Disusun Oleh:
Nama : Ciani Satyawati
Nim : 20317019
Prodi : Profesi Ners Non Reguler
Stase : Anak
Dosen Pembimbing : Ns. Ria Setia Sari,S.Kep,M.Kep
B. Etiologi
Konstipasi umumnya terjadi ketika tinja bergerak terlalu lamban dalam sistem
pencernaan dan tidak bisa dikeluarkan secara efektif dari rektum, Akibatnya, tinja
menjadi keras dan kering sehingga lebih sulit lagi dikeluarkan dari rektum. Penyakit
ini bisa dipicu oleh berbagai faktor yang meliputi:
Pola makan yang buruk, misalnya kurang mengonsumsi serat atau kurang minum.
Kurang aktif bergerak, termasuk juga jarang olahraga.
Penyakit pada usus atau rektum, contohnya fisura ani, penyumbatan usus, kanker
usus besar, dan kanker rektum.
Ganguan saraf. Gangguan ini menghambat pergerakan tinja melalui usus, dan
biasanya terjadi pada penderita penyakit Parkinson, cedera saraf tulang belakang,
stroke, dan multiple sclerosis.
Gangguan pada otot yang mengerakkan usus. Kondisi ini dapat ditemui pada
kondisi otot panggul yang melemah atau dyssynergia.
Gangguan hormon. Beberapa jenis hormon berfungsi menyeimbangkan cairan
dalam tubuh. Gangguan pada hormon ini dapat membuat cairan dalam tubuh tidak
stabil sehingga memicu terjadinya konstipasi. Beberapa kondisi yang dapat
menimbulkan gangguan ini, antara lain adalah diabetes, hiperparatiroidisme,
kehamilan, atau hipotiroidisme.
Efek samping konsumsi obat, contohnya obat antasida, antikonvulsan, antagonis
kalsium, diuretik, suplemen besi, obat untuk penyakit Parkinson, dan
antidepresan.
Mengabaikan keinginan untuk buang air besar.
Gangguan mental, seperti kecemasan atau depresi.
Sementara pada bayi dan anak-anak, konstipasi biasanya dipicu oleh
kurangnya konsumsi makanan berserat dan kurang minum, pertama kali minum susu
formula, serta merasa cemas atau tertekan saat menjalani latihan buang air besar di
kamar mandi.
C. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari konstipasi meliputi :
Harus mengejan saat buang air besar.
Merasa tidak tuntas setelah buang air besar.
Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal.
Terasa ada yang mengganjal pada rektum atau bagian paling akhir dari usus besar.
Perut kembung.
Sakit perut.
Perlu bantuan untuk mengeluarkan tinja, seperti menggunakan tangan untuk
mengeluarkan tinja dari anus.
Terutama pada anak-anak, konstipasi dapat ditandai dengan gejala berupa lesu,
gampang marah, gelisah (agitasi), serta terdapat bercak kotoran di celana.
D. Pathway
Etiologi:
- Pola konsumsi makanan kurang
sehat
- Kurang minum
- Menahan BAB
- Obat-obatan
- Dll
Obstruksi sal cerna
Kerusakan neuromuscular
Resti cedera
Motalitas (peristaltic kolon) usus
Penurunan pengeluaran ciaran di
dalam usus Refleks defekasi <<
Penaikan penyerapan air dari tinja
di dalam usus
Tinja kering, keras
Tinja tertahan di dalam usus
Tinja sulit dikeluarkan
KONSTIPASI
Sakit perut, melilit, Nafsu makan Sering buang air kecil Rewel
mules, kembung
Anoreksia Poliuri
Dehidrasi
Resti kekurangan
vol cairan
E. Pemeriksaan Penunjang
Adapun jenis pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan untuk kasus konstipasi
adalah sebagai berikut :
Tes darah, untuk melihat apakah ada kelainan seperti hipotiroid atau kadar
kalsium yang tinggi.
Sinar X. Melalui pemeriksaan sinar X-ray, dokter dapat melihat apakah usus
pengidap tersumbat atau apakah ada tinja di seluruh usus besar.
Pemeriksaan rektum dan kolon bawah (sigmoidoskopi), untuk memeriksa kondisi
rektum dan bagian bawah usus besar.
Pemeriksaan rektum dan seluruh kolon (kolonoskopi), untuk melihat kondisi
seluruh usus besar.
Evaluasi fungsi otot sfinger anal (anorektal manometri) untuk mengukur
koordinasi otot yang digunakan untuk menggerakkan usus
Studi transit kolonik untuk mengevaluasi pergerakan makanan yang masuk ke
usus besar
Defekografi atau rontgen rektum pada saat defekasi untuk melihat
adanya prolapse atau masalah dengan fungsi otot rektum
MRI defekografi
F. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada konstipasi sebagian besar tidak mendapatkan kelainan
yang jelas. Namun demikian pemeriksaan fisik yang teliti dan menyeluruh diperlukan
untuk menemukan kelainan yang berpotensi mempengaruhi fungsi usus besar.
Pemeriksaan dimulai pada rongga mulut meliputi gigi geligi, adanya luka pada selaput
lendir mulut dan tumor yang dapat mengganggu rasa pengecap dan proses menelan.
Daerah perut diperiksa apakah ada pembesaran perut, peregangan atau tonjolan.
Perabaan permukaan perut untuk menilai kekuatan otot perut. Perabaan lebih dalam
dapat mengetahui massa tinja di usus besar, adanya tumor atau pelebaran batang nadi.
Pada pemeriksaan ketuk dicari pengumpulan gas berlebihan, pembesaran organ,
cairan dalam rongga perut atau adanya massa tinja.
Pemeriksaan dengan stetoskop digunakan untuk mendengarkan suara gerakan usus
besar serta mengetahui adanya sumbatan usus. Sedang pemeriksaan dubur untuk
mengetahui adanya wasir, hernia, fissure (retakan) atau fistula (hubungan abnormal
pada saluran cerna), juga kemungkinan tumor di dubur yang bisa mengganggu proses
buang air besar.
G. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan serat d.d feses keras, pengeluaran feses
lama dan sulit, mengejan saat defekasi, defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d cepat kenyang
setelah makan, nyeri abdomen, nafsu makan menurun, membran mukosa pucat.
3. Defisit perawatan diri (toileting) b.d penurunan motivasi/minat d.d minat
melakukan perawatan diri berkurang dan tidak mampu ke toilet.
4. Defisit pengetahuan tentang program diet b.d kurang minat dalam belajar d.d
menanyakan masalah yang dihadapi.
H. Intervensi Keperawatan
1. D. 0149 Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan serat d.d feses keras, pengeluaran
feses lama dan sulit, mengejan saat defekasi, defekasi kurang dari 3 kali
seminggu.
Intervensi : I.04155 Manajemen konstipasi
Observasi :
Periksa tanda dan gejala konstipasi.
Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konsistensi, bentuk,volume dan
warna).
Identifikasi faktor risiko konstipasi ( mis. obat-obatan, tirah baring dan diet
rendah serat).
Monitor tanda dan gejala rupture usus atau peritonitis.
Terapeutik
Anjurkan diet tinggi serat.
Lakukan masase abdomen, jika perlu.
Lakukan evakuasi feses secara manual, jika perlu.
Berikan enema atau irigasi, jika perlu.
Edukasi
Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan.
Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi.
Latih buang air besar secara teratur
Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi.
3. D. 0109 Defisit perawatan diri (toileting) b.d penurunan motivasi/minat d.d minat
melakukan perawatan diri berkurang dan tidak mampu ke toilet.
Intervensi : I. 11349 Dukungan perawatan diri BAB/BAK
Observasi :
Identifikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia.
Monitor integritas kulit pasien.
Terapeutik :
Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan eliminasi.
Dukung penggunaan toilet secara konsisten.
Jaga privasi selama eliminasi.
Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu.
Latih BAB sesuai jadwal, jika perlu.
Edukasi :
Anjurkan BAB secara rutin.
Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu.
4. D. 0111 Defisit pengetahuan tentang program diet b.d kurang minat dalam belajar
d.d menanyakan masalah yang dihadapi.
Intervensi : I. 12369 Edukasi diet
Observasi :
Identifikasi kemampuan klien dan keluarga menerima informasi.
Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini.
Identifikasi pola makan saat ini dan masa lalu.
Identifikasi persepsi klien dan keluarga tentang diet yang diprogramkan.
Identifikasi keterbatasan financial untuk menyediakan makanan.
Terapeutik :
Persiapkan materi media dan alat peraga.
Jadwalkan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan kesehatan.
Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya,
Sediakan rencana makan tertulis jika perlu.
Edukasi :
Jelaskan kepatuhan diet terhadap kesehatan.
Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang.
Informasikan kemungkinan interaksi obat dan makanan, jika perlu.
Anjurkan mempertahankan posisi semi fowler (30-45o) 20-30 menit setelah
makan.
Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai dengan diet yang diprogramkan.
Anjurkan melakukan olahraga sesuai toleransi.
Ajarkan cara memilih makanan yang sesuai.
Ajarkan cara merencanakan makanan yang sesuai program.
Rekomendasikan resep makanan yang sesuai dengan diet, jika perlu.
Daftar Pustaka
FORMAT PENGKAJIAN
RUANG PERAWATAN ANAK
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. F
2. Tempat tgl lahir/usia : Tangerang 9 Juli 2014
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Alamat : Perumahan Taman Rajeg Mulya Blok O 2 No 14
7. Tgl masuk : ……………………………………
8. Tgl pengkajian : 11 Januari 2021
9. Diagnosa medik : Konstipasi
10. Rencana terapi : Pemberian Massase Abdomen dan Penkes Nutrisi
Klien mengatakan sakit pada bagian perut, sulit BAB, BAB 3-4 hari sekali, feses keras,
BAB.
KESIMPULAN : Keluarga Tn. S tidak memiliki riwayat penyakit atau alergi dalam
keluarganya.
¤ Genogram
= Perempuan
= Laki-laki
= tinggal serumah
KESIMPULAN : An. Fdiasuh oleh orang tuanya sendiri dan tingggal dilingkungan yang
mendukung untuk tumbuh kembangnya.
KESIMPULAN:
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS ?........................
- Menurutmu apa penyebab kamu sakit ? tidak tahu
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu ? tidak pernah ke dokter
- Bagaimana rasanya dirawat di RS : bosan , Takut , Senang ,
Lain-lain
X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan Normal Berkurang
2. Menu makan Normal Tinggi serat
3. Frekuensi makan 3-4 x/hr 2-3 x/hr
4. Makanan pantangan Tidak ada Rendah serat
5. Pembatasan pola Tidak ada Sesuai diet
makan
6. Cara makan Per oral Per oral
7. Ritual saat makan
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman air putih air putih
2. Frekuensi minum 8-10 gelas /hr 10-12 gelas/hr
3. Kebutuhan cairan 1500ml/hr 2000ml/hr
4. Cara pemenuhan per oral per oral
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang Tidak menentu Pukul 13.00/14.00
- Malam 20.00 19.00
2. Pola tidur Kurang Teratur Teratur
3. Kebiasaan sebelum Membaca doa Membaca doa
tidur
4. Kesulitan tidur Tidak ada Sesekali
KESIMPULAN : An. F tidak memiliki jadwal tidur siang atau malam yang teratur
tergantung anak jika sudah merasa mengantuk/lelah dia akan tertidur sendiri.
E. Olah Raga
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga
2. Jenis dan frekuensi
3. Kondisi setelah olah
raga
KESIMPULAN : An, F tidak berolahraga melainkan hanya bermain diluar rumah sebagai
bentuk aktivitas fisik.
F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara mandiri mandiri
- Frekuensi 2x/hr 2x/hr
- Alat mandi sabun dan air sabun dan air
2. Cuci rambut
- Frekuensi 1x/hr 1x/hr
- Cara mandiri mandiri
3. Gunting kuku
- Frekuensi 1 minggu sekali 1 minggu sekali
- Cara mandiri/dibantu mandiri/dibantu
4. Gosok gigi
- Frekuensi 2x/hr 2x/hr
- Cara mandiri mandiri
KESIMPULAN : An. F sudah mampu melakukan personal hygiene secara mandiri hanya
saja untuk menggunting kuku masih dibantu oleh orang tua.
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari Bermain dan belajar Istirahat
2. Pengaturan jadwal harian - -
3. Penggunaan alat Bantu - -
aktifitas
4. Kesulitan pergerakan - -
tubuh
KESIMPULAN : An. F memiliki perubahan kegiatan selama sakit dan sebelum sakit
dimana biasanya ia mampu beraktivitas diluar bersama teman sebayanya saat sakit
dihabiskan dirumah untuk istirahat dan sesekali bermain dengan adiknya didalam rumah.
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat sekolah Senang Tidak mau bersekolah
2. Waktu luang Bermain Istirahat
3. Perasaan setelah Senang Tetap merasa murung
rekreasi
4. Waktu senggang klg Menonton tv Menonton tv
5. Kegiatan hari libur Bermain dan menonton tv Istirahat
KESIMPULAN : An. F memperbanyak itirahat dirumah saat sakit dan tidak mau
bersekolah.
B. Tanda-tanda vital
=Suhu : 36,7oc
=Nadi : 90x/mnt
= Respirasi : 20x/mnt
= Tekanan darah :…………………
KESIMPULAN : Tanda-tanda vital An. F dalam batas normal.
C. Antropometri
= Tinggi Badan : 120 cm
= Berat Badan :35 kg
= Lingkar lengan atas : …………………
= Lingkar kepala : …………………
= Lingkar dada : …………………
= Lingkar perut : …………………
= Skin fold : …………………
KESIMPULAN :
D. Sistem pernapasan
= Hidung : simetris , pernapasan cuping hidung secret , polip
epistaksis
= Leher : pembesaran kelenjar , tumor
= Dada
¤ Bentuk dada normal , barrel , pigeon chest
¤ Perbandingan ukuran AP dengan transversal………………
¤ Gerakan dada : simetris , terdapat retraksi , otot Bantu pernapasan
¤ Suara napas : VF , Ronchi , Wheezing , Stridor , Rales
= Apakah ada Clubbing finger
KESIMPULAN : Sistem pernapasan An. F dalam batas normal.
F. Sistem Pencernaan
= Sklera : Ikterus/tidak, bibir : lembab , kering , pecah-pecah ,
labio skizis
= Mulut : Stomatitis , palato skizis Jml gigi , Kemampuan menelan :
baik /sulit
=Gaster : kembung , nyeri ,gerakan peristaltic
= Abdomen : Hati : teraba , lien , ginjal , faeces
=Anus : lecet , haemoroid
G. Sistem indra
1. Mata
- Kelopak mata , bulu mata , alis
- Visus (gunakan Snellen chard)
- Lapang pandang…………….
2. Hidung
- Penciuman , perih dihidung , trauma , mimisan
- Sekret yang menghalangi penciuman
3. Telinga
- Keadaan daun telinga , kanal auditoris : bersih , serumen
- Fungsi pendengaran :…………………….
KESIMPULAN :
H. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental : Oreintasi…baik………, daya ingat …baik…, perhatian &
perhitungan…baik.......Bahasa……baik……………..
b. Kesadaran : Eyes……. , Motorik……., Verbal…….. , dengan GCS……………
c. Bicara ekspresif …………….. , Resiptive……………
2. Fungsi cranial
a. N I………………………………..
b. N II : Visus normal, lapang pandang normal
c. N III, IV, VI : Gerakan bola mata normal, pupil : isoskor , anisokor
d. N V : Sensorik normal, Motorik normal
e. N VII : Sensorik normal, otonom normal, motorik normal
f. N VIII : Pendengaran normal, keseimbangan normal
g. N IX : …………………………………………………………………
h. N X : Gerakan uvula - , rangsang muntah/menelan -
i. N XI : Sternocledomastoideus…………………, trapesius……………………
j. N XII : Gerakan lidah normal
3. Fungsi motorik : Massa otot……. , tonus otot……,kekuatan otot………………
4. Fungsi sensorik : Suhu normal, Nyeri - , getaran - , posisi -, diskriminasi -
5. Fungsi cerebellum : Koordinasi normal, keseimbangan normal
6. Refleks : Bisep baik. , trisep baik , patella baik , babinski……
7. Iritasi meningen : Kaku kuduk…-….., laseque sign……-…., Brudzinki I/II -
KESIMPULAN : Sistem saraf An. F dalam batas normal dan tidak ada kelainan.
J. Sistem Integumen
= Rambut : Warna hitam , Mudah dicabut -
= Kulit : Warna : sawo matang , temperatur : hangat ,
= Kelembaban : lembab, bulu kulit ….., erupsi ….. tai lalat - , ruam - , teksture
= Kuku : Warna: merah , permukaan kuku bersih , mudah patah -, kebersihan
kotor
K. Sistem Endokrin
= Kelenjar thyroid : tidah ada pembesaran
= Ekskresi urine berlebihan - , poldipsi - , poliphagi -
= Suhu tubuh yang tidak seimbang - , keringat berlebihan -
= Riwayat bekas air seni dikelilingi semut -
L. Sistem Perkemihan
= Oedema palpebra - , moon face - , oedema anasarka -
= Keadaan kandung kemih : baik
= Nocturia - , dysuria - , kencing batu -
M. Sistem Reproduksi
1. Wanita
- Payu dara : Putting , aerola mammae , besar
- Labia mayora & minora bersih , secret , bau
2. Laki-laki
- Keadaan glans penis : uretra , kebersihan
- Testis sudah turun -
- Pertumbuhan rambut : kumis - , janggut - , ketiak -
- Pertumbuhan jakun - , perubahan suara -
N. Sistem Imun
= Alergi (cuaca, debu , bulu binatang, zat kimia )
= Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : flu - , urticaria , lain-lain
KESIMPULAN : An. F tidak memiliki alergi.
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a. Tidak 0
b. Ya 2
Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut ?
Diare z 5 kali / hari dan atau muntah > 3kali/hari dalam seminggu terakhir
3
Asupan makanan berkurangselama1 mingguterakhir
a Tidak 0
b Ya 1
Apakah terdapat penurunan berat badan atau tidak ada penambahanberat badan ( bayi
4 <1tahun) selamaeberapa minggu/bulan
a Tidak 0
b Ya 1
Total skor 0
Hasil total Skor
0 : berisiko rendah, ulangi skrining setiap7 hari
1-3 : berisiko menengah, dirujuk ke tim Terapi Gizi, Monitor asupan makanan setiap 3 hari
4-5 : berisiko tinggi, dirujuk ke tim terapi Gizi ,Monitor asupan makanan setiap hari
Sudah dilaporkan ke Tim Terapi Gizi : Tidak Ya, tanggal & jam
= Foto Rotgen
= CT Scan
MASALAH/ DIAGNOSA
DATA (DS & DO)
KEPRAWATAN
DS : Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan
An.F mengatakan susah BAB. serat d.d feses keras, pengeluaran
An. F mengatakan BAB keras. feses lama dan sulit, mengejan saat
Ny. H mengatakan anaknya BAB 3-4 hari defekasi, defekasi kurang dari 3 kali
sekali. seminggu.
DS :
Defisit perawatan diri (toileting) b.d
An. F mengatakan takut ke kamar mandi
penurunan motivasi/minat d.d minat
An. F mengatakan sering menahan BAB.
melakukan perawatan diri berkurang
DO :
dan tidak mampu ke toilet.
Perut An. F teraba keras..
Membran mukosa pucat.
DS : Defisit pengetahuan tentang program
Ny. H menanyakan makanan apa yang baik diet b.d kurang minat dalam belajar
untuk An. F. d.d menanyakan masalah yang
Ny. H menanyakan makanan seimbang bagi dihadapi.
An. F.
Ny. H mengatakan tidak memahami diet yang
tepat untuk An. F
An. F mengatakan dirinya tidak pernah
dilarang makan makanan apapun oleh orang
tuanya.
DO :
Ny. H dan An. F tampak bingung dengan
program diet.
An. F tampak belum berminat mengikuti
program diet.
1. Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan serat d.d feses keras, pengeluaran feses lama dan
sulit, mengejan saat defekasi, defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d cepat kenyang setelah
makan, nyeri abdomen, nafsu makan menurun, membran mukosa pucat.
3. Defisit perawatan diri (toileting) b.d penurunan motivasi/minat d.d minat melakukan
perawatan diri berkurang dan tidak mampu ke toilet.
4. Defisit pengetahuan tentang program diet b.d kurang minat dalam belajar d.d
menanyakan masalah yang dihadapi.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan &
NOC/SLKI NIC/SIKI
data penunjang
(DO & DS)
Konstipasi b.d Setelah dilakukan Observasi :
ketidakcukupan intervensi selama 5 x 30 Periksa tanda dan gejala
asupan serat d.d menit eliminasi fekal konstipasi.
feses keras, membaik dengan kriteria Periksa pergerakan usus,
pengeluaran feses hasil : karakteristik feses (konsistensi,
lama dan sulit, Kontrol pengeluaran bentuk,volume dan warna).
mengejan saat feses menigkat. Identifikasi faktor risiko
defekasi, defekasi Keluhan defekasi konstipasi ( mis. obat-obatan,
kurang dari 3 kali lama dan sulit tirah baring dan diet rendah
seminggu. menurun. serat).
DS : Mengejan saat Monitor tanda dan gejala
An.F defekasi menurun. rupture usus atau peritonitis.
mengatakan Teraba massa pada Terapeutik
susah BAB. rectal menurun. Anjurkan diet tinggi serat.
An. F Urgency menurun. Lakukan masase abdomen, jika
mengatakan Nyeri abdomen perlu.
BAB keras. menurun. Lakukan evakuasi feses secara
Ny. H Kram abdomen manual, jika perlu.
mengatakan menurun. Berikan enema atau irigasi,
anaknya BAB 3- Konsistensi feses jika perlu.
4 hari sekali. membaik. Edukasi
Ny. H Frekuensi defekasi Jelaskan etiologi masalah dan
mengatakan An. membaik. alas an tindakan.
F mengejan saat Peristaltik usus Anjurkan peningkatan asupan
defekasi membaik. cairan, jika tidak ada
DO : kontraindikasi.
Perut kembung Latih buang air besar secara
Teraba massa teratur
pada abdomen Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksi.
O:
An. F tampak lebih
baik dari sebelumnya.
An. F tampak mampu
beraktivitas diluar
rumah.
A :Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan intervensi.
Identifikasi faktor
risiko konstipasi.
Anjurkan diet tinggi
serat.
Anjurkan peningkatan
asupan cairan, jika
tidak ada
kontraindikasi.
4 Menginformasikan kemungkinan S :
interaksi obat dan makanan, jika Ny. H mengatakan
perlu. telah memahami
Menganjurkan mempertahankan tentang program diet
posisi semi fowler (30-45o) 20-30 untuk An. F
menit setelah makan. An. F mengatakan
setelah makan tidak
langsung tiduran.
O:
An. F tampak antusias
dengan program diet
yang diberikan.
Ny. H tampak sennag
mendapatkan
informasi baru.
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Informasikan makanan
yang diperbolehkan
dan dilarang.
Informasikan
kemungkinan interaksi
obat dan makanan, jika
perlu.
Anjurkan mengganti
bahan makanan sesuai
dengan diet yang
diprogramkan
CIANI SATYAWATI
NERS NON REGULER
STIKES YATSI TANGERANG
Serat Larut :
Pektin
Kaya Serat
Makanan
Yang Baik
Untuk Atasi
Serat Larut & Tidak
Konstipasi
Larut
Pencahar Alami :
Sorbitol
Abstrak
Konstipasi adalah suatu gejala sulit buang air besar yang ditandai dengan konsistensi feses keras, ukuran besar, dan
penurunan frekuensi buang air besar. Konstipasi sering ditemukan pada anak dengan prevalensi kejadian sebanyak 0,3%-
8%. Konstipasi dapat menimbulkan masalah sosial maupun psikologi. Terapi konstipasi adalah membiasakan buang air
besar secara teratur dengan cara modifikasi perilaku, pemberian diet serat, laksatif, dan pendekatan psikologis. Pijat
sebagai pengobatan alternatif menjadi salah satu terapi pada konstipasi. Terapi pijat telah dilakukan sejak zaman dahulu
sebelum adanya obat-obatan. Pijat merupakan suatu gerakan manipulasi jaringan lunak di area seluruh tubuh untuk
memberikan kenyamanan kesehatan, seperti relaksasi, peningkatan kualitas tidur, menurunkan kecemasan, atau
manfaatpadabagianfisiktertentu. Pijat pada abdomen dipikirkan dapat mendorong feses dengan peningkatan tekanan
intraabdominal. Pijat memberikan manfaat pada konstipasi dengan cara menstimulasi gerak peristaltik dan menurunkan
waktu transit kolon sehingga dapat meningkatkan frekuensi buang air besar. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan
membuktikan adanya pengaruh pijat terhadap konstipasi. Dalam jurnal ini akan dibahas beberapa penelitian tentang
pengaruh pijat terhadap konstipasi serta mekanisme yang mendasarinya.
Korespondensi: Hani Zahiyyah Suarsyaf, alamat Jl. Prof Sumantri Brojonegoro No. 33, HP 085716449744, e-mail
hani.zahiyyah@gmail.com
sekolah taman kanak-kanak di wilayah Senen, Pada banyak kasus, konstipasi pada anak
Jakarta sebesar 4,4% dan Denpasar, Bali dimulai dari rasa nyeri saat buang air besar.
sebesar 15%.5 Karena nyeri saat buang air besar biasanya
Penanganan konstipasi fungsional anak mulai menahan-nahan tinja agar tidak
dilakukan dengan terapi farmakologi dan non- dikeluarkan untuk menghindari rasa tidak
farmakologi. Terapi farmakologi dengan obat nyaman atau nyeri tersebut. Jika menahan-
laksatif sedangkan terapi non-farmakologi nahan buang air besar terus berlanjut, maka
dengan diet dan perubahan perilaku.6 Terapi keinginan buang air besar akan berangsur
pijat merupakan bagian dari terapi non- hilang yang akan mengakibatkan penumpukan
farmakologi tinja. Proses buang air besar yang tidak lancer
Terapi pijat telah dilakukan sejak zaman akan menyebabkan tinja menumpuk hingga
dahulu sebelum adanya obat-obatan. Beberapa menjadi lebih banyak dari biasanya dan dapat
penelitian tentang pijat telah dilakukan dan menyebabkan feses mengeras yang kemudian
didapatkan terapi pijat memiliki dampak baik dapat berakibat pada spasme sfingter anus.
yang dihubungkan dengan kondisi dan penyakit Distensi rectal kronik menyebabkan kehilangan
pada anak. Diantara manfaat terapi pijat sensitifitas rektal, keinginan defekasi yang
adalah melancarkan peredaran darah, dapat berdampak pada inkontinensi afekal.10
pencernaan, dan pertumbuhan.6 Konstipasi adalah gangguan pencernaan
yang ditandai dengan sulit atau menurunnya
Isi frekuensi buang air besar, frekuensi kurang
Buang air besar adalah proses dari 3 kali dalam seminggu. Konstipasi dapat
pengeluaran tinja dari dalam rektum, yaitu sisa terjadi karena perubahan diet, pengobatan,
pencernaan makanan yang tidak digunakan lagi operasi abdominal atau stress emosi akut.11
dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Buang Buang air besar terjadi saat tekanan
air besar merupakan salah satu aktivitas rektum mencapat 55 mmHg yang
normal manusia, sejak bayi hingga dewasa.7 mengakibatkan melemasnya sfingter ani
Pola buang air besar berbeda pada internus dan eksternus sehingga feses
setiap manusia dan tergantung pada fungsi terdorong keluar. Gerakan peristaltik pada
organ, susunan saraf, pola makan, serta usia. kolon sigmoid dan distensi dinding rektum
Menilai pola defekasi berarti menilai frekuensi menstimulasi kontraksi otot di rektum
buang air besar, konsistensi dan warna dari sehingga meningkatkan tekanan rectal dan
fesesnya.7 menstimulasi relaksasi sfingter internal dan
Pada orang dewasa, buang air besar eksternal. Otot dinding abdomen, normalnya
normal terjadi antara tiga kali setiap hari berkontraksi secara volunter untuk
sampai tiga kali setiap minggu. Frekuensi meningkatkan tekanan intra abdominal selama
buang air besar pada anak-anak bervariasi gerakan usus besar, juga meningkatkan buang
berdasarkan usia. Bayi yang minum ASI pada air besar dengan tekanan feses ke dalam dan
awalnya lebih sering buang air besar ke bawah. Pada satu kasus, tekanan sedang
dibandingkan bayi yang minum susu formula. dari tangan pada bagian bawah abdomen
Pada usia anak diatas tiga tahun rerata buang pasien menimbulkan gelombang bermakna
air besar sebanyak dua kali per hari. Frekuensi dari kontraksi otot rektal selama 10 detik.12
normal buang air besar pada anak dapat dilihat Pijat merupakan suatu gerakan
pada tabel 1.8, 9 manipulasi jaringan lunak di area seluruh tubuh
untuk memberikan kenyamanan kesehatan,
Tabel 1. Frekuensi normal buang air besar pada seperti relaksasi, peningkatan kualitas tidur,
anak.12 menurunkan kecemasan, atau manfaat pada
Usia Buang air Buang air bagian fisik tertentu seperti nyeri otot. Pijat
besar/ minggu besar/ hari dapat memakan waktu sekitar 15-90 menit
0-3 bulan tergantung dari kondisi individu tersebut.13
ASI 5-40 2,9
Pijat pada anak memiliki efek yang
Formula 5-28 2,0
6-12 bulan 5-28 1,8 positif terhadap tumbuh kembang anak.
1-3 tahun 4-21 1,4 Beberapa manfaat pijat anak diantaranya:
> 3 tahun 3-14 1,0 membantu meningkatkan sistem imunitas,
trombosis atau radang pembuluh darah. Selain Philadelphia: Mosby Elsevier, 2008; p.30-
itu tidak boleh memijat varises, luka baru, luka 40.
memar, dan tulang sendi yang meradang atau 4. Loening-Baucke, V. Prevalence, symptoms
bergeser.21 and out come of constipation in infants
and toddlers. J Pediatr.2005; 146(3):359-
Ringkasan 63.
Konstipasi menjadi masalah yang 5. Eva F. Prevalensi Konstipasi dan Faktor
banyak ditemui pada anak. Gejala konstipasi Risiko Konstipasi pada Anak. Universitas
diantaranya feses keras, ukuran besar, dan rasa Udayana; 2015.
tidak nyaman saat buang air besar yang 6. Ferius S, Efar P, Mansur S, Gunardi H.
mengakibatkan frekuensi buang air besar Pengaruh Pijat Bayi Menggunakan Minyak
menurun. Terapi yang dapat dilakukan untuk Mineral atau Minyak Kelapa terhadap
mengatasi konstipasi adalah membiasakan Kenaikan Berat Badan pada Neonatus
buang air besar secara teratur dengan cara Aterm. Sari Pediatri. 2008; 10(4):219-24.
modifikasi perilaku, pemberian diet serat, 7. Tehuteru ES, Hegar B, Firmansyah A. Pola
laksatif, dan pendekatan psikologis. Defekasi pada Anak. Sari Pediatri.
Selain itu, penanganan yang dapat 2001;3(3): 129-33.
dilakukan pada pasien konstipasi adalah 8. Jufri M, Soenarto YS, Oswari H, Arief S,
dengan terapi pijat. Terapi pijat telah ada di Rosalina I, Mulyani SN.
Indonesia sejak lama dan saat ini mulai diteliti GastroenterologiHepatologi.
pengaruh dan manfaatnya pada tubuh. Pijat CetakanPertama. Jakarta: IDAI; 2010.
memberikan manfaat pada konstipasi dengan 9. Biggs WS, Dery WH. Evaluation and
cara menstimulasi gerak peristaltik dan treatment of constipation in infants and
menurunkan waktu transit kolon sehingga children. Am Fam Physician. 2006;
dapat meningkatkan frekuensi buang air besar. 73(3):469-77.
Kelebihan pijat diantaranya tidak memiliki efek 10. Wyllie R. Constipation. Nelson Text Book
samping, dapat dilakukan sendiri oleh pasien of Pediatrics. Edisi 18. Philadelphia:
karena pijat mudah untuk dipelejari, dan Saunders Elsevier, 2007; p.1525-65.
biayanya murah. 11. McClurg D, Lowe-Strong A. Does
Abdominal Massage Relieve
Simpulan Constipation?. Nursing Times. 2011;
Pijat dapat menstimulasi peristaltik, 107(12): 20-2.
menurunkan waktu transit kolon, 12. Jurnalis YD, Sarmen S, Sayoeti Y.
meningkatkan frekuensi buang air besar pada Konstipasi pada Anak. CDK-200. 2013;
pasien konstipasi, dan mengurangi rasa tidak 40(1):27-31.
nyaman saat buang air besar. Oleh karena itu, 13. Vickers A, Zollman C, Reinish JT. Massage
pijat dapat menjadi salah satu terapi alternatif Therapies. West J Med. 2001;175(3): 202-
untuk konstipasi. 4.
14. Suranto A. Pijat Anak. Jakarta: Penebar
DaftarPustaka Swadaya Grup; 2011.
1. Rochsitasari N, Santosa B, Puruhita N. 15. Wang X, Yin J. Complementary and
Perbedaan Frekuensi Defekasi dan Alternative Therapies for Chronic
Konsistensi Tinja Bayi Sehat Usia 0-4 Bulan Constipation. Evidence-Based CAM. 2015;
yang Mendapat ASI Eksklusif, Non 2015(1): 1-11.
Eksklusif, dan Susu Formula. Sari Pediatri. 16. Brookes SJH. Initiation of Peristalsis by
2011; 13(3): 191-9. Circumferential Stretch of Flat Sheets of
2. Kadim M, Endyarni B. Manfaat Terapi Pijat Guinea Pig Ileum. Journal of Physiology.
pada Konstipasi Kronis Anak. Sari Pediatri. 2004; 516(2): 525-38.
2011; 12(5): 342-6. 17. Liu Z. Mechanism of Abdominal Massage
3. Croffie JM, Fitzgerald JF. Constipation and for Difficult Defecation in a Patient with
irritable bowel syndrome. In: Liacouras Myelopathy. J Neurol. 2005;252(10):
CA, Piccoli DA. Pediatric gastroenterology. 1280-82.
ABSTRACT
486
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
487
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
488
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
489
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
490
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
491
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
492
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
493
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
494
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
495
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 1 Nomor 3, Desember 2019
Selpina Embuai
Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku; selfiembuai@gmail.com
ABSTRACT
ABSTRAK
Konstipasi adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kesulitan buang air besar
sebagai akibat dari feses yang mengeras. Konstipasi sering ditandai dengan gejala cemas
ketika defekasi oleh rasa nyeri pada saat buang air besar. Konstipasi dapat menimbulkan
stres bagi penderita akibat ketidaknyamanan. Di daerah Jakarta, prevalensi konstipasi pada
anak usia sekolah sebesar 4,4%. Sedangkan di Denpasar sebesar 15%. Terapi Foot
massage, Pengaturan diet dan toilet training ini dapat mempermudah penderita yang
mengalami konstipasi. Metode Penelitian yang digunakan berbentuk studi kasus.
Penggunaan sampel dengan purposive sampling dengan 5 anak yang mengalami
konstipasi. Penelitian ini dilakukan pada September sampai oktober 2019. Lokasi penelitian
di wilayah kerja puskesmas RIjali kota Ambon. Hasil : konstipasi dapat teratasi sesuai
dengan hasil evaluasi intervensi yang dilakukan pada anak dengan konstipasi dengan
melakukan foot massage, pengaturan diet dan toilet training. Kesimpulan : foot massage,
pengaturan diet dan toilet training efektif mengatasi konstipasi pada anak.
Kata Kunci : Konstipasi, Foot Massage, Pengaturan Diet Dan Toilet Training
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konstipasi merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak-anak, dan dapat
menimbulkan masalah yang serius. Konstipasi merupakan suatu kondisi medis yang
ditandai dengan kesulitan buang air besar sebagai akibat dari feses yang mengeras.
6
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 1 Nomor 3, Desember 2019
Konstipasi sering ditandai dengan gejala cemas ketika defekasi oleh rasa nyeri pasa saat
buang air besar. Konstipasi dapat menimbulkan stress berat bagi penderita akibat
ketidaknyamanan (1).
Penelitian sebelumnya dilakukan di Negara maju dan Negara berkembang. Prevalensi
konstipasi ditemukan di Hongkong pada anak sekolah dan taman kanak-kanak usia 3-5
tahun didapatkan sebanyak 29% kelainan yang bersifat organic dan 40% diantaranya
diawali sejak usia 1-4 tahun, pada anak usia 7-8 tahun prevelensinya sebesar 1,5% dan usia
10-12 tahun sebesar 0,69-29,6% (Ip dkka, 2015). Sebagian besar konstipasi pada anak
(<90%) adalah fungsional tanpa adany,8%. Data pervalensi di Indonesia belum tersedia.
Namun, terdapat penelitian tentang pervalensi konstipasi pada anak usia sekolah taman
kanak-kanak diwilayah senen, Jakarta sebesar 4,4% dan Dempasar, Bali sebesar 15% (2).
Data prevalensi konstipasi di Maluku khususnya Puskesmas Rijali Ambon belum
tersedia karena kebanyakan orang tua berpresepsi meskipun anaknya tidak BAB selama 3
hari masih menganggap belum terjadi gangguan serius, biasanya orang tua menganggap
anaknya benar-benar sakit apabila anak mengalami nyeri pada saat konstipasi. Tetapi pada
saat peneliti melakukan penelitian peneliti menemukan 4 anak usia 1-4 tahun mengalami
masalah konstipasi
Buang air besar terjadi saat tekanan rectum mencapai 55 mmhg yang mengakibatkan
melemasnya sfinter aniinterus dan eksternus sehingga feses terdorong keluar. Gerakan
peristaltic pada kolon sigmait dan distensi dinding rectum menstimulasi kontraksi otot
direktum sehingga meningkatkan tekanan rectal dan menstimulasi relaksasi spinter internal
dan eksternal. Otot dinding abdomen, normalnya berkontraksi secara folumter untuk
mengingatkan tekanan intra abdominal selama gerakan usus besar, juga meningkatkan
buang air besar dengan tekanan feses kedalam dan kebawah. Dengan begitu pengobatan
rumatan dengan cara mengosumsi cairan yang cukup dan paling tidak 1 liter sehari,
pemberian serat yang cukup, dengan melakukan pijatan kaki dapat merangsang usus besar,
serta toilet training (3).
Selain toilet training, foot massage juga merupakan pengobatan yang difokuskan pada
pusat titik saraf dengan maksut melancarkan sirkulasi darah, yang berfungsi untuk
memaksimalkan pencernaan dan penyerapan zat-zat yang diperlukan tubuh. Menurut
Anderdown, seorang peneliti masalah anak dari Warwick Medical School, Institute of
Education dan Warwick Coventry menyatakan bahwa pemijatan yang dilakukan pada anak
akan meningkatkan kesehatan fisik dan ketahanan tubuh dari berbagai penyakit serta
merangsang cara kerja vagus yang meningkatkan daya peristaltic (4).
Begitupun juga dengan pengaturan diet yang benar pada anak salah satunya yaitu
diet tinggi serat. Serat dapat merangsang pergerakan usus secara teratur serta membantu
memperlunak buangan atau kotoran. Faidah (2012) mengatakan diet tinggi serat merupakan
bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohitdrat yang memiliki
sifat resistensi terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta
mengalami fermentasi sebagian atau sebagian diusus besar. Sedangkan toilet training
merupakan sebuah usaha kebiasaan mengontrol buang air keci (BAK) dan buang air besar
(BAB) secara benar dan teratur. Yang bertujuan untuk melatih anak dalam mengontrol
buang air besar dan kecil di kamar mandi (5). Menurut suherman (2014) toilet training
merupakan latihan moral yang pertama kali diterima anak dan sangat berpengaruh pada
perkembangan moral anak selanjutnya. Salah satu cara untuk tetap menjaga kepatuhan
terapi adalah dalam menstimulasi anak yang telah berhasil dalam kegiatan ini dengan
pemberian hadiah (6).
7
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 1 Nomor 3, Desember 2019
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas foot massage,
pengaturan diet dan toilet training dalam upaya mengatasi konstipasi pada anak.
METODE
Metode Penelitian yang digunakan berbentuk studi kasus. Penggunaan sampel dengan
purposive sampling dengan 5 anak yang mengalami konstipasi. Penelitian ini dilakukan
pada bulan September sampai Oktober 2019. Lokasi penelitian di wilayah kerja puskesmas
RIjali kota Ambon.
Berdasarkan hasil Asuhan Keperawatan pada pada klien dengan konstipasi Dalam Upaya
Melancarkan BAB Dengan melakukan Foot Massage, Pengaturan Diet dan Toilet Training di
Puskesmas Rijali Ambon selama 1 minggu perawatan, maka bagian ini peneliti akan
membahas tentang kesenjangan antara teori yang ada dan kenyataan yang diperoleh
sebagai hasil pelaksanaan studi kasus yang mengacu pada tahap-tahap proses
keperawatan. Beberapa kesenjangan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan didapatkan tanda dan gejala
konstipasi pada klien, ditemukan klien tidak BAB selama 3 hari, feses yang dikeluarkan
sangat keras, kering dan sangat sakit ketika akan melakukan defekasi. Menurut teori yang
telah dikemukakan oleh Damayanti (2014) ciri-ciri konstipasi yaitu BAB kurang dari 3x dalam
seminggu, defekasi sulit dan disertai rasa sakit, pada periode defekasi paling besar paling
sedikit rentang 7 sampai 30 hari, atau dijumpai masa teraba atau perut pada rectal pada
pemeriksaan fisik. Hal ini menunjukan ciri-ciri konstipasi pada klien bila dibandingkan
dengan teori yang dikemukakan Damayanti (2014) tidak terdapat perbedaan dimana
ditemukan tanda dan gejala konstipasi klien. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tidak ada kesenjangan teori dan praktik (7).
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Damayanti (2014) yang muncul pada pasien konstipasi
yaitu :
1) Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur serta kurangnya asupan
makanan berserat
2) Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu
makan
4) Kurang pengetahuan orang tua tentang anaknya berhubungan dengan kurang informasi
dan kebutuhan belajar (8)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan beberapa masalah
keperawatan diantaranya konstipasi berhubungan dengan pola defekasi yang tidak teratur
serta kurangnya asupan makanan berserat serta nyeri akut berhubungan dengan akumulasi
feses keras pada abdomen. Untuk diagnosa keperawatan perubahan nutrisi dan kurang
pengetahuan orang tua, pada saat dilakukan pengkajian, peneliti tidak menemukan tanda-
tanda yang merujuk pada kedua masalah tersebut.
8
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 1 Nomor 3, Desember 2019
c. Intervensi
Sesuai dengan masalah keperawatan yang ditemukan yaitu Konstipasi berhubungan
dengan pola defekasi tidak teratur, serta kurangnya asupan makanan berserat, maka
peneliti melakukan intervensi yang terfokus pada masalah tersebut. Intervensi dan rasional
diagnosa keperawatan Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur serta
kurangnya asupan serat, sebagai berikut :
1) Intervensi
a) Dukung anggota keluarga untuk membuat makanan kesukaan pasien di rumah
b) Brikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi.
c) Lakukan terapi pijatan foot massage pada pasie 15 menit sesudah makan
d) Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya
e) Pastikan klien mengonsumsi air putih kira 1-2 liter/hari
f) Obserfasi Mengobserfasi frekuensi, warna dan konsistensi BAB klien setiap hari.
g) Ajarkan metode untuk perencanaan diet, foot massage, dan toilet training pada
orang tua pasien
h) Health Edukasi Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan tentang diet tinggi
serat (8)
Berdasarkan hasil penelitian, dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan pada
klien, ditemukan tidak ada kesenjangan secara teori maupun praktik. Intervensi yang
dilakukan sudah sesuai dengan teori dan prosedur operasional yang dilakukan.
d. Implementasi
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, peneliti menggunakan catatan
perkembangan yang merupakan dokumentasi bagi perawat yang terdiri dari SOAP (subjek,
objek, assessment dan perencanaan). Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada
pasien berupa foot massage, pengaturan diet dan toilet training dilakukan sesuai dengan
standar operasional prosedur. Untuk foot massage dilakukan pada pagi dan malam hari
sebelum anak tidur, pengaturan diet dilakukan bersama dengan orang tua dengan
menyediakan buah-buahan seperti papaya dan pisang untuk dikonsumsi sehari 3 kali dan
toilet training yang dilakukan pada pagi hari dan malam hari. Catatan perkembangan
berguna dalam memonitoring rencana tindakan yang sudah dilakukan secara jelas.
Rencana yang telah dibuat dapat dilaksanakan dan dapat diselesaikan atas bantuan dan
kerja sama yang baik antara peneliti dan keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian, pada pelaksanaan bagi klien dengan masalah Gangguan
Pencernaan : Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur, serta kurangnya
asupan makanan berserat, semuanya dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
disusun.
e. Evaluasi
Secara teoritis, tujuan yang diharapkan pada saat dilakukan evaluasi berdasarkan
masalah adalah dalam waktu 3X24 jam, hasil yang didapatkan adalah masalah gangguan
Pencernaan: Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur serta kurangnya
asupan makanan berserat dapat teratasi. Dengan demikian antara teori dengan hasil
penelitian tidak ditemukan adanya kesenjangan karena foot massage, pengaturan diet dan
toilet training efektif mengatasi konstipasi pada anak.
9
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL ISSN 2686-1828
Volume 1 Nomor 3, Desember 2019
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi kasus pada anak dengan masalah konstipasi dalam upaya
melancarkan BAB dengan melakukan Foot Massage, Pengaturan Diet dan Toilet Training di
wilayah kerja Puskesmas Rijali Kota Ambon Selama 7 hari perawatan, terbukti efektif
mengatasi konstipasi pada anak.
REFERENSI
1. Van Den Berg dkk, (2010). Epidemiology of childhood constipation: systematic review.
Am J Gastroenterol. 2
2. Firmansyah, (2009). Konstipasi pada anak. Dalam Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H,
Arif S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku Ajar gastroenterology-Hepatologi. Jilid
1. Cetakan kedua. Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia
3. Wong, Donna L, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong (6 ed.). Jakarta: EGC, 2012
4. Riksani, (2012). Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta Timur: Dunia Sehat.
5. Faidah, (2012). Hubungan antara Persepsidan Tingkat Pendidikan Terhadap Sikap Ibu
Tentang Toilet Training pada Anak Usia 1-3 Tahun di wilayah Kelurahan Kampung Sewu
Jebres Surakarta. etd.eprints.ums.ac.id.
6. Suherman, (2000). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: EGC
7. Damayanti, (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensip Pada Ibu Bersalin Dan
BayiBaruLahir. Yogyakarta: Deepublish.
8. NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.
(T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC
10
Penerbit: Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku
http://ojs.ukim.ac.id/index.php/natuna
SKRIPSI
DESEMBER 2017
Diusulkan oleh:
C11114114
Pembimbing :
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat menyelesaikan strata satu program studi
PendidikanDokter
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis masih dapat bernafas dan diberi
kesempatan untuk menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Konsumsi Serat terhadap Pola Defekasi dan Indeks Massa
Tubuh (IMT) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin” ini.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini tentu terdapat banyak kesulitan, namun
berkat bimbingan dan bantuan yang tidak henti-hentinya diberikan kepada tim penulis
dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh sebab itu, penulis
ingin menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
6. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca
senantiasa penulis harapkan.
vii
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil tulisan ini dapat memberi manfaat
bagi semua pihak.
Penulis
viii
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KONSUMSI SERAT
TERHADAP POLA DEFEKASI DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Maharani Ave Maria Purba, Agussalim Bukhari, Suryani As’ad, Haerani Rasyid
Tugas Akhir Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2017
ABSTRAK
Latar Belakang: Konsumsi buah dan sayur yang merupakan sumber utama serat
semakin dikesampingkan dalam menu makanan sehari-hari. Berdasarkan data
RISKESDAS 2013, proporsi rerata nasional perilaku konsumsi kurang sayur dan atau
buah 93,5%. Gangguan pola defekasi seperti konstipasi telah memengaruhi hampir
20% populasi dunia termasuk Indonesia. Prevalensi penduduk Indonesia yang
mengalami obesitas dan overweight pada kelompok umur dewasa adalah sebesar
28,9%. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang kekurangan asupan serat ialah
pengetahuan yang kurang, sehingga mempengaruhi seseorang dalam konsumsi serat
makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pengetahuan dan konsumsi serat terhadap pola defekasi dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara konsumsi serat dengan tingkat pengetahuan
dengan pola defekasi. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan serat dengan pola
defekasi serta hubungan konsumsi serat dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
ix
ASSOCIATION OF LEVEL KNOWLEDGE AND CONSUMPTION OF FIBERS
TO THE PATTERNS OF DEFECATION AND BODY MASS INDEX (BMI) IN
STUDENTS FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY HASANUDDIN
Maharani Ave Maria Purba, Agussalim Bukhari, Suryani As’ad, Haerani Rasyid
ABSTRACT
Background: Consumption of fruits and vegetables that are the main source of fiber is
increasingly ruled out in the daily diet. Based on RISKESDAS 2013 data, the proportion
of national average consumption behavior of less vegetable and fruit are 93.5%.
Disorders of defecation patterns such as constipation have affected nearly 20% of the
world's population, including Indonesia. The prevalence of overweight and overweight
Indonesians in the adult age group is 28.9%. One of the factors that cause a person to
lack of fiber intake is the lack of knowledge, thus affecting a person in the consumption
of dietary fiber. This study aims to determine the relationship between the level of
knowledge and fiber consumption to the pattern of defecation and Body Mass Index
(IMT) students of the Faculty of Medicine, University of Hasanuddin.
Research Method: This research use analytical method. Samples were taken by using
purposive sampling technique with the number of 200 people consisting of 100 first
semester students and 100 seventh semester students.
Results: The study showed that 63% of subjects had less knowledge and 89.5% of
subjects had less fiber consumption. 49% of the subjects have constipation and 34.8%
are overweight. Based on the results of the relationship analysis with Chi Square test
obtained the level of knowledge on fiber consumption p = 0.777, the level of knowledge
on the pattern of defecation obtained p value = 0.003, bivariate analysis results of fiber
consumption of defect pattern obtained p value = 0.552 and bivariate analysis results of
fiber consumption to index body mass (BMI) obtained p value = 0.004.
x
DAFTAR ISI
xi
2.4 Konsumsi Serat ................................................................................ 15
2.4.1 Defenisi Serat ......................................................................... 15
2.4.2 Penggolongan Serat Pangan ................................................ 16
2.4.3 Komposisi Kimia Serat Pangan ........................................... 17
2.4.4 Manfaat Seat dalam Makanan .............................................. 18
2.4.5 Anjuran Kebutuhan Serat ..................................................... 20
2.5. Indeks Massa Tubuh (IMT) ............................................................. 21
2.5.1 Pengertian Indeks Massa Tubuh (IMT) .............................. 21
2.5.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT) ....................................................................... 22
2.6. Hubungan antara Konsumsi Serat dengan Pola Defekasi ............... 24
2.7. Hubungan antara Konsumsi Serat dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) 24
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL & HIPOTESIS PENELITIAN 25
3.1 Kerangka Teori ................................................................................. 25
3.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 26
3.3 Definisi Operasional.......................................................................... 26
3.3.1 Pengetahuan ........................................................................... 26
3.3.2 Konsumsi Serat ....................................................................... 27
3.3.3 Pola Defekasi .......................................................................... 27
3.3.4 Indeks Massa Tubuh (IMT) ................................................... 28
3.4 Hipotesis ........................................................................................... 28
3.4.1 Hipotesis Null ........................................................................ 28
3.4.2 Hipotesis Alternatif ................................................................ 29
BAB 4 METODE PENELITIAN ........................................................ 30
4.1 Tipe dan Desain Penelitian .............................................................. 30
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 30
4.3 Populasi dan Sampel ........................................................................ 30
4.3.1 Populasi .................................................................................. 30
4.3.2 Sampel .................................................................................... 30
4.4 Kriteria Seleksi ................................................................................ 31
4.4.1 Kriteria Inklusi ........................................................................ 31
xii
4.4.2 Kriteria Eksklusi ..................................................................... 31
4.4.2 Kriteria Drop Out ................................................................... 31
4.5 Teknik Pengambilan dan Besar Sampel ........................................... 31
4.6 Analisis Data ................................................................................... 31
4.6.1 Analisis Univariat .................................................................. 31
4.6.2 Analisis Bivariat .................................................................... 32
4.7 Manajemen Penelitian ...................................................................... 33
4.7.1 Tahap Persiapan ..................................................................... 33
4.7.2 Tahap Pelaksanaan ................................................................ 33
4.7.3 Pengumpulan Data ................................................................ 33
4.7.4 Pengolahan Data ................................................................... 34
4.7.5 Penyajian Data ...................................................................... 34
4.9 Etika Penelitian ................................................................................ 34
4.10 Alur Penelitian ............................................................................... 35
4.11 Anggaran Biaya dan Jadwal Kegiatan ........................................... 35
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN 39
5.1 Analisis Univariat ............................................................................ 39
5.1.1 Gambaran Pola Defekasi ......................................................... 40
5.1.2 Distribusi Tingkat Pengetahuan Serat ..................................... 41
5.1.3 Distribusi Konsumsi Serat ....................................................... 41
5.1.4 Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT) .................................... 42
5.2 Analisis Bivariat .............................................................................. 43
5.2.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Konsumsi Serat ...... 43
5.2.2 Hubungan Tingkat Pengetahuan Serat dengan Pola Defekasi 44
5.2.3 Hubungan Konsumsi Serat dengan Pola Defekasi .................. 45
5.2.4 Hubungan Konsumsi Serat dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) 46
BAB 6 PEMBAHASAN ...................................................................... 47
6.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Serat dengan Konsumsi Serat 47
6.2 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Serat dengan Pola Defekasi 48
6.3 Hubungan antara Konsumsi Serat dengan Pola Defekasi ................ 49
6.4 Hubungan Antara Konsumsi Serat dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) 50
xiii
BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN ..................... 52
7.1 Ringkasan ........................................................................................ 52
7.2 Kesimpulan ...................................................................................... 52
7.2 Saran ................................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 54
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR TABEL
xvi
Lampiran I
REKOMENDASI PERSETUJUAN ETIK
xvii
Lampiran II
SURAT IZIN PENELITIAN
xviii
Lampiran III
Dengan hormat,
Saya, Maharani Ave Maria Purba, mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, dengan NIM C11114114
sedangmengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Konsumsi Serat terhadap Pola Defekasi dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Mahasiswa
Kedokteran Universitas Hasanuddin”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan, konsumsi serat, pola defekasi, IMT mahasiswa kedokteran dan
hubungannya. Saya meminta kesediaan Saudara untuk mengisi beberapa pertanyaan
terkait penelitian ini. Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Identitas
pribadi yang Saudara berikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan dipublikasikan.
Saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Saudara untuk mengisikuesioner
ini.
Makassar, 2017
( ) ( )
xix
Lampiran IV
KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN SERAT
1. Apakah yang dimaksud dengan serat?
a. bahan makanan yang tahan terhadap proses hidrolisis enzim pencernaan
manusia
b. bahan makanan yang tidak tahan terhadap proses hidrolisi enzim pencernaan
manusia
c. bahan makanan yang habis setelah bertutut-turut diekstraksi oleh enzim
pencernaan
d. bahan makanan yang tidak habis sampai pada pencernaan di usus halus
manusia
xx
5. Sumber makanan yang tinggi serat antara lain:
a. sereal, biji-bijian, sayur-sayuran
b. sereal, buah-buahan, kentang
c. buah-buahan, sayur-sayuran, kentang
d. kentang, biji-bijian, sayur-sayuran
8. Serat bersifat menahan air sehingga menghasilkan tinja yang lebih banyak dan
berair sehingga dapat:
a. memperlambat waktu transit di usus besar
b. merangsang absorbs makanan selanjutnya
c. menstimulasi gerakan peristaltik
d. menurunkan tekanan dalam usus besar
xxi
12. Anjuran kebutuhan serat manusia adalah:
a. 5-10 gram/hari
b. 15-20 gram/hari
c. 25-30 gram/hari
d. 35-40 gram/hari
16. Apakah yang menjadi alasan Anda kurang mengonsumsi makanan berserat
seperti sayur dan buah?
Jawaban: …………………………………………………………………………..
POLA DEFEKASI
Berilah tanda (√) pada tabel di bawah ini!
Kriteria Ya Tidak Keterangan
Frekuensi defekasi <
3 kali per minggu
Mengejan
Tinja menggumpal
atau keras
Perasaan tidak selesai
setelah defekasi
Sensasi obstruksi atau
tersumbat pada
anorektal
Pengeluaran tinja
secara manual
xxii
KONSUMSI SERAT (FOOD RECORD)
Sebutkanlah menu makanan Anda selama 3 hari dalam satuan (cth: 1 piring nasi, 1
potong ayam, dll)
Menu Makanan Hari I (Hari Kerja) Hari II (Hari Hari III (Hari
Kerja) Libur)
Jenis Jumlah Jenis Jumlah Jenis Jumlah
Pagi Makanan Makanan Makanan
Siang
Malam
xxiii
Lampiran V
xxiv
35 SFA 40.00 6.17 19.84 TIDAK
36 JJJ 46.67 3.70 20.34 TIDAK
37 API 40.00 7.27 25.00 YA
38 NPA 33.33 3.73 23.37 TIDAK
39 RIA 66.67 22.40 17.75 TIDAK
40 GAA 20.00 5.57 20.06 YA
41 DHA 53.33 5.87 23.12 TIDAK
42 NES 33.33 8.97 23.50 YA
43 IYB 46.67 21.90 18.55 TIDAK
44 AFA 60.00 2.77 31.23 YA
45 IVA 60.00 10.70 19.07 TIDAK
46 ARA 60.00 13.70 18.97 YA
47 NFA 26.67 18.00 23.94 YA
48 LAA 26.67 4.43 18.73 YA
49 SAA 26.67 4.43 16.89 YA
50 JTA 53.33 4.93 18.08 TIDAK
51 YXA 13.33 2.27 24.90 YA
52 YTL 46.67 4.50 26.84 TIDAK
53 EAA 40.00 6.40 27.25 TIDAK
54 HRA 60.00 7.60 23.72 TIDAK
55 AMA 20.00 4.47 28.40 TIDAK
56 AMB 46.67 19.33 20.31 YA
57 JGW 33.33 3.10 23.03 YA
58 ARA 40.00 4.93 23.83 TIDAK
59 MZZ 46.67 7.83 22.76 TIDAK
60 SAA 33.33 5.63 24.22 YA
61 ASD 66.67 4.70 29.02 TIDAK
62 IAA 40.00 16.07 22.15 YA
63 ADM 20.00 3.97 23.03 YA
64 SDW 26.67 4.63 16.33 YA
65 ANA 40.00 6.53 27.29 TIDAK
66 MFH 46.67 5.87 18.14 TIDAK
67 HWS 73.33 1.53 16.04 TIDAK
68 RNP 20.00 6.93 23.14 TIDAK
69 MFA 40.00 3.00 21.80 YA
70 VTA 33.33 5.70 27.47 YA
71 MAA 40.00 8.00 20.32 TIDAK
72 SAA 40.00 5.23 19.15 YA
73 APA 20.00 5.77 26.03 YA
74 FJA 6.67 3.60 25.18 TIDAK
75 LAA 33.33 4.70 37.65 YA
xxv
76 FAA 20.00 3.73 24.16 YA
77 AQI 26.67 7.03 19.98 YA
78 AAA 40.00 4.93 24.54 TIDAK
79 FEP 20.00 6.07 30.42 TIDAK
80 VAA 46.67 5.50 17.04 TIDAK
81 FRA 53.33 3.30 21.71 TIDAK
82 EAA 46.67 4.70 20.20 TIDAK
83 AAB 20.00 3.60 19.49 YA
84 KAA 6.67 3.50 26.81 YA
85 WRA 40.00 7.40 20.20 YA
86 IUA 53.33 5.57 20.05 TIDAK
87 AMC 33.33 26.40 21.45 TIDAK
88 MFA 26.67 19.10 22.72 TIDAK
89 JAA 40.00 7.07 18.69 TIDAK
90 MIA 60.00 5.33 20.83 TIDAK
91 IFA 26.67 5.03 23.60 YA
92 AAC 26.67 6.77 22.86 YA
93 MAB 26.67 7.77 19.03 TIDAK
94 LAB 40.00 5.23 35.86 YA
95 KCL 6.67 3.77 26.81 YA
96 AAE 26.67 1.80 20.07 YA
97 IHA 13.33 8.73 24.17 YA
98 MFA 13.33 7.53 26.62 TIDAK
99 SJA 13.33 6.00 24.30 TIDAK
100 RNR 46.67 4.97 22.86 TIDAK
101 NAA 33.33 8.57 21.36 YA
102 NIB 26.67 8.30 19.47 YA
103 NIC 46.67 7.37 18.34 TIDAK
104 VHA 33.33 2.53 31.22 YA
105 DNJ 20.00 7.50 16.18 TIDAK
106 MUA 6.67 6.87 22.75 YA
107 ABA 40.00 3.67 21.33 TIDAK
108 SMM 20.00 16.77 23.23 TIDAK
109 NSA 33.33 3.90 22.89 YA
110 DSA 0.00 13.80 21.08 YA
111 IAA 26.67 11.13 16.66 TIDAK
112 AMA 26.67 6.17 22.55 TIDAK
113 RTS 33.33 4.70 24.77 TIDAK
114 VGA 26.67 9.90 17.15 YA
115 TNZ 20.00 5.43 28.91 YA
116 FZA 26.67 6.43 26.91 YA
xxvi
117 CJS 26.67 4.10 23.44 YA
118 YKI 40.00 9.43 21.71 TIDAK
119 WWA 40.00 2.93 22.86 TIDAK
120 RDA 13.33 2.00 17.58 YA
121 NMA 46.67 5.93 20.32 TIDAK
122 ANR 40.00 2.30 27.77 TIDAK
123 PAA 40.00 1.70 20.27 TIDAK
124 NFK 33.33 12.50 19.91 YA
125 ASA 40.00 1.47 23.92 TIDAK
126 NAM 20.00 3.60 17.19 TIDAK
127 MAA 6.67 3.90 19.07 YA
128 VLS 33.33 3.53 21.78 TIDAK
129 YBP 26.67 1.73 23.51 TIDAK
130 VAA 20.00 2.13 16.53 TIDAK
131 AJP 20.00 1.67 25.32 TIDAK
132 RAA 13.33 7.77 17.36 TIDAK
133 AAA 26.67 3.60 25.64 TIDAK
134 ASN 26.67 3.17 25.68 YA
135 RHF 13.33 6.83 22.03 YA
136 SAZ 33.33 1.40 19.53 YA
137 KSH 26.67 3.97 22.21 YA
138 FSA 26.67 6.63 14.42 YA
139 RIA 20.00 2.93 22.03 YA
140 ACV 33.33 3.17 20.89 TIDAK
141 DLA 20.00 4.93 20.44 YA
142 NNM 26.67 7.33 23.42 TIDAK
143 FAD 0.00 5.07 21.93 YA
144 ANG 20.00 4.57 18.36 YA
145 ETN 20.00 19.10 21.83 YA
146 FMA 0.00 2.83 20.45 YA
147 JAA 26.67 3.53 21.22 YA
148 RRA 33.33 13.40 21.23 YA
149 AMB 26.67 4.07 23.73 TIDAK
150 AAC 26.67 3.83 17.60 YA
151 MIA 40.00 6.57 22.15 TIDAK
152 IFA 6.67 2.10 28.34 TIDAK
153 MRB 33.33 6.27 26.93 YA
154 YAA 20.00 4.20 20.07 YA
155 MAM 20.00 2.63 20.55 YA
156 GAA 33.33 6.00 27.01 YA
157 AZA 40.00 5.77 23.73 TIDAK
xxvii
158 KAP 46.67 3.60 19.84 YA
159 WAA 46.67 4.00 22.58 YA
160 MFA 40.00 8.90 27.73 TIDAK
161 MZA 26.67 1.80 20.07 YA
162 AAA 46.67 4.73 17.04 YA
163 MFN 20.00 3.93 18.93 YA
164 RRA 40.00 3.87 21.64 TIDAK
165 DAA 26.67 3.60 32.66 TIDAK
166 FAA 26.67 5.47 24.49 YA
167 NAA 20.00 7.33 22.23 TIDAK
168 AAB 20.00 3.50 25.39 YA
169 FAB 40.00 3.37 23.94 YA
170 NNA 26.67 1.50 23.18 YA
171 FAC 40.00 4.37 19.59 YA
172 MAB 46.67 4.33 27.64 YA
173 AAC 13.33 3.73 20.76 TIDAK
174 EAA 46.67 4.40 24.09 YA
175 MIB 40.00 5.10 19.44 TIDAK
176 MBA 33.33 5.20 18.01 YA
177 NFS 33.33 6.27 21.51 TIDAK
178 RPA 13.33 3.80 28.69 YA
179 GWA 20.00 8.80 16.53 TIDAK
180 ESA 20.00 3.63 19.38 TIDAK
181 IAA 33.33 7.10 17.90 TIDAK
182 APA 40.00 4.33 23.34 YA
183 MWG 6.67 6.10 20.76 TIDAK
184 MHK 33.33 5.43 25.40 TIDAK
185 MFB 0.00 2.00 29.30 YA
186 MDJ 20.00 12.83 18.75 TIDAK
187 AAD 46.67 5.20 19.81 TIDAK
188 RWA 40.00 4.50 19.96 YA
189 MAN 26.67 6.40 25.84 YA
190 AMY 33.33 4.30 22.47 TIDAK
191 JYF 26.67 3.20 33.41 YA
192 MRB 33.33 8.03 24.09 TIDAK
193 RSA 26.67 4.60 20.20 YA
194 FCS 13.33 22.17 20.96 TIDAK
195 AUA 26.67 4.17 25.95 TIDAK
196 MMA 33.33 8.10 17.99 TIDAK
197 IAB 40.00 4.80 24.74 YA
198 AMR 26.67 7.63 24.90 YA
xxviii
199 ROH 26.67 7.10 22.99 YA
200 AAD 33.33 3.10 23.03 YA
JUMLAH 6446.67 1232.36 4481.94 YA= 98
RATA-RATA 32.23 6.16 22.41 TIDAK=102
xxix
LAMPIRAN VI
REKAP GAMBARAN POLA DEFEKASI
KELUHAN FREKUENSI
MAHASISWA MAHASISWA
KONSTIPASI TIDAK
KONSTIPASI
Frekuensi defekasi <3x per minggu 39 5
Mengejan saat defekasi 58 22
Tinja menggumpal atau keras 55 4
Perasaan tidak selesai setelah defekasi 45 5
Sensasi obstruksi atau tersumbat pada 27 0
anorektal
Pengeluaran tinja secara manual 48 13
xxx
Lampiran VII
Cases
Tingkat Pengetahuan *
200 100.0% 0 0.0% 200 100.0%
Konsumsi Serat
Konsumsi Serat
Sedang Count 64 9 73
Baik Count 1 0 1
Chi-Square Tests
xxxi
TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA DEFEKASI
Cases
Pola Defekasi
Sedang Count 48 25 73
Baik Count 1 0 1
Chi-Square Tests
xxxii
KONSUMSI SERAT TERHADAP POLA DEFEKASI
Cases
Pola Defekasi
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.29.
b. Computed only for a 2x2 table
xxxiii
KONSUMSI SERAT TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH
Cases
Tidak
Overweight Overweight Total
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.09.
b. Computed only for a 2x2 table
xxxiv
Lampiran VIII
BIODATA PENULIS
xxxv
BAB 1
PENDAHULUAN
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan dan untuk perbaikan
kehidupannya. Selain menjadi sumber energi dan zat pembangun, salah satu
fungsi zat makanan adalah sebagai zat pengatur, yaitu mineral dan vitamin
merupakan sumber serat pangan yang mudah ditemukan dalam bahan pangan
bentuk masakan.
Indonesia. Konsumsi buah dan sayur yang merupakan sumber utama serat
dan atau buah 93,5%. Selain itu, Sulawesi Selatan menempati urutan kelima
proporsi penduduk ≥10 tahun kurang makan sayur dan buah menurut provinsi
konsumsi serat penduduk Indonesia secara umum yaitu 10.5 g/hari (Depkes
RI, 2008). Nilai ini hanya mencapai setengah dari kecukupan serat yang
1
dianjurkan. Kebutuhan serat yang dianjurkan berdasarkan Angka Kecukupan
Gizi untuk orang de-wasa usia 19—29 tahun adalah 38 g/hari untuk laki-laki
oleh enzim pencernaan, secara alami terdapat dalam tanaman (sayuran, buah-
yang mengandung serta tidak larut tidak dicerna dan menambah volume
serat larut air akan berubah menjadi substansi menyerupai gel selama proses
tubuh kenyang lebih lama. Konsumsi serat yang cukup dapat menurunkan
hampir pada setiap negara dan pada semua kelompok usia. Data dari
pada kelompok umur dewasa sebesar 15.4 % dan overweight sebesar 13.5 %.
Ini adalah jumlah yang cukup besar karena lebih dari seperempat atau hampir
dewasa (>18 tahun) 32,9 persen (Riskesdas, 2013). Faktor utama penyebab
2
gayahidup, serta pola makan yang salah diantaranya pola makan tinggi lemak
tubuh. Salah satu gangguan yang dapat terjadi dalam tubuh akibat rendahnya
dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain.
dimana dalam konteks ini, sebagian besar survei didasarkan hanya pada
laporan sendiri dari konstipasi atau tidak. Konstipasi adalah salah satu
yakni sebesar 5,9% pada usia dibawah 40 tahun, sebesar 4-6% pada individu
yang berusia 70 tahun dan konstipasi persisten pada usia yang sudah lanjut
2003 seperti yang dikutip oleh Sari (2009), terdapat sebanyak 3.857.327 jiwa
lebih tinggi dibandingkan pada pria, meskipun tidak terpaut jauh (Sari, 2009).
serat ialah pengetahuan yang kurang, serupa dengan hasil penelitian Rachmi
3
makanan. Tingkat pengetahuan yang rendah akan dapat mempengaruhi pola
(92,98%).
4
1.2 Rumusan Masalah
dan konsumsi serat dengan pola defekasi dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Hasanuddin.
5
f. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan serat terhadap
Hasanuddin.
Hasanuddin.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan
melalui anus. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yaitu
parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar
sfingter anus bagian luar diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu
proses tersebut, seperti otot-otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar
Rata-rata orang defekasi satu kali sehari, namun frekuensi yang normal
tidak sama pada setiap orang. Pada umumnya frekuensi normal defekasi
adalah berkisar tiga kali sehari sampai tiga kali dalam seminggu. Seseorang
dengan frekuensi defekasi kurang dari tiga kali dalam seminggu dikatakan
mengalami konstipasi dan lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses
7
2.2 Anatomi dan Fisiologi Defekasi
(yaitu otot polos) melemas dan rektum dan kolon sigmoid berkontraksi lebih
kuat.Jika sfingter ani eksternus (yaitu otot rangka) juga melemas maka terjadi
meskipun refleks defekasi telah aktif. Jika defekasi ditunda maka dinding
rektum yang semula teregang secara perlahan melemas, dan keinginan untuk
buang air besar mereda sampai gerakan massa berikutnya mendorong lebih
banyak tinja ke dalam rektum dan kembali meregangkan rektum sema memicu
8
untuk menjamin kontinensia tinja. Jika defekasi terjadi maka biasanya dibantu
oleh gerakan mengejan volunter yang melibatkan kontraksi otot abdomen dan
ekspirasi paksa dengan glotis tertutup secara bersamaan. Tindakan ini sangat
(Sherwood, 2014).
2.3 Konstipasi
feses yang padat dengan frekuensi buang air besar lebih atau sama
(WGO) konstipasi adalah defekasi keras (52%), tinja seperti pil/ butir
inkontinensia frekuensi tinja lebih besar dari satu kali per minggu,
masa tinja yang keras, masa tinja teraba di abdomen, perilaku menahan
9
2.3.2 Epidemiologi Konstipasi
besar survei didasarkan hanya pada laporan sendiri dari konstipasi atau
rendah serat
10
c. Obstruksi gerakan feses di usus besar oleh tumor lokal atau
spasme kolon
dalam waktu lebih dari satu bulan menyebabkan dilatasi rektum yang
11
2.3.5 Gejala dan Tanda Klinis Konstipasi
ini tidak disebabkan oleh toksin yang diserap dari bahan tinja yang
mengalir melalui sistem porta dan disingkirkan oleh hati sebelum dapat
(Sherwood, 2014).
Kriteria general:
defekasi
(IBS)
12
a. Mengejan
lain(Lindberg, 2010)
c. Penuaan
pendekatan simtomatik:
13
Secara bertahap peningkatan serat (baik sebagai suplemen
umumnya dianjurkan.
2010)
defekasi tidak sempurna. Air tetap terus diabsorbsi dari massa feses
14
menimbulkan kerusakan saraf ekstrinsik apabila telah mengenai lantai
fiber). Yang dimaksud dengan serat kasar adalah zat sisa asal tanaman
demikian nilai zat serat kasar selalu lebih rendah dari serat pangan,
kurang lebih hanya seperlima dari seluruh nilai serat pangan (Beck,
2011).
15
2.4.2 Penggolongan Serat Pangan
Serat tidak larut air diartikan sebagai serat pangan yang tidak
Serat larut air diartikan sebagai serat pangan yang dapat larut
dalarn air hangat atau panas serta dapat terendapkan oleh air
larut dalam air bersifat mudah dicerna. Serat larut air terdiri
Bahan makanan yang kaya akan pektin adalah apel, arbei dan
ovate.
16
2.4.3 Komposisi Kimia Serat Pangan
a. Selulosa
b. Pektin
mencegah keringnya biji dalam keadaan tak aktif. Biji pada buncis,
serat musilago.
c. Lignin
17
sebatang pohon bervariasi antara 10 hingga 50 persen dan jumlah
masuk ke usus
enzim pencernaan
18
misalnya gum dapat menghambat peptidase usus yang dibutuhkan
dapat berikatan dengan enzim atau nutrisi didalam saluran cerna yang
untuk diekskresi
19
2.4.5 Anjuran Kebutuhan Serat
roti gandum per hari. Untuk anak di atas usia dua tahun, cukup 5 g
20
dimasak meningkat dibandingkan dengan sayuran mentah. Sayuran
5,97%.
dan anak usia sekolah, dan 400-600 gram/orang/hari untuk remaja dan
21
Menurut rumus metrik: (CDC,2009)
(IMT)
dkk, 2014)
22
a. Usia
b. Jenis Kelamin
Distribusi lemak tubuh juga berbeda pada pria dan wanita, pria
c. Genetik
anak obesitas.
d. Pola Makan
zat gizi makro, asupan serat, asupan sarapan pagi, pola konsumsi
e. Aktivitas Fisik
(Sugondo, 2010).
23
2.6. Hubungan antara Konsumsi Serat dengan Pola Defekasi
Konsumsi serat yang adekuat dapat menurunkan resiko konstipasi dengan cara
mengurangi kerasnya feses. Serat tidak larut air yang lewat melalui saluran
pencernaan dapat membuat feses lebih lunak dan banyak. Utamanya pada
2.7. Hubungan antara Konsumsi Serat dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
kolesterol LDL (Slavin & Jacobs, 2010). Telah dilaporkan bahwa efek
(Slavin J, 2005).
24
BAB 3
sebagai berikut.
Umur
Asupan kalori POLA DEFEKASI
rendah TERGANGGU
(KONSTIPASI) Idiopatik
Konsumsi
Stres
obat-obatan
Kehamilan
Hiperkalsemia
Kelainan
Hipertiroidisme saluran cerna
Gambar 3.1 Kerangka Teori Pola Defekasi dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
25
3.2 Kerangka Konsep
Variabel independen
Variabel dependen
3.3.1 Pengetahuan
kurang serat.
26
Skala : Ordinal
>10,5 gram/hari
Skala : Ordinal
27
- Tidak konstipasi, apabila memenuhi kurang dari 2
kriteria
Skala : Ordinal
28
b. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan serat
defekasi.
konsumsi serat.
pola defekasi.
defekasi.
29
BAB 4
METODE PENELITIAN
Tipe penelitian yang digunakan adalah analitik, dan desain penelitian yang
4.3.1 Populasi
Universitas Hasanuddin.
4.3.2 Sampel
dengan jumlah 200 orang yang terdiri dari 100 mahasiswa semester 1
penelitian.
30
4.4 Kriteria Seleksi
sampling, dimana semua subjek yang datang berurutan dan memenuhi kriteria
diperlukan terpenuhi.
Sampel yang digunakan sebanyak 200 orang yang terdiri dari 100 orang
mahasiswa semester I dan 100 orang mahasiswa semester 7.Dari 100 orang
konstipasi responden.
31
4.6.2 Analisis Bivariat
( )
∑
Keterangan:
(nilai p) yaitu: a. Jika nilai p > 0,05 maka tidak ada hubungan. b. Jika nilai
tentang dinamika hubungan antara faktor risiko dan faktor efek dilihat
dengan expected frequency< 5 tidak lebih dari 20% dari banyak sel
seluruhnya.
32
Bila syarat uji Chi Square tidak terpenuhi, maka akan digunakan uji
Universitas Hasanuddin.
penelitian.
33
4.7.4 Pengolahan Data
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel yang
Tanpa nama (Anomity) yaitu untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan
yang terdapat pada penelitian, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang
34
4.10 Alur Penelitian
Rumusan
Masalah
Kriteria Inklusi
dan Eksklusi
Landasan
Teori Populasi Sampel
Rumusan Pengumpulan
Analisis Data
Hipotesis Data
35
4.11 Anggaran Biaya dan Jadwal Kegiatan
Anggaran Biaya:
Jumlah Jumlah
Jenis Pengeluaran Harga
(satuan) Biaya
penelusuran pustaka
penelitian
Pelaksanaaan kegiatan
pembuatan laporan
Lain-Lain
36
Total Rp 822.000,-
Jadwal Kegiatan:
Pembagian kuesioner
Diskusi dengan
pembimbing
Analisis data
TAHAP
3
PELAPORAN
Penyusunan
rancangan (draft)
laporan penelitian
37
Diskusi dengan
pembimbing
Pencetakan,
pengesahan dan
penggandaan
laporan hasil
Penelitian
Penyetoran laporan
hasil penelitian
Presentasi dan
Publikasi laporan
hasil penelitian
38
BAB 5
Pola Defekasi n %
Konstipasi 98 49
yang termasuk kategori tidak konstipasi sebanyak 102 mahasiswa (51 %).
39
Tabel Gambaran Pola Defekasi pada Mahasiswa Fakultas
40
kriteria dan 53 mahasiswa (62%) yang mempunyai pola defekasi normal.
Sedang 73 36,5
Baik 1 0,5
Total 200 100
Konsumsi Serat n %
Kurang dari rata-rata 179 89,5
41
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 200 mahasiswa,
(61,5%).
42
5.2. Analisis Bivariat
ada satu mahasiswa yang memiliki tingkat pengetahuan serat baik dan
43
2.Hubungan Tingkat Pengetahuan Serat dengan Pola Defekasi
mahasiswa (65,7%) yang tidak menderita konstipasi. Dan hanya ada satu
menderita konstipasi.
44
3. Hubungan Konsumsi Serat dengan Pola Defekasi
Pola Defekasi
Konsumsi Serat Tidak Total p-value
Konstipasi
Konstipasi
90 89 179
Kurang
50,3% 49,7% 100%
12 9 21
Cukup 0,552
57,1% 42,9% 100%
102 98 200
Total
51% 49% 100%
45
4. Hubungan Konsumsi Serat dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT
Konsumsi Serat Tidak Total p-value
Overweight
Overweight
104 75 179
Kurang
58,1% 41,9% 100%
19 2 21
Cukup 0,004
90,5% 0,5% 100%
123 77 200
Total
61,5% 38,5% 100%
46
BAB 6
PEMBAHASAN
pengetahuan serat dan konsumsi serat dimana hasil ini berbeda dengan hasil
pengetahuan gizi yang baik akan menerapkan pola konsumsi makan yang
kurang (63%), sedang (36,5%) dan baik (0,5%). Apabila dirata-ratakan maka
6,16 g/hari.
antara lain kurangnya minat atau selera terhadap makanan berserat tinggi
47
seperti sayur dan buah, tidak ada waktu untuk mengolah makanan tersebut
atau tidak mengingat, sulit mendapatkan, dan harga sayur atau buah yang
mahal.
kurang (dimana skor tingkat pengetahuan rata-rata hanya 32,2%, dimana skor
konstipasi adalah 49% dan dari mahasiswa yang tidak mengalami konstipasi
tetapi masih mempunyai gangguan pola defekasi sebanyak 24,5% dan hanya
48
6.3 Hubungan antara Konsumsi Serat dengan Pola Defekasi
dengan pola defekasi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Indah Paradifa Sari, dimana hasil analisis bivariat menunjukkan tidak
adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi serat terhadap pola defekasi
pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Unand Angkatan 2012 (Sari I. P., 2016).
Namun berbeda dengan penelitian Sari (2011) dan Oktaviana (2013) dimana
Hal ini dapat terjadi karena perbedaan cara pengolahan makanan yang menjadi
sumber serat.
serat dan jenis serat juga sangat berperan dimana erat dapat mencegah dan
menyatakan anjuran untuk total dietary fiber adalah 25g 2000kalori atau 30g
penduduk Indonesia secara umum yaitu 10.5 g/hari (Depkes RI, 2008). Nilai
49
dibawah rata-rata nasional. Angka kejadian konstipasi adalah 49% dan dari
gangguan pola defekasi sebanyak 24,5% dan hanya sebesar 26,5% mahasiswa
yang memiliki pola defekasi normal. Hal ini menunjukkan meskipun konsumsi
6.4 Hubungan Antara Konsumsi Serat dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
pengetahuan serat dan konsumsi serat dimana hasil ini berbeda dengan hasil
penelitian Baiti (2015) dimana asupan serat tidak memiliki hubungan yang
bermakna terhadap status gizi seseorang, dan juga penelitian Rusmiyati (2013)
obesitas.
Salah satu faktor utama penyebab overweight dan obesitas selain usia,
jenis kelamin, genetik, aktivitas fisik, dan perubahan gaya hidup adalah pola
makan (Makaryani, 2013). Pola makan yang dapat diamati meliputi frekuensi
makan, waktu makan dan tingkat konsumsi asupan zat gizi makro dan asupan
Hasanuddin adalah 77 orang atau sekitar 38,5% dari 200 mahasiswa. Angka
50
ini cukup tinggi dan harus menjadi peringatan dimana rerata umur mahasiswa
51
BAB 7
7.1 Ringkasan
mahasiswa (49%).
7.2 Kesimpulan
52
semakin baik tingkat pengetahuannya maka pola defekasinya akan
semakin baik.
7.3 Saran
asupan serat per hari menurut AKG maka disarankan bagi mahasiswa
53
untuk meningkatkan kualitas penelitian ini. Selain itu, sebaiknya
54
DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, E. M. 2014. Hubungan Asupan Serat Makanan dan Air dengan Pola
Defekasi Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan 9(1): 7-
14.
Asil, E et al. 2014. Factors That Affect Body Mass Index of Adults. Pakistan
http://www.afic.org/WMWS/dietary_fiber.shtml
Baiti, Alfi Nur. 2015. Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Konsumsi Serat
dengan Status Gizi Remaja Putri di SMK Batik 2 Surakata. Naskah Publikasi
Ilmu Gizi.
Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/184704-overview.
Elsevier.
55
Lestiany, L. dan Aisyah.2011. Peran Serat dan Penatalaksanaan Kasus Masalah
Indonesia.
38(2):60-4
and BMI to Visceral, Subcutaneous, and Total Body Fat: Sex and Race
Differences, Obesity.
56
Setyani, FAR.2012. Dampak Minuman Probiotik dalam Upaya Pencegahan
Slavin, J. and D. R. Jacobs. 2010. Dietary Fiber: All Fibers Are Not Alike. In T.
Wilson, Nutrition and Health: Nutrition Guide for Physician. New York City:
Snell, Richard S. et al. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC.
Sugondo, S. 2010. Obesitas dan Diabetes. In: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I.
2010].
57