Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEGIATAN

UPAYA PENGOBATAN DASAR (F6)


“PAROTITIS EPIDEMIKA”

Pendamping:
dr. Agus Sukaca
NIP. 19700305 200701 0 017

Disusun Oleh:
dr. Mentari Satyatami

PUSKESMAS KEDAWUNG I
KABUPATEN SRAGEN
2017
No. ID dan Nama Peserta :dr. Mentari Satyatami
No. ID dan Nama Wahana : Puskesmas Kedawung I
Tanggal (kasus) : 20 November 2017
Nama Pasien : An. A (5 tahun), BB=10 kg
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Agus Sukaca
Tempat Presentasi : Puskesmas Kedawung I
Obyektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan
Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa   Bumil
Lansia
 Deskripsi :
 Tujuan :
Bahan  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit
Bahasan : Pustaka
Cara  Diskusi  Presentasi dan  E-mail  Pos
Membahas : diskusi
Data Pasien : Nama: An. A Nomor Registrasi :
Nama Klinik: BP Umum Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / gambaran klinis :
Pasien datang diantar ibunya ke puskesmas dengan keluhan bengkak pada pipi kiri belakang
sejak 3 hari yang lalu. Bengkak pada pipi pasien terasa nyeri sepanjang hari dan bertambah berat saat
pasien membuka rahang dan mengunyah. Nyeri dirasakan berkurang bila pasien tidak berbicara,
menutup mulut, dan istirahat. Sejak 3 hari yang lalu, pasien demam yang tidak terlalu tinggi, tidak
disertai menggigil dan berkeringat. Ibu pasien mengaku demamnya turun setelah diberi paracetamol.
Ibu pasien mengatakan bahwa nafsu makan pasien juga berkurang. Pasien masih dapat makan dan
minum. Gusi bengkak (-), gigi berlubang (-), trauma daerah pipi kiri (-).
2. RPD :
- Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya
- Riwayat infeksi saluran pernafasan disangkal

3. Riwayat keluarga :
- Keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
- Teman sekolah pasien ada yang mengalami sakit seperti ini
Hasil Pembelajaran :
1. Definisi
Parotitis epidemika adalah penyakit virus akut yang menyerang kelenjar ludah terutama
kelenjar parotis (±60% kasus). Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel
epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Parotitis epidemika menyerang anak dibawah usia 15
tahun (±85% kasus).1,2,3
2. Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika adalah group paramyxovirus, yang juga termasuk
didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease. Virus mumps merupakan virus
RNA rantai tunggal yang termasuk dalam genus paramyxovirus dan merupakan salah satu virus
parainfluenza dengan manusia sebagai satu-satunya inang (host). Virus mumps mudah menular
melalui droplet, kontak langsung, air liur, dan urin.6
Infeksi parotitis epidemika ditandai dengan gejala prodromal berupa demam, nyeri kepala,
nafsu makan menurun selama 3-4 hari, yang diikuti peradangan kelenjar parotis dalam waktu 48 jam,
dan dapat berlangsung selama 7-10 hari. Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kelenjar
protis sampai 3 hari setelahnya. Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya
dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC oleh
formalin dan eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik.5,6
3. Patogenesis
Masa inkubasi virus mumps 15-25 hari kemudian virus bereplikasi di dalam traktus
respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis. Dari sini, virus menyebar melalui aliran darah ke
organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung, hati, ginjal,
dan saraf otak. Setelah masuk melalui saluran respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi atau
memperbanyak diri dalam sel epithel saluran nafas. Virus kemudian menuju ke banyak jaringan serta
menuju ke kelenjar ludah dan parotis. Bila testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis
sel epitel tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.
Adenitis kelenjar liur merupakan manifestasi dari viremia awal. Viruria dapat terjadi dan disertai
gangguan ginjal.4
4. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun, sakit kepala, muntah, sakit
waktu menelan, dan nyeri otot. Kadang dengan keluhan pembengkakan pada bagian pipi yang
terasa nyeri baik spontan maupun dengan perabaan, terlebih bila penderita makan atau minum
sesuatu yang asam.7,8
b. Klinis
 Panas ringan sampai tinggi (38,5 – 39,5)°C
 Keluhan nyeri di daerah parotis, satu atau di kedua belah pihak disertai pembesaran
 Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa malas
 Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa inkubasi 14-24 hari)
 Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif sampai sakit berat
 Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan mastoid)9
5. Diagnosis Banding
 Parotitis yang disebabkan oleh infeksi virus HIV, influenza, parainfluenza 1 dan 3, dan
sitomegalovirus.
 Pembesaran kelenjar parotis asimptomatik: akibat kelainan metabolik dan nutrisi seperti
diabetes mellitus, kwasiorkor, malnutrisi, obesitas dan sirosis.
 Pembesaran kelenjar parotis simptomatik: pembesaran kelenjar parotis akibat operasi.
 Parotitis supuratif: disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar dari duktus
kelenjar akibat otitis media atau mastoiditis.
 Parotitis berulang: suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tapi mungkin bersifat alergi
yang sering berulang dan mempunyai sialogram khas.
 Kalkulus salivarus: menyumbat saluran parotis atau lebih sering saluran sub mandibularis,
menyebabkan pembengkakan intermitten.
 Limfo sarkoma atau tumor parotis.
 Adenitis servikal, disebabkan oleh streptokokus, difteria bullneck, mononukleosisinfeksiosa,
cat-scrach disease, angina ludwig, dan selulitis kanalis auditorius eksterna.
 Reaksi obat: obat sulfonamid atau yodium organik bisa menimbulkan pembengkakan parotid
dan kelenjar salivaria lain disertai nyeri tekan; parotitisiodium, biasanya terjadi setelah
prosedur seperti urografi intravena; obat antihipertensi seperti guanetidin dapat menyebabkan
pembengkakan parotis.
 Sindroma Sjorgen: merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur lainnya yang
seringkali disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling sering terjadi pada wanita pasca
menopause7,8
6. Pemeriksaan Penunjang
 Darah rutin.
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan dengan
limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear
tingkat sedang.
 Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan parotis dan
kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu.
 Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya infeksi virus,
yaitu: Hemaglutination inhibition (HI) test, Neutralization (NT) test
 Pemeriksaan Virologi
Tes imunofluoresein untuk mendeteksi antibody dalam darah.7,8
7. Terapi
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang berlangsung
kurang lebih satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus mumps, oleh karena itu
pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
1. Penderita rawat jalan.
Penderita baru dapat dirawat jalan bila : tidak ada komplikasi, keadaan umum cukup baik.
a. Istirahat yang cukup
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu: metampiron: anak >6 bulan 250–500 mg/hari maksimum 2
g/hari; parasetamol: 10-15 mg/kgBB/hari diminum 3 kali sehari.
2. Penderita rawat inap.
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, dan gejala saraf perlu
rawat inap diruang isolasia. Pemberian diet lunak, cairan yang cukup, analgetik-antipiretik, serta
penanganan komplikasi yang terjadi.
3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
a. Encephalitis
Simptomatik, lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis
Istrahat yang cukup, pemberian analgetik-sistemik kortikosteroid (hidrokortison 10 mg/kg/24
jam/peroral, selama 2-4 hari.1,4,6,8
8. Komplikasi
a. Meningoensepalitis
b. Ketulian Tuli Saraf
c. Orkitis
d. Ooforitis
e. Pankreatitis
f. Nefritis
g. Tiroiditis
h. Miokarditis
i. Artritis
j. Kelainan pada mata
k. Embriopati parotitis7,8,9
9. Prognosis
Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri. Prognosis parotitis adalah baik,
dapat sembuh spontan dan komplit serta jarang berlanjut menjadi kronis. Sterilitas karena
orkhitis jarang terjadi.
10. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi
aktif.
a. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi
komplikasi
b. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi
telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) diberikan subkutan pada anak
berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak
menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat
diberikan bersama vaksin campak dan rubella. Pemberian vaksinasi dengan virus mumps,
sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi mumps pada
individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95%.
Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin
terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap komponenvaksin; demam akut; selama kehamilan;
leukimia dan keganasan; limfoma;sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti
metabolit; sedangmendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi
bila diberikansetelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin
mumps dalam situasi ini.6
DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson. Buku Ajar Ilmu Kesahatan Anak. (book online) diakses (tanggal 14 Desember 2017).
Diunduh dari
URL://http://books.google.co.id/books?
id=5EPWABOw9TYC&pg=PA1076&dq=parotitis&hl=id&sa=X&ei=_Bk9VNGoM4OgugS364
HgBQ&ved=0CCcQ6AEwAQ#v=onepage&q=parotitis&f=false
2. Ayu DS. Parotitis Epidemika. (serial online). Diakses (tanggal 14 Desember 2017). Diunduh
dari : URL: https://www.scribd.com/doc/216591507/makalah-parotitis
3. Rahman M. Parotitis. (serial online). Diakses (tanggal 14 Desember 2017) Diunduh dari URL://
http://www.scribd.com/doc/76304517/47453475-PAROTITIS
4. Erwanto. Penatalaksanaan Mumps. (serial online). Diakses (tanggal 14 Desember 2017). Diunduh
dari:
URL://http://www.jacinetwork.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=73:gondonganmumps&catid=45:immunization-
vaccination&Itemid=70
5. Jones. Parotitis rekuren pada Anak. (serial online). Diakses (tanggal 14 Desember 2017).
Diunduh dari
URL://: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1988676/pdf/archdisch01408- 0024.pdf
6. Ranuh GNGI, Suyitno H, et al. Campak, gondongan dan rubella dalam Pedoman Imunisasi Di
Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: Ikatan dokter anak Indonesia. 2011. P.353-61
7. Pudjijadi STM, Hadinegoro STS. Orktis Pada Infeksi Parotitis Epidemika: Laporan Kasus. Sari
Pediatri, Vol. 11, No. 1, Juni 2009. Diakses (tanggal 14 Desember 2017). Diunduh dari URL://
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-1-8.pdf
8. Templer WJ, Meyer DA et al. parotitis. Diunduh dari
URL:// http://emedicine.medscape.com/article/882461-overview pada tanggal 14 Desember 2017.
9. Sri Weli Teguh Pujo Sakti. Parotitis epidemika. 2015. Serial online. Diunduh dari URL://
http://elixir38.student.unej.ac.id/index.php/informasikesehatan/tht/parotitis-epidemika/ pada
tanggal 14 Desember 2017.
1. Subyektif:
Pasien datang diantar ibunya ke puskesmas dengan keluhan bengkak pada pipi kiri belakang
sejak 3 hari yang lalu. Bengkak pada pipi pasien terasa nyeri sepanjang hari dan bertambah berat
saat pasien membuka rahang dan mengunyah. Nyeri dirasakan berkurang bila pasien tidak berbicara,
menutup mulut, dan istirahat. Sejak 3 hari yang lalu, pasien demam yang tidak terlalu tinggi, tidak
disertai menggigil dan berkeringat. Ibu pasien mengaku demamnya turun setelah diberi paracetamol.
Ibu pasien mengatakan bahwa nafsu makan pasien juga berkurang. Pasien masih dapat makan dan
minum.
2. Obyektif:
Hasil Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum/ Kesadaran
KU : Compos Mentis
2) Vital Sign
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 37,8°C
3) Status Generalis
a. Kepala: rambut rontok (-)
Mata: konjungtiva palpebral anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung: nafas cuping hidung (-/-), mimisan (-)
Telinga: dbn
Mulut: dbn
Thorax: dbn
Abdomen: dbn
Ekstremitas: dbn
b. Status Lokalis
Regio angulus mandibula sinistra
Terdapat massa dengan diameter sebesar ± 5-8 cm, bentuk bulat oval, konsistensi
lunak, batas tegas, kemerahan (-), perabaan hangat (-), pus (-), nyeri tekan (+)
3. Assessment:
Diagnosis banding:
1. Parotitis Epidemika
2. Adenitis Servikalis
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat diambil kesimpulan bahwa diagnosis kerja pada
pasien ini adalah Parotitis Epidemika.
4. Plan:
i. Promotif
a. Menjelaskan kepada ibu pasien mengenai penyakit dan cara penularannya.
b. Menyarankan kepada ibu pasien agar pasien beristirahat dan makan makanan yang bergizi.
c. Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri.
d. Memberikan edukasi kepada ibu pasien akan pentingnya imunisasi MMR dimana imunisasi
berperan untuk membentuk antibodi dan kekebalan tubuh.
ii. Preventif
a. Imunisasi MMR
b. Hindari kontak dengan pasien parotitis
c. Menjaga kebersihan diri
d. Menggunakan alat pelindung diri seperti masker untuk menghindari droplet
iii. Kuratif
a. Non Farmakologi
a. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi dan beristirahat
yang cukup
b. Kompres dengan air dingin dan air hangat selang-seling pada pipi yang bengkak
b. Farmakologi
a. Anti piretik-analgetik: Parasetamol syrup 120mg/5ml, 3x1 cth selama 3 hari
b. Roboransia: Vitamin C 3x½ tablet selama 3 hari

Kedawung, Desember 2017

Dokter Pendamping Dokter Internsip

dr. Agus Sukaca dr. Mentari Satyatami

Anda mungkin juga menyukai