Tujuan:
o Mampu mendiagnosis secara cepat kasus ulkus diabetikum
o Mampu memberikan terapi terhadap pasien ulkus diabetikum
o Mampu memberikan edukasi kepada keluarga pasien untuk mencegah ulkus diabetikum
DIAGNOSA KERJA
a. Ganggren diabetikum regio cruris et pedis sinistra
b. Diabetes melitus tipe 2
c. Sepsis
PLANNING
Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
PENATALAKSANAAN
Bed Rest
Diet DM
IVFD NaCl 0,9% 20 tts/menit
Transfusi PRC target Hb ≥10 gr/dL
Inj. Meropenem 1 gr/8 jam
Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam
Inj. Ketorolac 3% 1 amp/8 jam
Inj. Norages 1 amp/8 jam
Inj. SC novorapid 10-10-10 unit
Inj. SC levemir 0-0-0-10 unit
Paracetamol 3x500 mg
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
1. Subjektif:
Seorang perempuan umur 47 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan luka pada kaki kiri yang dialami sejak ± 1 bulan yang lalu
akibat terkena pembersih lantai dan tidak pernah sembuh sempurna. Nyeri (+), Luka bernanah (+), berbau (+). Demam (+).
Riwayat Diabetes Melitus sejak 2 tahun yang lalu tidak berobat teratur
2. Objektif:
Dari hasil pemeriksaan Vital sign: Tekanan Darah: 130/90 mmHg Nadi:80 kali/menit, RR: 22 kali/ menit, T : 39oC, dan dari
pemeriksaan fisik:
Kepala : dbn
Wajah, Mata : dbn
Mulut : dbn
Thorax : Vesikuler (+/+), Ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : soepel, peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-), Hepar/Lien/Renal tidak teraba.
Extremitas : Superior dan Inferior : Petechie (-/-), pucat dan dingin (+/+)
Sianosis (+/+), Capillary refill <2”
Ulkus diabetikum, pus (+), nekrosis (+)
4. Plan
Diagnosis :
Dari anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratoium, maka pasien ini didiagnosis dengan kaki diabetic (D) Wagner
II-III + DM Tipe 2 non obes
Terapi
IVFD Nacl 0,9% 20 tpm
Ceftriaxone 1 gr/24J/ IV
Metronidazole 0,5 gr/8J/Drips
Novorapid 6-6-6 IU/SC
Lantus 0-0-10 IU/SC
Konsul Bedah
Pengobatan :
Tatalaksana komprehensif pada pasien dengan kaki diabetik meliputi:
1. Mechanical control (pressure control)
Kaki diabetik terjadi oleh karena adanya perubahan weight-bearing area pada plantar pedis. Daerah-daerah yang
mendapat tekanan lebih besar tersebut akan rentan terhadap timbulnya luka. Berbagai cara untuk mencapai keadaan weight-
bearing dapat dilakukan antara lain dengan removable cast walker, total contant casting, temporary shoes, felt padding,
crutches, wheelchair, electric carts, maupun cradled insoles.
Berbagai cara surgikal juga dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada luka, seperti dekompresi ulkus/abses dengan
insisi abses dan prosedur koreksi bedah (misalnya operasi untuk hammer toe, metatarsal head resection, Achilles tendon
lengthening, dan partial calcanectomy).
2. Wound control
Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang merupakan hal yang harus dikerjakan dengan baik dan teliti. Evaluasi
luka harus dikerjakan secermat mungkin. Klasifikasi ulkus pedis dilakukan setelah debridement yang adekuat. Debridement
yang baik dan adekuat akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh, dengan demikian
akan sangat mengurangi produksi cairan/pus dari ulkus/gangren.
3. Microbiological control (infection control)
Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang berbeda. Antibiotik yang dianjurkan harus
selalu disesuaikan dengan hasil biakan kuman dan resistensinya. Karena itu untuk lini pertama pemberian antibiotik harus
diberikan antibiotik spektrum luas, mencakup kuman Gram positif dan negatif (misalnya golongan sefalosporin),
dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (misalnya metronidazol).
4. Vascular control
Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka. Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat
dikerjakan sesuai keadaan dan kondisi pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara
sederhana seperti warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior, arteri poplitea, dan arteri
femoralis, serta pengukuran tekanan darah.
5. Metabolic control
Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa darah diusahakan agar selalu senormal mungkin, untuk
memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka. Umumnya diperlukan insulin
untuk menormalisasi kadar gula darah. Status nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki. Nutrisi yang baik akan membantu
kesembuhan luka. Berbagai hal lain juga harus diperhatikan dan diperbaiki, seperti kadar albumin serum, kadar Hb dan derajat
oksigenasi jaringan serta fungsi ginjal.
6. Educational control
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetik. Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM dan
ulkus/gangren diabetik maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang
diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.
5. Pendidikan :
Dilakukan kepada pasien dan keluarganya agar membantu proses penyembuhan. Kita menjelaskan prognosis penyakit pasien,
serta komplikasi yang mungkin terjadi serta penanganan yang akan dilakukan.
6. Konsultasi :
Dijelaskan adanya indikasi rawat inap dan konsultasi dengan spesialis penyakit dalam dan spesialis bedah untuk penanganan
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA:
1. Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi
IV. Jakarta: FKUI, 2007: h. 1911-4.
2. Shahab A. Komplikasi Kronik DM Penyakit Jantung Koroner. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, 2007: h. 1894-7.
3. Schteingart DE. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus. Dalam: Price SA & Wilson LM (eds). Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC, 2006: h. 1259-74.
4. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, et al. Harrison’s Manual of Medicine 17th Edition. New York: McGraw-Hill, 2009: h. 942-7.
Hasil pembelajaran:
1. Definisi dan etiologi
2. Diagnosis ulkus diabetikum
3. Langkah penatalaksanaan ulkus diabetikum