Farah Fauziah
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kayen Pati
Topik : Kasus Dewasa
Tanggal (kasus) : 28/12/2019 Presenter : dr. Farah Fauziah
Nama Pasien : Tn. S, 62 tahun No. RM : 043XXX
Tanggal Presentasi : Januari, 2020 Pendamping : dr. Nur Kartikasari
Tempat Presentasi : RSUD Kayen Pati
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik √ Manajemen Masalah Istimewa
2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat Kesehatan/penyakit :
Riwayat DM Tipe 2 (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Sakit Jantung (-)
Riwayat Asma (-)
Riwayat Alergi (-)
Riwayat Merokok (-)
4. Riwayat Keluarga : (-)
5. Riwayat Pekerjaan :
Petani
6. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tinggal bersama keluarga. Berobat menggunakan JKN PBI.
PEMERIKSAAN FISIK:
KU : Lemas, Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis, GCS 15 E4M6V5
Vital sign
BP : 130/80 mmHg
HR : 80 x/menit, regular
RR : 22 x/menit
T : 37.9°C
SpO2 : 94%
BB : 50 kg
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+)
Hidung : Simetris, Discharge (-/-), Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), Deformitas (-), Mukosa hiperemis (-), Deviasi lidah (-)
Tenggorokan : Hiperemis (-), Tonsil T1-T1, Uvula ditengah, Nyeri telan (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Deviasi Trakea (-), Massa (-), Peningkatan
JVP (-)
Thoraks :
Inspeksi : Simetris, Retraksi (-)
Palpasi : P/ Taktil fremitus kanan = kiri, Sela iga melebar (-)
C/ Ictus cordis di ICS V 2 jari medial LMCS
Perkusi : P/ Sonor diseluruh lapang paru
C/ Batas jantung-paru dalam batas normal
Auskultasi : P/ Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
C/ S1-II normal, reguler, Murmur (-), Gallop (-), Pulsus defisit(-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (-), sikatrik (-), caput medusa (-), hiperpigmentasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Datar, Supel, Nyeri tekan epigastrium (-), Lien / Hepar tidak teraba
Perkusi : Timpani.
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), Pitting edema (-/-), sianosis (-/-), CRT
<2”/<2”
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujuk Satuan
Hb 14.20 14 – 18 g/dl
Eritrosit 4.86 4.6 – 6.2 juta/uL
Leukosit 13.5 4.0 – 10.0 ribu/uL
Hematokrit 41.5 40 – 48 %
Trombosit 136 150 – 400 ribu/uL
GDS 167 70 - 170 mg/dl
Ureum 23.7 10 - 50 mg/dl
Creatinin 0.87 0.6 - 1.1 mg/dl
Natrium 140.8 135 - 145 mmol/L
Kalium 4.17 3.5 - 5 mmol/L
Chloride 10.6 95 - 105 mmol/L
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
X-FOTO THORAX:
Kardiomegali LV
Pulmo: TB Paru
DIAGNOSA SEMENTARA
Tuberculosis Paru
PLANNING
1. Penatalaksanaan kegawatdaruratan
2. Melaksanakan manajemen terapi
3. Monitoring keadaan umum
4. Monitoring tanda-tanda vital
5. Monitoring SpO2
PENATALAKSANAAN
Nebu Ventolin + Pulmicort 1:1
Konsul dr. Husein, Sp. PD → Advice:
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Moxifloxacin 400 mg/24 jam
- Inj. Lansoprazole 30 mg/24 jam
- Po. Sucralfate syr 1 C/8 jam
- Po. FDC 4 tab/24 jam
- Po. Ambroxol 30 mg/8 jam
- Po. Paracetamol 500mg/8 jam
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Hasil pembelajaran :
1. Penegakan diagnosis Tuberculosis Paru
2. Penanganan pasien Penyakit Tuberculosis Paru
3. Manajemen pengelolaan pasien Tuberculosis Paru
SOAP
Subjektif
KU : Batuk berdahak
RPS : Pasien datang ke IGD RSUD Kayen Pati dengan keluhan batuk berdahak ± 3
bulan. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari, dahak kadang
berwarna hijau tapi kadang juga berwarna kuning. Pasien juga mengatakan adanya
demam, keringat dingin malam hari, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat
badan yang awalnya 52 kg menjadi 50 kg dalam waktu 1 bulan. Serta pasien mengeluh
sesak.
RPD : Tidak ada
RPO : Tidak ada
RPK : Tidak ada keluarga dengan keluhan serupa.
RSOSEK : JKN PBI
Objektif
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+)
Hidung : Simetris, Discharge (-/-), Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), Deformitas (-), Mukosa hiperemis (-), Deviasi lidah (-)
Tenggorokan : Hiperemis (-), Tonsil T1-T1, Uvula ditengah, Nyeri telan (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Deviasi Trakea (-), Massa (-), Peningkatan
JVP (-)
Thoraks :
Inspeksi : Simetris, Retraksi (-)
Palpasi : P/ Taktil fremitus kanan = kiri, Sela iga melebar (-)
C/ Ictus cordis di ICS V 2 jari medial LMCS
Perkusi : P/ Sonor diseluruh lapang paru
C/ Batas jantung-paru dalam batas normal
Auskultasi : P/ Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
C/ S1-II normal, reguler, Murmur (-), Gallop (-), Pulsus defisit(-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (-), sikatrik (-), caput medusa (-), hiperpigmentasi
(-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Datar, Supel, Nyeri tekan epigastrium (-), Lien / Hepar tidak teraba
Perkusi : Timpani.
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), Pitting edema (-/-), sianosis (-/-), CRT
<2”/<2”,
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujuk Satuan
Hb 14.20 14 – 18 g/dl
Eritrosit 4.86 4.6 – 6.2 juta/uL
Leukosit 13.5 4.0 – 10.0 ribu/uL
Hematokrit 41.5 40 – 48 %
Trombosit 136 150 – 400 ribu/uL
GDS 167 70 - 170 mg/dl
Ureum 23.7 10 - 50 mg/dl
Creatinin 0.87 0.6 - 1.1 mg/dl
Natrium 140.8 135 - 145 mmol/L
Kalium 4.17 3.5 - 5 mmol/L
Chloride 10.6 95 - 105 mmol/L
X-FOTO THORAX PA
COR: CTR>50%. Apeks jantung bergerak ke laterocaudal
PULMO: corakan vesikuler meningkat
Tampak bercak dan fibrotic pada lapang atas paru kiri
Diafragma baik
Sinus kostofrenikus lancip
Kesan:
Kardiomegali LV
Pulmo: TB Paru
Assesment
a. Terapi
Konsul dr. Husein, Sp. PD → Advice:
Nebu Ventolin + Pulmicort 1:1
Konsul dr. Husein, Sp. PD → Advice:
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Moxifloxacin 400 mg/24 jam
- Inj. Lansoprazole 30 mg/24 jam
- Po. Sucralfate syr 1 C/8 jam
- Po. FDC 4 tab/24 jam
- Po. Ambroxol 30 mg/8 jam
- Po. Paracetamol 500mg/8 jam
b. Pendidikan
Menjelaskan pengertian dan sebab Tuberculosis
Menjelaskan tanda dan gejala Tuberculosis
Menjelaskan pengobatan Tuberculosis
Menjelaskan untuk pengendalian dan pencegahan penularan Tuberculosis
c. Konsultasi
Memberikan edukasi kepada pengantar pasien untuk mendampingi pasien selama
dirawat di rumah sakit.
Follow Up
29 Desember 2019
S: Pasien mengatakan batuk dan sesak
berkurang, demam (-)
O:
Keadaan Umum : Tampak sakit
sedang
Kesadaran: CM GCS 15
Tanda Vital
BP : 130/80 mmHg
HR : 85 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,8°C
SpO2 : 95%
Mata : TAK
Hidung : TAK
Mulut : TAK
Tenggorokan: TAK
Leher : TAK
Thoraks :
Inspeksi: Simetris, Retraksi (-) ,
Palpasi :
P/ Taktil fremitus kanan = kiri, Sela iga
melebar (-)
C/ Ictus cordis di ICS V 2 jari medial
LMCS
Perkusi:
P/ Sonor diseluruh lapang paru
C/ Batas jantung-paru dbn
Auskultasi:
P/ Vesikuler +/+, Wheezing (+/+),
Ronkhi (-/-)
C/ S1-2 normal, Reguler, Murmur(-),
Gallop (-), Pulsus defisit(-)
Abdomen : TAK
Ekstremitas : TAK
A:
Tuberculosis Paru
P:
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Moxifloxacin 400 mg/24 jam
- Inj. Lansoprazole 30 mg/24 jam
- Po. Sucralfate syr 1 C/8 jam
- Po. FDC 4 tab/24 jam
- Po. Ambroxol 30 mg/8 jam
- Po. Paracetamol 500mg/8 jam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di dunia
kesehatan hingga saat ini. Dalam situasi TB di dunia yang memburuk dengan meningkatnya jumlah
kasus TB dan pasien TB yang tidak berhasil disembuhkan terutama di 22 negara dengan beban TB
paling tinggi di dunia, World Health Organization (WHO) melaporkan dalam Global Tuberculosis
Report 2011 terdapat perbaikan bermakna dalam pengendalian TB dengan menurunnya angka
penemuan kasus dan angka kematian akibat TB dalam dua dekade terakhir ini. Insidens TB secara
global dilaporkan menurun dengan laju 2,2% pada tahun 2010-2011. Walaupun dengan kemajuan
yang cukup berarti ini, beban global akibat TB masih tetap besar. Diperkirakan pada tahun 2011
insidens kasus TB mencapai 8,7 juta (termasuk 1,1 juta dengan koinfeksi HIV) dan 990 ribu orang
meninggal karena TB. Secara global diperkirakan insidens TB resisten obat adalah 3,7% kasus baru
dan 20% kasus dengan riwayat pengobatan. Sekitar 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di
dunia terjadi di negara berkembang (Rahman, 2012).
Pada tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta kasus) menempati urutan keempat
setelah India, Cina, Afrika Selatan. Indonesia merupakan negara dengan beban tinggi TB pertama di
Asia Tenggara yang berhasil mencapai target Millenium Development Goals (MDG) untuk penemuan
kasus TB di atas 70% dan angka kesembuhan 85% pada tahun 2006 (WHO, 2006).
Tuberkulosis paru ialah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, namun tidak termasuk
pleura (selaput paru). Tuberkulosis paru diklasifikasikan berdasarkan hasil pemeriksaan
sputum/dahak BTA (Basil Tahan Asam) dan tipe penderita / riwayat pengobatan sebelumnya,
sebagai berikut :
1. Gejala Klinik
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.
a. Gejala Respiratorik
Batuk ≥ 2 minggu
Batuk Darah
Sesak Napas
Nyeri Dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang
cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat medical
check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak
ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar
getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada
pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga
pleuranya terdapat cairan.
b. Gejala Sistemik
Demam
Gejala sistemik lain : Malaise, keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan.
2. Pemeriksaan Jasmani
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau
sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah
lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior , serta daerah apex lobus
inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma &
mediastinum.
3. Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan Pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH). Namun, pada TB Paru, bahan
spesimen yang dilakukan pemeriksaan ialah Sputum/Dahak.
b. Cara Pengumpulan dan Pengiriman Bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau
dengan cara :
Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Dahak Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan penderita,
spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos.
Pengobatan TB menggunakan obat utama (lini 1) berupa : Rifampisin (R), INH (H),
Pirazinamid (Z), Ethambutol (E), dan Streptomisin (S). Panduan Pengobatan Tuberkulosis dibagi
menjadi :
Pada tahun 1995 Program Nasional Pengendalian TUBERKULOSIS mulai menerapkan strategi
directly observed treatment short course (DOTS) dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap.
Sejak tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara nasional di seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes) terutama Puskesmas yang diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.
Pada awalnya, penerapan strategi DOTS di Indonesia hanya dilaksanakan di pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas). Seiring berjalannya waktu, strategi DOTS mulai dikembangkan di Balai
Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) dan rumah sakit baik pemerintah maupun swasta. Hasil survei
prevalens TB tahun 2004 melaporkan bahwa pola pencarian pengobatan sebagian besar pasien TB
ketika pertama kali sakit adalah rumah sakit sehingga melibatkan rumah sakit untuk melaksanakan
strategi DOTS menjadi sesuatu yang penting yang memberikan kontribusi berarti terhadap upaya
penemuan pasien TB.
Pelaksanaan program tentunya memerlukan kerja sama antara pelaksana dan peserta /
target sasaran program, dimana pelaksanaan program dengan outcome yang diharapkan dapat
terwujud dengan adanya kerja sama yang baik dan sikap kooperatif peserta program.
2.3. Pengendalian dan Pencegahan TB berbasis Lingkungan
Lingkungan fisik rumah adalah lingkungan fisik sehari-hari yang dialami dan dijalani
penderita TB paru atau kondisi rumah dan berbagai perangkat yang ada di dalamnya yang meliputi
bentuk, kondisi bangunan serta padat hunian dalam rumah merupakan hal yang mendasar yang
dapat mempengaruhi penyembuhan dan penyebaran TB paru yang selanjutnya dapat berdampak
pada kesehatan keluarga serta lingkungan (Notoadmojo, 2003).
Dalam pencegahan penyakit TB Paru sangat perlu menjaga lingkungan yang sehat
seperti pengaturan syarat – syarat rumah yang sehat diantaranya luas bangunan rumah,
ventilasi pencahayaan dengan jumlah anggota keluarga serta kebersihan lingkungan tempat
tinggal. Beberapa upaya pencegahan penyakit TB Paru berbasis lingkungan yang dapat
dilakukan antara lain :
1. Satu kamar di huni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau sama
dengan 10 m²/orang.
2. Lantai rumah sebaiknya di semen dan memperbaiki ventilasi serta menambah
ventilasi buatan.
3. Selalu membuka pintu atau jendela terutama di pagi hari agar pencahayaan alami
dapat masuk ke dalam rumah.
4. Menutup mulut bila batuk atau bersin bagi penderita maupun bukan penderita jika
salin berdekatan.
5. Tidak meludah di sembarang tempat, upayakan meludah pada tempat yang terkena
sinar matahari atau I tempat khusus seperti tempat sampah.
6. Menjemur tempat tidur bekas penderita secara teratur karena kuman tuberkulosis akan
mati bila terkena sinar matahari.
7. Menjaga kebersihan diri, baik perorangan maupun keluarga serta menjaga kesehatan
badan agar sistem imun senantiasa terjaga dan kuat.
8. Di usahakan tidur terpisah dengan penderita dan menjaga jarak aman ketika
berhadapan dengan penderita TB Paru.
9. Bagi penderita di usahakan istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi.
10. Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem imunitas, seperti begadang
dan kurang istirahat.
Selain upaya berbasis lingkungan, pencegahan TB juga dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengawasan dan interaksi terhadap penderita berupa :
1. Meningkatkan daya tahan tubuh, terhadap bayi harus diberikan vaksinasiBCG.
2. Memberikan penyuluhan tentang penyakit TB Paru yang meliputi gejala, bahaya dan
akibat yang akan ditimbulkan.
3. Isolasi, pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi, pengobatankhusus TBC.
Pengobatan di rumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat yang memerlukan
pengembangan program pengobatannya yang karena alas an-alasan sosial, ekonomi
dan medis tidak dikehendaki pengobatan jalan.
4. Tuberkulin test bagi seluruh anggota keluarga dengan foto rontgen yang bereaksi
positif, apabila cara-cara ini negative, perlu di ulang pemeriksaan tiap bulan selama 3
bulan.
5. Pengobatan khusus bagi penderita aktif. Obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan
oleh dokter diminum secara teratur selama sakit.