Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

DIFTERI

M. Fahri Ariza (140100001)


LAISLA (140100219 )

Dosen Pembimbing
dr. Inke Nadia D. Lubis, M.ked(Ped),DTM&H, Sp.A.Phd

Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
2019
DIFTERI
DEFINISI
Difteri merupakan sebuah penyakit
infeksi akut yang disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium diphtheriae

Corybacterium diphtheriae merupakan


bakteri gram positif,aerobik,
pleomorphic coccobacillus .
ETIOLOGI
Penyakit difteri disebabkan terutama oleh
eksotoksin yang dihasilkan oleh C. diphtheria.
Toksin hanya diproduksi jika bakteri C.
diphtheria diinfeksi oleh virus spesifik
(bakteriofag) yang membawa informasi genetik
toksin. Terdapat empat strain C. diphtheria,
yaitu gravis, intermedius, mitis, dan belfanti.
Semua strain ini dapat memproduksi toksin dan
menyebabkan penyakit difteri berat.
FAKTOR RISIKO
Faktor Risiko dari Difteri, meliputi :
1. Status Imunisasi
2. Status Gizi
3. Sumber Penularan
4. Umur
5. Faktor Hunian
PATOFISIOLOGI
Toksin dari CD yang disekresi, membawa gen struktural
tox yang ditemukan pada lisogenik
corynobacteriophagesβ tox+, ϒ tox+, and ω tox+ yang
membuat toksin dari CD berbahaya. Ekspresi dari gen
diregulasi oleh host bakteri dan konsentrasi besi yang
terkandung pada tubuh bakteri. Pada kondisi dimana
konsentrasi besi yang rendah, regulator gen terinhibisi
dan menyebabkan kenaikan produksi toksin. Seiring
dengan peningkatan toksin, efek dari toksin itu sendiri
meluas tidak hanya pada area dimana bakteri
berkolonisasi. Walapun toksin Cd ini tidak memiliki target
organ spesifik, tetapi miokardium dan saraf perifer lebih
sering terkena dampaknya
MANIFESTASI KLINIS
 Sakit tenggorokan, sulit menelan, suara
serak
 Demam
 Pembengkakan pada jaringan lunak &
kelenjar getah bening
 Nekrosis & edem
 Neuropati
 Aspirasi
 Obstruksi Respiratori
 Gagal jantung kongestif
DIAGNOSIS
 Anamnesis
Suara Serak, nyeri tenggorokan, nyeri menelan,
demam tinggi.
 Pemeriksaan Fisik

Adanya tonsillitis dan faringitis, pembesaran


leher (bull neck), muka pucat bahkan sampai
sianosis, tanda-tanda syok, kesulitan menelan.
 Laboratorium

Kultur atau PCR positif


DIAGNOSA BANDING
 Difteria hidung, penyakit menyerupai difteria
hidung adalah rhinorrhea (common cold, sinusitis,
adenoiditis), benda asing dalam hidung, snuffles.

 Difteria faring, harus dibedakan dengan


tonsilitis membranosa akut yang disebabkan oleh
Streptococcus (tonsilitas akut, septic sore throat),
mononukleosis infeksiosa, tonsilitis membranosa
nonbakterial, tonsilitis herpetika primer,
monoliasis, blood dyscrasia, pasca tonsilektomi.
 Difteria laring, gejala difteria laring
menyerupai laringitis, dapat menyerupai
croup sindroma yang lain, yaitu spasmodic
croup, angioneurotik edema pada laring,
dan benda asing dalam laring.

 Difteria kulit, perlu dibedakan dengan


impetigo dan infeksi kulit yang disebabkan
oleh Streptococcus atau Stapyllococcus.
PENATALAKSANAAN
 Antitoksin
 Antibiotik
 Penisilin prokain G 25000-50000 unit/kg/dosis
(pada anak), 1,2 juta unit/dosis (pada orang
dewasa). Pemberian intramuskular.
 Eritromisin 40-50 mg/kg/dosis, maksimum
dosis 2 g/dosis, terbagi 4 dosis. Pemberian
peroral dan parenteral
 Penisilin G 125-250 mg, 4 kali sehari
intramuskular dan intravena
 Terapi antibiotik diberikan selama 14 hari
PROGNOSIS
Prognosis dapat tergantung pada virulensi dari bakteri yang
menyerang,
lokasi dan perluasan membran, status imunitas, serta
kecepatan dalam mendapat pengobatan dan perawatan. Dari
virulensi bakteri, biotipe gravis mempunyai prognosis yang
paling buruk, sedangkan lokasi difteri pada laring dapat
menyebabkan meningkatnya presentasi kematian karena
difteri akibat terjadinya obstruksi saluran nafas. Pada status
imunitas, prognosis akan menjadi lebih berat pada pasien
yang tidak diimunisasi , sedangkan penderita yang semakin
cepat mendapat pengobatan dan perawatan maka prognosis
lebih baik, untuk itu makan perlu juga ketepatan dalam
penegakan diagnosis, karena keterlambatan dalam
pengobatan dapat meningkatkan kematian hingga 20 kali.
STATUS ORANG SAKIT
Nama : Rafi Dzaka El Ikhwan Sikumbang
Usia : 5 tahun 8bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. SM Raja No.166 Kec Sibolga Sambas
Nomor Rekam Medis : 78.60.48
Tanggal Masuk : 30 Juli 2019

Anamnesa
Keluhan Utama : Nyeri Menelan
Telaah :
 Pasien datang ke RS HAM dengan keluhan nyeri menelan, hal ini dialami
sejak 4 hari yang lalu, dan memberat dalam1 hari ini.
 Pasien juga mengeluhkan suara menghilang yang dialami sejak 2 hari yang
lalu.
 Demam juga dijumpai, demam dialami sejak 4 hari yang lalu dengan suhu
tertinggi tidak jelas / tidak diukur, demam bersifat naik turun, demam
turun dengan obat penurun panas.

 Pada pasien dijumpai rasa lemas dan nafsu makan menurun, hal ini
dialami pasien sejak 1 minggu yang lalu.
 Batuk juga dijumpai, hal ini dialami pasien sejak 2 hari yang lalu, dengan
frekuensi 5-7 kali/hari, batuk berdahak dijumpai, batuk berdarah tidak
dijumpai.
 Muntah tidak dijumpai. Mencret tidak dijumpai.
 BAK dijumpai, dalam batas normal. BAB dijumpai, dalam batas normal.
 Riwayat Keluarga dengan keluhan yang sama tidak dijumpai.
 Riwayat kontak dengan orang yang memiliki keluhan yang sama : tidak
jelas.
 Riwayat Imunisasi : tidak lengkap.
 RPT : Os merupakan pasien rujukan dari Rs. Metta Medika
dengan diagnosa Susp. Difteri, dan sudah dirawat selama 1 hari.
 RPO : Eritromisin 4 x cth I
Inj. Norages 1 x 5 mg

 Status GiziPasien:
BB: 20 kg, TB: 105 cm
BB/U : 100 %
TB/U : 92 %
BB/TB: 117 %
Status Presens
Sensorium : Compos mentis
TD : mmHg BB: 20kg ; TB: 105cm
HR : 90 x/i BB/U : 100%
RR : 20 x/i TB/U : 92%
Suhu : 36,6⁰C BB/TB : 117%
SpO2 : 98 %
Dispnea (-), Anemis (-), Sianosis (-), Jaundice (-), Edema (-)
Status Lokalisata
Kepala : Wajah : dalam batas normal
Mata : edema (-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor ᴓ
2mm/2mm, konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-),
sklera ikterik (-/-).
Hidung : terpasang NGT, pernafasan cuping hidung (-) deviasi
septum nasi (-), epistaksis (-).
Telinga: dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Gusi : gusi berdarah (-).

Lidah : lidah kotor (-), candidiasis oral (-), tremor (-).


Tonsil : T2 – T2 pseudomembran (+), hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (+), Bull neck (-), trakea medial.
Thoraks : Inspeksi : simetris fusiformis, retraksi epigastrial (-).
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri, ictus cordis: tidak teraba.
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi : suara pernafasan: vesikuler.
suara tambahan: tidak dijumpai.
frekuensi nafas: 20 x/i, reguler, ronkhi/wheezing (-).
frekuensi jantung: 90 x/i, reguler, desah (-).
Abdomen : Inspeksi : simetris, tidak membesar.
Palpasi : soepel, nyeri tekan (-),Hepar/Lien: tidak teraba.
Perkusi : timpani, shifting dullness (-).
Auskultasi : peristaltik (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-), Frekuensi nadi 90x/i, reguler, T/V
cukup, CRT <2”.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Metta Medika – 29 Juli 2019
Jenis Pemeriksaan
Hasil Rujukan Satuan

Hematologi

Darah Lengkap

- Hemoglobin 11,2 10,8-15,6 g/dL

- Hematokrit 31,4 33-45 %

- Leukosit 14.400 4.500-13.500 103/μL

- Eritrosit 4,26 4,50-6,50 106/μL

- Trombosit 324 181-521 103/μL

- MCV 73,6 69-93 fL

- MCH 26,2 22,0 – 34,0 pg

- MCHC 35,6 32,0 - 36,0 g/dL

- LED 30 P: 0-10, W: 0-20 mm/jam

- RDW 12,8 11,5 – 14,5 fL

- PDW 9,7 9,6 – 15,2 fL

- MPV 6,7 6,5- 9,5 fL

Hitung Jenis

- Neutrofil Segmen 76 47 - 80 %

- Limfosit 18 20 - 40 %

- Monosit 5 2-10 %

- Eosinofil 0,00 1-5 %


RINGKASAN :
Pasien laki – laki usia 5 tahun 8 bulan datang ke IGD RS HAM dengan
keluhan nyeri menelan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan memberat
dalam 1 hari ini. Suara menghilang (+) dalam 2 hari ini. Deman (+) 4 hari yang
lalu, bersifat naik turun, dan turun dengan obat penurun panas. Badan terasa lemas
dan nafsu makan menurun (+). Batuk (+), berdahak (+), berdarah (-).
Riwayat imunisasi : Tidak Lengkap
Pemeriksaan fisik
Suhu : 36,6⁰C
Wajah : dbn

Mata : dbn

Telinga : dbn

Hidung : terpasang NGT


Mulut : T2 – T2, tonsil tertutupi oleh pseudomembran
Leher : pembesaran KGB (+), Bull neck (-)
Laboratorium :
Hb: 11,2 g/dL / Ht: 31,4% / Leu: 14.400mm3 / Limfosit: 18% / Monosit: 5%
Diagnosis Banding : 1. Tonsilitis Difteri
2. Mononucleosis Infection
Diagnosis Kerja : Tonsilitis Difteri
Tatalaksana
- IVFD D5% NaCl0,45% 30cc/jam
- Inj. Procaine Penicillin 1.000.000 IU/12jam/IM (bokong kanan – kiri)
selama 10-14 hari (H 1)

Rencana
- Cek Darah Lengkap, Urinalisa, Elektrolit
- Foto Thorax
- Kultur Swab Tenggorokan
- EKG Serial
FOLLOW UP
Tanggal 31 Juli 2019
S Nyeri menelan dan suara menghilang masih dijumpai, batuk dijumpai, demam dijumpai, NGT
kotor, muntah dijumpai 1 kali berwarna hitam.
O Sensorium: Compos Mentis; Suhu: 37,5⁰C
Kepala: Mata: refleks cahaya (+/+), pupil isokor ᴓ 2mm/2mm, konjungtiva palpebra inferior
pucat (-/-),
Wajah:dalam batas normal
Telinga/Hidung/Mulut: dalam batas normal/ terpasang NGT, keluar cairan kehitaman/ T2 – T2
Tonsil tertutupi oleh pseudomembran
Leher : pembesaran KGB (+)
Dada: Simetris fusiformis tanpa retraksi;
Frekuensi jantung 120x/menit/reguler/tanpa desah
Frekuensi nafas 22x/menit/reguler/tanpa ronkhi
Abdomen: soepel; normoperistaltik, Abdominal rigidity (-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3 detik
A Tonsilitis Difteri + PSMBA
  - IVFD D5% NaCl 0,45% 30cc/jam
P - Inj. Procaine Penicillin 1.000.000 IU/12jam/IM (bokong kanan – kiri) selama 10-14 hari
(H 2)
- Inj. Ranitidine 1amp/12jam
- Paracetamol 4 x 300 mg
- EKG/hari
- Diet susu Pediasure 200ml/3jam
- Cek lab DL, CRP, HST
- Konsul Gastroenterohepatology
- Inj. Omeprazol 10mg/12jam
Tanggal 01 Agustus 2019
S Demam dijumpai, batuk dijumpai berkurang, muntah tidak ada, BAB berwarna coklat kehitaman

O Sensorium: Compos Mentis; Suhu: 38,5⁰C


Kepala: Mata: refleks cahaya (+/+), pupil isokor ᴓ 2mm/2mm, konjungtiva palpebra inferior
pucat (-/-),
Wajah:dalam batas normal
Telinga/Hidung/Mulut: dalam batas normal/ dalam batas normal,terpasang NGT /T2 – T2,
Tonsil tertutupi oleh pseudomembran (kesan berkurang)
Leher : pembesaran KGB (+)
Dada: Simetris fusiformis tanpa retraksi;
Frekuensi jantung 100x/menit/reguler/tanpa desah
Frekuensi nafas 20x/menit/reguler/tanpa ronkhi
Abdomen: soepel; normoperistaltik, Abdominal rigidity (-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT <3”
Laboratorium: Leu: 16,140/μL ; Neutrofil: 78,60% ; Monosit: 8,60%
Immunoserologi: CRP Kuantitatif 1,4mg/dL
A Tonsilitis Difteri

P  IVFD D5% NaCl 0,45% 30cc/jam

 Inj. Procaine Penicillin 1.000.000 IU/12jam/IM (bokong kanan – kiri) selama 10-14 hari
(H 3)

 Inj. Paracetamol 300mg/6jam

 Inj. Omeprazole 10mg/12jam


 Diet susu Pediasure 200ml/3jam
 EKG/hari
 Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam (H 1)
  02 Agustus 2019
S Demam dijumpai, batuk dijumpai berkurang, muntah dijumpai 1 kali, BAB kecoklatan

O Sensorium : compos mentis; suhu: 39˚C


Kepala: Wajah: dbn
Mata: Konjungtiva palpebra inferior tidak pucat, refleks cahaya dijumpai, pupil isokor
Telinga: dbn
Hidung: normal, terpasang NGT
Mulut: T2 – T2, Tonsil tertutup pseudomembran
Leher : pembesaran KGB (+)
Dada : simetris fusiformis tanpa retraksi
Frekuensi jantung: 100 kali/menit, reguler tanpa desah
Frekuensi nafas: 20 kali/menit, reguler tanpa ronkhi
Abdomen: soepel, peristaltik normal, hepar/lien tidak teraba, abdominal rigidity (-)
Ekstremitas: nadi: 100 kali/menit, reguler, CRT <2 detik, akral hangat
A Tonsilitis Difteri

P - IVFD D5% NaCl 0,9% + Ca Gluconas 30cc/jam


- Inj. Procaine Penicillin 1.000.000 IU/12jam/IM (bokong kanan – kiri) selama 10-14 hari (H
4)
- Inj. Omeprazole 10mg/12jam/IV
- Inj. Paracetamol 300mg/6jam
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam/IV (H 2)
- Diet susu Pediasure 200ml/3jam
- EKG/hari
DISKUSI
Teori Pasien
Definisi Pasien laki – laki usia 5 tahun 8 bulan datang ke
Difteri merupakan sebuah penyakit infeksi akut yang disebabkan IGD RS HAM dengan keluhan nyeri menelan
oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae (CD). Bakteri sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan
ini biasanya menyerang traktus respiratory bagian atas, memberat dalam 1 hari ini. Suara menghilang (+)
menyebabkan pembentukan ulcer pada mukosa, dan dalam 2 hari ini. Deman (+). Pada pemeriksaan

pembentukan sebuah pseudomembrane. fisik dijumpai tonsil T2 – T2 dan ditutupi oleh


pseudomembran, pada leher dijumpai
pembesaran KGB.

Etiologi Pada pasien dijumpai keluhan nyeri menelan


Penyakit difteri disebabkan terutama oleh eksotoksin yang sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, dan
dihasilkan oleh C. diphtheria. Toksin hanya diproduksi jika memberat dalam 1 hari ini. suara menghilang
bakteri C. diphtheria diinfeksi oleh virus spesifik (bakteriofag) yang dialami sejak 2 hari ini, dan demam yang
yang membawa informasi genetik toksin. Terdapat dialami sejak 4 hari yang lalu. Pada pemeriksaan
empat strain C. diphtheria, yaitu gravis, intermedius, mitis, fisik dijumpai pada tonsil T2 – T2 dan ditutupi
dan belfanti. Semua strain ini dapat memproduksi toksin dan oleh pseudomembran, pada leher dijumpai
menyebabkan penyakit difteri berat. pembesaran KGB.
Faktor Risiko Pasien berumur 5tahun 8bulan, dan pada pasien
Faktor Risiko dari Difteri, meliputi : dijumpai imunisasi yang tidak lengkap.
1. Status Imunisasi
2. Status Gizi
3. Sumber Penularan
4. Umur
5. Faktor Hunian

ManifestasiKlinis Pada pasien di dapati:


Manifestasi klinis dari difteri:  Nyeri menelan
 Sakit tenggorokan, sulit menelan, suara serak  Suara menghilang
 Demam  Demam
 Pembengkakan pada jaringan lunak & kelenjar getah bening  Tonsil tertutupi oleh pseudomembran
 Nekrosis & edem  Pembesaran KGB di leher.
 Neuropati
 Aspirasi
 Obstruksi Respiratori
 Gagal jantung kongestif
 
Diagnosis Pada Pasien terdapat keluhan nyeri
- Anamnesis menelan, suara menghilang, demam, dan
Suara serak, nyeri tenggorokan, nyeri menelan, pada pemeriksaan fisik dijumpai pada
demam tidak tinggi. tonsil tertutupi oleh pseudomembran,
- Pemeriksaan Fisik dan pembesaran KGB di leher. Pada
Adanya tonsillitis dan faringitis, pembesaran pemeriksaan Laboratorium PCR (+).
leher (bull neck), muka pucat bahkan sampai  
 
sianosis, tanda-tanda syok, kesulitan menelan.
- Laboratorium
Kultur atau PCR positif
Penatalaksanaan Farmakologi
 Antitoksin Non-Farmakologi
 Antibiotik -Tirah baring
 Penisilin prokain G 25000-50000 unit/kg/dosis -pemasangan NGT
(pada anak), 1,2 juta unit/dosis (pada orang dewasa). Farmakologi
Pemberian intramuskular. -IVFD D5% Nacl 0,45% 30gtt/menit
 Eritromisin 40-50 mg/kg/dosis, maksimum dosis 2 (mikro)
g/dosis, terbagi 4 dosis. Pemberian peroral dan - Inj. Procaine Penicillin 1.000.000
parenteral IU/12jam/IM (bokong kanan – kiri) selama
 Penisilin G 125-250 mg, 4 kali sehari intramuskular 10-14 hari
dan intravena - Inj. Paracetamol 300mg/6jam
 Terapi antibiotik diberikan selama 14 hari  
 
KESIMPULAN

Telah dilaporkan suatu kasus Tonsilitis Difteri pada seorang anak laki-laki,
usia 5 tahun 8 bulan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis, anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pasien selanjutnya ditatalaksana
dengan pemberian terapi non farmakologis berupa tirah baring dan pemasangan
NGT. Untuk tatalaksana farmakologis diberikan terapi cairan, antipiretik, dan
antibiotik.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai