Abdomen : I: Datar
A: Bising usus (+) normal
P: Timpani (+)
P: Nyeri tekan (-), hepar/lien tak teraba membesar
Ekstremitas : Superior Inferior
Pucat : -/- -/-
Oedema : -/- -/-
Sianosis : -/- -/-
Akral dingin : -/- -/-
Capp. Refill : <2”/<2” <2”/<2”
PF Lokalis
Muka: Oedem di bagian hidung (+), makula eritem pipi (+)
Punggung: Makula Eritem dan papul eritem (+)
Lengan Atas: Makula Eritem (+)
6. Pemeriksaan Laboratorium:
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 12.3 gr % 12-14
Hematokrit 33 % 37-43
Leukosit 9.600 /mm3 5.000-10.000
Eritrosit 4.2 juta/mm3 4-5
Trombosit 169.000 /mm3 150.000-400.000
Gula Darah Sewaktu 120 mg/dl < 160
(GDS)
7. Penatalaksanaan:
Medikamentosa
IVFD RL 20 tpm
Inj. Metilprednisolone 62.5 mg/12 jam
Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
Inj, Paracetamol 500 mg/8 jam
Po. Sucralfat syr 3xC I
Po. Molagit tab 3x2 tab kp/jika mencret
Foto Pasien:
Punggung Lengan Atas
Tanggal Problem/Dx Subjektif Objektif Terapi
14 Maret 2019 Insect Bite Nyeri di bekas gigitan KU: IVFD RL 20 tpm
(+), bengkak di bekas Kesadaran Composmentis Inj. Metilprednisolone 62.5 mg/12 jam
gigitan serangga (-), TTV: Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
mual (+), muntah (-). TD: 140/90 mmHg Inj, Paracetamol 500 mg/8 jam
BAB cair (+) 1x. N: 84 x/menit
Po. Sucralfat syr 3xC I
RR: 20 x/menit
Po. Molagit tab 3x2 tab kp/jika mencret
t: 37 ℃
15 Maret 2019 Insect Bite Nyeri di bekas gigitan KU: IVFD RL 20 tpm
(+), bengkak di bekas Kesadaran Composmentis Inj. Metilprednisolone 62.5 mg/12 jam
gigitan serangga (-), TTV: Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
mual (-), muntah (-). TD: 140/90 mmHg Inj, Paracetamol 500 mg/8 jam
BAB cair (-). N: 86 x/menit
Po. Sucralfat syr 3xC I
RR: 20 x/menit
Po. Molagit tab 3x2 tab kp/jika mencret
t: 36.7 ℃
Tanggal Problem/Dx Subjektif Objektif Terapi
16 Maret 2019 Insect Bite Keluhan (-) KU: IVFD RL 20 tpm
Kesadaran Composmentis Inj. Metilprednisolone 62.5 mg/12 jam
TTV: Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
TD: 140/90 mmHg Inj, Paracetamol 500 mg/8 jam
N: 80 x/menit
Po. Sucralfat syr 3xC I
RR: 20 x/menit
Po. Molagit tab 3x2 tab kp/jika mencret
t: 36.5 ℃
Program BLPL
TINJAUAN PUSTAKA
ETIOLOGI
Insekta termasuk bagian dari artropoda. Dimana insekta terdiri dari :3,4
a. Anoplura (misal : Lice/kutu), ada 2 spesies yaitu Phthirius pubis dan Pediculus
humanus,
b. Coleoptera (terdapat 5 famili yang memproduksi bahan kimia yang dapat
menyebabkan inflamasi, yaitu : Meloidae (misal : kumbang), Staphylinidae,
Coccinellidae, and edemeridae)
c. Diptera (misal : lalat)
d. Hemiptera ( hama )
e. Hymenoptera ( lebah dan tawon )
f. Lepidoptera ( kupu-kupu dan ngangat )
g. Siphonaptera ( kutu/fleas ).
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan
serangga diantaranya adalah : 6
1. Reaksi alergi berat (anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat
mengancam kehidupan dan membutuhkan pertolongan darurat.
2. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga. Serangga atau
laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya :
Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
Laba-laba gembel (hobo)
Kalajengking
3. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
4. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
5. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
6. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan
untuk mengobati gigitan atau serangan serangga.
7. Infeksi virus. Infeksi dari nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile kepada
seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
8. Infeksi parasit. Infeksi dari nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.
Bedbug - Black Body louse Flea Fly Kissing bug
close-up widow
spider
II.
III.
Stinger Flea bite - Insect bite Insect bites Head louse, Head louse -
close-up
IV.
Head louse Lice, body Body louse, Crab louse, Pubic louse- Head louse
infestation - with stool female and female male and pubic
scalp (Pediculus larvae louse
humanus)
V.
PATOGENESIS
Gigitan atau sengatan serangga menyebabkan luka kecil. Kemudian, lesi yang
terjadi menyebabkan sistem imun tubuh bekerja sebagai respon terhadap benda asing
yang masuk (dalam hal ini gigitan atau sengatan serangga) dengan mengeluarkan
antibodi. Hipersensitivitas yang terjadi pada lesi terhadap kulit akibat gigitan atau
sengatan serangga melalui mediatornya yang disebut immunoglobulin E (IgE). Akibat
reaksi tersebut bisa memberikan rasa gatal dan effloresensi berupa papul, nodul dan
vesikel biasanya timbul +48 jam setelah gigitan atau sengatan tersebut. Manifestasi
tersebut merupakan suatu reaksi delayed hypersensitivity (type IV cell-mediated
immunity) melalui antigen selama gigitan tersebut.3
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan racun (bisa) yang tersusun
dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita.
Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak dilokasi yang tersengat.4
Sengatan dan saliva adalah suatu komponen yang kompleks dari gigitan
serangga yang menyebabkan luka kecil. Reaksi awal yang berperan pada reaksi adalah
histamin, serotonin, formic acid atau kinin. Selanjutnya terjadi perlambatan reaksi yang
merupakan manifestasi tipikal dari respon imun dari host terhadap alergen protein-
aceous.8
Misalnya gigitan dari lebah, tawon, penyengat, dan semut api adalah bagian dari
Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup
serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh
serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh sengatan ular.
Lebah, tawon, dan semut api berbeda-beda dalam menyengat.6
Ketika lebah menyengat, dan melepaskan seluruh alat sengatnya, pada saat
menyengat, lebah tersebut mati ketika proses menyengat itu terjadi. Seekor tawon dapat
menyengat berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia
menyengat. Sedangkan semut api menyengatkan racunnya (bisanya) dengan
menggunakan rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengatkan racun
(bisa) berkali-kali.6
GAMBARAN KLINIS
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai
macam faktor yang mempengaruhi. Gejala sangat tergantung pada jenis serangga dan
individu. Kebanyakan gigitan serangga menyebabkan kemerahan, bengkak, nyeri, dan
gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut.5,9
Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena
gigitan tersebut terluka. Urtikaria papular juga bisa terjadi sementara. Gatal sebagai
petanda, dan lesi 1-4 mm urtikaria papul eritemaatous. Lesi sering terasa gatal dan
terdapat ekskoriasi papul karena garukan akibat gatal. Jika luka tersebut tidak dirawat,
maka akan mengakibatkan peradangan akut.6
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, sesak napas, dan pingsan
merupakan gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis. Ini juga diakibatkan karena alergi
pada gigitan serangga. Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada tenggorokan
dan kematian karena gangguan pernafasan.6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap untuk melihat eosinofil, khususnya jika pasien
demam dan dicurigai terjadi infeksi bakteri sekunder. Juga dapat dilakukan tes tusuk
dengan alergen tersangka. Tes serologi dapat membantu untuk diagnosis arthropod-
borne disease.3
B. Pemeriksaan Histologi
Biopsi untuk preparat histologi dapat memberikan informasi gigitan dan
sengatan artropoda yang memproduksi a wedge-shape infiltrat perivaskular yang
banyak terdapat limfosit dan eosinofil. Reaksi gigitan bulla sebagai inflamasi
subepidermal.8 Pada urtikaria papular, terdapat edema pada dermis papilar yang
prominen dan infiltrat eosinofil pada inflamasi kronik perivaskular.10
DIAGNOSIS
Diagnosis awal gigitan serangga selain anamnesa juga dilakukan
pemeriksaan fisis yaitu inspeksi, palpasi pada kulit. Serta adanya riwayat gigitan
serangga sebelumnya penting untuk diketahui. Adanya gambaran klinis, seperti gatal,
bengkak ataupun rasa terbakar, dan lesi 1-4 mm urtikaria papul eritematous. Lesi sering
terasa gatal dan terdapat ekskoriasi papul karena garukan akibat gatal.8
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari insect bite adalah
1. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum
Arhtropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Kelainan
kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi.11,12
Angioedema ialah yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam daripada dermis,
dapat di submukosa, atau di subkutis, juga dapat mengenai saluran napas, saluran cerna,
dan organ kardiovaskular.14
Psikis dalam hal ini tekanan jiwa dapat memacu sel mass atau langsung
menyebabkan peningkatan permaebilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata hampi
11,5% penderita urtikaria menunjukkan gangguan psikis.14
TERAPI
Keberhasilan pengobatan tergantung pada hubungan faktor etiologi pada setiap
individu walaupun secara umum mengikuti standar pengobatan. Terapi langsung yang
sering digunakan untuk mengatasi gatal dan infeksi sekunder. Gatal adalah keluhan
primer dari gigitan serangga.6
Terapi topikal yang terdiri dari mentol, phenol, atau camphor mungkin diberikan
untuk penanganan awal, dapat juga diberikan antihistamin oral seperti diphenyhidramin
25-50 mg untuk mengurangi rasa gatal. Histamin meningkatkan permaebilitas kapiler
dan ini merupakan efek sekunder terhadap pembuluh darah kecil. Akibatnya protein dan
cairan plasma keluar ke ruangan ekstrasel dan menimbulkan udem. Efek ini jelas
disebabkan oleh peranan histamin reseptor H 1. Antihistamin bermanfaat untuk
mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin
endogen berlebihan.15
Topikal steroid mungkin juga sangat membatu untuk reaksi yang sensitif
terhadap gigitan tersebut. Pasien dengan gigitan yang banyak dan reaksi berat dapat
dianjurkan istirahat total dan diberikan steroid sistemik dosis sedang. Infeksi sekunder
dapat dikontrol dengan pemberian terapi topikal dan antibiotik oral.5
Pencegahan pada gigitan serangga juga dibutuhkan yaitu penangkal insekta
(insect repellents). Dimana penangkal insekta ini berbeda dengan insektisida, penangkal
ini tidak membunuh insekta, tapi mencegah gigitan ataupun sentuhan pada kulit.
Efektifnya penangkal ini karena nontoksik, nonalergen, noniritan, tidak merusak
pakaian, mudah digunakan dan murah.5
Iinsect repellents yang sangat efektif adalah diethyltoluamide (DEET). Selain
dari itu, juga terdapat dimethyl phthalate, dymethylcarbate, ethyl hexanediol,
butopyronoxyl (indalone) dan benzyl benzoate. Kombinasi 2 atau 3 dari penangkal
insekta dapat lebih efektif dibandingkan hanya satu.5
KOMPLIKASI
Gigitan serangga adalah variabel tergantung pada faktor. Akibat dari sengat atau
gigitan serangga adalah bengkak, merah, dan rasa gatal pada area yang digigit. Bahkan
dapat terjadi gangguan pernafasan, pingsan dan bahkan kematian, tergantung dari racun
(bisa) akibat sengatan. Kulit akan terinfeksi apabila daerah yang tersengat serangga di
garuk berkali-kali maka akan terjadi peradangan gigitan yang mengakibatkan suatu
kondisi yang disebut selulitis.1
DAFTAR PUSTAKA