Anda di halaman 1dari 25

PEMBERANTASAN SARANG

NYAMUK DEMAM BERDARAH


DENGUE
OLEH
JUMANTIK (JURU PEMANTAU
JENTIK)
DASA WISMA TERATAI III RT
22 RW 09
OMA INDAH MENGANTI

GRESIK
A.

LATAR BELAKANG :
1. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ancaman bagi
kesehatan masyarakat
2. Masih ditemukan penderita DBD di wilayah perumahan Oma
Indah Menganti
3. Perlu diintensifkan upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan GOSBASMUK (Gerakan Oleh Semua Basmi
Sarang Nyamuk)
4. Upaya mandiri warga untuk menghindari penyakit DBD di
lingkungan dawis teratai III RT 22 RW 09 Oma Indah Menganti
5. Menurut Data Subdin P2P Dinkes Kabupaten Gresik terjadi
peningkatan penderita DBD dari tahun ke tahun.

B.
VISI dan MISI :
VISI :
Menurunkan Populasi Nyamuk Penularan DBD & Jentiknya
dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sehingga DBD tidak lagi
menjadi ancaman bagi masyarakat kita.

MISI :

1. Menurunkan kepadatan jentik nyamuk penularan DBD secara


berkala dan terus menerus
2. Memotivasi masyarakat dalam memperhatikan tempattempat yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk DBD

C.PROGRAM :
1. Melaksanakan PSN secara serentak dan berkesinambungan
2. Pengendalian Vektor Penyebab DBD (Fogging,Abatisasi, dan
Predator alam)
3. Meningkatkan peran serta warga dalam PSN
4. Pelatihan Pelaksanaan Pemantauan Jentik

D.
TUJUAN PELATIHAN JUMANTIK:
TUJUAN UMUM :
1. Setelah selesai latihan peserta (JUMANTIK) mampu memahami
penyebab, cara penularan, tanda-tanda, pertolongan pertamaa,dan
cara pencegahan penyakit DBD serta melakukan pemeriksaan
jentik, penyuluhan, dan motivasi kepada keluarga dan kelompok
masyarakat

TUJUAN KHUSUS :
1. Dapat menyebutkan penyebab penyakit dan nyamuk penular
penyakit DBD
2. Dapat menjelaskan cara penularan penyakit DBD
3. Dapat menyebutkan tanda-tanda penyakit DBD
4. Dapat menyebutkan dan melakukan cara-cara pertolongan pertama
5. Dapat menjelaskan ciri-ciri, lingkaran hidup dan tempat
perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti
6. Dapat menyebutkan dan melakukan cara-cara pencegahan penyakit
DBD
7. Dapat melakukan pemeriksaan jentik nyamuk aedes aegypti
8. Dapat melakukan penyuluhan dan motivasi kepada perorangan
maupun kelompok masyarakat.

Materi Penyuluhan Kader


Jumantik
A.
DAMPAK DBD
1.Dampak Sosial
o Kepanikan dalam keluarga
o Kematian anggota keluarga
o Berkurangnya usia harapan hidup

2.Dampak Ekonomi

o Dampak langsung
o Dampak tidak langsung

B.
Pengertian Penyakit DBD (demam berdarah
dengue)
Demam Berdarah Dengue adalah salah satu penyakit di daerah
tropis yang di sebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti (betina). Ditandai dengan demam mendadak 2
sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu, gelisah, nyeri
ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik-bintik merah,
lebam (ecchymosis) atau ruam (purpura), kadang-kadang terjadi
perdarahan di hidung (mimisan), berak darah, muntah bercampur
darah, kesadaran menurun atau shock.
Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang
hari, gigitan nyamuk itu sendiri lebih dari satu kali. Demam Berdarah
hanya ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti (betina) yang
berkembang biak di dalam air jernih di sekitar rumah, bukan di got /
comberan yang berair kotor. Protein yang terkandung di dalam darah

diperlukan oleh nyamuk betina untuk perkembangbiakan (produksi)


telurnya.

C.Siklus Penularan DBD:


o
o
o
o
o

D.

Dalam Tubuh Nyamuk:


Berkembangbiak ke seluruh tubuh termasuk ke kelenjar liur
Bila menggigit orang lain akan dipindahkan virus dengue
tersebut bersama air liur nyamuk
Bila menggigit orang yang tidak memiliki kekebalan (umumnya
anak-anak) akan menjadi penderita DBD
Nyamuk yang infeksius tersebut, seumur hidupnya akan menjadi
sumber penularan
Dalam darah manusia, virus dengue
akan mati dengan
sendirinya dalam waktu < 1 minggu

CARA PENULARAN
o Hanya oleh nyamuk A. Aegypti Betina
o Sumber Virus dengue:
o Penderita DBD
o Tidak Sakit DBD ( tapi dalam darahnya terdapat virus
dengue)
Orang yang tidak sakit ini kemungkinan tinggi menular
melalui nyamuk A. aegypti

E.Tanda-tanda Penyakit Demam Berdarah


Gejala Penyakit DBD:
o Panas 2-7 hari
o Bintik Perdarahan : Untuk membedakan dengan bintik yang lainnya,
kulit diregangkan, apabila merah itu hilang bukan tanda demam
berdarah
Gejala Tambahan :
o Nyeri Ulu hati
o Ujung-ujung jari pucat
Gejala Lanjutan :
o Perdarahan spontan

F. Pertolongan Pertama Pada Demam Berdarah


o Penanganan Pertama:

1. Beri Minum sebanyak-banyaknya bisa teh, susu dan lainnya,


sebaiknya oralit.
2. Kompres untuk menurunkan panasnya
o Pertolongan Selanjutnya:
1. Beri Obat penurun panas
2. Bawa ke sarana kesehatan terdekat
Jika penderita masih panas dengan sebab yang
setelah/belum pernah diobati( hari ke-3 panas saat ini)

tidak

jelas

WASPADA akan Demam Berdarah. Meliputi :


1. Mintalah pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya(LAB,dll)
2. Carilah keterangan apakah ada penderita demam berdarah di
sekitar atau penderita demam yang tidak jelas lainnya.
3. Waspadai terjadinya tiba-tiba pucat, lemas dan dingin atau
perdarahan spontan selama panas belum jelas sebabnya.
Pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan atau diminta untuk
mendukung dugaab ke arah DBD
1. Torniquet selama 5 menit untuk melihat
perdarahan kulit
2. Cek trombosit (normal 150.000-400.000)

adanya

bintik

Bila hasil mendukung segera rujuk ke sarana kesehatan yang


memiliki sarana lebih lengkap dengan adanya transfusi darah.

G.
Pencegahan Penularan Penyakit Demam
Berdarah
a. Cara

Fisik

Melalui PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dilakukan dengan


tiga cara yang disebut dengan 3M yaitu :
1. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya
seminggu sekali
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
3. Menguburkan,
mengumpulkan,
memanfaatkan
atau
menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
hujan seperti kaleng bekas, plastik bekas dan lainnya.
Selain itu ditambah dengan cara lainnya yang dikenal dengan 3 M
Plus seperti :

Ganti vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya


seminggu sekali
Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar

Tutup lubang pada potongan bambu, pohon dan lainnya


Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air
seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya yang dapat
menampung air hujan
Lakukan Larvasidasi yaitu membubuhkan bubuk pembunuh
jentik (Abate 1 G, Altosid 1,3 G dan Sumilarv 0,5 G) ditempat
yang sulit dikuras.
Pelihara ikan pemakan jentik
Pasang kawat kasa di rumah
Pencahayaan dan ventilasi memadai
Jangan biasakan menggantung pakaian dalam rumah
Tidur menggunakan kelambu
Gunakan obat nyamuk untuk menegah gigitan nyamuk

b. Cara Kimia
o Larvasidasi
Adalah menaburkan bubuk pembunuh jentik kedalam tempat
penampungan air. Bila menggunakan abate disebut Abatisasi. Adapun
beberapa larvasida yakni :
Menggunakan bubuk Abate 1 G (bahan aktif : Temephos 1%)
Bubuk abate 1G berwarna kecoklatan, terbuat dari pasir yang
dilapisi dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam
takaran yang dianjurkan aan bagi manusia dan tidak menimbulkan
keracunan. Jika dimasukan ke air maka sedikit demi sedikit zat kimia
itu akan terlarut merata dan membunuh semua jentik nyamuk yang
ada dalam tempat penampungan air. Diantaranya ada yang menempel
pada dinding tempat penampungan air dan bertahan sampai 3 bulan.
Oleh sebab itu penaburan abate perlu diulang setiap 3 bulan. Takaran
yang digunakan yakni untuk 100 liter air cukup dengan 10 gr bubuk
abate 1 G.

o Fogging (pengasapan)
Nyamuk Ae. aegypti dapat diberantas dengan fogging
(pengasapan) racun serangga, termasuk racun serangga yang
digunakan sehari-hari di rumah tangga. Melakukan pengasapan saja
tidak cukup, karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk
dewasanya saja.
Selama jentik tidak dibasmi, setiap hari akan mucul nyamuk
yang baru menetas dari tempat perkembangbiakannya. Disamping itu
biaya yang dikeluarkan untuk melakukan fogging juga cukup besar.
Karena itu cara yang tepat memberantas jentiknya yang dikenal
dengan istilah PSN DBD (Pemberansan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue).

Cara Biologis
Dengan memelihara ikan pemakan jentik yang diletakan pada kolam

atau genangan air yang sulit dikuras, seperti ikan kepala timah, cupang dan
lainya.
Menanam tanaman pengusir nyamuk seperti Lili gundi

o Tempat yang potensial:

FASE FASE KEHIDUPAN NYAMUK A. AEGYPTI


Sebelum kita memantau jentik sebaiknya mengetahui fase-fase kehidupan
nyamuk A. Aegypti.
Tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti adalah kontainer air buatan yang
berada di lingkungan perumahan yang banyak ditemukan di dalam rumah
dan sekitar lingkungan perkotaan seperti botol minuman, alas pot bunga, vas
bunga, bak mandi, talang air. Selain itu juga sering ditemukan di lubang
pohon, tempurung kelapa dan lainnya.
Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur-larvapupa/kepompong-dewasa. Perkembangan Ae. aegypti dari telur sampai
menjadi nyamuk dewasa memakan waktu sekurang-kurangnya sembilan
hari. Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Selanjutnya,
larva berubah menjadi pupa dalam waktu 5 -15 hari. Stadium pupa biasanya
berlangsung dua hari, lalu keluarlah nyamuk dewasa yang siap mengisap
darah dan menularkan DBD. Umur nyamuk dewasa umumnya 2-3 minggu
saja

a. Telur
Untuk bertelur, nyamuk betina akan mencari tempat seperti genangan
air atau daun pepohonan yang lembab. Nyamuk betina meletakan telurnya
didinding tempat penampuangan air atau barang-barang yang
memungkinkan tergenang di bawah permukaan air. Telur akan diletakan
berpencar (pada nyamuk Aedes oder Anopheles) atau dijejerkan dalam
satu baris (contoh nyamuk Culex) yang bisa mencapai 100-300 telur.
Telur berwarna hitam dengan ukuran 0,8 mm, berbentuk oval yang
mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel
pada dinding tempat penampungan air. Pada umumnya telur akan menetas
menjadi jentik dala waktu 2 hari setelah terendam air. Stadium jentik
umumnya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong berlangsung
antara 2-4 hari. Perkembangan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama
9-10 hari.

telur nyamuk

b.

Larva (jentik)

Larva adalah mahluk yang hidup di air, meskipun demikian untuk


bernafas larva harus menghirup udara secara langsung. Untuk itu, bagian
belakang tubuhnya dilengkapi dengan semacam pipa panjang hingga
menembus permukaan air. Ukuran larva umumnya 0,5 sampai 1 cm,
gerakannya berulang-ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas
kemudian turun kebawah dan seterusnya serta pada waktu istirahat
posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.
Ciri khas dari larva Aedes aegypti adalah adanya corong udara pada
segmen terakhir, pada corong udara terdapat pecten dan sepasang rambut
serta jumbae akan dijumpai pada corong udara. Pertumbuhan dan
perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yang
penting adalah temperatur, cukup atau tidaknya bahan makanan dan ada
tidaknya binatang lain yang merupakan predator.

larva kepalanya dibawah air

bagian belakang larva yang menyerupai pipa

Mikro organisme merupakan makanan larva. Dengan mengerakan


mulutnya yang menyerupai sikat, air dapat dibuat berpusar, sehingga mikro
organisme dapat masuk ke dalam mulutnya. Pada waktu bahaya, larva dapat
menyelam dan berenang di dalam air. Stadium larva tergantung dari jenis
nyamuk, temperatur air dan makanan yang didapatkan. Biasanya 4-6 hari.
c.

Pupa

Pupa tidak lagi mensuplai makanan ke dalam tubuhnya (fase istirahat).


Pada stadium ini, pupa bernafas pada permukaan air dengan menggunakan
dua tanduk kecil yang berada pada prothorax. Pupa juga sewaktu bahaya
dapat menyelam di dalam air. Stadium ini umumnya berlangsung hingga 510 hari, setelah itu akan keluar dari kepompongnya menjadi nyamuk.

Pupa Aedes aegypti


d. Nyamuk Dewasa

Setelah lahir (keluar dari kepompong), nyamuk istirahat untuk


sementara waktu. Beberapa saat setelah itu sayap meregang menjadi kaku,
sehingga nyamuk mampu terbang mencari mangsa atau darah.

Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap dairan tumbuhan atau sari


bunga untuk keperluan hidupnya, sedangkan yang betina mengisap darah.
Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada binatang
(bersifat antropofilik). Darah (proteinnya) diperlukan untuk mematangkan
telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, dapat menetas. Waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai nyamuk
mengisap darah sampa telur dikeluarkan biasanya antara 3-4 hari. (satu
siklus gonotropik). Usia nyamuk Ae. agypti biasanya 2-4 minggu.
Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktifitas
mengigit biasanya mulai pagi sampai sore hari, dengan 2 puncak aktifitas
antara pkll 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. nyamuk Aedes aegypti mempunyai
kebiasaan mengisap darah berulang kali dalam satu siklus gonotropik, untuk
memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat
efektif sebagai penular penyakit.
Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam
atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat
perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di
tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.

Terdapat 3 faktor yang berperan dalam penularan infeksi virus dengue


yakni manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Seseorang yang dalam darahnya
mengandung virus dengue merupakan sumber penularan DBD. Bila
penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut
terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan
memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk
termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira satu minggu setelah mengisap
darah penderita nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain
(masa inkubasi ekstrinsik).

Virus ini tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya, oleh
karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus dengue
menjadi penular infektif sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena
setiap kali nyamuk menggigit, sebelum menghisap darah akan
mengeluarkan air liur malalui saluran tusuknya (proboscis), agar darah yang
diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari
nyamuk ke orang lain.

Dalam mencari sasaran (korban), nyamuk menggunakan indera


penciumannya (Chemical sensors) yang sangat tajam, yang dapat membaui
sasarannya dari jarak 40 m. Cahaya terang sebaliknya dapat
membingungkan nyamuk, sehingga gangguan nyamuk dapat berkurang bila
terdapat cahaya. Begitu lampu dimatikan mulailah nyamuk mencari
sasarannya, terutama yang baunya paling mengundang. Tubuh manusia
memancarkan sebanyak 300-400 beragam zat bau-bauan. Nyamuk akan
tertarik oleh bau-bauan seperti CO2 (karbondioksida), keringat (karena
kandungan lactic acid) dan bakteri yang terdapat pada kulit. Selain itu

temperatur tubuh dan


ketertarikan nyamuk.

kelembaban

kulit

mempengaruhi

pula

daya

Nyamuk juga dilengkapi dengan sensor penerima panas (Heat sensors)


yang sangat sensitif. Ketika sudah DEKAT dengan sasarannya, nyamuk
diperkirakan berorientasi dengan temperatur yang dikeluarkan tubuh,
sehingga dapat dengan mudah menemukan sasarannya dalam kegelapan.
Indera yang terakhir adalah mata (Visual sensors), yang dapat membedakan
gerakan, terang dan gelap. Orang yang mengenakan pakaian yang kontras
(berbeda) dengan lingkungannya dapat menjadi sasaran hisapan nyamuk.

Belalai tidak lain adalah perpanjangan dari mulut nyamuk , dikenal


dengan nama proboscis.
Ujung Proboscis terdiri dari enam bagian:
- dua pipa (labrum), satu untuk menghisap darah dan satunya lagi untuk
memasukan cairan ke dalam jaringan kulit yang dikelilingi oleh
- dua gergaji (stylet)
- dua pisau yang ujungnya tajam (stylet)
Kesemuanya diselimuti oleh organ yang disebut labium (semacam
sarung senjata).
Nyamuk jantan bentuk proboscisnya tidak dikonstruksi untuk memotong
daging. Nyamuk jantan hanya hidup dari sari buahan dan sari bunga.
Cara nyamuk menghisap darah
1.

Nyamuk hinggap dengan ke enam kakinya di atas permukaan kulit.


Lalu belalai akan didekatkan ke permukaan kulit.
2.

Begitu labium (sarung senjata) ditarik, pisau tajam diujung belalai akan
melakukan gerakan maju dan mundur seperti gergaji, untuk memotong
permukaan
kulit.
Lapisan kulit yang paling luar, yang harus dipotong (dibuka) nyamuk dikenal
dengan nama epidermis. Epidermis berfungsi untuk melindungi kulit dari
pengaruh luar (lingkungan), pada lapisan ini tidak terdapat pembuluh darah.

Begitu terjadi luka, pembuluh darah akan menyempit dan darah akan
membentuk gumpalan yang menutupi luka. Selanjutnya terjadi proses
pembekuan darah (dikenal dengan istilah Hemostasis). Proses ini penting
untuk mencegah terjadinya luka pendarahan yang banyak, yang dapat
mengakibatkan kekurangan darah!!
Untuk mencegah hal tersebut (pembekuan darah), maka salah satu
pipa jarum (labrum) yang terdapat pada belalai akan mengeluarkan
semacam cairan yang mengandung anticoagulants (anti beku), yang
berasal dari dalam perutnya. Selanjutnya belalai akan terus masuk ke
lapisan yang lebih dalam, yaitu lapisan dermis. Di lapisan kulit inilah
terdapat pembuluh darah yang dibutuhkan nyamuk! Pembuluh
darah kapilar
Maka untuk dapat menghisap darah, nyamuk betina harus mencari
(memancing) terlebih dahulu DIMANA letak pembuluh darah kapilar dengan
belalainya.
Di lapisan ini belalai terus mencari (memancing) pembuluh darah kapiler
dengan interval waktu 10 detik sampai pembuluh kapiler ditemukan.

SOURCE: National Institute of Allergy and Infectious Diseases | GRAPHIC: By Brenna


Maloney and Patterson Clark, The Washington Post - May 01, 2007

Begitu ditemukan, maka darah akan segera dihisap.

Rata-ratanya dibutuhkan waktu 50 detik untuk memasukan belalai ke


dalam kulit manusia, tanpa ada gangguan, nyamuk akan menghisap

darah selama kira-kira 2,5 menit (2,8 mg darah). Tubuh manusia


mengandung 5-6 liter darah!

Selanjutnya nyamuk akan mencari makan dan berpasangan dan fase di atas
akan terulang.

Ukuran kepadatan jentik nyamuk


Pengamatan terhadap vektor DBD sangat penting untuk mengetahui
penyebaran, kepadatan nyamuk, habitat utama jentik dan dugaan risiko
terjadinya penularan. Data-data tersebut akan dapat digunakan untuk
memilih tindakan pemberantasan vektor yang tepat dan memantau
efektifitasnya.
Kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti dapat dketahui dengan
melakukan survey nyamuk, survey penangkapan telur dan survey jentik.
Survey jentik dilakukan dengan cara sebagi berikut :
a.

Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat


perkembangbiakan
nyamuk
Aedes
aegypti
diperiksa
untuk
mengetahui ada tidaknya jentik.
b. Memeriksa container yang berukuran besar seperti bak mandi,
tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya jika pada

c.

pandangan atau penglihatan pertama tidak menemukan jentik tunggu


kira-kira 0,5-1 menit untuk memastikan bahwa benar.
Memeriksa container yang kecil sepertii vas bunga/pot tanaman,
air/botol yang air keruhnya, airnya perlu dipindahkan ketempat lain.
Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap atau airnya keruh
digunakan senter.

Ada dua cara survey larva/jentik :


1. cara single larva
Survei ini dilakukan dengan mengambil larva disetiap tempat
genangan air yang ditemukan larva untuk diidentifikasi lebih lanjut larvanya.
2. secara visual
Survei cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di
setiap tempat genangan air tanpa mengambil larvanya.
Program pemberantasan penyakit DBD, survei jentik yang biasa
digunakan adalah secara visual. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui
kepadatan jentik Aedes aegypti adalah sebagai berikut :
a. House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah
yang diperiksa.
HI

= Jumlah rumah yang positif jentik


X 100 %
Jumlah rumah yang diperiksa

b. Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva


dari seluruh kontainer yang diperiksa
CI
= Jumlah kontainer yang positif jentik
X 100 %
Jumlah kontainer yang diperiksa
c. Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus
rumah.
BI
= Jumlah kontainer yang positif jentik
100 rumah yang diperiksa

X 100 %

HI lebih menggambarkan penyebaran nyamuk di suatu wilayah.


Density figure (DF) adalah kepadatan jentik Aedes aegypti yang merupakan
gabungan dari HI, CI, dan BI yang dinyatakan dengan skala 1-9 seperti tabel
berikut :

Tabel 1. Larva Index

Density figure (DF)


1
2
3
4
5
6
7
8
9

House Index (HI)


1-3
4-7
8 - 17
18 - 28
29 37
38 49
50 -59
60 76
>77

Container Index
1-2
3-5
6-9
10 -1 4
15 20
21 - 27
28 - 31
32 40
>41

Breteau Index
1-4
5-9
10 - 19
20 34
35 -49
50 74
75 99
100 199
>200

Berdasarkan hasil survei larva kita dapat menentukan density figure. Density
Figure ditentukan setalh menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan
dengan tabel Larva Index. Apabila angka DF kurang dari 1 menunjukan risiko
penularan rendah, 1-5 resiko penularan sedang dan diatas 5 risiko penularan
tinggi.

CARA PEMERIKSAAN JENTIK


CARA KERJA
1. Tentukan rumah/KK yang akan dikunjungi/diperiksa
2. Melakukan kunjungan rumah:
o Pilih waktu yang tepat untuk berkunjung (saat keluarga sedang
santai)
o Mulai pembicaraan dengan menanyakan sesuatu yang sifatnya
menunjukkan perhatian kepada keluarga itu
o Selanjutnya menceritakan peristiwa yang ada kaitannya dengan
DBD

o Membicarakan tentang penyakit demam berdarah,cara penularan


dll.
o Mengajak bersama-sama memeriksa tempat penampungan air dan
barang-barang yang dapat menjadi tempat berkembang biak
nyamuk Aedes Agypti
o Jika ditemukan jentik, beri penjelasan kepada tuan rumah tentang
berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti
o Jika tidak ditemukan, maka beri pujian kepada tuan rumah dan beri
saran untuk terus menjaga rumah agar selalu bebas jentik.
3. Melakukan pemeriksaan jentik:
o Periksa Bak Mandi/wc,tempayan,drum dan tempat-tempat
penampungan air lain
o Jika tampak, tunggu 0.5 1 menit, jika ada jentik ia akan muncul ke
permukaan air untuk bernafas
o Di tempat yang gelap gunakan senter
o Periksa juga vas bunga, tempat minum burung,kalengkaleng,plastik,ban bekas
4. Mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan jentik
o Tulis Nama KK yang dilakukan pemeriksaan
o Tulis nama Desa, RT dan RW
o Bila ditemukan jentik tulislah tanda (+) dan bila tidak ditemukan
tulislah tanda (-)
o Tulis hal-hal yang perlu diterangkan pada kolom keterangan seperti
rumah/kavling kosong,penampungan air hujan,dll
o Melaporkan hasil pemeriksaan jentik ke puskesmas sebulan sekali
TEKNIK PEMANTAUAN
o Dilakukan pada setiap rumah
o Pada lokasi yang potensial terdapat jentik
o Terutama tempat penampungan air yang bersih yang tidak kontak
dengan tanah baik di dalam maupun diluar rumah
o Waspadai tempat yang tidak sempat terpantau:
1. Air yang terjebak di talang air
2. Air pada vas bunga,tampungan kulkas, alat rumah tangga
lainnya
3. Pagar rumah yang terdapat air terjebak (pagar bambu)
4. Rumah kosong yang tidak ada penghuninya sehingga air tidak
pernah diganti
CARA PEMERIKSAAN JENTIK

PERLENGKAPAN JUMANTIK
1. Tabel pengisian hasil pemeriksaan

N
o

Nama KK

2. Buku tulis
3. Senter

Tempat yang
diperiksa

(+)

(-)

KET.

4. Abate, pulpen,

Daftar Pustaka

WHO, 1999, Demam Berdarah Dengue : diagnosis, pengobatan dan


pencegahan, EGC, Jakarta
WHO, 1997, Vector Control Methods for use by Individuals and
communities
Benenson, AS.1995. Control of Communicable Diseases Manual,
American Public Health Association.

Chevillon, Christine; Raymond, Michel; Guillemaud, Thomas;


Lenormand, Thomas & Pasteur, Nicole (1999). "Population genetics of
insecticide resistance in the mosquito Culex pipiens" (PDF fulltext).
Biol. J. Linn. Soc. 68 (1-2): 14757. doi:10.1111/j.10958312.1999.tb01163.x.
http://gemi.mpl.ird.fr/cepm/SiteWebESS/GB/Chevillon/1999%20Chevillo
n%20et%20al%20Biol%20L%20Linn%20Sty.pdf.

Florida Coordinating Council on Mosquito Control (1998): Florida


Mosquito Control: The State of the Mission as Defined by Mosquito
Controllers, Regulators, and Environmental Managers. University of
Florida.

Durden, Lance A.; Mullen, Gary L. (2002). Medical and veterinary


entomology. Boston: Academic Press. ISBN 0-12-510451-0.

Service, M. W. (1993). Mosquito ecology: field sampling methods (2nd


ed.). London: Elsevier Applied Science. ISBN 1-85166-798-9.

Ware, George Whitaker (1994). The pesticide book (4th ed.). Fresno,
CA: Thomson Publications. ISBN 0-913702-58-7.

Walker K (April 2002). "A review of control methods for African malaria
vectors" (PDF). Activity Report 108. U.S. Agency for International
Development. http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNACQ047.pdf.

Anda mungkin juga menyukai