Disusun oleh:
Pembimbing :
dr. Emmy Wahyuni, Msi .Med, Sp.PK
1
2
HALAMAN PENGESAHAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
terhadap serotype lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue
dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotype virus
pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah
4
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Anamnesis
Identitas Pasien
Masuk instalasi gawat darurat RSUD Demang Sepulau Raya:
Tanggal 16 Januari 2020, Jam 19.44 WIB
• Nama : Ny. N
• No. RM : 100.12.57.69
• Jenis kelamin : Perempuan
• Umur : 28 Tahun
• Status : menikah
• Alamat : Komering, Lampung Tengah
• Suku : Jawa
• Pekerjaan : IRT
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Demam sejak 4 hari SMRS
5
tubuh (-). Terdapat Mimisan dan gusi berdarah di sangkal. BAK dan BAB dalam
batas normal.
B. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Tanda vital
o Nadi : 89 x/menit
o Suhu : 38,1oC
o Pernapasan : 20 x/menit
Kepala
Bentuk : Normochepali
Mata
6
Sklera : Tidak ikterik
Telinga
Serumen : -/-
Hidung
Leher
Trakea : di tengah
7
Kelenjar Getah Bening
Thorax
Pulmo
suara kuat
Jantung
Abdomen
Palpasi : supel, massa (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
8
Perkusi : pekak pada keempat kuadran abdomen, nyeri ketok CVA
Genitalia
Tidak diperiksa
Ekstremitas
Sianosis (-)
Turgor baik
C. DIAGNOSA KERJA
D. DIAGNOSA BANDING
Chikungunya
Malaria
Dhf grade 1
E. RENCANA DIAGNOSTIK
F. RENCANA TERAPI
IVFD RL 30 gtt
9
Paracetamol 3 x 500 mg
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Prognosis
I. Follow Up
10
Thorax : Ves +/+, Wh -/-, Rh -/-
BJ : 1/2 (+) N
Abdomen : Bu (+), Nt (-)
Extremitas : akral hangat (+/+)
Lab :
Hb : 13.2
HT : 37.3
Leu : 2.38
trom : 122
A/ obs fibris H5 ec DF
18/01/ 2020 S/ demam (-), nyeri sendi (+), Nyeri P/ Rencana Rujuk
perut (+) BAB hitam (+) Keluarga menolak rujuk
Lab :
Hb : 14.2
HT : 40.2
Leu : 4.09
trom : 67
IgM : Positive
IgG : Positif
11
RR : 20 x/i T : 35,6 C Sucralfat syr 3xC1
Paracetamol 3x500 tab
Mata : Ca -/-, Si -/-
Thorax : Ves +/+, Wh -/-, Rh -/-
Bj : 1/2 (+) N
Abdomen : Bu (+), Nt (-)
Extremitas bawah : akral hangat (+/+)
bintik – bintik kemerahan (+/+)
Lab :
Hb : 13.1
HT : 37.6
Leu : 6.10
Trom : 43
A/ DHF H7 Grade II dengan infeksi
primer dan skunder
Hb : 13.0
Ht : 37.4
Leu : 8.45
Trom : 42
Lab :
Hb : 13.5
Ht : 39.1
Leu : 6.59
Trom :59
12
A/ DHF H8 grade II dengan infeksi
primer dan skunder
Hb : 13.9
Ht : 42.0
Leu : 6.70
Trom : 92
Lab :
Hb : 13.3
Ht : 37.5
Leu : 7.10
Trom : 155
13
lab :
Hb : 13.8
Ht : 39.0
Leu : 6.92
Trom : 228
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definis
Dengue fever (DF) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak –
anak, remaja dan dewasa. Biasa nya gejala umum nya adalah demam bifasik
disertai sakit kepala berat, nyeri otot, nyeri sendi, ruam, leukopenia dan
epistaxis masif.
fase demam awal berhubungan dengan tanda dan gejala yang mirip dengan DD.
mudah memar dan pada kasus berat terjadi perdarahan di gastrointestinal. Pada
akhir fase demam ada kecenderungan untuk terjadi syok hipovolemik ( dengue
Terdapat tanda – tanda warning signs untuk mencegah terjadinya syok seperti ;
muntah terus – menerus, nyeri perut, lesu atau gelisah, mudah marah dan oliguria.
B. Epidemiologi
Empat virus dengue berasal dari monyet dan secara independen menular
ke manusia di Afrika atau Asia Tenggara antara 100 dan 800 tahun yang lalu.
Dengue tetap merupakan penyakit yang terbatas secara geografis dan minor
15
transportasi, nyamuk Aedes di seluruh dunia dalam kargo diduga telah
Tidak sampai tahun 1981,sejumlah besar kasus DBD mulai muncul di Karibia dan
Amerika Latin, di mana program pengendalian Aedes yang sangat efektif telah
akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Selanjutnya sejak
saat itu penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung menyebar ke seluruh tanah
air Indonesia, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali
Timor-Timur telah terjangkit penyakit, dan mencapai puncaknya pada tahun 1988
dengan insidens rate mencapai 13,45 % per 100.000 penduduk. Keadaan ini erat
C. Etiologi
Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Sampai saat ini dikenal ada 4
16
dan yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia
terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler melalui kapiler
demam berdarah dengue hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi sebagian
mengatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah infeksi dengue
pertama mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan
dalam jangka waktu yang tertentu yang diperkirakan antara 6 bulan sampai 5
17
Gambar. Patogenesis terjadinya syok pada DBD
Akibat infeksi kedua oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang penderita
dengan kadar antibodi anti dengue yang rendah, respons antibody anamnestik
transformasi limfosit imun dengan menghasilkan antibody IgG anti dengue titer
tinggi. Replikasi virus dengue terjadi dengan akibat terdapatnya virus dalam
melalui endotel dinding pembuluh darah. Pada penderita renjatan berat, volume
plasma dapat berkurang sampai lebih dari pada 30% dan berlangsung selama 24-
18
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Sebab lain dari kematian pada
DBD ialah perdarahan saluran pencernaran hebat yang biasanya timbul setelah
kelainan hematologis yang ditemukan pada sebagian besar penderita DBD. Nilai
trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada
masa renjatan. Jumlah tromosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen dan
pada penderita DBD. Berapa faktor koagulasi menurun termasuk faktor II, V, VII,
IX, X dan fibrinogen. Faktor XII juga dilaporkan menurun. Perubahan faktor
juga pada penderita DBD tanpa atau dengan renjatan. Renjatan pada PIM akan
kematian.
19
Gambar. Patogenesis Perdarahan pada DBD
C. Manifestasi Klinis.
dapat berupa demam yang tidak khas. Pada umumnya pasien mengalami demam
dengan suhu tubuh 39-40oC, bersifat bifasik (menyerupai Pelana kuda), fase
demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis pada hari ke-3 selama 2-3
hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko
Fase Febris:
20
- Dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti petekie, perdarahan
dan gastrointestinal.
Fase Kritis:
21
Fase Pemulihan:
membaik.
D. Diagnosis
22
(<100.000 sel/mm3).
- Peningkatan hematokrit
(≥20%).
Pada foto toraks (DBD derajat III/IV dan sebagian besar derajat II) didapatkan
sebaiknya dilakukan dalam posisi lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura
E. Pemeriksaan Laboratorium
antara lain :
1. Leukosit: Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) > l5% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok
akan meningkat.
atau FDP pada keadaan yang dicurigai tejadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
23
7. Ureum/ kreatinin: Dapat meningkat bila didapatkan gangguan fungsi
ginjal.
seering di temuakan pada semua kasus DHF, menurun pada DHF grade 3
dan 4.
11. NS 1: Antigen NSl dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai
virus. Hasil negatif antigen NSI tidak menyingkirkan adanya infeksi virus
dengue.
Pemeriksaan trombosit
jaringan hemopoetik dan berfungsi dalam proses pembekuan darah, dimana jika
mekanisme supresi sumsung tulang dan destruksi serta pemendekan masa hidup
24
kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai
Hitung jumlah trombosit dapat digunakan sebagai alat bantu untuk diagnosis
infeksi dengue karena menunjukkan sensitivitas yang tinggi mulai dari hari ke-4
demam sebesar 67.7%, bahkan pada hari ke-5 sampai ke-7 menunjukkan angka
secara tiba-tiba hingga di bawah 100.000 sel/mm3 dapat terjadi di akhir fase
demam sebelum onset syok ataupun sebelum demam turun. Jumlah trombosit
berkorelasi dengan keparahan DHF. Selain itu, bisa juga terdapat kerusakan pada
fungsi trombosit. Perubahan ini terjadi secara singkat dan kembali normal selama
fase pemulihan.
Pemeriksaan Hematokrit
seluruhnya didalam 100 mm3 darah yang dinyatakan dalam %. Peningkatan nilai
25
sehingga harus dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala pada pasien
resiko adanya perdarahan. Nilai rujukan nilai hematokrit normal untuk pria adalah
40-48% dan untuk wanita adalah 37-43%. Sedangkan nilai hematokrit normal
pada anak 33–38%. Hematokrit akan normal pada fase awal demam. Peningkatan
Pemeriksaan Serologi
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak dalam sel
hari. Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara
muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi
mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi
demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan
menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar
antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi
primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam
hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua.
26
Oleh karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan
mendeteksi antibody IgM setelah hari sakit kelima, diagnosis infeksi sekunder
dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan IgM
yang cepat.
F. Diagnosis banding
Parasit : malaria
DF
DHF
27
Dhf bisa menyebabkan syok yang berlanjut ke asidosis metabolic, perdarahan
yang berat, DIC, kegagalan fungsi multiorgan, efusi pleura, CHF, dan
encephalopati
H. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk DBD. Prinsip terapi utama adalah terapi
dipertahankan. Jika tidak bisa, maka diperlukan suplemen cairan melalui jalur
lainnya, pasien dapat dibagi tiga kategori: rawat jalan (kelompok A),
Kelompok-A
Pasien yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang dapat dimotivasi untuk
minum secara adekuat, masih dapat berkemih setidaknya sekali tiap enam jam,
Pasien rawat jalan harus diobservasi setiap hari untuk mencegah progresi hingga
melewati periode kritis. Pasien dengan Ht stabil dapat dipulangkan setelah dirawat
dan diberikan edukasi untuk segera kembali ke rumah sakit apabila warning signs
Memotivasi minum oral rehydration solution (ORS), jus buah, dan cairan
lain yang mengandung elektrolit dan gula untuk mengganti cairan yang
28
Memberikan parasetamol bila pasien merasa tidak nyaman akibat demam.
keluaran cairan, urin output (volume dan frekuensi), warning signs, tanda
trombosit (kelompok-B).
Kelompok-B
Pasien harus dirawat inap untuk observasi ketat, khususnya pada fase kritis.
3. Perdarahan
4. Gangguan organ: ginjal, hepar (hati membesar dan nyeri walaupun tidak
transpor memadai.
Apabila pasien memiliki warning signs maka hal yang harus dilakukan
adalah:
normosalin 0,9%, RL. Mulai dari 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam, lalu
29
kurangi menjadi 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, dan kurangi lagi menjadi
2-3 ml/kg/jam atau kurang sesuag/jam selama 1-2 jam. Nilai kembali
status klinis, ulang Ht, dan periksa kecepatan cairan infus berkala.
output 0,5 ml/kg/jam selama 24-48 jam. Kurangi jumlah cairan infus
berkala saat kebocoran plasma berkurang, yakni saat akhir fase kritis. Hal
ini bisa diketahui dari urin output dan/atau asupan minum cukup dan Ht
menurun.
Pasien dengan warning signs harus diobservasi hingga fase kritis lewat.
Parameter yang harus dimonitor adalah tanda vital dan perfusi perifer (tiap
1-4 jam hingga lewat fase kritis), urin output (tiap 4-6 jam), Ht (sebelum
dan setelah pemberian cairan, selanjutnya tiap 6-12 jam), glukosa darah,
Motivasi minum. Jika tidak bisa, mulai infus intravena dengan NS 0,9%
pasien obese atau overweight digunakan dosis sesuai berat ideal. Berikan
volume minimum untuk memelihara perfusi dan urine output selama 24-
48 jam.
30
Kelompok-C
DBD berat untuk memudahkan akses intensif dan transfusi darah. Resusitasi
pada keadaan syok hipotensi. Pantau nilai Ht sebelum dan sesudah resusitasi.
tidak pucat dan hangat, dan CRT <2 detik) dan meningkatkan perfusi organ
menurun)
31
Terapi pada Pasien Syok Terkompensasi
32
Terapi pada Syok Hipotensi
33
Indikasi Tranfusi Trombosit
trombositopenia berat.
2. Transfusi platelet urgen diberikan pada pasien DBD dengan trombosit <
perdarahan.
Pasien DBD dengan trombosit > 40.000/mm3 masih "cukup aman" untuk
dengan trombosit 20.000/mm3 pun bisa sukses pulih selama tidak ada
Klinis:
34
Laboratoris:
35
BAB IV
DISKUSI
Mendapatkan hasil Leukopenia terjadi pada demam hari 4 kemudian naik secara
perlahan, nilai limfosit > 43%. Menurut teori Leukosit dapat normal atau
menurun Mulai hari ke-3 dan ditemui limfositosis > 45%.
36
Trombositopenia terjadi mulai dari hari ke 5-8. Menurut teori Umumnya terdapat
trombositopenia pada hari ke 3-8.
IgG dan IgM positif pada hari ke 6, menurut teori, Pemeriksaan serologis
dilakukan selama hari 3-7 setelah tubuh mengalami infeksi virus dengue. Hal ini
disebabkan karena tubuh akan mengalami viremia yang menyebabkan
terbentuknya imunoglobulin anti dengue. Respon antibodi berbeda sesuai status
kekebalan dari penderita.
Tatalaksana yang diberikan kepada pasein ini adalah terapi cairan infus intravena
dengan RL 0,9% dosis pemeliharaan, karena pasein mengeluh muntah apa yang
di makan dan minum. Ini sesuai dengan terori, Motivasi minum. Jika tidak
bisa, mulai infus intravena dengan NS 0,9% atau RL dengan atau tanpa dekstrosa
dengan dosis pemeliharaan. Untuk pasien obese atau overweight digunakan dosis
sesuai berat ideal. Berikan volume minimum untuk memelihara perfusi dan urine
output selama 24-48 jam.
37
BAB V
RINGKASAN
demam akut, disertai gejala sakit kepala berat, nyeri otot, nyeri sendi, ruam,
berupa demam bifasik, Nyeri kepala,Nyeri retro-orbital, Nyeri otot, Nyeri sendi/
utama DF/DHF adalah terapi cairan oral rehydration solution (ORS) atau
38
DAFTAR PUSTAKA
39
40