Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

Seorang Perempuan 51 Tahun dengan Tumor mamae Bilateral

Disusun Oleh :
dr. Hosiana Oktaviany Winaris

Pembimbing :
dr. Francisca Christauriza Ari Pratomo, Sp.B

Internsip Periode 2021-2022


RSUD BAGAS WARAS
KLATEN
1 Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 51 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jeruk Manis, RT 1 RW 3 , Glagah, Jatinom, Klaten
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
      Tanggal MRS : 28 September 2021
2 Anamnesis
Keluhan utama :  Benjolan di payudara kiri
a. Riwayat Penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RS Bagas Waras dengan keluhan benjolan di payudara kiri,
dirasakan sudah sejak 2 bulan terahkir, awalnya benjolan dirasakan hanya kecil
kemudian semakin membesar terutama Di bagian Kiri. Pada bagian Kanan baru
dirasakan menetap sejak 2 minggu terahkir. Pasien datang dengan rencana akan
dilakukan tindakan operasi lumpektomi tanggal 29/9/2021. Pasien tidak merasakan
demam, batuk, pilek dan sesak.

b. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
- Riwayat Penyakit jantung : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat ISK : disangkal
- Riwayat Alergi obat : disangkal
- Riwayat operasi : disangkal
- Riwayat KB. : Pasien mengaku menggunakan KB
suntik 3 Bulan namun sudah berhenti 3 tahun
Yang lalu. Pasien masih menstruasi secara teratur.

c. Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
- Riwayat Asma. : disangkal
- Riwayat Penyakit jantung : disangkal

d. Riwayat kebiasaan :
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat minum alkohol : disangkal
- Riwayat Pola makan. : Pasien mengaku jarang mengkonsumsi
makanan cepat saji, ataupun Yang berbahan
kimia.

e. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang guru Biaya kesehatan ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status present     
Keadaan Umum             : sedang
Kesadaran                    : compos mentis
Tekanan darah               : 110/70 mmHg
Nadi                               : 82 x/menit
Respirasi                        : 20 x/menit
Suhu                               : 36,2 º C
SpO2 : 98%

Status general
Kepala : Normocephali
Mata : konjungtiva anemis +/+ Sklera ikterus +/+ reflek pupil +/+, 3mm
isokor
THT : Telinga : Sekret (-)
Hidung : Sekret (-)
Tenggorok : Tidak diperiksa
Mulut : mencong (-)
Thorax : Simetris (+) saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Cor :
 Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
 Palpasi : iktus kordis tidak teraba, thrill (-)
 Perkusi : bergeser ke kaudolateral
 Auskultasi : S1 S2 normal regular, murmur (-)

Pulmo :

 Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris statis dan dinamis, retraksi (-)
 Palpasi : Gerakan dinding dada teraba simetris, nyeri tekan (-)
 Perkusi : Suara sonor +/+
 Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen:
 Inspeksi : Distensi abdomen ( - )
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Perkusi : Timpani (+)
 Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) epigastium
Ektremitas : Hangat +/+, edema -/- CRT < 2 detik,
+/+ -/-
Status Lokalis
- At regio mammae sinistra
Inspeksi : tampak benjolan di kuadran mammae (-), nipple rectracted
(+), hiperemis (-) tampak kulit berbenjol-benjol , p'eau d orange (+)
Palpasi : Teraba benjolan perbatasan kuadran superoinferolateral
(jam 9) konsistensi keras, permukaan licin, terfiksir(+), ukuran kurang
lebih 10cm , nyeri tekan (+), niplle discharge (-) darah(-)

- At regio mammae deksta : teraba benjolan lunak, multiple , retraksi putting, p’eau d
orange(-), discharge (-),dimpling (-), perubahan warna kulit (-), venektasi (-)

- At region Supraklavikula Dextra dan Sinistra : Tidak ditemukan benjolan dan


tidak ada pembesaran KGB.

3.4 Pemeriksaan Penunjang


     31 Januari 2021 di IGD
Hematologi
DARAH LENGKAP
Lekosit 7,62 103/uL
Eritrosit 5,15 mm3
Hemoglobin 14,1 gr/dL
Hematokrit 41,2 %
MCV 80,0 fl
MCH 27,3 pg
MCHC 34,1 g/dL
Trombosit 275 103/uL
HITUNG JENIS
Neutrofil 65,1 %
Limfosit 25,6 %
Monosit 4,6 %
Eosinofil 4,3 (H) %
Basofil 0,4 %
Golongan Darah A (+)

Koagulasi
Waktu Pembekuan (CT) 9’ (H) Menit
Waktu Perdarahan (BT) 2’30” Menit

Imunologi
HBsAg Non Reaktif
Anti HIV Non Reaktif
Anti HCV Non Reaktif

Kimia Klinik
Glukosa Darah (Stick) 99 mg/dL

EKG
RO THORAX

5 Diagnosis Kerja
Tumor Mammae Bilateral, Carsinoma Mamae Sinistra

6 Penatalaksanaan
- Infus RL 20tpm
- Injeksi Ceftriaxon 1g preop
- Rencana op tanggal 29/9/2021

7 Follow Up

Tanggal S O A P
29/9/21 Pasien KU sedang, CM Tumor Hari ini op
mengatakan T : 100/70 mmHg Mammae Preop inj
cemas N : 80 x/menit Bilateral ceftriaxon 1g
R : 20 x/menit Post op inj
T: 36,2oC ceftriaxon 1g/12j,
Mata     : CA +/+,SI +/+ inj ketorolac 1a/8j
Thorax : Cor/Po dbn Sampel kirim PA
Ekt : hangat +/+, edema -/-
Abd : supel, distensi (-),
BU(+)N, turgor N
30/9/21 Nyeri (+) KU sedang, CM Tumor Post op inj
post op T : 120/70 mmHg Mammae ceftriaxon 1g/12j,
N : 68 x/menit Bilateral inj ketorolac 1a/8j
R : 20 x/menit Sampel kirim PA
T: 36,oC
Mata     : CA +/+,SI +/+
Thorax : Cor/Po dbn
Ekt : hangat +/+, edema -/-
Abd : supel, distensi (-),
BU(+)N, turgor N
11/10/21 Nyeri (+) KU sedang, CM Tumor BLPL
udah T : 100/70 mmHg Mammae Cefixim 2 x
berkurang N : 80 x/menit Bilateral 100mg
R : 20 x/menit As. Met 3 x
T: 36oC 500mg
Mata     : CA +/+,SI +/+
Thorax : Cor/Po dbn
Ekt : hangat +/+, edema -/-
Abd : supel, distensi (-),
BU(+)N, turgor N

Hasil USG dan Histopatologi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sejarah Penyakit


Kanker mammae dengan sebab yang tidak jelas telah menarik perhatian ahli
bedah selama berabad-abad. Meskipun telah dilakukan penelitian sejak beribu-ribu
tahun yang lalu dan pengembangan penatalaksanaan sesuai dengan perkembangan
zaman, kanker mammae tetap menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti oleh
banyak orang khususnya kaum wanita.1
Bedah Papyrus Smith (3000-2500 SM) merupakan dokumen tertua yang merujuk
tentang kanker mammae.Disebutkan bahwa tidak ada obat yang dapat menyembuhkan
kanker mammae. Beberapa penelitian terus dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut
sampai akhirnya pada abad ke 19, Moore dari Middlesex Hospital, London
menyarankan pengangkatan seluruh payudara dan kelenjar limfe sekitar yang terlibat
untuk menangani kanker mammae. Bukan hanya tindakan bedah yang
dilakukan pada saat itu tetapi juga mulai dikembangkan radioterapi dan kemoterapi. 1
Akhirnya sejak tahun 1970-an, didapat kemajuan besar dalam mengintegrasikan
operasi, radioterapi dan kemoterapi untuk mengendalikan kanker mammae,
meningkatkan kelangsungan hidup penderita dan meningkatkan peluang
mempertahankan payudara.1Hingga saat ini masih terus dilakukan penelitian-penelitian
dan upaya-upaya untuk menangani kasus kanker mammae secara tepat sesuai dengan
stadium kanker.
Mengenai penyebab kanker mammae, pada tahun 1990, Marrie-Clare King
melaporkan melalui sebuah penelitian bahwa faktor yang paling berperan dalam
perkembangan kanker mammae adalah mutasi gen.3 Diperkirakan sebesar 5-10%
kasuskanker mammae disebabkan oleh faktor herediter terutama pada wanita yang
mengidap kanker mammae pada usia muda (<40 tahun), akibat adanya mutasi gen
BRCA-1 dan BRCA-2.1
Sampai detik ini, evaluasi awal kanker mammae dan keterlibatan pembuluh limfe
axilla merupakan hal yang palingpenting untuk menentukan tingkat kelangsungan hidup
dan stadium penderita kanker mammae. Selain itu, diagnosis sebelum tindakan bedah
dan intervensi terapi harus didasari oleh penilaian yang teliti tentang luasnya penyakit
secara klinis.2

3.2 Epidemiologi
Kanker mammae adalah kanker yang paling sering terjadi pada wanita diseluruh
dunia. Insiden kanker mammae yang sangat tinggi terjadi hampir di semua negara,
termasuk di AS, Canada, Australia dan negara-negara Eropa, menujukan angka kejadian
sebesar 67,3-86,3/100.000 populasi per tahun kecuali Jepang. Sedangkan di negara-
negara sub-Saharan Africa dan Asia angka kejadian pertahun mencapai 30/100.000
populasi.1 ACS (American Cancer Society) memperkirakan inseiden kanker mammae
sebesar 29% dan 16% dari jumlah tersebut diperkirakan meninggal dunia. Data dari
Surveilance, Epidemyology End Result (SEER) melaporkan bahwa wanita kulit putih di
Amerika Serikat mempunyai resiko terkena kanker mammae sebesar 13,1%
dibandingkan dengan wanita kulit hitam di Africa hanya sebesar 9,6%.3
Angka kejadian kanker mammae diperkirakan terus meningkat sesuai umur. Pada
usia 25 tahun kanker mammae menyerang 5/100.000 populasi, pada usia 50 tahun
menyerang 150/100.000 populasi dan pada usia 75 tahun kanker mammae menyerang
200/100.000 populasi. Insiden kanker mammae pada pria diperkirakan < 1% yaitu
sebesar 2,5/100.000 populasi.4
3.3 Embriologi
Pada minggu ke-5 atau ke-6 pembentukan fetus, payudara dan milk lines telah
nyata pada embrio. Duktus dan lobus terbentuk dari pertumbuhan kedalam ektoderm
dari permukaan puting, sehingga payudara berasal dari organ dermal.Setiap payudara
berkembang ketika sebuah ingrowth dari ektoderm membentuk jaringan primer didalam
mesenkim. Epitel cord berkembang dari tunas sekunder dan memperpanjang ke
mesenkim sekitarnya. Duktus laktiferus berkembang, terbuka ke dalam sebuah lubang
mammae dangkal.Selama masa kanak-kanak, proliferasi mesenkim mengubah lubang
mamae tersebut menjadi puting.Jika ada kegagalan pada lubang mamae untuk naik di
atas permukaan kulit, hasilnya puting menjadi terbalik (inverted nipple). Tambahan
payudara (polymastia) atau tambahan puting (polythelia) dapat terjadi di sepanjang
garis susu (Fig. 16-2) ketika terjadi kegagalan regresi.1

3.4 Anatomi makroskopik dan mikroskopik


Struktur dasar :

 Tersusun dari kelenjarsusu, jaringan ikat, dan jaringan lemak.


 Terletak dalam lapisan fascia pectoral superficial.
 Setiap kelenjar mammae terdiri dari kira-kira 15-20 lobulus, setiap lobulus
memiliki duktus laktiferous yang terbuka pada areola.
 Terdapat ligament yang terbentang sepanjang fascia pektoralis profunda sampai
lapisan fascia superfisialis di dalam dermis yang berfungsi
menyokong mammae, disebut sebagai Ligamentum Cooper’s.
 Terbagi dalam 4 kuadran, garis vertikal dan horizontal yang
menyeberangi puting : kuadran dalam atas (UIQ), kuadran dalam
bawah (LIQ), kuadran luar atas (UOQ), dan kuadran luar bawah
(LOQ).2
Mammae adalah modifikasi dari kelenjar keringat yang berkembang di bagian
anterior tubuh dan bagian lateral dari thorax.Secara umum perkembangan mammae
akan meluas ke bagian superior (costa II), bagian inferior (costa VI), bagian medial
(sternum) dan bagian lateral (garis mid axilla). Sedangkan kompleks puting-areola
terletak antara costa IV dan V.3

Puting dan areola


Epidermis pada puting dan areola berpigmen dan bergelombang.Saat pubertas,
pigmen menjadi lebih gelap, dan bentuk puting semakin naik.Saat hamil, areola
meluas dan pigmentasinya meningkat. Areola mengandung kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, kelenjar asesorius yang memproduksi peninggian-peninggian kecil
pada permukaan areola ( tuberkel Montgomery).1
A : duktus laktiferous
B : Lobulus/kelenjar susu
C : bagian duktus yang menahan air susu/sinus laktiferous
D : puting susu
E : jaringan lemak
F : otot pectoralis mayor
G : tulang rusuk

Enlargement:
A : normal sel duktus
B : membrane sel
C : lumen (center of duct).

Mammae diperdarahi oleh a.mamary interna (a.thoracic interna)


dan a.thoracic lateral. Kedua arteri tersebut berasal dari a.axillary yang
masing-masing masuk ke mammae melalui bagian atas medial dan
bagian atas lateral mammae. Cabang dari arteri-arteri tersebut saling
beranastomose. Selain itu a.mammary interna mempercabangkan
a.intercostal posterior yang memperdarahi bagian dalam dari mammae.3
Pembuluh darah vena akan mengikuti pembuluh darah arteri dengan drainase
vena menuju axilla. Tiga kelompok vena yang paling berperan adalah v.axilla (yang
mempunyai peran utama dalam drainase), v.torakalis interna dan v.intercostal posterior.
Pleksus vertebra Batson's dari v.paravertebra yang berjalan sepanjang tulang belakang
dan memanjang dari dasar tengkorak ke sacrum, dapat memberikan rute metastasis
kanker payudara ketulang belakang, tengkorak, tulang panggul, dan sistem saraf pusat.1
Di bagian dalam dari m.pectoralis mayor terdapat m.pectoralis minor yang
berhubungan dengan letak pembuluh limfe axilla, pembagian pembuluh limfe pada
daerah tersebut dimaksudkan untuk mempermudah pembedahan dan mempermudah
menilai stadium kanker.Tingkat I adalah pembuluh limfe axilla yang terletak di lateral
sampai batas lateral m.pectoralis minor. Tingkat II terdapat tepat di bagian bawah
m.pectoralis minor.Bagian III adalah pembuluh limfe yang terletak di medial sampai
batas medial dari m.pectoralis minor. Rotter’s lymph nodes atau pembuluh limfe
interpectoral terletak antara m.pectoralis mayor dan m.pectoralis minor.5

A : m. pectoralis mayor
B : axillary lymph nodes : levels I (low axilla)
C : axillary lymph nodes: levels II (mid axilla)
D : axillary lymph nodes: levels III (apical axillary)
E : supraclavicular lymph nodes
F : internal mammary lymph nodes.
Ketiga cabang lateral kutaneus melalui 6 saraf intercostal memberikan persarafan
sensorik pada payudara danpadaanterolateraldinding dada. Saraf intercostobrachial
adalah cabang lateral kutaneus dari saraf intercostal kedua dan dapat terlihat selama
pembedahan aksila. Reseksi saraf intercostobrachial menyebabkan hilangnya sensasi
pada aspek medial lengan atas.1

Nervus Area yang dipersarafi Kelainan jika terjadi


trauma
Long thoracic m.serratus anterior Skapula terangkat
nerve (of Bell)
n.thoracodorsal m.latissimus dorsi Tidak dapat mengangkat
badan dari posisi duduk
n. pectoralis medial m.pectoralis mayor dan Kelemahan otot pectoralis
dan lateral minor
n.intercostobrachial Melewati axilla menuju Baal pada area persarafan
Lengan
Table 8-1.2
3.5 Fisiologi
Pertumbuhan dan fungsi payudara dipengaruhi oleh beragam rangsangan hormon,
termasuk estrogen, progesteron, prolaktin, oxytosin, hormon tiroid, kortisol, dan
hormon pertumbuhan.Estrogen, progresteron dan prolaktin memiliki efek yang sangat
penting untuk perkembangan dan fungsi payudara.Estrogen mengawali perkembangan
duktus sementara progresteron bertanggung jawab terhadap diferensiasi epitel dan
perkembangan lobus mammae. Prolaktin adalah hormon utama yang merangsang
laktogenesis pada akhir kehamilan dan periode post partum. Hormon tersebut juga
memperbaharui regulasi reseptor-reseptor hormon dan merangsang perkembangan
epitel mammae.Gonadotropins, Luteinizing Hormone (LH) dan follicle stimulating
hormone (FSH) mengatur pelepasan estrogen dan progesteron dari ovarium.
Ginekomastia merupakan membesarnya payudara pada laki-laki. Pada
ginekomastia struktur duktus payudara laki-laki membesar, memanjang, dan bercabang
dengan peningkatan epitel.1
Mammae berkembang selama pubertas karena peran mammotrophic hormon, ada
lima fase perkembangan payudara menurut Tanner. Fase I (8-10 tahun) adalah
penonjolan puting susu tanpa disertai perkembangan kelenjar susu. Fase II (10-12
tahun) pembentukan gundukan kelenjar susu atau pembentukan kelenjar subaerolar.
Fase III (11-13 tahun) penambahan jumlah kelenjar dan peningkatan pigmentasi daerah
aerola.Fase IV (12-14 tahun) peningkatan pigmentasi dan penambahan luas aerola.
Fase V ( 13-17 tahun) merupakan fase akhir dimana perkembangan dan pembentukan
payudara menjadi sempurna.4
Peningkatan drastis estrogen dan progresteron pada siklus ovarium dan placenta
terjadi selama masa kehamilan, yang mengawali perubahan mencolok dari bentuk dan
substansi mammae.Mammae membesar seiring dengan proliferasi epitel, penggelapan
areola dan tubulus Montgomery menjadi menonjol.Pada masa awal kehamilan, duktus
bercabang dan berkembang, selama trimester tiga, lemak terakumulasi disekitar epitel
dan colostrum mengisi sinus dan ductus yang kosong. Pada akhir kehamilan, prolaktin
merangsang pengeluaran lemak susu dan protein.1
Pada masa menopause terjadi penurunan sekresi estrogen dan progresteron oleh
ovarium dan involusi ductus pada mammae. Jaringan ikat sekitar meningkat dan
jaringan mammae (kelenjar mammae) digantikan oleh jaringan lemak.3
Duktus – duktus akan berakhir pada duktus terminal yang disebut acini. Pada
acini terdapat kelenjar pembuat air susu yang bersama-sama dengan duktus-duktus
kecil lainnya yang disebut lobulus. Acini terbentuk dari jaringan ikat longgar yang
terdiri dari pembuluh darah, limfosit dan mononuklear sel.3

3.6 Patologi Penyakit


Etiologi
 Mutasi gen
Kanker payudara merupakan hasil mutasi satu atau lebih gen penting dalam tubuh.
Gen-gen tersebut yaitu BRCA-1 pada (17 q 21), p53 pada (17 p 13), BRCA-2 pada
(13) dan pada pria biasanya dihubungkan dengan mutasi androgen-receptor gen
pada (kromosm Y).5
 Hormonal
Telah terbukti bahwa hormon ikut berperan dalam pembentukan kanker mammae.
Hormon estrogen baik tunggal maupun kombinasi dengan progresteron pada
beberapa sedian kontrasepsi oral penggunaan jangka panjang meningkatkan resiko
terjadinya kanker mammae.2Berhubungan dengan peningkatan estrogen tersebut,
faktor-faktor yang meningkatkan jumlah siklus menstruasi seperti menarke dini,
nulipara, melahirkan anak pertama pada usia >30 tahun (ada perubahan pada epitel
terminal payudara) dan menopause terlambat juga akan meningkatkan resiko kanker
mammae. Sedangkan pengurangan siklus menstruasi dianggap mengurangi
resiko kanker mammae seperti banyak beraktifitas dan menyusui.1
 Terpapar radiasi
Terpapar radiasi adalah penyebab kanker mammae yang paling tidak bisa dipungkuri
terutama pada wanita muda.Hasil penelitian membuktikan wanita muda yang
menjalani terapi radiasi karena Limfoma Hodgkin memiliki resiko terkena kanker
mammae 75x lebih besar daripada wanita seusianya yang tidak terpapar
radiasi.1
 Diet
Penyebab kanker mammae pada wanita muda biasanya juga dapat disebabkan oleh
konsumsi makanan tinggi lemak dan gula.Penelitian menyatakan bahwa diet tinggi
lemak atau obesitas berhubungan dengan peningkatan sekresi hormon adrenal yaitu
konversi androstenedione ke estron oleh jaringan lemak dan terus berlangsung
sampai menopause. Akhirnya tumor-promoting steroid hormons yang larut dalam
lemak akan terakumulasi dalam jaringan mammae.1
 Alkohol
Penelitian menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengkonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dikenal meningkatkan kadar serum
estradiol yang ikut meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh.1

Faktor resiko
- Menarkhe dini.
- Nullipara.
- Menopause lama (>55 tahun).
- Ras kulit putih.
- Usia tua (>40 tahun).
- Riwayat kanker mammae di keluarga terutama ibu, anak perempuan dan
saudara perempuan.
- Predisposisi genetik.
- Pemberian estrogen postmenopause.
- Terpapar radiasi.
- Hyperplasia duktus atau lobulus yang atipical.

Patologi Tumor jinak


 Fibroadenoma
Definisi : stroma jaringan ikat yang mengelilingi saluran berepitel dan
membentuk tumor jinak yang halus, putih, dan berbatas tegas.
Faktor resiko : lebih banyak ditemukan pada wanita kulit hitam dibandingkan
wanita kulit putih.
Insiden : biasanya terjadi pada remaja muda sampai akhir usia 30th.
Dipengaruhi estrogen.
Tanda dan gejala : halus, mempunyai ciri-ciri tersendiri, sirkuler, masa mobile.
Diagnosis : FNA.2
Penatalaksanaan :
Pengangkatan seluruh fibroadenoma sudah dianjurkan, terlepas dari
pertimbangan usia dan pertimbangan lainnya, dan fibroadenoma yang soliter pada
wanita muda sering diangkat untuk mengurangi kekhawatiran pasien.Sebagian
besar fibroadenoma bisa sembuh sendiri, dan banyak yang tidak terdiagnosis,
sehingga pendekatan konservatif lebih masuk akal. Pemeriksaan Ultra sound
dengan biopsi jarum inti akan memberikan diagnosis yang akurat.
Kemudian, pasien akan diberikan penjelasan tentang hasil biopsi dan eksisi
fibroadenoma dapat dihindari.1
 Fibrocystic disease
- Faktor resiko : Biasanya didiagnosis pada usia 20 – 40 tahun.
- Tanda dan gejala : Breast swelling/ payudara bengkak (sering ditemukan
bilateral), tenderness, dan atau nyeri.
- Pemeriksaan fisik : terdapat daerah benjolan yang terpisah dalam jaringan
ikat payudara. Ukuran dapat berubah yaitu menjelang menstruasi terasa lebih
besar dan penuh serta rasa sakit bertambah, bila setelah menstruasi maka
sakit hilang/berkurang dan tumorpun mengecil (etiologi hormonal).
- Beberapa bentuk kelainan fibrokistik mengandung risiko untuk berkembang
menjadi karsinoma payudara, tetapi umumnya tidak.
- Tumor jenis fibrokistik umumnya tidak berbatas tegas, konsistensi padat
kenyal dan dapat pula kistik.
- Penatalaksanaan :
Konservatif management : - NSAIDs
- OCPs (Oral Contraceptive Pills)
- Danazol
- Atau Tamoxifen
Edukasi pasien untuk menghindari produk yang mengandung xanthin (kafein,
rokok, dan minuman cola). Jika kista single dominant, aspirasi cairan, apabila
cairan/discard hijau atau keruh harus dikirim ke bagian sitologi dan
pengangkatan kista dilakukan jika discharge berdarah.2
 Mammary Duct Ectasia (Mastitis sel plasma)
- Definisi : inflamasi dan pelebaran pada duktus laktiferous.
- Banyak terjadi saat perimenopause.
- Nyeri pada payudara disertai benjolan dibawah puting atau areola dengan
atau tanpa discharge puting.
- Dapat teraba benjolan dibawah areola, bisa disertai keluarnya discharge
pada puting.
- Diagnosis : berdasarkan pemeriksaan,eksisi biopsi dilakukan untuk
menyingkirkan diagnosis kanker payudara.
- Penatalaksanaan : eksisi pada saluran yang terkena.
 Cystosarcoma Phyllodes
- Tumor yang mirip dengan fibroadenoma dengan stroma seluler yang tumbuh
dengan cepat.
- Sebagian besar jinak.
- Pasien datang biasanya dengan fibroadenoma yang sudah bertahun-tahun (>
30 tahun).
- Karakteristik : tidak dapat dibedakan dari fibroadenoma menggunakan
ultrasound atau mammogram. Keduanya dapat dibedakan berdasarkan
gambaran histologinya ( tumor phylloides memiliki aktivitas mitotic lebih
banyak). Lebih banyak jinak dan memiliki prognosis yang baik.
- Pemeriksaan fisik : massa besar (5 -40 cm), dapat digerakkan (mobile)
dengan jaringan sekitar kulit.
- Diagnosis : diagnosis pasti memerlukan biopsi.
- Penatalaksanaan : - Tumor kecil : eksisi luas lokal setidaknya 1 cm dari
tepi tumor.
- Tumor besar : simple mastektomi.2
 Intraductal papilloma
- Proliferasi lokal yang jinak dari sel epitel duktus.
- Keluar discharge darah pada puting.
- Diagnosis : evaluasi patologi spesimen.
- Penatalaksanaan : pengangkatan ductus yang tekena.2
 Gynecomastia
- Definisi : perkembangan jaringan payudara pada laki-laki seperti payudara
perempuan.
- Dapat bersifat fisiologis ataupun patologis.
- Kurang lebih 2 cm pengambilan jaringan payudara subareolar diperlukan
utuk menegakkan diagnosis.
- Penatalaksanaan : atasi penyebab utama jika penyebabnya sudah diketahui,
jika bersifat fisiologi dilakukan bedah eksisi (subareolar mastektomi).2
Tumor ganas
Klasifikasi Kanker Mammae Primer

Non Invasive Ephitelial Mixed Connective and


Invasive Ephitelial Cancer
Cancer Epithelial Tumor
- Lobular Carcinoma In - Invasive Lobular - Phyllodes tumor
Situ (LCIS) Carcinoma (10%-15%) benign and malignant
- Ductal Carcinoma In - Invasive Ductal - Carcinosarcoma
- Angiocarcinoma
Situ (DCIS) Carcinoma
- Tipe papillar, - NOS (50%-70%)
- Tubular carcinoma
cribriform, solid
(2%-3%)
dan comedo. - Mucinous/colloid
carcinoma (2%-3%)
- Medullary
carcinoma (5%)
- Invasive cribriform
carcinoma (1%-3%)
- Invasive papillary
carcinoma (1%-2%)
- Adenoid cystic
carcinoma (1%)
- Metaplastic
carcinoma (1%)

Karsinomamammae noninvasif secara luas dibagi menjadi dua jenis utama:


LCIS dan DCIS (atau karsinoma intraductal). LCIS, pernah dianggap sebagai lesi
ganas, kini dianggap lebih sebagai faktor risiko perkembangan kanker
mammae.Dinamakan LCIS jika terjadi pada lobulus diperluas sampai asini dan
isinya. DCIS adalah lesi lebih heterogen, dan dibagi menjadi empat kategori luas:
papiler, cribriform, solid (padat), dan comedo.DCIS dianggap sebagai ruang yang
dikelilingi oleh membran yang dipenuhi dengan sel ganas dan berlapis yang terdiri
dari sel-sel myoepithelial walaupun masih ada kemungkin normal. Empat kategori
morfologi adalah prototipe dari lesi murni, namun pada kenyataannya tipe tersebut
menyatu satu sama lain. Tipe papillary dan cribriform dapat berubah menjadi kanker
invasif dalam waktu yang lama dan stadium yang lebih rendah.Berbeda dengan tipe
solid dan comedo, lesi umumnya dengan cepat dapat berubah menjadi lesi invasive
dengan stadium yang tinggi.
Karsinoma mammae invasif disebabkan oleh infiltrasi sel kesejumlah stroma, atau
dengan pembentukan lembaran sel yang terus-menerus dan monoton
sehingga menghilangkan fungsi utama kelenjar mammae. Kanker mammae invasif
dibagi secara histologi menjadi kanker lobular dan duktal. Perbedaan kedua jenis
kanker dapat dilihat memalui mamogram, kanker lobular cenderung menyerang
payudara tunggal dan secara klinis tidak terlihat adanya massa sampai stadium
lanjut. Kanker duktal cenderung tumbuh sebagai massa yang lebih koheren,
membentuk kelainan diskrit pada mammogram dan muncul lebih awal seperti
benjolan pada payudara.6
 Infiltrating ductal carcinoma (IDC)
- Kanker payudara invasive yang banyak ditemukan (80% kasus).
- Banyak ditemukan pada wanita perimenopause dan postmenopause.
- Sel duktus menginvasi stroma dalam bentuk histologik yang bermacam-
macam menggambarkan scirrhous, medullary, comedo, colloid, papillary,
atau tubular.
- Penyebarannya ke aksila, tulang, paru-paru, hepar, otak.2
 Infiltrating lobular carcinoma (ILC)
- Kanker payudara invasive terbanyak kedua (10% kasus).
- Berasal dari sel-sel duktus terminal dan seperti LCIS memiliki kemungkinan
besar menjadi bilateral.
- Penebalan pada payudara.
- Penyebarannya ke aksila, meninges, dan permukaan serosa.2
 Paget’s disease
- Kejadiannya 2 % dari seluruh kanker payudara invasive.
- Tanda dan gejala : nyeri, gatal pada puting dengan atau tanpa discharge
darah, dengan atau tanpa teraba masa pada subareolar.
- Penatalaksanaan : biasanya membutuhkan radikal mastektomi.2
 Inflammatory carcinoma
- 2-3% dari seluruh kejadian kanker payudara invasive.
- Kanker payudara yang mematikan.
- Invasi vaskular dan limfatik dapat terlihat pada evaluasi patologi.
- Tanda dan gejala : eritema, peau d’orange, dan retraksi puting.
- Penatalaksanaan : terdiri dari chemoteraphy diikuti dengan pembedahan dan
atau radiasi, bergantung pada respon dari chemoteraphy.2
Cara Penyebaran
Kanker mammae menyebar secara perkontinuitatum, melalui jalur lifatik, dan secara
hematogen. Metastasis kanker mammae paling sering terjadi di kelenjar limfe, kulit,
tulang, hati, paru-paru dan otak.7
Metastasis ke kelenjar limfe axilla terjadi pada 55% - 70% pasien yang terdeteksi
dengan screening mammography. Prognosisnya tergantung dari jumlah kelenjar
limfe yang terkena menurut pemeriksaan histologi.Biasanya neoplasma yang
pertumbuhannya lebih cepat lebih sering bermatastasis ke lenjar limfe dibandingkan
dengan neoplasma yang pertumbuhannya lambat. Selain itu ukuran tumor
berhubungan erat dengan terjadinya metastasis ke kelenjar limfe.7

Ukuran Tumor (cm) Pasien dengan ≥ 4 kel.limfe (+) (%)


<1 25
1-2 35
2-3 50
>3 55-65

Perjalanan alamiah penyakit


Kanker mammae adalah penyakit heterogen yang tumbuh dengan variasi berbeda
pada setiap pasien dan sering menimbulkan penyakit sistemik lain pada saat
ditegakannya diagnosis.7

1. Kanker Mammae Primer


Lebih dari 80% kanker mammae menunjukkan proses fibrosis aktif yang
menyerang jaringan epitel dan stroma payudara. Akibat dari pertumbuhan kanker
dan invasi sel kanker ke jaringan payudara menyebabkan tertariknya ligamentum
Cooper’s sehingga dapat terjadi retraksi pada kulit mammae (dimpling).Peau
d’orange (edema yang terlokalisasi) juga dapat terjadi ketika drainase cairan limfe
dari kulit terhambat sehingga menarik folikel rabut ke dalam dan memberikan
gambaran kulit jeruk. Semakin tumbuhnya sel kanker maka akan semakin besar
kemungkinan terjadinya invasi pada kulit, yang akan menimbulkan ulserasi karena
terjadinya iskemik.1
2. Metastasis Kelenjar Limfe Regional
Semakin besar ukuran kanker primer, sel-sel kanker akan masuk ke dalam
ruang interselular dan terbawa aliran limfe menuju kelenjar limfe regional teruma
kelenjar limfe axilla. Tanda awal terjadinya metastasis pada kelenjar limfe berupa
nyeri dan teraba benjolan yang lembut tetapi berubah menjadi keras seiring
pertumbuhan sel kanker.1

3. Metastasis Jauh
Kira-kira pada penggandaan sel kanker yang ke-20, maka sel kanker sudah
mempunyai neovaskularisasi sendiri. Keadaan tersebut juga dapat menyebabkan sel
kanker melaului vena axilla atau vena intercostal yang kemudian menuju vena
pleksus Batson, akan bermetastasi ke organ lain dalam tubuh.1

3.7 Diagnosis
3.7.1 Temuan Fisik dan Differential Diagnosis Anamnesis
Pemeriksa menentukan usia pasien dan tanyakan riwayat reproduksi, termasuk usia
saat menarche, ketidakteraturan menstruasi, dan usia saat menopause. Tanyakan apakah
pernah operasi payudara sebelumnya, khususnya biopsi payudara dan apa saja temuan
patologisnya. Tanyakan apakah pernah histerektomi.Tanya tentang riwayat kehamilan
dan menyusui.Riwayat penggunaan kontrasepsi oral dan HRT pada
menopause. Tanyakan riwayat kanker khususnya kanker mammae di keluarga. 6
Tanyakan tentang keluhan yang dirasakan pasien terutama pada bagian payudara,
apakah ada nyeri payudara, keluar cairan dari puting, dan ada atau tidaknya massa di
payudara. Jika adamassa berapa lama massa itu hadir, apa yang telah terjadi sejak
penemuannya, dan apakah ada perubahan dengan siklus haid. Jika mengarah pada
kanker, lakukan penyelidikan tentang gejala konstitusional seperti nyeri tulang,
penurunan berat badan dan perubahan pernapasan.6
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dimulai dengan pasien dalam posisi duduk tegak dengan inspeksi untuk
melihat adanya massa, asimetris, dan perubahan kulit. Putingsusu diperiksa, apakah ada
retraksi atau tidak, keluar cairan atau tidak, cairan berwarna apa dan perhatikan apakah
ada retrasi payudara, perubahan warna payudara menjadi kemerahan, massa
pada axilla dan ketidaknyamanan otot sekitar payudara. 6 Penggunaan pencahayaan
yang tepat secara tidak langsung dapat mengobservasi adanya dimpling halus dari
kulit atau puting disebabkan oleh neoplasma menarik ligamen Cooper. Manuver
sederhana seperti peregangan lengan ke atas kepala atau menegangkan otot pectoralis
dapat menilai kesimetrisan payudara dan dimpling.6
Edema kulit, sering disertai dengan eritema, menghasilkan tanda klinis dikenal
sebagai peau d'orange.Hati-hati jika ada peradangan dapat keliru dengan mastitis
akut.Perubahan inflamasi dan edema pada kanker disebabkan karena obstruksi saluran
limfatik subkutis oleh emboli sel karsinoma. Kadang-kadang, tumor besar dapat
menghasilkan obstruksi saluran getah bening yang mengakibatkan edema kulit
diatasnya (nodul satelit).6
Sementara pasien masih dalam posisi duduk, pemeriksa mengangkat lengan pasien
dan palpasi ketiak untuk mendeteksi adanya pembesaran kelenjar getah bening
axilla.Ruang supraklavikula dan infraklavikularis sama-sama diraba untuk mengetahui
adanya pembesaran kelenjar limfe.Massa dideskripsikan sesuai dengan ukuran,
bentuk, konsistensi, mobile atau terfiksir, nyeri atau tidak dan lokasi.6
Differential Diagnosis
- Infeksi/inflamasi : mastitis, nekrosis lemak, mondor’s disease.
- Lesi benign : Fibroadenoma, fibrocystic changes, mammary duct ectasia,
cystosarcoma phyllodes (bisa bersifat ganas), intraductal papilloma,
gynecomastia.
- Premalignant disease : DCIS , LCIS.
- Tumor malignant : infiltrating ductal, infiltrating lobular, dan inflammatory
karsinoma; paget’s disease, dan tipe kanker payudara lainnya.2

3.7.2 Evaluasi Setelah Ditemukan Massa


1. Biopsy
 Fine-Needle Aspirasi
- Angka kesakitan rendah.
- Murah.
- Hanya 1-2 % rata-rata positif palsu.
- Negatif palsu sampai 10 %.
- Membutuhkan ahli patologis yang memiliki keahlian.2
Aspirasi jarum halus (FNA) telah menjadi bagian rutin dari diagnosis fisik massa
payudara. Hal ini dapat dilakukan dengan jarum 22-gauge.Kegunaan utama FNA ialah
dapat membedakan massa yang solid dari massa kistik, dan dapat dilakukan setiap kali
massa ditemukan pada payudara. FNA akan ditunda jika mamografiatau hasil evaluasi
radiografi lain membingungkan. Dengan menggunakan FNA dalam pemeriksaan rutin
payudara, biopsi terbuka dapat dihindari kecuali jika dibutuhkan pemeriksaan penunjang
yang lain. Karsinoma tidak akan terdeteksi jika biopsi bedah dilakukan ketika (1)
aspirasi jarum tidak menghasilkan cairan kista dan massa padat yang dapat didiagnosis,
(2) cairan kista yang dihasilkan kental dan bercampur darah, dan (3) cairan
dapat dihasilkan tetapi massa tidak terlihat.6
Sensitivitas FNA untuk menentukan kanker mammae 90-99% dan spesifitasnya 98%.7
 Biopsy Ultrasound
Teknik ini dilakukan oleh ahli bedah sebagai alternatif dilakukannya biopsy terbuka,
tetapi penggunannya masih sangat jarang.7
 Biopsy Terbuka (Eksisi)
Setelah dilakukannya biopsi terbuka maka specimen harus segera dikiri ke
laboratorium untik pemeriksan histologi.7

2. Mamografi
- Mengidentifikasi kanker pada 5/1000 wanita.
- Memiliki sensitifitas 85-90%.
- Positif palsu 10%, negatif palsu 6-8%.2
Mamografi digunakan sebagai screening untuk wanita dengan keluhan pada
mammae dan mengindikasikan adaanya kanker, juga biasanya digunakan untuk
mendeteksi kanker mammae asimptomatik.Mammografi dapat mengambarkan keadaan
payudara dalam 2 posisi, craniocaudal (CC) dan mediolateral oblique (MLO).Posisi
MLO merupakan posisi terbaik untuk menggambarkan kondisi jaringan mammae
bagian kuadran atas dan axillary tail of spence.Sedangkan CC memberikan gambaran
yang baik untuk kondisi jaringan mammae dari aspek medial. Selain itu, mamografi
juga digunakan sebagai guide untuk prosedur pemeriksaan lain seperti FNA.1
Gambaran mamografi yang spesifik untuk kanker mammae adalah massa solid
dengan atau tanpa stellate (massa-massa kecil disekitarnya), penebalan jaringan
mammae yang asimetris, dan mikrokalsifikasi. Gambaran kalsifikasi disekitar lesi atau
massa mengindikasikan adanya kanker mammae pada massa yang tidak dapat teraba
dan mikrokalsifikasi merupakan satu-satunya gambaran kanker mammae pada wanita
muda.1

3. MRI
MRI mendeteksi adanya kanker mammae sama seperti mamografi. Karena itu jika
dalam pemeriksaan fisik dan mamografi tidak terlihat adanya kanker, maka saat
dilakukan pemeriksaan MRI kemungkinan ditemukan adanya kanker pun sangat rendah.
Biasanya MRI digunakan untuk screening pada wanita muda yang mempunyai riwayat
genetik kanker mammae dan evaluasi dengan mamografi terbatas disebabkan
peningkatan densitas jaringan mammae, pada wanita yang baru saja didiagnosis kanker
mammae dan pada wanita yang punya riwayat kanker mammae kontralateral.1

4. Duktografi
Indikasi utama untuk duktografi adalah keluarnya cairan dari puting termasuk jika
mengandung darah.Sebelumnya kontras disuntikan ke salah satu atau lebih duktus
kelenjar mammae kemudian lakukan mammografi dengan posisi supinasi. Kanker
akan terlihat sebagai massa irregular atau multipel filling defect intraluminal. 1

5. Ultrasonografi
USG merupakan pemeriksaan penunjang kedua yang paling sering digunakan selain
mamografi.USG sangat penting dalam memcahkan masalah temuan equivocal pada
mamografi, medefinisikan kista dan menunjukan keabnormalan lesi solid secara
spesifik.Pada USG kista mammae digambarkan dengan batas halus dengan gambaran
echoic.Massa benigna digambarkan dengan kontur halus, berbentuk lingkaran atau oval,
echoic dan batas jelas. Kanker mammae digambarkan sebagai massa dengan dinding
yang irregular dan batas halus tetapi tidak bisa mendeteksi massa < 1 cm. Usg juga
digunakan sebagai guide FNA.1

6. Tumor Marker
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tumor
marker.Untuk kanker mammae, tumor marker yang paling spesifik adalah CEA dan CA
15-3, digunakan untuk mengetahui perjalanan penyakit dan respon terhadap therapi.
Normalnya bernilai < 35 µ/ml dan bisa meningkat pada kehamilan menjadi 50 µ/ml.7
3.8 Sistem Stadium dan Prognosis
Stadium kanker mammae ditentukan oleh hasil reseksi bedah dan pencitraan.Sistem
yang paling banyak digunakan untuk menentukan stadium kanker berdasarkan American
Joint Community on Cancer (AJCC). Sistem ini didasarkan pada deskripsi dari tumor
primer(T), status kelenjar getah bening regional(N), dan adanya metastasis jauh(M).
Pengelompokan terbaru telah memasukkan penggunaan sentinel node biopsi dan
termasuk klasifikasi ukuran deposit metastasis pada kelenjar sentinel, serta jumlah dan
lokasi node metastasis regional disertai angka harapan hidup 5 tahun.6
American Joint Committee on Cancer, Stadium Kanker Mammae, 2010
Kategori T = Tumor Primer
- Tx : ukuran tumor primer tidak dapat diperkirakan
- Tis : tumor insitu, yaitu tumor yang belum invasif.
- T0 : tidak ditemukan adanya tumor primer
- T1 : ukuran tumor 2cm atau kurang

• T1a : ukuran tumor 0,1-0,5 cm dan tidak ditemukan adanya perlekatan ke fasia
pektoralis
• T1b : ukuran tumor 0,5-1cm dan ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis

• T1c : ukuran tumor 1-2 cm


- T2 : ukuran tumor 2-5 cm

• T2a : tidak ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis


• T2b : ditemukan adanya perlekatan ke fasia pektoralis
- T3 : ukuran tumor lebih dari 5 cm

• T3a : tidak ditemukan adanya perlekatan ke fasia


• T3b : ditemukan adanya perlekatan ke fasia
- T4 : tumor dengan ukuran berapa saja dengan infiltrasi ke dinding toraks atau kulit

• T4a : tumor dengan infiltrasi ke dinding toraks


• T4b : tumor disertai edema (peau d’orange), ulkus pada kulit, payudara, ataupun satelit
nodul di kulit payudara
• T4c : tumor dengan gambaran berupa gabungan dari T4a dan T4b
• T4d : inflamasi karsinoma
Kategori N = Nodul, metastase ke kelenjar limfe regional
- Nx : nodul pada kelenjar limfe regional tidak dapat diperkirakan
- N0 : tidak ada metastase ke kelenjar limfe regional
- N1 : ada metastase nodul ke kelenjar limfe dan belum terjadi perlekatan
- N2 : ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah terjadi perlekatan satu sama lain
atau ke jaringan disetarnya
 N2a : ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah terjadi perlekatan antara
satu nodul dengan nodul lainnya
 N2b : ada metastase nodul ke kelenjar limfe aksila dan sudah terjadi perlekatan nodul
ke jaringan disekitarnya
- N3 : ada metastase ke kelenjar limfe infra dan supraklavikular dengan atau tanpa disertai
metastase ke kelenjar limfe aksila ataupun mammary internal
• N3a : metastase ke kelenjar limfe infraklavikular
• N3b : metastase ke kelejar limfe aksila dan mammary internal
• N3c : metastase ke kelenjar limfe supraklavikular

Kategori M = Metastase jauh


- Mx : jauh metastase tidak dapat diperkirakan
- M0 : tidak ada metastase jauh
- M1 : ada metastase jauh disertai infiltrasi pada kulit disekitar payudara

Staging system for breast cancer.2

Stage 0 Tis N0 M0 DCIS atau LCIS


Stage I T1 N0 M0 Invasive karsinoma ≤ 2 cm
(termasuk karsinoma insitu
dengan mikroinvasi) belum
mengenai nodal dan belum
bermetastasis.
Stage II IIA : T0 N1 M0 Invasive karsinoma ≤ 5 cm
T1 N1 M0, T2 N0 M0 tetapi dengan nodal aksila
IIB : T2 N1 M0 yang masih bisa digerakkan,
atau
T3 N0 M0 tumor > 5 cm tanpa mengenai
nodal dan belum bermetastasis.
Stage III IIIA : T0 N2 M0 Kanker payudara >5 cm
T1 N2 M0, T2 N2 M0 dengan keterlibatan nodal atau
T3 N1 M0, T3 N2 M0 sebagian kanker dengan nodal
aksila yang tidak dapat
IIIB : T4 anyN M0, anyT N3 M0 digerakkan, atau keterlibatan
ipsilateral internal mammae
linfenodus, atau kanker yang
mengenai kulit, pectoral dan
fiksasi dinding dada, edema,
atau gejala karsinoma
inflammatory, jika metastasis
jauh tidak
ditemukan.
Stage IV anyT anyN M1 Kanker payudara dengan
metastasis jauh (termasuk
ipsilateral supraclavikula
limfe
nodus)

American Joint Committee on Cancer Staging(Kelompok Stadium dan


Angka Harapan Hidup)2

Stage Angka harapan hidup 5 tahun


I 92 %
II 87 %
III 75 %
IV 13 %

3.9 Screening dan Deteksi Dini


Mastektomi Profilaksis
Prosedur ini dapat dilakukan pada wanita dengan resiko terkena kanker mammae
yang sangat tinggi, tetapi walaupun sesudah dilakukan mastektomi total sebagai
pencegahan tetapi tidak ada garansi bahwa tidak akan terjadi kanker mammae karena
jaringan mammae masih bisa tersisa dalam tubuh.7
1. Mastektomi sederhana dan oprerasi rekontruksi
a. Pasien dengan penyakit jinak payudara dan riwayat kanker mammae bilateral
atau premenopausal dikeluarga.
b. Pasien dengan riwayat kanker mammae sebelumnya dan penyakit fibrokistik
pada payudara
c. Pasien dengan LCIS
2. Umur untuk Mastektomi profilaksis
Umur tidak begitu ditentukan jika seseorang ingin melakukan mastektomi
profilaksis karena beresiko tinggi terkena kanker mammae, tetapi disarankan setelah
usia mencapai 30 tahun.
Screening payudara masih contoversial, karena keuntungan mendeteksi dini lesi
yang masih kecil belum ditetapkan. ACS sangat merekomendasikan deteksi dini kanker
payudara dengan cara:
1. Memeriksa payudara sendiri (sadari) setiap bulan untuk semua wanita di atas 20
tahun dan postmenopause. Untuk wanita premenopause sebaiknya melakukan
pemeriksaan sendiri 5 hari setelah akhir siklus menstruasi.
2. Pemeriksaan fisik oleh dokter setiap 3 tahun untuk wanita usia 20-40 tahun
3. Mammografi
a. Melakukan mammografi tahunan dilakukan untuk mengurangi angka
kematian akibat kanker payudara pada wanita di atas 50 tahun
b. ACS merekomendasikan mammogram sekali pada usia 35-39 tahun,
mamogram tiap 1-2 tahun untuk wanita di atas usia 40 tahun dan setiap tahun
untuk wanita berusia > 50 tahun.7

3.10 Terapi
Terapi pembedahan:
1. Sentinel Lymphe Node Dissection
Metode ini akurat untuk wanita dengan dengan ukuran tumor T3N0 karena hapir
75% didapatkan metastasis ke kelenjar getah bening axilla pada pemeriksaan
histologik. ASCO merekomendasikan Sentinel Lymphe Node Dissection dilakukan
pada pasien stadium awal kanker mammae.7

2. Breast Conservation Therapy (BCT)


BCT termasuk pada reseksi dari kanker primer regional dengan batas normal
jaringan payudara, terapi radiasi adjuvant, dan penilaian status kelenjar getah bening
regional. Biasanya BCT dilakukan pada kanker mammae stadium I dan II.2

- Radical mastectomy : reseksi dari semua jaringan payudara, node axilla dan
m.pectoralis mayor & minor.
- Simple mastectomy : reseksi semua jaringan payudara
- Lumpectomy dan axillary node dissection : reseksi massa tanpa jaringan normal

dan dilakukan axillary node disection, kosmetika lebih baik.2

3. Rekonstruksi Payudara dan Dinding Dada


Tujuannya adalah bedah rekonstruktif pasca mastektomy untuk penutupan luka dan
rekonstruksi payudara.2

Terapi Non Bedah :


1. Terapi radiasi
Digunakan pada semua stadium kanker payudara tergantung pada apakah pasien
telah menjalani BCT atau mastektomi. Terapi radiasi adjuvant diberikan untuk
mengurangi risiko kekambuhan lokal.
Diberikan apabila ditemukan keadaan sbb. :

 Setelah tindakan operasi terbatas (BCS).

 Tepi sayatan dekat ( T > = 2) / tidak bebas tumor.

 Tumor sentral/medial.

 KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler.

2. Kemoterapi
- Kemoterapi adjuvant
Mengurangi kemungkinan kekambuhan dan kematian pada wanita usia ≤ 70
tahun dengan kanker payudara stadium I, IIA atau IIB. Kemoterapi adjuvant
diberikan kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pascabedah
mastektomi ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Obat yang
diberikan adalah kombinasi siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil (CMF)
selama 6 bulan pada perempuan usia pramenopause, sedangkan yang
pascamenopause diberikan terapi adjuvant hormonal berupa pil antiestrogen.
- Kemoterapi neoadjuvant
Kemoterapi yang diberikan sebelum dilakukannya operasi.
- Terapi endokrin neoadjuvant
Terapi paling banyak digunakan pada wanita usia lanjut yang dianggap
kondisinya buruk untuk pembedahan ataupun kemoterapi.

3. Terapi hormonal
Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila penyakit menjadi sistemik akibat
metastasis jauh.
Tamoxifen :
- selektif reseptor estrogen yang memblok pengambilan estrogen oleh jaringan
target.
- Efek samping : hot flashes, menstruasi yang tidak teratur, thromboemboli,
meningkatkan resiko kanker endometrium. Untuk lebih efektif kombinasikan
tamoxifen dengan kemoterapi.2
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi, F. Charles, dkk. Oncology at Schwartz’s Principles of


Surgery Eight Edition. Mc Graw Hill: United State of America. 2005.
2. Stead, Latha. G, dkk. The Breast at First Aid for The Surgery Clerkship.
Mc Graw
Hill. United State of America. 2003.
3. Jatoi, Ismail, dkk. Atlas of The Breast Surgery. Springer. New York.
2006.
4. Pass, Helen. A. Benign and Malignant Disease of The Breast at
Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. Jeffrey A Norton Springer. New York.
2001.
5. Winer, Eric. P. Malignant Tumor of The Breast at Cancer Principles and
Practice of
Oncology. Lippincott Williams & Wilkins. United State of America.
2001.
6. Towsend, M. Jr, dkk. The Breast at Sabiston textbook of Surgery.
Elsivier. United
State of America. 2008.
7. Haskell, Charles M and Dennis A. Casciato. Breast Cancer at Manual of
Clinical Oncology Fourth Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
United State of America. 2000.

Anda mungkin juga menyukai