Anda di halaman 1dari 42

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama pasien : Tn. E

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 57 tahun

Alamat : Sawaran lor, Lumajang

Agama : Islam

Status marital : Menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

MRS : 15 Oktober 2021

Tanggal pemeriksaan : 15 Oktober 2021

B. Anamnesis

1. Keluhan utama

Mata merah sebelah kanan

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke poli mata dengan keluhan mata merah sebelah kanan dan

terasa nyeri sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan penglihatan

buram, terasa silau. Pasien mengaku 1 minggu yg lalu terkena pasir. Pasien

mengaku membeli obat sendiri di toko tetapi tidak ada perbaikan gejala.

1
3. Riwayat penyakit dahulu

HT (-)

DM (-)

BPH (-)

BSK (-)

4. Riwayat pengobatan

Obat tetes ( lupa namanya)

5. Riwayat alergi

Tidak ada alergi obat

6. Riwayat Trauma

Tidak ada riwayat trauma sebelumnya

7. Riwayat keluarga

Orang tua pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa

8. Riwayat sosial ekonomi:

 Pasien sebagai petani

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

Keadaan umum : Cukup

Vital sign : Tensi : 120/70 mmHg

Nadi : 75 x/menit regular pulsasi kuat

RR : 18 x/menit

2
Suhu : 36.6 °C

Kepala leher : A/I/C/D -/-/-/-

Thorax :

I : normochest,simetris, retraksi -/-

P : ekspansi dinding dada simetris, gerak napas simetris

P : sonor/sonor

A : ves/ves, rhonki -/-, wheezing -/-

Cor :

I : Iktus cordis (-)

P : Iktus cordis kuat angkat (-)

P : batas jantung dalam batas normal

A : S1 S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)

Abdomen :

I : penonjolan di suprapubik

A : bising usus (+) normal

P : soefl,

P : timpani 8 regio, redup pada regio hipogastrik (suprapubik)

Ekstremitas :

¿
edema −¿−−¿−¿ ¿
¿
¿ ¿
akral hangat, kering, merah +¿+ +¿+ ¿¿

CRT < 2 detik

3
2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal 29 Agustus 2021

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

A. Darah lengkap

Hemoglobin 15,8 13,5 – 18,5 gr%

Leukosit 15.700 4000 – 11.000 /mm3

Erytrosit 5,28 3,9 – 6,5 /mm3

Gra% 81 43,0 – 76,0 %

Lym% 14 17,0 – 48,0 %

Mid% 5 4,0 – 10,0 %

Trombosit 312.000 150.000 – 450.000 /mm3

Antigen SARS-COV- NEGATIF NEGATIF (-)

2 (-)

EKG: sinus rhytme

D. Resume

Anamnesa

- Pasien datang dengan keluhan Mata merah

- Nyeri dan pengelihatan buram

- Pada pemeriksaan oftalmologis mata kanan ditemukan : visus oculi 1/300,

sklera hiperemis (+), Injeksi Konjungtiva (+), Injeksi siliar (+), Injeksi

4
subkonjungtiva (+), kornea Keruh berbatas tegas dan reguler, edema (+),

infiltrat (+), bilik mata depan Kedalaman sulit dinilai, keruh, lensa sulit

dievaluasi

Status Generalis

Tensi : 120/80 mmhg

Nadi : 75 x/menit

RR : 18 x/menit

Suhu : 36,6 ° C

Kepala : a/i/c/d = +/-/-/-

Leher : Pembesaran tyroid & KGB -/-

Paru-paru : Vesikuler +/+, Rhonki / Wheezing -/-

Jantung : Suara S1S2 tunggal regular, murmur (-), Gallop (-)

Abdomen : Supel, , Bising Usus + (Normal)

Hepar & Lien : Tidak ada pembesaran

Ekstremitas : Akral hangat (-), Edema (-) CRT < 2 dtk.

E. Daftar Masalah

Mata merah sebelah kanan

F. Diagnosis

Ulkus kornea OD

G. Diagnosis Banding

1. Ulkus kornea et causa Bakteri

5
2. Ulkus kornea et causa Jamur

3. Ulkus kornea et causa Virus

4. Ulkus kornea et causa Trauma

H. Planning Diagnosis

 DL

 Fluoresin test

 KOH

 Kultur

I. Planning Therapy

 MRS

 IVFD RL 16 tpm

 Inj. Antrain 2x1 k/p

 Konsul Sp.M

J. Edukasi

Memberitahukanpada keluarga dan pasien tentang :

 Keadaan pasien bahwa mata merah dan penurunan tajam pengelihatan

bisa di karenakan infeksi bakteri, jamur, atau virus yang dirasakan sejak

1 minggu yang lalu dan semakin memberat, sehingga untuk menegakkan

diagnosis akan dilakukan beberapa pemeriksaan tambahan.

 Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien seperti,

pemeriksaan penunjang, memasang infus, mengambil darah dll.

6
 Memberitahu kepada keluarga untuk memberikan support kepada pasien

agar lekas sembuh.

K. Monitoring

 Tanda-tanda vital pasien (BP, HR, T, RR, SP02 )

 Gejala pada mata

L. Prognosis

Dubia ad bonam

M. Follow up

Subjektif Objektif Assesment Planning

15-10-2021 KU: cukup Ulkus kornea - Infus RL 16 tpm

pukul 12.00 Kesadaran:compos OD - Inj. Antrain 3x1g

Nyeri mata mentis k/p

kanan, sekret GCS: E4 V5 M6 - Inj cipro 2x200

(+) TTV: mg

TD:110/70 mmHg - NB drip 1x1

Nadi: 90x/menit - Giflox ed gtt

Suhu: 36,5ºC 1/1jam

RR: 20x/menit - SA 1% 3x1

Kepala: - Cek HB & DL

7
A/I/C/D -/-/-/- 15,8 & 15.700

Status lokalis Evaluasi besok

: Hiperemis (+)  pro timolol &

Injeksi konjugtiva clhorampenicol

(+) - Diet TKTP

Injeksi siliar (+)

Injeksi

subkonjungtiva (+)

Thorax:

Pulmo: simetris,

Vesikuler +/+, Rh

-/-, Wh -/-

Cor: S1S2 tunggal

regular, gallop (-),

mrmur (-)

Abdomen:

Soefel, BU +

normal,

Ekstremitas:

AHKM, edem (-),

CRT <2 detik

8
Subjektif Objektif Assesment Planning

16-10-2021 KU: cukup Ulkus kornea - Infus RL 16 tpm

pukul 12.00 Kesadaran:compos OD - Inj. Antrain 3x1g

Nyeri mata mentis k/p

kanan, buram GCS: E4 V5 M6 - Inj cipro 2x200

(+) TTV: mg

TD:110/70 mmHg - NB drip 1x1

Nadi: 90x/menit - Giflox ed gtt

Suhu: 36,5ºC 1/1jam

RR: 20x/menit - SA 1% 3x1

Kepala: - Natacen ed 4x1

A/I/C/D -/-/-/- - Diet TKTP

Status lokalis

: SA sde

Hipopion (-)

Thorax:

Pulmo: simetris,

Vesikuler +/+, Rh

-/-, Wh -/-

Cor: S1S2 tunggal

9
regular, gallop (-),

mrmur (-)

Abdomen:

Soefel, BU +

normal,

Ekstremitas:

AHKM, edem (-),

CRT <2 detik

10
Subjektif Objektif Assesment Planning

17-10-2021 KU: cukup Ulkus kornea - Infus RL 16 tpm

pukul 12.00 Kesadaran:compos OD - Inj. Antrain 3x1g

Nyeri mata mentis k/p

kanan, panas GCS: E4 V5 M6 - Inj cipro 2x200

TTV: mg

TD:130/80 mmHg - NB drip 1x1

Nadi: 90x/menit - Giflox ed gtt

Suhu: 36,5ºC 1/1jam

RR: 20x/menit - SA 1% 3x1

Kepala: - Natacen ed 4x1

A/I/C/D -/-/-/- - C. Hyalub ed gtt

Status lokalis 1/jam

: SA sde - KIE cuci cilia

Hipopion (-) dengan sabun

Thorax: bayi

Pulmo: simetris, - Diet TKTP

Vesikuler +/+, Rh

-/-, Wh -/-

Cor: S1S2 tunggal

11
regular, gallop (-),

mrmur (-)

Abdomen:

Soefel, BU +

normal,

Ekstremitas:

AHKM, edem (-),

CRT <2 detik

12
Subjektif Objektif Assesment Planning

18-10-2021 KU: cukup Ulkus kornea - Infus RL 16 tpm

pukul 12.00 Kesadaran:compos OD - Inj. Antrain 3x1g

Mata kanan mentis k/p

panas (+) GCS: E4 V5 M6 - Inj cipro 2x200

TTV: mg

TD:110/70 mmHg - NB drip 1x1

Nadi: 90x/menit - Giflox ed gtt

Suhu: 36,5ºC 1/1jam

RR: 20x/menit - SA 1% 3x1

Kepala: - Natacen ed 4x1

A/I/C/D -/-/-/- - Pro OD Amnion

Status lokalis membran

: SA sde transplant  KIE

Hipopion (-) pasien

Thorax: - Diet TKTP

Pulmo: simetris,

Vesikuler +/+, Rh

-/-, Wh -/-

Cor: S1S2 tunggal

13
regular, gallop (-),

mrmur (-)

Abdomen:

Soefel, BU +

normal,

Ekstremitas:

AHKM, edem (-),

CRT <2 detik

14
Subjektif Objektif Assesment Planning

19-10-2021 KU: cukup Ulkus kornea - Infus RL 16 tpm

pukul 12.00 Kesadaran:compos OD - Inj. Antrain 3x1g

Nyeri mata mentis stop

kanan, buram GCS: E4 V5 M6 - Inj cipro 2x200

(+) TTV: mg

TD:110/70 mmHg - NB drip 1x1

Nadi: 90x/menit - Giflox ed gtt

Suhu: 36,5ºC 1/1jam

RR: 20x/menit - SA 1% 3x1

Kepala: - Natacen ed 4x1

A/I/C/D -/-/-/- - Acc KRS besok

Status lokalis setelah

: SA sde Clhorampenicol

Hipopion (-) habis

Thorax: - Diet TKTP

Pulmo: simetris,

Vesikuler +/+, Rh

-/-, Wh -/-

Cor: S1S2 tunggal

15
regular, gallop (-),

mrmur (-)

Abdomen:

Soefel, BU +

normal,

Ekstremitas:

AHKM, edem (-),

CRT <2 detik

16
BAB 2

17
18
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

ULKUS KORNEA

PENDAHULUAN
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea sampai
lapisan stroma akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea
mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel

19
baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu ulkus kornea sentral
dan ulkus kornea marginal atau perifer. 1,2
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan
dan gangguan penglihatan di seluruh dunia dan merupakan penyebab kebutaan nomor
dua di Indonesia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya
bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai.
Penyebab ulkus kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba dan herpes simpleks. 1,2
Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma yang merusak
epitel kornea. riwayat trauma bisa saja hanya berupa trauma kecil seperti abrasi oleh
karena benda asing, atau akibat insufisiensi air mata, malnutrisi, ataupun oleh karena
penggunaan lensa kontak. Peningkatan penggunaan lensa kontak beberapa tahun
terakhir menunjukkan peningkatan yang dramatis terhadap angka kejadian ulkus
kornea, terutama oleh Pseudomonas Aeroginosa. Sebagai tambahan, penggunaan
obat kortikosteroid topikal yang mula diperkenalkan dalam pengobatan penyakit mata
penyebabkan kasus ulkus kornea lebih sering ditemukan. .Perjalanan penyakit ulkus
kornea dapat progresif, regresi atau membentuk jaringan parut. 1,2
Ulkus kornea akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga
berat, fotofobia, penglihatan menurun dan kadang kotor. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit lamp. Pemeriksaan laboratorium
seperti mikroskopik dan kultur sangat berguna untuk membantu membuat diagnosis
kausa. Pemeriksaan jamur dilakukan dengan sediaan hapus yang memakai larutan
KOH. 1,
EPIDEMIOLOGI
Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di
Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena
trauma, pemakaian lensa kontak terutama yang dipakai hingga keesokan harinya, dan
kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya. 4
Penelitian di United Kingdom melaporkan beberapa faktor yang berkaitan
dengan meningkatnya resiko terjadinya invasi pada kornea; penggunaan lensa kontak
yang lama, laki-laki, merokok dan akhir musim sejuk (Maret-Juli). Dari penelitian

20
juga didapatkan insidens terjadinya ulkus kornea meningkat sehingga 8 kali ganda
pada mereka yang tidur sambil memakai lensa kontak berbanding dengan mereka
yang memakai lensa kontak ketika jaga. 4,5,6,7
Ulkus kornea dapat mengenai semua umur. Kelompok dengan prevalensi
penyakit yang lebih tinggi adalah mereka dengan faktor resiko. Kelompok pertama
yang berusia di bawah 30 tahun adalah mereka yang memakai lensa ontak dan/atau
dengan trauma okuler, manakala kelompok kedua yang berusia di atas 50 tahun
adalah mereka yang mungkin menjalani operasi mata. 4,5

ANATOMI DAN FISIOLOGI 1,5,6,7

Gambar 3. Anatomi mata


Secara garis besar mata di bagi tiga bagian:
 Tunika fibrosa
Tunika fibrosa terdiri dari sklera dan kornea. Sklera berwarna putih
merupakan lapisan luar yang sangat kuat dengan ketebalan 0,3-0,6 mm. Sklera juga
merupakan tempat insersi otot-otot akstraocular. Sementara itu, kornea adalah lapisan
yang berwarna bening dan berfungsi untuk menerima cahaya masuk dan sebagai
media refrakta. Pada bagian tengah, ketebalan kornea 0,52 mm dan pada bagian
perifer 0,65 mm. Diameter horizontal kornea berukuran 11,75 mm dan diameter
vertikalnya 10,6 mm. Dari anterior ke posterior tersusun atas lapisan epitel,
membrana Bowman’s, stroma, membrana Descement’s, dan endothel. Untuk

21
melindungi kornea ini, maka disekresikan air mata sehingga keadaannya selalu basah
dan dapat membersihkan dari debu.4
 Tunika Vaskulosa
Tunika vaskulosa merupakan bagian tengah bola mata, urutan dari tengah
kebelakang terdiri dari iris, corpus siliaris, dan koroid. Koroid merupakan lapisan
tengah yang kaya akan pembuluh darah, lapisan ini juga kaya akan pigmen warna.
Daerah ini disebut iris. Bagian depan dari iris ini disebut pupil yang terletak di
belakang kornea tengah. Pengaruh kerja dari otot iris adalah untuk melebarkan atau
menyempitkan bagian pupil. Ini diibaratkan diafragma yang dapat mengatur jumlah
cahaya yang masuk pada sebuah kamera. Disebelah dalam pupil terdapat lensa yang
berbentuk cakram dan terdapat otot siliaris. Otot ini sangat kuat dalam mendukung
fungsi lensa mata, yang selalu berkerja untuk memfokuskan penglihatan. Seseorang
yang melihat benda dengan jarak yang jauh tidak mengakibatkan otot lensa mata
berkerja, tetapi apabila seseorang melihat benda dengan jarak yang dekat maka akan
memaksa otot lensa bekerja lebih berat karena otot lensa harus menegang untuk
membuat lensa mata lebih tebal sehingga dapat memfokuskan penglihatan pada
benda-benda tersebut. Pada bagian belakang dan depan lensa ini terdapat rongga yang
terisi cairan bening yang masing-masing disebut Aqueous Humor dan Vitreous
Humor. Adanya cairan ini dapat memperkokoh kedudukan bola mata.4
 Tunika Nervosa
Tunika nervosa (retina) merupakan bagian dari mata yang terletak pada bagian
depan koroid. Bagian ini merupakan bagian terdalam dari mata. Lapisan ini lunak
namun tipis. Merupakan suatu struktur sangat kompleks yang terbagi menjadi 10
lapisan terpisah, tediri dari fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan neuron,
diantaranya adalah sel ganglion yang bersatu membentuk serabut saraf optik. Retina
tersusun dari 103 juta sel-sel yang berfungsi untuk menerima cahaya, dan mengubah
cahaya menjadi sinyal listrik. Sel kerucut bertanggung jawab untuk penglihatan siang
hari. Sel kerucut responsive terhadap panjang gelombang pendek, menengah, dan
panjang (biru, hijau, merah). Sel-sel ini terkonsentrasi di fovea yang bertanggung
jawab untuk penglihatan detail seperti membaca huruf kecil. Sedangkan sel batang

22
berfungsi untuk penglihatan malam. Sel-sel ini sensitif terhadap cahaya redup dan
tidak memberikan sinyal informasi panjang gelombang (warna). Sel batang
menyusun sebagian besar fotoreseptor di retina daerah perifer.4

Kornea (latin cornum=seperti tanduk) adalah sela put bening mata, bagian
selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola
mata sebelah depan. Kornea ini disisipkan ke sklera dilimbus, lekuk melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skleralis. Kornea memiliki diameter horizontal 11-
12 mm dan berkurang menjadi 9-11 mm secara vertikal oleh adanya limbus. Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi.
Kornea memiliki tiga fungsi utama: 1,6
 Sebagai media refraksi cahaya terutama antara udara dengan lapisan air mata
prekornea.
 Transmisi cahaya dengan minimal distorsi, penghamburan dan absorbsi.
 Sebagai struktur penyokong dan proteksi bola mata tanpa mengganggu
penampilan optikal.
Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang terdiri atas: 1
1. Epitel
- Tebalnya 50 um, terdiri atas lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel
basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda mi terdorong ke depan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng. Sel basal
berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel polygonal di depannya
melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran
air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
- Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
- Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membrana Bowman

23
- Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen
yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan
stroma.
- Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di antara
serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat
kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membrana Descemet
- Membrane aselular; merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel
endotel dan merupakan membran basalnya.
- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, tebal 40 um.

5. Endotel
- Berasal dari mesotehum, berlapis satu, bentuk heksagonal, tebal 20-40 um.
Endotel melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan zonula
okluden.

24
Gambar 4. Anatomi koraea
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf V saraf siliar longus berjalan suprakoroid, masuk ke
dalam stroma kornea, menembus membrana Bowman melepaskan selubung
Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa
ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus.
Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.
Kornea bersifat avaskuler, mendapat nutrisi secara difus dari humor aqous dan
dari tepi kapiler. Bagian sentral dari kornea menerima oksigen secara tidak langsung
dari udara, melalui oksigen yang larut dalam lapisan air mata, sedangkan bagian
perifer menerima oksigen secara difus dari pembuluh darah siliaris anterior. 1,5
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea.
Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata
di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, di mana 40 dioptri
dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea. Transparansi
kornea disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitasnya dan
deturgensinya.4,5,6 Secara klinis, kornea dibagi dalam beberapa zona yang
mengelilingi dan menyatu satu dengan yang lain, seperti pada gambar di bawah ini: 7

25
Figure 2-16 Topographic zones of the cornea, (Illustration Christine Gralapp.)
Gambar 5. Topografi dari komea7

ETIOPATOGENESIS
Ulkus kornea terjadi akibat organisme yang memproduksi toksin yang
menyebabkan nekrosis dan pembentukan pus di jaringan kornea. Ulkus kornea
biasanya terbentuk akibat Infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas
atau pneumokokus), jamur, virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba.
Penyebab lain adalah aberasi atau benda asing, penutupan kelopak mata yang tidak
cukup, mata yang sangat kering, defisiensi vitamin A, penyakit alergi mata yang berat
atau pelbagai kelainan inflamasi yang lain.1,2,6,8
Pengguna lensa kontak, terutamanya mereka yang memakainya waktu tidur,
bisa menyebabkan ulkus kornea. Infeksi oleh Protozoa, infeksi dengan
Achanthamoeba berkaitan dengan kebiasaan kebersihan lensa kontak yang buruk
(menggunakan air yang tidak steril), berenang atau berendam di air panas dengan
menggunakan lensa kontak. Organisme ini menyebabkan peradangan yang serius dan
seringkali di salah diagnosis dengan virus herpes simpleks. Keratitis herpes simpleks
merupakan infeksi viral yang serius. Ia bisa menyebabkan serangan berulang yang
dipicu oleh stress, paparan kepada sinar matahari, atau keadaan yang menurunkan
sistem imun. 4,7.
Pengguna lensa kontak dapat memiliki komplikasi baik secara
langsung atau akibat dari permasalahan yang ada yang diperburuk dengan pemakaian
lensa kontak. Lensa kontak secara langsung bersentuhan dengan mata dan memicu
komplikasi melalui: trauma, mengganggu kelembaban kornea dan konjungtiva,
penurunan oksigenasi kornea, stimulasi respon alergi dan inflamasi, dan infeksi.12

Hipoksia Dan Hiperkapnia


Akibat kondisi kornea yang avaskular, untuk metabolisme aerobik kornea
bergantung pada pertukaran gas pada air mata. Mata tiap individu memiliki kondisi

26
oksigenasi yang bervariasi untuk menghindari komplikasi hipoksia. Baik dengan
menutup mata maupun memakai lensa kontak keduanya dapat mengurangi proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada permukaan kornea. Transmisibilitas
oksigen (dK / L), yaitu permeabilitas bahan lensa (dK) dibagi dengan ketebalan lensa
(L), merupakan variabel yang paling penting dalam menentukan pengantaran relatif
oksigen terhadap permukaan kornea pada penggunaan lensa kontak. Pertukaran air
mata di bawah lensa kontak juga mempengaruhi tekanan oksigen kornea. Pada lensa
kontak kaku dengan diameter yang lebih kecil dengan transmissibilitas oksigen yang
sama atau lebih rendah dapat mengakibatkan edema kornea lebih sedikit jika
dibandingkan dengan lensa kontak lunak yang diameternya lebih besar karena
pertukaran air mata yang lebih baik. Hipoksia dan hiperkapnia sedikit pengaruhnya
pada lapisan stroma bagian dalam dan endotelium, dimana mereka memperoleh
oksigen dan menghasilkan karbon dioksida ke dalam humor aquous.12
Akibat oksigenasi yang tidak memadai, proses mitosis epitel kornea yang
menurun, menyebabkan ketebalannya berkurang, mikrosis, dan peningkatan
fragilitas. Akibat pada sel-sel epitel ini dapat menyebabkan keratopati pungtat epitel,
abrasi epitel, dan meningkatkan resiko keratitis mikroba. Akumulasi asam laktat pada
stroma akibat metabolisme anaerob menyebabkan meningkatnya ketebalan stroma
dan mengganggu pola teratur dari lamellae kolagen, menyebabkan striae, lipatan pada
posterior stroma, dan meningkatnya hamburan balik cahaya. Hipoksia dan
hiperkapnia stroma yang lama mengakibatkan asidosis stroma, yang dalam waktu
singkat akan menimbulkan edema endotel dan blebs dan dalam waktu yang lama
akan mengakibatkan polymegethism sel endotel. Efek lebih lanjut dari hipoksia
adalah hypoesthesia kornea dan neovaskularisasi baik pada epitel dan stroma.
Vaskularisasi stroma dapat berevolusi menjadi keratitis interstisial, kekeruhan yang
dalam, atau kadang-kadang perdarahan intrastromal. Pada beberapa kasus pemakaian
lensa kontak yang lama, kornea menjadi terbiasa dengan tegangan oksigen baru, dan
edema stroma berubah menjadi lapisan stroma yang tipis.12

Alergi Dan Toksisitas

27
Para pemakai lensa kontak menghadapi berbagai potensial alergen. Lensa kontak
mendorong adhesi dari debris, sehingga tetap bersentuhan dengan jaringan okular.
Larutan lensa kontak dan terutama pengawet di dalamnya menginduksi respon alergi
pada individu-individu yang sensitif. Hipersensitifitas thimerosal khususnya dapat
menyebabkan konjungtivitis, infiltrat epitel kornea, dan superior limbus
keratokonjunktivitis. Reaksi terhadap deposit protein pada lensa kontak ini dapat
mengakibatkan konjungtivitis giant papiler. Toksisitas yang dicetus oleh lensa kontak
yang tidak bergerak berhubungan dengan akumulasi yang cepat dari metabolik pada
lapisan kornea anterior, yang dapat mengakibatkan hiperemis pada limbus, infiltrat
kornea perifer, dan keratik presipitat. Komplikasi yang lebih berat akibat toksisitas
larutan mengakibatkan keratopati pungtat epitel.12

Kekuatan Mekanik
Kekuatan mekanik memicu komplikasi pada pengguna lensa kontak termasuk
abrasi akibat pemakaian atau pelepasan lensa yang tidak tepat, atau akibat fitting dan
pemakaian lensa kontak. Lensa kontak kaku yang tajam dapat menyebabkan distorsi
kornea atau abrasi. Pada kasus yang berat, permukaan kornea menjadi bengkok.
Keratokonus dapat timbul akibat kekuatan mekanik kronis dari pemakaian lensa
kontak. Permukaan yang terlipat dapat diakibatkan oleh lensa kontak lunak yang
terlalu ketat. Kerusakan epitel dapat terjadi secara sekunder akibat debris yang
terperangkap di bawah lensa. Komplikasi ini sangat penting mengingat dominannya
pemakaian lensa kontak kosmetik pada perempuan.12

Efek Osmotik
Lensa kontak meningkatkan penguapan air mata dan menurunkan refleks air
mata, sehingga kejadian keratopati pungtat epitel meningkat. Permukaan yang kering
akibat rusaknya lubrikasi mata oleh lapisan air mata, sehingga epitel beresiko terjadi
cedera mekanis seperti abrasi dan erosi. 12

28
Keratitis jamur bisa terjadi setelah trauma kornea yang disebabkan oleh
tumbuh-tumbuhan atau pada mereka dengan imunosuppressi. Keratitis acanthamoeba
terjadi pada pengguna lensa kontak, terutama pada mereka yang coba membuat solusi
pembersih sendiri. 12
Faktor resiko terjadinya ulkus kornea adalah mata kering, alergi berat, riwayat
kelainan inflamasi, penggunaan lensa kontak, immunosuppresi, trauma dan infeksi
umum. 4,7
Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea, yaitu sentral dan perifer. Ulkus
biasanya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Beratnya
penyakit juga ditentukan oleh keadaan fisik pasien, besar, dan virulensi inokulum.
Infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri, jamur, amuba dan virus. 1,2,5

Ulkus Kornea Tipe Sentral


Ulkus kornea tipe sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan
pada epitel. Lesi terletak di sentral, jauh dari limbus vaskuler. Etiologi ulkus kornea
sentral biasanya bakteri (pseudomonas, pneumokok, moraxela liquefaciens,
streptokok beta hemolitik, klebsiela pneumoni, e.coli, proteous), virus (herpes
simpleks, herpes zoster), jamur (Candida albican, fusarium solani, spesies nokardia,
sefalosporium dan aspergilus). 1,2
Mikroorganisme ini tidak mudah masuk ke dalam kornea dengan epitel yang
sehat. Terdapat faktor predisposisi untuk terjadinya ulkus kornea seperti erosi pada
kornea, keratitis neurotrofik, pemakaian kortikosteroid atau imunosupresif,
pemakaian obat anestetika lokal, pemakaian Idoxyuridine (IDU), pasien diabetes
melitus dan ketuaan. 1
Hipopion biasanya (tidak selalu menyertai ulkus). Hipopion adalah
penggumpalan sel-sel radang yang tampak sebagai lapisan pucat di bagian bawah
kamera anterior dan khas untuk ulkus kornea bakteri dan jamur. Meskipun hipopion
itu steril pada ulkus kornea bakteri, kecuali terjadi robekan pada membrane
Descemet, pada ulkus fungi lesi ini mungkin mengandung unsur fungus.2

29
Gambar 6. Ulkus kornea sentral pneumococcal dengan hipopion (pus di bilik
mata depan) 9

Ulkus Kornea Tipe Perifer (marginal)


Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit. Ulkus
ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun, khususnya
blefarokonjungtivitis stafilokok dan lebih jarang konjungtivitis Koch-Weeks. Ulkus
ini timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri; antibodi dari pembuluh limbus
bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea. 2

Ulkus kornea marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer


berbentuk khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan
tempat kelainannya. Sumbu memanjang daerah peradangan biasanya sejajar dengan
limbus kornea. Diduga dasar kelainannya ialah suatu reaksi hipersensitivitas terhadap
eksotoksin Stqfilokokus. Ulkus yang terdapat terutama di bagian perifer kornea, yang
biasanya terjadi akibat alergi, toksik, infeksi dan penyakit kolagen vaskuler. Infiltrat
dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat linear atau lonjong, terpisah dari limbus
oleh interval bening, dan hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami
vaskularisasi. Biasanya bersifat rekuren, dengan kemungkinan terdapatnya
Streptococcus pneumonic, Hemophilus aegepty, Moraxella lacunata dan Esrichia. l,2

30
Gambar 7. Ulkus kornea perifer
Penyebab dari ulkus kornea adalah: 7,13
 Ulkus kornea akibat jamur, yang pernah banyak dijumpai pada para pekerja
petanian, kini makin banyak dijumpai di antara penduduk perkotaan, dengan
dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata. Kebanyakan ulkus jamur
disebabkan organisme oportunis seperti Candida, Fusarium, Aspergillus,
Penicillium, Cephalosporium dan lain-lain. Tidak ada ciri khas yang membedakan
macam-macam ulkus jamur ini. Ulkus fungi ini indolen, dengan infiltrate kelabu,
sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial dan
lesi-lesi satelit (umumnya infiltrate di tempat-tempat yang lebih jauh dari daerah
utama ulserasi). Lesi utama, dan sering juga lesi satelit, merupakan plak endotel
dengan tepian tidak teratur di bawah lesi komea utama, disertai reaksi kamera
anterior yang hebat dan abses kornea. Terdapat juga kongesti siliaris dan
konjungtiva yang nyata, tetapi gejala nyeri, mata berair dan fotofobia biasanya
lebih ringan dibandingkan dengan ulkus kornea akibat bakteri. Kerokan dari ulkus
kornea jamur, kecuali yang disebabkan Candida, mengandung unsur-unsur hifa;
kerokan dari ulkus Candida umumnya mengandung pseudohifa atau bentuk ragi,
yang menampakkan kuncup-kuncup khas. 2,6,7
 Bakteri merupakan penyebab paling banyak ulkus kornea. Organisme yang
biasanya terlibat yaitu Pseudomonas aeroginosa, staphylococcus aureus, S.
epidermidis. Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza dan Moraxella
catarrhalis. Neiseria species, Corynebacterium dhiptheriae, K. aegyptus dan
Listeria merupakan agen berbahaya oleh karena dapat berpenetrasi ke dalam
epitel kornea yang intak. Karakteritik klinik ulkus kornea oleh karena bakteri sulit
untuk menentukan jenis bakteri sebagai penyebabnya, walaupun demikian sekret

31
yang berwarna kehijauan dan bersifat mukopurulen khas untuk infeksi oleh
karena P aerogenosa. Kebanyakan ulkus kornea terletak di sentral, namun
beberapa terjadi di perifer. Meskipun awalmnya superficial, ulkus ini dapat
mengenai seluruh kornea terutama jenis Pseudomonas aeroginosa. Batas yang
maju menampakkan ulserasi aktif dan infiltrasi, sementara batas yang
ditinggalkan mulai sembuh. Biasanya kokus gram positif, Staphylococcus aureus,
S. epidermidis. Streptococcus pneumonia akan memberikan gambaran tukak yang
terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak tukak
yang supuratif, daerah kornea yang terkena yang tidak terkena akan tetap
berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel radang. Bila tukak disebabkan oleh
Pseudomonas aeroginosa maka tukak akan terlihat melebar secara cepat, bahan
purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan tukak. 1,2,7,9,10

(a) (b)

Gambar 8. Ulkus kornea bakteri 6,10


KET: (a) Ulkus Kornea Pneumococcus
(b) Ulkus kornea Pseudomonas aeroginosa
(c) Ulkus kornea yang kecil yang disebabkan oleh infeksi Staphylococcus,
akibat penggunaan kontak lensa.
(d) Ulkus kornea berat yang disebabkan oleh infeksi Pseudomonas
Pyocyaneus

32
 Oleh virus, ulkus lebih sering disebabkan oleh virus Herpes simpleks, Herpes
Zoster, Adenovirus. Herpes virus menyebabkan ulkus dendritik, yang bersifat
rekuren pada tiap individu, akibat reaktivasi virus laten di ganglion Gasserian,
serta unilateral. Pada virus Hepes simpleks, biasanya gejala dini dimulai dengan
injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel
kornea, kemudian keadaan ini disusul dengan bentuk dendritik serta terjadi
penurunan sensitivitas dari kornea. Biasanya juga disertai dengan pembesaran
kelenjar preaurikuler.1'2'9'10

Gambar 9. Tukak kornea disebabkan oleh infeksi herpes simplex (ulkus


dendritik) 9,10

 Infeksi oleh Protozoa, infeksi dengan Achanthamoeba berkaitan dengan kebiasaan


kebersihan lensa kontak yang buruk (menggunakan air yang tidak steril),
berenang atau berendam di air panas dengan menggunakan lensa kontak.
Organisme ini menyebabkan peradangan yang serius dan seringkali di salah
diagnosis dengan virus herpes simpleks. Pasien umumnya mengeluh nyeri.
Mulanya berupa keratopati pungtata atau pseudodendrit. Tanda klasik berupa
infiltrat cincin dan perineural timbul kemudian.

33
Gambar 10. Infiltrat berbentuk ring pada ulkus kornea oleh infeksi
Achanthamoeba 9,10
Kornea perifer memilki karakteristik morfologi dan imunologi yang berbeda
yang memungkinkan terjadinya suatu reaksi inflamasi. Tidak seperti bagian sentral
kornea yang avaskuler, kornea perifer sangat dekat dengan konjungtiva limbal
sebagai sumber nutrisi melalui kapilernya, sumber sel imunokompeten seperti
makrofag, sel Langerhans, limfosit dan sel plasma. Beberapa stimulus inflamasi pada
kornea perifer yang disebabkan oleh invasi organisme mikroba (bakteri, virus, jamur,
parasit), deposit imun kompleks (penyakit imun sistemik), trauma, keganasan, atau
kondisi dermatologi yang menghasilkan respon imun lokal maupun sistemik,
mengakibatkan pengerahan neutropil dan aktivasi komplemen (baik klasik maupun
jalur alternatif) pada jaringan maupun pembuluh darah. Aktivasi komponen
komplemen dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler dan menggerakan faktor
kemotaktik untuk neutrofil (C3a, C5a). Neutrofil, menginfiltrasi kornea perifer dan
melepaskan enzim proteolitik dan kolagenolitik, metabolit oksigen reaktif, dan
substansi proinflamasi (platelet-activating-faktor, leukotrin, prostaglandin),
menyebabkan disolusi dan degradasi stroma kornea. Di samping itu, konjungtiva
limbal yang mengalami inflamasi memproduksi kolagenase yang memperberat
terjadinya degradasi stroma. Penyakit sistemik dapat menyebabkan deposit kompleks
imun terjadi oleh karena enzim degradatif yang dilepaskan terutama oleh neutrofil.
GEJALA KLINIS 1,2,6,7,10,11
Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi, tergantung
dari penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri yang
ekstrirn oleh karena paparan terhadap nervus, oleh karena kornea memiliki banyak
serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea menimbulkan rasa sakit dan fotopobia. Rasa
sakit mi diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea
dan menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan
membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan

34
terutama jika letaknya di pusat. Fotopobia pada penyakit kornea adalah akibat
kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh darah Ms adalah fenomena
refleks yang disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea. Fotopobia yang berat pada
kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi
pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun
berairmata dan fotopobia umunnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada
tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen. 2
Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada epitel
yang nampak pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga terdapat tanda-tanda uveitis
anterior seperti miosis, aqueus flare (protein pada humor aqueus) dan kemerahan
pada mata. Refleks axon berperan terhadap pembentukan uveitis, stimulasi reseptor
nyeri pada kornea menyebabkan pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin,
histamine dan asetilkolin. Pemeriksaan terhadap bola mata biasanya eritema, dan
tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan konjungtiva, injeksi siliaris biasanya
juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus konjungtiva dan pada permukaan
ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan opasitas kornea berwarna krem. Ulkus
biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan batas yang tegas. Pemeriksaan dengan slit
lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis dan hipopion. 1,2,6,10

DIAGNOSIS 7,11
Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis,
dan pemeriksaan penunjang. Keberhasilan penanganan ulkus kornea tergantung pada
ketepatan diagnosis, penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan yang terjadi. Adapun
jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis
adalah:

 Anamnesis

35
Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan oleh
pasien, dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, silau jika melihat
cahaya, kelopak terasa berat. Yang juga harus digali ialah adanya riwayat trauma,
kemasukan benda asing, pemakaian lensa kontak, adanya penyakit vaskulitis atau
autoimun, dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
 Pemeriksaan fisis
- Visus
• Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi
oleh karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi
cahaya yang masuk ke dalam media refrakta.
- Slit lamp
• Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan
pada kornea.
• Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun
perikornea.
 Pemeriksaan penunjang
- Tes fluoresein
Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Untuk
melihat adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau menunjukkan
daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru menunjukkan daerah
yang intak).
- Pewarnaan gram dan KOH
Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur.
- Kultur
Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada beberapa
kasus.

DIAGNOSIS BANDING 1
Konjungtitivitis Keratitis/ulkus Iritis akut Glaukoma

36
kornea akut
Sakit Kesat Sedang Sedang Hebat dan
sampai menyebar
hebat
Kotoran Sering purulen Hanya reflex Ringan tidak ada
epifora
Fotofobia Ringan Hebat Sedang
Kornea Jernih Flouresein (+ Presipitat Edema
++)
Iris Normal Muddy Abu-abu
kehijauan
Penglihatan N <N <N <N
Sekret (+) (-) (-) (-)
Tekanan N N <N <N+++
Injeksi Konjungtival Siliar Siliar Episkelara
Uji Bakteri Sensibilitas Infeksi Tonometri
local

PENATALAKSANAAN 7,11
Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri
dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Sampai saat ini
pengobatan dengan steroid masih kontroversi.6 Secara umum ulkus diobati sebagai
berikut :

37
 Bila terdapat ulkus yang disertai dengan pembentukan secret yang banyak, jangan
dibalut karena dapat menghalangi pengaliran secret infeksi dan memberikan
media yang baik untuk perkembangbiakan kuman penyebabnya.
 Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari
 Antisipasi kemungkinan terjadinya glaucoma sekunder
 Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya cukup diberi lokal kecuali
pada kasus yang berat.
Terapi kortikosteroid pada peradangan kornea masih kontroversi. Telah
diketahui bahwa pada keratitis telah terjadi kerusakan jaringan baik oleh karena efek
langsung enzim litik dan toksin yang dihasilkan oleh organisme pathogen serta
kerusakan yang disebabkan oleh reaksi inflamasi oleh karena mikroorganisme.
Reaksi inflamasi supuratif terutama banyak sel polimorfonuklear leukosit. Neutrofil
mampu menyebabkan destruksi jaringan oleh metabolit radikal bebasnya maupun
enzim proteolitiknya. Alasan yang masuk akal penggunaan kortikosteroid yaitu untuk
mencegah destruksi jaringan yang disebabkan oleh neutrofil tersebut. Berikut adalah
kriteria pemberian kortikosteroid yang direkomendasikan : 3,7,8
 Kortikosteroid tidak boleh diberikan pada fase awal pengobatan hingga organisme
penyebab diketahui dan organisme tersebut secara in vitro sensitif terhadap
antibiotik yang telah digunakan.
 Pasien harus sanggup datang kembali untuk kontrol untuk melihat respon
pengobatan.
 Tidak ada kesulitan untuk eradikasi kuman dan tidak berkaitan dengan virulensi
lain.
Di samping itu, adanya respon yang memuaskan terhadap pemberian
antibiotik sangat dianjurkan sebelum memulai pemberian kortikosteroid.
Kortikosteroid tetes dapat dimulai dengan dosis sedang (prednisolon asetat atau fosfat
1% setiap 4-6 jam), dan pasien harus dimonitor selama 24-48 jam setelah terapi awal.
Jika pasien tidak menunjukkan efek samping, frekuensi pemberian dapat ditingkatkan
dengan periode waktu yang pendek kemudian dapat di tapering sesuai dengan gejala
klinik. 3,8

38
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tenang,
kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan tambahan 1-2
minggu. Pada tukak kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti apabila dengan
pengobatan tidak sembuh atau terjadinya jaringan parut yang mengganggu
penglihatan. l

KOMPLIKASI
Ulkus kornea dapat berkomplikasi dengan terjadinya perforasi kornea
walaupun jarang. Hal ini dikarenakan lapisan kornea semakin tipis dibanding dengan
normal sehingga dapat mencetuskan terjadinya peningkatan tekanan intraokuler.
Jaringan parut kornea dapat berkembang yang pada akhirnya menyebabkan
penurunan parsial maupun kompleks juga dapat terjadi, glaukoma dan katarak.
Terjadinya neovaskularisasi dan endoftalmitis11, penipisan kornea yang akan menjadi
perforasi, uveitis, sinekia anterior, sinekia posterior, glaucoma dan katarak juga bisa
menjadi salah satu komplikasi dari penyakit ini.2,3,6

PROGNOSIS
Prognosis dari ulkus kornea tergantung dari cepat lambannya pasien mendapat
pengobatan, jenis mikroorganisme penyebab, dan adanya penyulit maupun
komplikasi. Ulkus kornea biasanya mengalami perbaikan tiap hari dan sembuh
dengan terapi yang sesuai. Jika penyembuhan tidak terjadi atau ulkus bertambah
berat, disgnosis dan terapi alternatif harus dipertimbangkan. 3,4

BAB 3

PEMBAHASAN

39
Seorang laki-laki 57 tahun datang ke IGD RSBL dengan keluhan mata merah

sebelah kanan dan terasa nyeri sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan

penglihatan buram, terasa silau. Hal ini sesuai dengan definisi ulkus kornea yang

dikemukakan oleh Biswel (2008) Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian

permukaan kornea sampai lapisan stroma akibat kematian jaringan kornea.

Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase

yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang.

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetus militus,

cidera ataupun trauma sehingga kemungkinan penyebab ulkus kornea pada pasien ini

dikarenakan oleh infeksi bakteri, jamur atau virus. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

terjadinya ulkus kornea terjadi akibat organisme yang memproduksi toksin yang

menyebabkan nekrosis dan pembentukan pus di jaringan kornea. Ulkus kornea

biasanya terbentuk akibat Infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas

atau pneumokokus), jamur, virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba

Selain itu pasien juga mengeluh jika mata kanan nyeri, merah, pandangan

kabur Keluhan ini dirasakan sejak 1 minggu yang lalu dan semakin lama semakin

memburuk. Hal ini menandakan bahwa pasien mengalami Ulkus kornea disebabkan

oleh infeksi bakteri, jamur, atau virus yang tidak terobati dengan benar

Pada pemeriksaan fisik didapatkan Pada pemeriksaan oftalmologis mata kanan

ditemukan : visus oculi 1/300, sklera hiperemis (+), Injeksi Konjungtiva (+), Injeksi

siliar (+), Injeksi subkonjungtiva (+), kornea Keruh berbatas tegas dan reguler, edema

(+), infiltrat (+), bilik mata depan Kedalaman sulit dinilai, keruh, lensa sulit

dievaluasi.

40
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat ditarik

kesimpulan bahwa pasien mengalami Ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri,

jamur, virus sehingga untuk memastikan penyebab dari ulkus kornea tersebut harus

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

41
1. Biswell R. Cornea In Vaughn D, Asbury T, Eva PR, eds. General Ophtalmology
17th ed. USA Appleton & Lange; 2008. p. 126-49
2. Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine.
Citied on August 9, 2011. Avaible from: http://www.emedicine.com/emerg/topic
115.htm.
3. Netter Atlas of Human Anatomy.
4. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit mata Edisi
ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI ; 2008. H.l-13.
5. Riordan P. Anatomy & Embriology of the Eye. In: Vaughan DG, Asbury T,
Riordan-Eve P. General Ophtalmology. 17th ed. USA: Appleton & Lange; 2008.
P.8-10
6. Lange Gerhard K.Ophtalmology. 2000. New York: Thieme. P. 117-44
7. Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section
8, American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P.38-9
8. Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section
8, American Academy of Ophthalmology, USA 2008-2009 P.179-92
9. Basic and Clinical Science Course. Fundamental and principles of
ophthalmology, section 2, American Academy of Ophthalmology, USA 2008-
2009. P. 45-9
10. Ilyas S. Mata Merah dengan penglihatan Turun Mendadak. In: Ilyas S. Ilmu
Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004. P.147-67
11. Farouqui SZ, Central Sterile Co rnea Ulceration. Citied on August 9 th, 2011.
Available from: www.emedicine.com.
12. Boles, SF, MD. Lens Complication & Management QEI Winter 2009 Newsletter.
Citied on August 9 th, 2011.

42

Anda mungkin juga menyukai