut dan mudah di lalui. Oleh karena itu penderita
setiap hari yaitu sekitar 2 liter atau delapan gelas setiap hari.
Pengobatan Non-Farmakologis
1. Edukasi
2. Modifikasi Diet
buahan.
3. Modifikasi perilaku
Pengobatan farmakologis
laktulose, gliserin
4. Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar.
Bisakodil, Fenolptalein.
H. Diagnosa Keperawatan
I. IDENTITAS DATA
Nama Anak : An.F Nama Ibu : Ny.M
BB/TB : 20 Kg / 104 cm Pekerjaan : Wiraswata
Tanggal Lahir/Usia : 29.11.2015 / 4 Th Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Kubang Putih
Pendidikan Anak : Belum sekolah
Anak ke :2
BB( kg)
2
IMT = TB (m)
20 20
IMT= =
2 1, 0816
=18 . 49=18 .5 %
(1 , 04 )