Disusun oleh:
20100310059
Diajukan kepada:
2014
1
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
20100310059
__________________
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PRESENTASI KASUS
Nama : An F
ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis dengan ibu kandung pasien.
Pasien datang dari poli anak dengan keluhan BAB cair >3 kali. Orang tua
mengatakan bahwa keluhan tersebut berlangsung sejak 2 hari yang lalu. BAB cair
(+), ampas (+), lendir (+), darah (-). Frekuensi BAB H-2 SMRS adalah 1 kali, H-1
SMRS adalah > 3 kali, dan SMRS adalah 1 kali. Muntah (+) 5 kali hampir setiap
makan atau minum. BAK lancar tidak ada keluhan. Batuk (-), Pilek (-). Nafsu
makan anak menurun. Riwayat kejang (-), riwayat jatuh (-).
4
Riwayat kejang atau epilepsi disangkal
Kontrol teratur setiap bulan ke Sp.OG, ANC (+) >4x selama kehamilan.
Selama hamil ibu dinyatakan sehat, mual-mual (+), riwayat terinfeksi TORCH (-),
tekanan darah tinggi (-), bengkak bengkak pada tungkai (-), perdarahan
pervaginam (-) kejang (-).
Riwayat Persalinan
Anak dapat menetek kuat, anak tidak kuning, anak tidak sesak napas, tidak
kejang-kejang, tidak demam.
Riwayat Vaksinasi
Riwayat Makanan
Sampai usia 6 bulan ASI (+) Formula (-) pemberian selama 15 menit dengan
frekuensi 8-10x/hari. Sekarang diberikan nasi tim (+) susu formula (+) ASI (-).
5
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan baik.
Anak tinggal bersama ayah dan ibu, hubungan antar anggota keluarga baik.
Ayah bekerja sebagai wiraswasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga,
pendapatan ayah baik. Tinggal di rumah sendiri terdiri dari 3 orang. Kondisi
rumah baik, sanitasi baik, sirkulasi udara cukup. Hubungan dengan tetangga
baik. Di sekitar lingkungan tidak ada yang menderita TB atau batuk kronis.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
Pernafasan : 28 x/menit
Berdasarkan table Z scores BB/PB pada anak perempuan, termasuk gizi baik (-
2 SD sampai -1 SD).
Kepala : normochepal
Rambut : tidak mudah dicabut
Wajah : mongolian face (-)
Mata : mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Mulut : bibir kering dan pecah-pecah (-) ,
6
mukosa mulut lembab,
oral higiene baik
THT : cairan keluar dari telinga (-)
lendir hidung (-)
napas cuping hidung (-)
dinding faring hiperemis (-)
Leher : pembengkakan limfonodi (-)
kaku kuduk (-)
Thoraks
Jantung
1. Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
2. Palpasi : iktus kordis teraba pada sela iga ke-4 linea midklavikula
kiri
3. Perkusi : tidak dilakukan
4. Auskultasi : bunyi jantung S1- S2 normal, murmur tidak ada, gallop
tidak ada
Paru
1. Inspeksi : simetris saat insiprasi dan ekspirasi, tidak terdapat retraksi
2. Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri
3. Perkusi : sonor/sonor
4. Auskultasi : vesikular/vesikular, rhonki basah kasar tidak ada, wheezing
tidak ada
Abdomen
1. Inspeksi : datar
2. Palpasi : turgor baik, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), limpa tidak
teraba
3. Perkusi : timpani
4. Auskultasi : bising usus + meningkat
Extremitas : Akral hangat, nadi kuat, capillary refill <2detik.
Status neurologis :
7
Reflek fisiologis (+) normal,
Meningeal sign : Kaku kuduk (-), tanda kernig (-)
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Klinis
Terapi
Po Domperidon syr 4 mg
Po Zink 1x20mg
8
Po Paracetamol syr 1cth (k/p)
FOLLOW UP
9
Akral Hangat, CRT<2dt
Assessment
diare cair akut tanpa dehidrasi
17/9/2014 Subjektif Planning
BAB 3x cair (+), muntah 2x (+), demam (-), - Infus kaen 3B 8 tpm
BAK normal - Po Domperidon syr 4
Objektif mg
KU : tampak sakit sedang, Compos mentis. - Po Lacto-B 2x1
Tanda vital : sachet
- Suhu : 36,8 oC - Po Zink 1x20mg
- Nadi : 108 x/menit - Po Paracetamol syr
- Respirasi : 24 x/menit 1cth (k/p)
Mata: cekung(-/-), sekret(-/-).
Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-).
Mulut : bibir kering (-)
Telinga: Sekret (-/-)
Leher : Pembesaran limfonodi (-)
Thorax: simetris, vesikuler +/+, retraksi -/-, S1
S2 reguler.
Abd: Turgor kulit baik, nyeri tekan-, peristaltic
+ meningkat.
Akral Hangat, CRT<2s
Kaku Kuduk (-)
Assessment
diare cair akut tanpa dehidrasi
18/9/2014 Subjektif Planning
BAB 4x (+) cair (+) ampas sedikit (+), demam (- - Infus kaen 3B 8 tpm
), BAK normal - Po Domperidon syr 4
Objektif mg
KU : tampak sakit sedang, Compos mentis.
10
Tanda vital : - Po Lacto-B 2x1
- Suhu : 37,0 oC sachet
- Nadi : 120 x/menit - Po Zink 1x20mg
- Respirasi : 36x/menit - Po Paracetamol syr
Mata: cekung(-/-), sekret(-/-). 1cth (k/p)
Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-).
Mulut : bibir kering (-)
Telinga: Sekret (-/-)
Leher : Pembesaran limfonodi (-)
Thorax: simetris, vesikuler +/+, retraksi -/-, S1
S2 reguler.
Abd: Turgor kulit baik, nyeri tekan-, peristaltic
+ normal
Akral Hangat, CRT<2s
Kaku Kuduk (-)
Assessment
diare cair akut tanpa dehidrasi
20/9/2014 Subjektif Planning
BAB 2x, ampas (+), demam (-), BAK normal - Infus kaen 3B 8 tpm
Objektif - Po Domperidon syr 4
KU : tampak sakit sedang, Compos mentis. mg
Tanda vital : - Po Lacto-B 2x1
- Suhu : 37,4 oC sachet
- Nadi : 112 x/menit - Po Zink 1x20mg
- Respirasi : 20 x/menit - Po Paracetamol syr
Mata: cekung(-/-), sekret(-/-). 1cth (k/p)
Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-).
Mulut : bibir kering (-) Pasien dinyatakan
Telinga: Sekret (-/-) Boleh Pulang
Leher : Pembesaran limfonodi (-)
11
Thorax: simetris, vesikuler +/+, retraksi -/-, S1
S2 reguler.
Abd: Turgor kulit baik, nyeri tekan-, peristaltic
+ normal
Akral Hangat, CRT<2s
Kaku Kuduk (-)
Assessment
diare cair akut tanpa dehidrasi
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
atau lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Buang air besar encer tersebut
dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Seseorang dikatakan diare
apabila buang air besar dengan frekuensi lebih sering dari biasanya. Pada anak
yang berusia kurang dari satu bulan dikatakan diare apabila frekuensi buang air
besar lebih dari empat kali sehari. Untuk anak diatas satu bulan dikatakan diare
bila frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari. Untuk dewasa tinjanya
biasanya lebih cair dan pada kondisi tertentu disertai dengan muntah-muntah.
Pada bayi yang masih minum ASI, definisi diare adalah meningkatnya
frekuensi buang air besar atau perubahan konsistensi menjadi cair yang
menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Terkadang anak yang
buang air besar kurang dari 3 kali perhari, namun konsistensinya cair, dapat
digolongkan sebagai diare.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan
menurut World Gastroenterology Organisation global guidelines 2005, diare
akut didefinisikan sebagai passase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih
banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa kriteria mengenai
batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3 minggu, 1 bulan
dan 3 bulan, tetapi di Indonesia dipilih waktu lebih dari 15 hari agar dokter
tidak lengah dan dapat lebih cepat menginvestigasi penyebab diare dengan
lebih tepat.
13
Faktor-faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap diare adalah
lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, sosial, ekonomu dan perilaku
masyakarat. Penyebab terjadinya diare peradangan usus adalah oleh agen
penyebab bakteri, virus, parasit (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan
dan minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia, kurang gizi,
alergi terhadap susu, dan imunodefisiensi. Diare juga dapat disebabkan karena
stress, gangguan fisiologis saluran cerna akibat kecelakaan.
B. Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Lama waktu diare : akut atau kronik
2. Mekanisme patofisiologis: osmotik atau sekretorik
3. Berat ringan diare : kecil atau besar
4. Penyebab infeksi atau tidak
Diare infektif adalah apabila penyebabnya infeksi. Sedangkan diare non
infektif adalah apabila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada
kasus tersebut.
C. Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi
(bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain
sebagainya. Menurut World Gastroenterology Organisation global guidelines
2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab: bakteri, virus, parasit dan
non infeksi.
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi:
- Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
14
- Infeksi virus : Enteroovirus (virus ECHO, coxsackie
poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
- Infeksi parasit : Cacing (ascaris, trichiuris, oxyuris, strongyloides),
Protozoa (entamoeba hystolytica, Giardia Lamblia, trichomonas
hominis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitas, dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa). Monosakarisa (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
latrosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.
15
yang baru yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak
dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan
tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul
diare.
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat ransangan tertentu ( misal oleh toksin) pada dinding usus, akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.
16
Patogenesis diare akut
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tergantung pada organisme dan hospes, dan meliputi
infeksi tidak bergejala, diare cair, diare berdarah, dan diare kronis. Penyebab
diare terbanyak pada anak adalah infeksi. Berikut tabel perbandingan
manifestasi klinis dari pelbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare:
17
Bau Langu Busuk + Tidak Amis
khas
Warna Kuning- Merah- Kehijauan Tidak Merah- Air
hijau hijau berwarna hijau cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain Anoreksia Kejang Sepsis Meteorismus Infeksi -
sistemik
F. Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis yang perlu ditanyakan untuk membantu penegakkan diagnosis
diare dan etiologinya antara lain lama diare, frekuensi, volume, konsistensi,
warna, bau, ada tidaknya lendir dan darah. Gejala penyerta diare juga perlu
ditanyakan antara lain muntah (volume, isi, frekuensi), nyeri perut, dan demam.
Faktor-faktor risiko terjadinya diare, misalnya makanan dan minuman yang
dikonsumsi, higienitas dan sanitasi, pergi ke daerah endemik, serta keberadaan
anak lain yang juga menderita diare perlu ditanyakan. Buang air kecil, penyakit
lain yang menyertai (batuk, pilek, campak), tindakan dan obat yang telah
diberikan, juga perlu ditanyakan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan antara lain tanda vital, berat badan,
serta mencari tanda dan derajat dehidrasi.
Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :
a. Kehilangan berat badan
- Dehidrasi ringan : bila terjadi penurunan berat badan 2,5 5%
- Dehidrasi sedang : bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
- Dehidrasi berat : bila terjadi penurunan berat badan >10%
b. Skor Maurice King
Metode sistem skor dehidrasi dari Maurice King adalah sebagai berikut :
18
Skor 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Delirium, koma, gejala
mengantuk, apatis syok
Elastisitas kulit Normal Sedikit kering Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan sianosis
Denyut nadi Normal Sedang (120-140) Lemah >140
Skor :
0-2 : dehidrasi ringan
3-6 : dehidrasi sedang
7-12 : dehidrasi berat
Catatan :
1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dicubit selama 30-
60 detik, kemudian dilepas
Jika kulit kembali normal dalam waktu :
2 - 5 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
5 - 10 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
>10 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
2. Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat ditentukan
derajat dehidrasinya:
Skor 0-2 : dehidrasi ringan
Skor 3-6 : dehidrasi sedang
Skor >7 : dehidrasi berat
19
-Tidak bisa minum atau malas minum
-Cubitan kulit perut kembalinya sangat
lambat
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut :
- Gelisah, rewel/marah DEHIDRASI
- Mata cekung RINGAN/SEDANG
- Haus, minum dengan lahap
- Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau TANPA DEHIDRASI
ringan/sedang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien diare antara lain:
Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap (DPL), elektrolit, analisis gas darah (AGD), glukosa
darah sewaktu (GDS), kultur mikroorganisme, dan tes resistensi antibiotik.
Pemeriksaan urin
Urinalisis lengkap, kultur mikroorganisme, dan tes resistensi antibiotik.
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja dapat dibagi menjadi pemeriksaan makroskopis
(konsistensi, darah, lendir, bau) dan mikroskopis (leukosit, parasit, pH, tes
reduksi substansi, kultur).
G. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diare telah dirumuskan oleh WHO yaitu lima pilar
penatalaksanaan diare, antara lain:
20
Oralit formula baru merupakan oralit dengan tingkat osmolaritas lebih
rendah dibandingkan formula lama, dimana formula yang baru lebih
mendekati osmolaritas plasma. Perubahan formula dilakukan karena diare
yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh virus yang tidak menyebabkan
perubahan elektrolit berat. Komposisi oralit baru antara lain natrium 75
Mmol/L, klorida 65 Mmol/L, glukosa 75 Mmol/L, kalium 20 Mmol/L, dan
sitrat 10 Mmol/L.
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc diberikan karena secara evidence-based dapat mengurangi lama dan
beratnya diare serta mengembalikan nafsu makan. Dasar pemikiran
pemberian zinc adalah efeknya pada fungsi imun dan perbaikan epitel
saluran pencernaan selama diare. Zinc diberikan setiap hari selama 10-14
hari. Dosis pemberian zinc sebagai berikut:
Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
ASI dan makanan yang sesuai dengan usia anak dan menu yang sehari-
hari diberikan tetap diteruskan untuk mencegah kehilangan berat badan
lebih lanjut dan mengganti nutrisi yang hilang akibat diare. Makanan yang
perlu dihindari adalah makanan dengan gula sederhana, kandungan lemak
tinggi, serta makanan pedas dan asam.
4. Antibiotik selektif
Antibiotik diberikan hanya apabila terdapat indikasi, misalnya diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik tidak rasional dapat
menyebabkan memanjangnya masa diare karena gangguan flora normal
usus, mempercepat resistensi kuman, dan menambah biaya pengobatan
yang tidak perlu. Antibiotik yang dapat diberikan kepada pasien diare
dengan etiologinya sebagai berikut:
21
12,5 mg/kg BB 12,5 mg/kg BB
4x/hari selama 3 hari 4x/hari selama 3 hari
Disentri Shigella Ciprofloxacin Ceftriaxone
15 mg/kg BB 50-100 mg/kg BB
2x/hari selama 3 hari 1x/hari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis Metronidazole
10 mg/kg BB 3x/hari selama 5 hari (10 hari bila kasus
berat)
Giardiasis Metronidazole
5 mg/kg BB 3x/hari selama 5 hari
22
Berat <1 tahun: 30 ml/kg/1 jam + 10 mg/kg BB tiap diare
70 ml/kg/5 jam 2-5 mg/kg BB tiap muntah
>1 tahun: 30 ml/kg/ 1/2 jam
+ 70 ml/kg/2 1/2 jam
H. Komplikasi
Komplikasi yang cukup sering terjadi akibat diare adalah gangguan elektrolit
antara lain:
Hipernatremia
Hipernatremia adalah kadar Na+ plasma >150 mmol/L. Pada kondisi ini
kadar natrium harus diturunkan dengan perlahan. Cara paling aman
adalah dengan rehidrasi oral atau enteral menggunakan oralit. Koreksi
intravena dilakukan dengan cairan 0,45% saline + 5% dextrose dalam 8
jam dan rumatan 0,18% saline + 5% dextrose dalam 24 jam.
Hiponatremia
Hiponatremia adalah kadar Na+ plasma <130 mmol/L. Cara termudah
adalah dengan oralit oral. Apabila tidak berhasil dilakukan koreksi
intravena dengan ringer laktat atau normal saline dengan rumus Na
koreksi = (125-Na) x 0,6 x BB.
Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah kadar K+ plasma >5 mEq/L/ Koreksi dilakukan
perlahan dengan kalsium glukonat 10%, 0,5-1 ml/kg intravena perlahan
(5-10 menit) dengan monitor EKG.
Hipokalemia
Hipokalemia adalah kadar K+ plasma <3,5 mEq/L. Bila kadar K+ 2,5-3,5
mEq/L diberikan per oral 75 mcg/kg/hari dibagi 3 dosis, sedangkan bila
kadar K+ <2,5 mEq/L maka diberikan IV drip dalam 4 jam.
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Telah dilaporkan sebuah kasus seorang pasien anak perempuan berumur 2
tahun 8 bulan, berat badan 113,8 kg dengan diagnosis Diare Cair Akut tanpa
dehidrasi. Diagnosis ini di tegakkan dari anamnesis adanya BAB cair >3x 1 hari
SMRS, ampas (+), lendir (+), darah (-). Muntah 5 kali setiap diberi makan/minum.
Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan mata cekung, bibir kering, turgor
kulit menurun dan akral dingin. Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan
pemeriksaan darah terdapat peningkatan leukosit, peningkatan segmen, dan tidak
dilakukan pemeriksaan feses lengkap.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15,
EGC, 2000. Hal 2059-2067.
2. Behrman, Richard E., Robert M. Kliegman., Hal B. Jenson. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. 2007.
3. Juffrie M, et al. Buku Ajar Gastroentero-hepatologi. 3rd ed. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI. 2010; p. 87-118.
4. Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, et al. Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius FK Universitas
Indonesia, Jakarta. 2000 : 48, 434 437.
5. Pusponegoro, Hardiono D. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2004.
6. Sudoyo, Aru W et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi
V. Jakarta: Interna Publishing. 2009
25