Anda di halaman 1dari 10

Sembelit (Konstipasi) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan buang air besar atau

jarang buang air besar Konstipasi akut dimulai secara tiba-tiba dan tampak dengan jelas.
Konstipasi menahun (kronik), kapan mulainya tidak jelas dan menetap selama beberapa bulan atau tahun.
Konstipasi adalah kondisi di mana feses memiliki konsistensi keras dan sulit dikeluarkan. Masalah ini umum
ditemui pada anak-anak. Buang air besar mungkin disertai rasa sakit dan menjadi lebih jarang dari biasa.
Pada anak normal, konsistensi feses dan frekuensi BAB dapat berbeda-beda.1,2 Bayi yang disusui ASI
mungkin mengalami BAB setiap selesai disusui atau hanya sekali dalam 7-10 hari. Bayi yang disusui formula
dan anak yang lebih besar mungkin mengalami BAB setiap 2-3 hari.
Dengan demikian frekuensi BAB yang lebih jarang atau konsistensi feses yang sedikit lebih padat dari biasa
tidak selalu harus ditangani sebagai konstipasi.. Definisi kontipasi bersifat relatif, tergantung pada
konsistensi tinja, frekuensi buang air besar dan kesulitan keluarnya tinja. Pada anak normal yang hanya
berak setiap 2-3 hari dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan, bukan disebut konstipasi. Konstipasi adalah
persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puasnya
buang air besar, terdapat rasa sakit, harus mengejan atau feses keras.
Konstipasi berarti bahwa perjalanan tinja melalui kolon dan rektum mengalami penghambatan dan
biasanya disertai kesulitan defekasi .Disebut konstipasi bila tinja yang keluar jumlahnya hanya sedikit, keras,
kering, dan gerakan usus hanya terjadi kurang dari 3 x dalam 1 mnggu.Kriteria baku untuk menentukan ada
tidaknya konstipasi telah ditetapkan, meliputi minimal 2 keluhan dari beberapa keluhan berikut yang
diderita penderita minimal 25 % selama minimal 3 bulan : (1) tinja yang keras, (2) mengejan pada saat
defekasi, (3) perasaan kurang puas setelah defekasi, dan (4) defekasi hanya 2 x atau kurang dalam
seminggu.
GEJALA DAN TANDA
Konstipasi dapat menyebabkan gejala berikut:
Sakit perut, BAB mungkin disertai rasa sakit
Turun atau hilangnya napsu makan
Rewel
Mual atau muntah
Turunnya berat badan
Noda feses di celana dalam anak yang menandakan banyaknya feses yang tertahan di rektum (bagian
usus besar terdekat dengan anus). Jika anak mengalami konstipasi yang cukup berat, ia dapat kehilangan
kemampuan merasakan kebutuhan ke toilet untuk BAB sehingga menyebabkan anak BAB di celananya. Hal
ini disebut encopresis atau fecal incontinence.
Mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat menyebabkan robekan kecil pada lapisan
mukosa anus (anal fissure) dan perdarahan
Konstipasi meningkatkan risiko infeksi saluran kemih
Konstipasi dapat disebabkan oleh:
Kecenderungan alami gerakan usus yang lebih lambat, misalnya pada anak dengan riwayat feses yang
lebih padat dari normal pada minggu-minggu awal setelah lahir.
Nutrisi yang buruk, misalnya yang tinggi lemak hewani dan gula (pencuci mulut, makanan-makanan
manis), serta rendah serat (sayuran, buah-buahan, whole grains).
Beberapa obat dapat menyebabkan konstipasi, misalnya antasid, fenobarbital (obat kejang), obat pereda
nyeri, dan obat batuk yang mengandung kodein.
Kebiasaan BAB yang tidak baik, misalnya tidak tersedianya cukup waktu untuk BAB dengan tuntas.
Kurangnya asupan cairan.
Kurangnya aktivitas fisik.
Adanya kondisi anus yang menyebabkan nyeri, misalnya robekan pada lapisan mukosa anus (anal
fissure). Hal ini seperti lingkaran setan karena mengedan untuk mengeluarkan feses yang keras dapat
menyebabkan terjadinya fissure, dan nyeri yang disebabkan fissure menyebabkan anak menahan
kebutuhan BAB yang memperparah konstipasi.
Toilet training yang dipaksakan. Toilet training pada anak yang belum siap secara emosional dapat
mengakibatkan anak memberontak dengan menahan keinginan BAB. Jika anak belum siap untuk menjalani
toilet training, tunggu beberapa bulan sebelum memulainya kembali.
Kadang konstipasi dapat terjadi karena penganiayaan seksual (sexual abuse).
Konstipasi dapat merupakan akibat dari beberapa penyakit seperti tidak adanya saraf normal di sebagian
usus (Hirschprung disease), kelainan saraf tulang belakang, kurangnya hormon tiroid, keterbelakangan
mental, atau beberapa kelainan metabolik. Namun sebab-sebab ini relatif jarang dan umumnya disertai
gejala lain.
PATOFISIOLOGI
Buang air besar yang normal frekuensinya adalah 3 kali sehari sampai 3 hari sekali. Dalam praktek dikatakan
konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali perminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau
dalam buang air besar harus mengejan secara berlebihan. Kolon mempunyai fungsi menerima bahan
buangan dari ileum, kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak
diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan
yang sangat kompleks. Pada keadaan normal kolon harus dikosongkan sekali dalam 24 jam secara teratur.).
Diduga pergerakan tinja dari bagian proksimal kolon sampai ke daerah rektosigmoid terjadi beberapa kali
sehari, lewat gelombang khusus yang mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsung lama.
Gerakan ini diduga dikontrol oleh pusat yang berada di batang otak, dan telah dilatih sejak anak-anak.
Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat megalami gangguan, yaitu kesulitan atau hambatan pasase
bolus di kolon atau rektum, sehingga timbul kesulitan defekasi atau timbul obstipasi. Gangguan pasase
bolus dapat diakibatkan oleh suatu penyakit atau dapat karena kelainan psikoneuorosis. Yang termasuk
gangguan pasase bolus oleh suatu penyakit yaitu disebabkan oleh mikroorganisme (parasit, bakteri, virus),
kelainan organ, misalnya tumor baik jinak maupun ganas, pasca bedah di salah satu bagian saluran cerna
(pasca gastrektomi, pasca kolesistektomi). Untuk mengetahui bagaimana terjadinya konstipasi, perlu
diingat kembali bagaimana mekanisme kerja kolon. Begitu makanan masuk ke dalam kolon, kolon akan
menyerap air dan membentuk bahan buangan sisa makanan, atau tinja. Kontraksi otot kolon akan
mendorong tinja ini ke arah rektum. Begitu mencapai rektum, tinja akan berbentuk padat karena sebagian
besar airnya telah diserap. Tinja yang keras dan kering pada konstipasi terjadi akibat kolon menyerap
terlalu anyak air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot kolon terlalu perlahan-lahan dan malas, menyebabkan
tinja bergerak ke arah kolon terlalu lama.
Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada fungsi anorektal sebagai
akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-obat tertentu atau berkaitan dengan sejumlah
besar penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal.
Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan rektum. Pengisian rektum yang
tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak efektif (misalnya, pada kasus hipotiroidisme atau
pemakaian opium, dan bila ada obstruksi usus besar yang disebabkan oleh kelainan struktur atau karena
penyakit hirschprung). Statis tinja di kolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang berlebihan dan
kegagalan untuk memulai reflek dari rektum yang normalnya akan memicu evakuasi. Pengosongan rektum
melalui evakuasi spontan tergantung pada reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada
otot-otot rektum, serabut-serabut aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otot-otot
perut dan dasar panggul. Kelainan pada relaksasi sfingter ani juga bisa menyebabkan retensi tinja.
Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun penyebabnya. Tinja yang besar dan keras di
dalam rektum menjadi sulit dan bahkan sakit bila dikeluarkan, jadi lebih sering terjadi retensi dan
terbentuklah suatu lingkaran setan. Distensi rektum dan kolon mengurangi sensitifitas refleks defekasi dan
efektivitas peristaltik. Akhirnya, cairan dari kolon proksimal dapat menapis disekitar tinja yang keras dan
keluar dari rektum tanpa terasa. Gerakan usus yang tidak disengaja (encopresis) mungkin keliru dengan
diare.
Akibat dari konstipasi
Sebagaimana diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan absorpsi cairan elektrolit, zat-zat organik
misalnya glukose dan air, hal ini berjalan terus sampai di kolon descendens. Pada seseorang yang
mengalami konstipasi, sebagai akibat dari absorpsi cairan yang terus berlangsung, maka tinja akan menjadi
lebih padat dan mengeras. Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi, sehingga
akan menimbulkan haemorrhoid.
Sisa-sisa protein di dalam makanan biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam bentuk indol, skatol, fenol,
kresol dan hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang khas pada tinja. Pada konstipasi juga
akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan skatol, sehingga akan terjadi intestinal toksemia.
Bila terjadi intestinal toksemia maka pada penderita dengan sirhosis hepatis merupakan bahaya. Pada
kolon stasis dan adanya pemecahan urea oleh bakteri mungkin akan mempercepat timbulnya hepatik
encepalopati pada penderita sirhosis hepatis.
ETIOLOGI
Penyebab konstipasi biasanya multifaktor, misalnya : Konstipasi sekunder (diit, kelainan anatomi, kelainan
endokrin dan metabolik, kelainan syaraf, penyakit jaringan ikat, obat, dan gangguan psikologi), konstipasi
fungsional (konstipasi biasa, Irritabel bowel syndrome, konstipasi dengan dilatasi kolon, konstipasi tanpa
dilatasi kolon , obstruksi intestinal kronik, rectal outlet obstruction, daerah pelvis yang lemah, dan
ineffective straining), dan lain-lain (diabetes melitus, hiperparatiroid, hipotiroid, keracunan timah,
neuropati, Parkinson, dan skleroderma).

A. Konstipasi sekunder
1.Pola hidup: Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang buruk, kurang olahraga.
2.Kelainan anatomi (struktur) : fissura ani, hemoroid, striktur, dan tumor, abses perineum, megakolon.
3.Kelainan endokrin dan metaolik : hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroid, DM, dan kehamilan.
4.Kelainan syaraf : stroke, penyakit Hirschprung, Parkinson, sclerosis multiple, lesi sumsum tulang
belakang, penyakit Chagas, disotonomia familier.
5.Kelainan jaringan ikat : skleroderma, amiloidosis, mixed connective-tissue disease.
6.Obat : antidepresan (antidepresan siklik, inhibitor MAO), logam (besi, bismuth), anti kholinergik, opioid
(kodein, morfin), antasida (aluminium, senyawa kalsium), calcium channel blockers (verapamil), OAINS
(ibuprofen, diclofenac), simpatomimetik (pseudoephidrine), cholestyramine dan laksan stimulans jangka
panjang.
7.Gangguan psikologi (depresi).
B. Konstipasi fungsional = kontipasi simple atau temporer
1.Konstipasi biasa : akibat menahan keinginan defekasi.
2.Irritabel bowel syndrome
3.Konstipasi dengan dilatasi kolon : idiopathic megacolon or megarektum
4.Konstipasi tanpa dilatasi kolon : idiopathic slow transit constipation
5.Obstruksi intestinal kronik.
6.Rectal outlet obstruction : anismus, tukak rectal soliter, intusesepsi.
7.Daerah pelvis yang lemah : descending perineum, rectocele.
8.Mengejan yang kurang efektif (ineffective straining)
C. Penyebab lain
1.Diabetes mellitus
2.Hiperparatiroid
3.Hipotiroid
4.Keracunan timah (lead poisoning)
5.Neuropati
6.Penyakit Parkinson
7.Skleroderma
8.Idiopatik :
9.Transit kolon yang lambat, pseudo-obstruksi kronik.(ipd)
Pola Hidup
Pola hidup seperti diet rendah serat, kurang minum dan olahraga merupakan penyebab tersering dari
konstipasi. Penyebab umum dari konstipasi adalah diit yang rendah serat, seperti terdapat pada sayuran,
buah, dan biji-bijian, dan tinggi lemak seperti dalam keju, mentega, telur dan daging. Mereka yang makan
makanan yang kaya serat biasanya lebih jarang yang mengalami konstipasi Diit rendah serat juga
memegang peranan penting untuk timbulnya konstipasi pada usia lanjut. Mereka biasanya kurang
berminat untuk makan, dan lebih senang memilih makanan cepat saji yang kadar seratnya rendah. Selain
itu, berkurangnya jumlah gigi, memaksa mereka lebih suka makan makanan lunak yang sudah diproses
dengan kadar serat yang rendah.
Dalam keadaan normal cairan akan mengisi sebagian besar usus dan feces sehingga feces mudah
dikeluarkan. Penderita konstipasi sebaiknya minum air yang cukup, kira-kira 8 liter per hari. Cairan yang
mengandung kafein, seperti kopi dan kola, serta alkohol memiliki efek dehidrasi, sehingga dapat
meyebabkan konstipasi. urang olahraga dapat menyebabkan terjadinya konstipasi, meskipun belum
diketahui dengan pasti patogenesisnya. Sebagai contoh, konstipasi sering terjadi pada orang sakit yang
melakukan istirahat yang panjang.
Irritable Bowel Syndrome (IBS)
Beberapa penderita IBS mengalami spasme pada colon yang akan mempengaruhi peristaltik usus dan
proses pengeluaran feces. Konstipasi dan diare muncul bergantian, kram perut dan kembung merupakan
gejala yang paling sering muncul.
Perubahan kegiatan rutin (Kehamilan, Proses penuaan, Travelling)
Terjadinya konstipasi pada masa kehamilan mungkin disebabkan karena perubahan hormonal dan uterus
yang membesar menekan usus. Proses penuaan menyebabkan menurunnya proses metabolisme pada
intestinal dan pada tonus otot. Orang sering mengalami konstipasi ketika melakukan perjalanan
disebabkan oleh perubahan pola diet normal harian yang biasanya dikonsumsi.
Penggunaan Laxatives
Laxatives dapat merusak sel saraf pada usus besar dan menggangu kemampuan kontrasksi dari usus
besar.tidak efektif (misalnya, pada kasus hipotiroidisme atau pemakaian opium, dan hepatis.
Penanganan
Pada bayi di bawah usia satu tahun, kemungkinan masalah organik yang mungkin menyebabkan konstipasi
harus diteliti dengan lebih cermat, terutama apabila konstipasi disertai gejala lain seperti:
Keluarnya feses pertama lebih dari 48 jam setelah lahir, kaliber feses yang kecil, gagal tumbuh, demam,
diare yang diserai darah, muntah kehijauan, atau terabanya benjolan di perut
Perut yang kembung
Lemahnya otot atau refleks kaki, adanya lesung atau rambut di punggung bagian bawah
Selalu tampak lelah, tidak tahan cuaca dingin, denyut nadi yang lambat
Banyak BAK, banyak minum
Diare, pneumonia berulang
Anus yang tidak tampak normal baik bentuk maupun posisinya
Lebih dari 95% konstipasi pada anak di atas satu tahun adalah konstipasi fungsional (tidak ada kelainan
organik yang mendasarinya).5 Umumnya masalah inKebiasaan BAB yang baik
Anak yang mengalami konstipasi harus dilatih untuk membangun kebiasaan BAB yang baik.2 Salah satu
caranya adalah dengan membiasakan duduk di toilet secara teratur sekitar lima menit setelah sarapan,
bahkan jika anak tidak merasa ingin BAB. Anak harus duduk selama lima menit, bahkan jika anak telah
menyelesaikan BAB sebelum lima menit tersebut habis.
Anak juga harus belajar untuk tidak menahan keinginan BAB. Kadang anak mengalami kekhawatiran jika
harus menggunakan toilet di sekolah. Jika orang tua mencurigai adanya masalah tersebut, orang tua
hendaknya membicarakan masalah tersebut dengan anak maupun pihak sekolah.
Makanan tinggi serat
Serat membuat BAB lebih lunak karena menahan lebih banyak air dan lebih mudah untuk dikeluarkan.
Memperbanyak jumlah serat dalam makanan anak dapat mencegah konstipasi. Beberapa cara untuk
memenuhi kebutuhan serat anak adalah:1,2,3
Berikan minimal 2 sajian buah setiap hari. Buah yang dimakan beserta kulitnya, misalnya plum, aprikot,
dan peach, memiliki banyak kandungan serat.
Berikan minimal 3 sajian sayuran setiap hari.
Berikan sereal yang tinggi serat sepert bran, wheat, whole grain, dan oatmeal. Hindari sereal seperti corn
flakes.
Berikan roti gandum (wheat) sebagai ganti roti putih.
Banyak minum dapat mencegah konstipasi. Biasakan anak untuk minum setiap kali makan, sekali di antara
waktu makan, dan sebelum tidur. Namun perlu diperhatikan bahwa terlalu banyak susu sapi atau produk
susu lainnya (keju, yogurt) justru dapat mengakibatkan konstipasi pada sebagian anak.
PENGOBATAN
a.Laksans
Sebagian besar penderita dengan konstipasi ringan biasanya tidak membutuhkan pemberian laksans.
Namun bagi mereka yang telah melakukan perubahan gaya hidup, tetapi masih tetap mengalami
konstipasi, pemberian laksans dan atau klisma untuk jangka waktu tertentu dapat dipertimbangkan.
Pengobatan ini dapat menolong sementara untuk mengatasi konstipasi yang telah berlangsung lama
akibat usus yang malas. Pada anak-anak, pengobatan laksans jangka pendek, untuk merangsang supaya
usus mau bergerak secara teratur, juga dapat dipakai untuk mencegah konstipasi. Laksans dapat diberikan
per oral, dalam bentuk cairan, tablet, bubuk. Ada beberapa macam cara kerjanya.4,5,10
b.Bulk forming agents/hydrophilic
Digunakan untuk meningkatkan masa tinja, hingga akan merangsang terjadinya perilstatik. Bahan ini
biasanya cukup aman, tetapi dapat mengganggu penyerapan obat lain. Laksans ini juga dikenal dengan
nama fiber supplements, dan harus diminum dengan air. Dalam usus bahan ini akan menyerap air, dan
membuat tinja menjadi lebih lunak. Beberapa contoh : 4,5,10
Psyllium (Metamucil,Fiberall)
Methylcellulose (Citrucel)
Ispaghula (Mucofalk)
Dietary brand
c.Emollients / softeners / surfactant / wetting agents
Menurunkan tekanan permukaan tinja, membantu penyampuran bahan cairan dan lemak, sehingga dapat
melunakkan tinja. Pelunak tinja (stool softeners) dapat melembabkan tinja, dan menghambat terjadinya
dehidrasi. Laksans ini banyak dianjurkan pada penderita setelah melahirkan atau pasca bedah Beberapa
contoh:
Docusate (Colace, Surfak)
Mineral oil
Polaxalko
d.Emollient stool softeners in combination with stimulants / irritant
Emollient stool softeners menyebabkan tinja menjadi lunak. Stimulan meningkatkan aktivitas perilstatik
saluran cerna, menimbulkan kontraksi otot yang teratur (rhythmic). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa fenolftalen, yang dikandung dalam beberapa laksans stimulans, ternyata dapat meningkatkan
resiko kanker. FDA telah melakukan pelarangan penjualan bebas produk yang mengandung bahan
fenolftalen ini. Sebagian besar produsen laksans saat ini telah mulai mengganti fenolftalen dengan bahan
yang lebih aman. Beberapa contoh :
Docusate sodium and casanthranol combination (Peri-Colace, Diocto C, SilaceC)
Bisacodyl (Dulcolax)
Brand names include Correctol, Senna, Purge, Feen-A-Mint, and Senokot.
e.Osmotic laxatives
Mempunyai efek menahan cairan dalam usus, osmosis, atau mempengaruhi pola distribusi air dalam tinja.
Laksans jenis ini mempunyai kemampuan seperi spons, menarik air ke dalam kolon, sehingga tinja mudah
melewati usus.
Hyperosmolar laxatives : Polyethylene glycol solution (Miralax) Lactulose (Cephulac, Cholac, Constilac,
Duphalac, Lactulax)
Sorbitol
Glycerine
Saline laxatives :
Magnesium sulfate
Magnesium hydroxide (Phillips Milk of Magnesia)
Sodium phosphate (Fleet enema)
Sodium phosphate (Fleet enema)
Magnesium phosphate
Penderita yang sudah tergantung pada pemakaian laksans ini, sebaiknya dianjurkan untuk menghentikan
obat ini secara perlahan-lahan. Pada sebagian besar penderita, biasanya kemampuan untuk kontraksi kolon
dapat dipulihkan kembali secara alamiah, dengan memperbaiki penyebab konstipasi tersebut.
PENGOBATAN LAIN
Pengobatan spesifik terhadap terhadap penyebab konstipasi, juga dapat dikerjakan tergantung apakah
penyebabnya dapat dikoreksi atau tidak. Sebagai contoh, penghentian obat yang menimbulkan konstipasi,
atau tindakan bedah untuk mengoreksi ada tidaknya kelainan anorektal, seperti prolapsus rekti.
a.Prokinetik
Obat-obat prokinetik telah dicoba untuk pengobatan konstipasi, tetapi belum banyak publikasi yang
menunjukkan efektivitasnya. Obat prokinetik (seperti : cisapride dan metoclopramide) merupakan agonis
5HT4 dan antagonis 5HT3. Cisapride telah dilaporkan dapat memperbaiki keluhan penyakit refluks
gastroesofagus, namun pada konstipasi belum banyak laporan yang ditulis.
Tegaserod, merupakan agonis parsial 5-HT4, dapat mempercepat transit orosekal (tanpa mempengaruhi
pengosongan lambung) dan mempunyai tendensi untuk mempercepat transit kolon. Dalam uji klinik fase
III, tegaserod 12 mg/hari, menghasilkan peningkatan kelompok Irritabel bowel syndrome tipe konstipasi
yang mencapai tujuan utama hilangnya keluhan penderita. Efek sekunder yang ditemukan termasuk
antara lain perbaikan dalam konstipasi, nyeri sepanjang hari, dan rasa kembung.
b.Analog prostaglandin
Analog prostaglandin (misoprostil) dapat meningkatkan produksi PGE2 dan merangsang motilitas saluran
cerna bagian bawah.
c.Klisma dan supositoria
Bahan tertentu dapat dimasukkan ke dalam anus untuk merangsang kontraksi dengan cara menimbulkan
distensi atau lewat pengaruh efek kimia, untuk melunakkan tinja. Kerusakan mukosa rektum yang berat
dapat terjadi akibat ekstravasasi larutan klisma ke dalam lapisan submukosa. Beberapa cara yang dapat
dipakai
- Klisma dengan PZ atau air biasa
- Na-fosfat hipertonik
- Gliserin supositori
- Bisacodyl supositori
d.Biofeedback
Penderita dengan konstipasi kronik akibat disfungsi anorektal dapat dicoba dengan pengobatan
biofeedback untuk mengembalikan otot yang mengendalikan gerakan usus. Biofeedback
menggunakan sensor untuk memonitor aktivitas otot yang pada saat yang sama dapat dilihat di layar
komputer sehingga fungsi tubuh dapat diikuti dengan lebih akurat. Seorang ahli kesehatan yang
professional, dapat menggunakan alat ini untuk menolong penderita mempelajari bagaimana cara
menggunakan otot tersebut.
Dalam penelitian Houghton dan kawan-kawan (2002) ditemukan bahwa emosi dapat mempengaruhi
persepsi dan distensi rektal pada penderita IBS. Juga dapat ditunjukkan bahwa pikiran mempunyai peranan
yang sangat penting dalam modulasi faal saluran cerna.
e.Operasi
Tindakan bedah (subtotal colectomy dengan ileo-ractal anastomosis) hanya dicadangkan pada penderita
dengan keluhan yang berat akibat kolon yang tidak berfungsi sama sekali (colonic inertia). Namun
tindakan ini harus dipertimbangkan sungguh-sungguh, karena komplikasinya cukup banyak seperti : nyeri
perut dan diare.
OBAT-OBAT PENCAHAR

Banyak orang menggunakan obat pencahar (laksatif) untuk menghilangkan konstipasi.
Beberapa obat aman digunakan dalam jangka waktu lama, obat lainnya hanya boleh digunakan sesekali.
Beberapa obat digunakan untuk mencegah konstipasi, obat lainnya digunakan untuk mengobati konstipasi.
Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan adalah:
1. Bulking Agents
2. Pelunak Tinja
3. Minyak Mineral
4. Bahan-bahan Osmotik
5. Pencahar Perangsang.
1. Bulking Agents.
Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa) bisa menambahkan serat pada
tinja.
Penambahan serat ini akan merangsang kontraksi alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak dan lebih
mudah dikeluarkan.
Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan obat yang paling aman untuk merangsang buang air besar
yang teratur.
Pada mulanya diberikan dalam jumlah kecil.
Dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai dicapai keteraturan dalam buang air besar.
Orang yang menggunakan bahan-bahan ini harus selalu minum banyak cairan.
2. Pelunak Tinja.
Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja.
Sebenarnya bahan ini adalah detergen yang menurunkan tegangan permukaan dari tinja, sehingga
memungkinkan air menembus tinja dengan mudah dan menjadikannya lebih lunak.
Peningkatan jumlah serat akan merangsang kontraksi alami dari usus besar dan membantu melunakkan
tinja sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tubuh.
3. Minyak Mineral.
Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar dari tubuh.
Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak. Dan jika seseorang
yang dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius
pada jaringan paru-paru.
Selain itu, minyak mineral juga bisa merembes dari rektum.
4. Bahan Osmotik.
Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar, sehingga tinja menjadi lunak dan
mudah dilepaskan.
Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi.
Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol).
Beberapa bahan osmotik mengandung natrium, menyebabkan retensi (penahanan) cairan pada penderita
penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar.
Bahan osmotik yang mengandung magnesium dan fosfat sebagian diserap ke dalam aliran darah dan
berbahaya untuk penderita gagal ginjal.
Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai pengobatan daripada
untuk pencegahan.
Bahan ini juga digunakan untuk mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran
pencernaan dan sebelum kolonoskopi.
5. Pencahar Perangsang.
Pencahar perangsang secara langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan
mengeluarkan isinya.
Obat ini mengandung substansi yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau
minyak kastor.
Obat ini bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan kram
perut.
Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja setelah 15-60 menit.
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi
tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes).
Laksatif
Laksatif mungkin dibutuhkan untuk menangani konstipasi. Jika laksatif tidak bekerja atau harus diberikan
berulang kali, anak harus dievaluasi oleh dokter. Beberapa laksatif yang dapat diberikan adalah:
Jus prune: Jus prune adalah laksatif ringan yang efektif pada sebagian anak. Jus ini mungkin akan terasa
lebih enak jika dicampur dengan jus buah lain.
Psyllium husk (salah satu merknya adalah metamucil). Laksatif ini bekerja dengan melunakkan feses
sehingga lebih mudah dikeluarkan.
Senokot (senna). Laksatif ini bekerja dengan menstimulasi usus untuk mengosongkan isinya. Laksatif ini
berbentuk butiran yang dapat dicampur dengan makanan seperti es krim.
Durolax (bisacodyl). Bentuk laksatif ini adalah tablet dan bekerja dengan cara yang sama seperti senokot.
Coloxyl (docusate). Laksatif ini berupa tablet atau tetes, bekerja dengan melunakkan feses.
Agarol (parafin cair dan fenoftalein). Laksatif ini berbentuk cairan, bekerja dengan melunakkan dan
melicinkan feses, serta menstimulasi usus untuk mengosongkan isinya.
Parachoc (parafin cair dengan rasa coklat-vanila). Laksatif ini berbentuk cairan dan bekerja dengan cara
yang sama seperti agarol.
Laksatif lain yang digunakan misalnya lactulose, sorbitol, barley malt extract, magnesium hydroxyde,
atau magnesium citrate.4 Namun bayi di bawah usia satu tahun memiliki risiko lebih besar untuk
mengalami keracunan magnesium.
Perlu diingat bahwa penggunaan laksatif jangka panjang dapat berbahaya bagi anak. Karena itu, laksatif
hanya boleh digunakan dengan pengawasan dokter dan sesuai dosis yang diberikan.3
Supositoria
Jika setelah 2-3 hari penggunaan laksatif konstipasi anak tidak membaik, supositoria seperti glycerin atau
durolax suppositories dapat digunakan.1,2 Supositoria harus dilapisi dengan pelicin yang larut dalam air
seperti KY jelly sebelum dimasukkan ke rektum (bagian usus besar terdekat dengan anus). Jangan gunakan
vaselin karena vaselin tidak larut dalam air. BAB biasanya akan terjadi 30 menit setelah pemberian
supositoria.
Enema
Enema tidak boleh diberikan pada anak kecuali jika dokter memerintahkannya
Irigasi usus
Hal ini hanya diperlukan pada sebagian kecil anak yang mengalami konstipasi yang sangat berat.2 Hal ini
dilakukan di RS dengan memberikan cairan bernama Golytely baik dengan cara diminum atau melalui
selang lambung.
Berikut ini adalah algoritma penanganan konstipasi pada dua kelompok usia: di bawah satu tahun dan di
atas satu tahun;
1.Aktivitas dan olahraga teratur
2.Asupan cairan dan serat (25 30 gram/hari) yang cukup
3.Latihan usus besar; penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur tiap hari untuk
memanfaatkan gerakan usus besarnya. Dianjurkan waktu ini adalah 5 10 menit setelah makan, sehingga
dapat memanfaatkan refleks gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan
penderita tanggap terhadap tanda tanda dan rangsangan untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda
dorongan untuk BAB ini.

Anda mungkin juga menyukai