Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di negara
berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit.
Diare karena virus umumnya self limiting sehingga aspek terenting yang harus diperhatikan
adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin
asupan nutisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare.
Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode diare dapat
menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan berkurangnya kemampuan
menyerap sari makanan.












2

BAB II
LAPORAN KASUS

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH

STATUS PASIEN KASUS
Nama Mahasiswa : Dhimas Akbar Pembimbing : Prof. H. Muzief Munir, dr, Sp.A (K)
NIM : 030.09.069 Tanda tangan :

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AS Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 14 bulan Suku Bangsa : Jawa
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 10 Mei 2005 Agama : Islam
Alamat : Jl. Pancoran Barat no. 1 RT/RW 7/6
Pendidikan :
Orang tua / Wali
Ayah: Ibu :
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Alamat : Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta selatan
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Penghasilan: Rp. 2.000.000/ bulan
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Nama : Ny. T
Umur : 30 tahun
Alamat : Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta selatan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Penghasilan: -
Pendidikan : D2
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung



3

I. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan Ny. T (ibu kandung pasien)
Lokasi : Bangsal lantai V Timur, kamar 511
Tanggal / waktu : 03 September 2014 pukul 00.11 WIB
Tanggal masuk : 02 September 2014 pukul 22.30 WIB (di IGD)
Keluhan utama : BAB cairsejak 3 hari SMRS
Keluhan tambahan : Muntah, Batuk, demam
A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan BAB cair
sejak 3 hari SMRS. BAB cair 3-5x /hari, ampas (+) warna kuning kehijauan , lendir (+) bau asam
(+) darah (-) banyaknya kira-kira gelas aqua
Demam naik turun sejak 5 hari yang lalu. Di ukur hanya dengan perabaan tangan saja. Dan
mendadak tinggi 1 hari SMRS.
Muntah isi makanan yang dimakan, lebih dari 5x.hari sejak 4 hari SMRS. Terdapat batuk sejak 2
minggu SMRS. Batuk kering. Tidak ada mimisan, gusi berdarah maupun kejang. Pasien masih
mau minum air putih dan masih rewel
B. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
KEHAMILAN
Morbiditas kehamilan Tidak ada. Anemia (-), HT (-), DM (-), penyakit
jantung (-), penyakit paru (-), infeksi (-)
Perawatan antenatal Rutin kontrol ke tempat praktek bidan 1x setiap
bulan dan saat menginjak usia tujuh bulan
dilakukan 2x setiap bulan, sudah melakukan
imunisasi TT 1x
KELAHIRAN
Tempat persalinan Praktek bidan
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan
Masa gestasi Cukup Bulan
Keadaan bayi
Berat lahir : 3200 gram
Panjang lahir : 40 cm
Lingkar kepala : tidak tahu
Langsung menangis
4

Nilai APGAR : (tidak tahu)
Kelainan bawaan : -
Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran :
pasien lahir secara pervaginam, spontan, cukup bulan, tanpa adanya penyulit.

C. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : Umur 7 bulan (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 6 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 8 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 10 bulan (Normal: 13 bulan)
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : tidak terdapat kertelambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangan pasien, baik sesuai usia.

D. RIWAYAT MAKANAN
Umur
(bulan)
ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0 2 ASI - - -
2 4 ASI - - -
4 6 ASI - - -
6 8 ASI + PASI + + -
8 10 ASI + PASI + + -
10 -12 ASI + PASI + + +

Kesimpulan riwayat makanan : Sejak lahir pasien mendapatkan ASI eksklusif. Asupan
makanan pasien sehari-hari cukup baik. Pasien minum ASI sebanyak ebih dari 3x/ hari atau
setiap pasien menangis. Susu formula jarang diberikan. Selain itu pasien juga mengonsumsi nasi
tim.

5


E. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar ( umur )
BCG 2 bulan - -
DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Polio 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Campak - - -
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 4bulan 6bulan


F. RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
No Umur
Jenis
kelamin
Hidup
Lahir
mati
Abortus
Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
1. 6 tahun Laki-laki Hidup - - - -
2. 14 bulan Perempuan h Hidup - - - -
b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. B Ny. A
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 23 tahun 25 tahun
Pendidikan terakhir Tamat SMA D2
Agama Islam Islam
Suku bangsa Jawa Jawa
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - -

c. Riwayat Penyakit Keluarga :
6

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa

d. Riwayat Kebiasaan Keluarga : Pada anggota keluarga pasien tidak ada yang memiliki
kebiasaan merokok.

Kesimpulan Riwayat Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami gejala dan
penyakit yang serupa dengan pasien

G. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-)
Penyakit
jantung
(-)
Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Parotitis (-) Operasi (-)
Lain-lain: batuk
dan pilek (flu)
Jarang


Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : Pasien belum pernah mengalami
penyakit yang sama sebelumnya, diakui pernah mengalami batuk dan pilek.










7

H. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Pasien tinggal di rumah kontrakan bersama ayah dan ibunya, Menurut pengakuan,
ventilasi di rumah cukup baik, pencahayaannya baik, sumber air bersih berasal dari air tanah, dan
sumber air minum berasal dari air galon serta sampah dibuang setiap harinya. Diakui lingkungan
sekitar rumah cukup baik, kawasan padat penduduk namun tidak kumuh. Di sekitar rumah pasien
ada yang menderita penyakit yang sama.

Kesimpulan Keadaan Lingkungan : Lingkungan rumah cukup baik. Terdapat faktor resiko
penularan pada penyakit pasien

I. RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI
Ayah pasien saat ini bekerja sebagai supir, dengan penghasilan Rp.3.000.000,00/
bulannya. Penghasilan tersebut diakui cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kesimpulan sosial ekonomi: Cukup baik, pasien berasal dari keluarga dengan taraf sosial
ekonomi menengah.
















8

II. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Gizi : Gizi kurang
Keadaan lain : ikterik (-), sesak (-), sianosis (-)
Data Antropometri
Berat Badan sebelum sakit : 7 Kg
Berat Badan sekarang : 7 kg
Panjang Badan : 72 cm
Lingkar Kepala : 34,5 cm (mikrocephali)
Lingkar Lengan Atas : 11cm
Status Gizi
BB / U = 7/10 x 100 % = 70% (gizi kurang)
TB / U = 72/76 x 100 % = 94,73% (mild stuntung)
BB / TB = 7/9,2 x 100 % = 76% (gizi kurang)
Tanda Vital
Nadi : 140 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Nafas : 31 x / menit, abdomino-torachal
Suhu : 38,4

C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)



KEPALA : mikrocefali, ubun-ubun besar cekung (-)
RAMBUT : Rambut hitam, keriting, lebat, distribusi merata dan tidak mudah dicabut
WAJAH : Wajah simetris, luka atau jaringan parut
MATA :
Visus : tidak dilakukan Ptosis : -/-
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjungtiva anemis : -/- Cekung : +/+
Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+
9

Enophtalmus : -/- Strabismus : -/-
Lensa jernih : +/+ Nistagmus : -/-
Cekung : -/- Pupil : bulat, isokor

Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang Membran timpani : sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahaya : sulit dinilai
Cairan : -/-
HIDUNG :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung : -/-
Sekret : -/- Deviasi septum : -
Mukosa hiperemis : -/- Konka eutrofi : -
BIBIR : mukosa berwarna merah muda, agak kering (+), sianosis (-), pucat (-)
MULUT : trismus (-), oral hygiene cukup baik, halitosis (-),
LIDAH : Normoglosia, mukosa berwarna merah muda, hiperemis (-), atrofi papil (-),
tremor (-), lidah kotor (-)
TENGGOROKAN : dinding posterior faring tidak hiperemis, uvula terletak di tengah, ukuran
tonsil T1/T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar, tidak ada detritus
LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, edema (-), massa (-), tidak tampak dan tidak
teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea tampak dan teraba di tengah
THORAKS :
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal saat pernapasan,
warna kulit sawo matang, tidak didapatkan adanya retraksi sela iga, sternum mendatar,
tulang iga normal,
Palpasi : Gerakan pernapasan simetris kanan dan kiri, vocal fremitus sama kuat
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler pada kedua lapang paru, ronchi (-/-), wheezing (-/+),
bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
10

ABDOMEN :
Inspeksi : perut datar, warna kulit sawo matang, tidak dijumpai adanya efloresensi pada
kulit perut, kulit keriput (-), umbilicus normal, gerak dinding perut saat pernapasan
simetris, tidak tampak bagian yang tertinggal, gerakan peristaltik (-)
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 6x / menit
Perkusi : timpani pada seluruh region abdomen, shifting dullness (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-) dan nyeri lepas tekan (-) pada seluruh regio abdomen,
turgor kulit baik, hepar tidak teraba membesar, lien tidak teraba membesar, ballottement
(-)
GENITALIA : tidak ditemukan adanya kelainan, rambut pubis (+)
KELENJAR GETAH BENING:
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar

EKSTREMITAS :
Simetris, tidak terdapat kelainan pada bentuk tulang, posisi tangan dan kaki, serta sikap
badan, tidak terdapat keterbatasan gerak sendi, akral hangat pada keempat ekstremitas, sianosis
(-), edema tungkai (-), capillary refill time < 2 detik
Kanan Kiri
Ekstremitas atas
Tonus otot Normotonus Normotonus
Trofi otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan otot 5 5
Ekstremitas bawah
Tonus otot Normotonus Normotonus
Trofi otot Eutrofi Eutrofi
11

Kekuatan otot 5 5

STATUS NEUROLOGIS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biseps + +
Triceps + +
Patella + +
Achiles + +

Refleks Patologis Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Rangsang meningeal
Kaku kuduk -
Kanan Kiri
Kerniq - -
Laseq - -
Brudzinski I - -
Brudzinski II - -

Saraf cranialis
- N. I (Olfaktorius)
Tidak dilakukan pemeriksaan
- N. II dan III (Opticus dan Occulomotorius)
Pupil bulat isokor 3mm / 3mm, RCL +/+, RCTL +/+
12

- N. IV dan VI (Trochlearis dan Abducens)
Gerakan bola mata baik ke segala arah
- N. V (Trigeminus)
Tidak ada gangguan sensibilitas wajah
- N. VII (Facialis)
Wajah simetris
Motorik: dapat menutup mata sempurna, dapat mengernyitkan dahi, dan dapat tersenyum
dengan baik
Sensorik: tidak ada gangguan pengecapan
- N. VIII (Vestibulo-kokhlearis)
Dapat mendengar bunyi gesekan jari pada kedua telinga
- N. IX, X (Glosofaringeus, Vagus)
Tidak ada gangguan menelan
- N. XI (Aksesorius)
Dapat mengangkat kedua bahu dan memutar kepala dengan baik
- N. XII (Hipoglosus)
Gerakan lidah tidak terganggu, tidak terdapat paralisis, kekuatan lidah baik
PUNGGUNG : tulang belakang bentuk normal, tidak terdapat deviasi, massa (-), ruam/
efloresensi (-), gibbus (-), nyeri tekan (-)
KULIT : warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, tidak terdapat
efloresensi bermakna, turgor kulit baik, lembab, capillary refill time < 2 detik


III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 2 September 2014
Hematologi Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi
Leukosit 9.3 Ribu/uL 4.5-13.5
Eritrosit 4.7 Juta/ uL 3.6-5.8
Hemoglobin 9.8 g/dl 10.7-14.7
13

Hematokrit 29 % 33-45
Trombosit 550 Ribu/uL 181-521
LED Mm/jam 0-10
MCV 61.0 fL 69-93
MCH 20.6 pg 22-34
MCHC 33.5 g/dl 32-36
RDW 19.5 % <14
Elektrolit
Natrium 131 Mmol/L 135-155
Kalium 2.7 Mmol/L 3.6-5.5
Klorida 104 Mmol/L 98-109
Metabolisme KH
Glukosa darah sewaktu 137 Mg/dl 33-111












14

IV. RESUME
Pasien datang dibawa oleh keluarganya ke IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan BAB cair
sejak 3 hari SMRS. BAB cair 3-5x /hari, ampas (+) warna kuning kehijauan , lendir (+) bau asam
(+) darah (-). Banyaknya gelas aqua. Demam naik turun sejak 5 hari yang lalu. Di ukur hanya
dengan perabaan tangan saja. Dan mendadak tinggi 1 hari SMRS. Muntah isi makanan yang
dimakan, lebih dari 5x.hari sejak 4 hari SMRS. Terdapat batuk kering sejak 2 minggu SMRS.
Tidak ada riwayat alergi makanan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang dan kesadaran compos
mentis. Status gizi pasien adalah gizi kurang (BB/TB = 76%). Tanda-tanda vital : nadi
140x/menit, laju napas 31x/menit dan suhu 38,4C. Pada pemeriksaan generalis didapatkan
mikrocephali, ubun-ubun besar agak sekung, kedua mata agak cekung, mukosa bibir agak kering,
bising usus 6x/menit. Wheezing (-/+)
Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan Hb 9,8g/dl, MCV 61 fl, MCH 20,6 pg dan RDW
19,5%, GDS 137mg/dL, Natrium 131 mmol/L, Kalium 2,7 mmol/L


V. DIAGNOSIS BANDING
Gastroenteritis Akut ec suspek infeksi bakteri dengan Dehidrasi Sedang
Gastroenteritis Akut ec suspek alergi susu sapi dengan Dehidrasi Sedang

VI. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis utama : Gastroenteritis Akut ec suspek infeksi virus dengan Dehidrasi Sedang
Diagnosis penyerta :
o Gizi kurang
o Elektrolit imbalance
o Anemia mikrositik hipokrom
o ISPA

15



VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan Faeces lengkap
Pemeriksaan GDT dan SI TIBC

VIII. PENATALAKSANAAN
Non medika Mentosa
a. Rawat inap
b. Edukasi mengenai penyakit pasien
c. Diet : ASI + Bubur breda 3 x 1/2p
Medika Mentosa
a. IVFD Kaen 3B (3cc/KgBB/jam) + KCl 10Meq 24 jam
b. Paracetamol 70 mg bila suhu di atas 38 derajat Celcius
c. Zinc 1x20mg
d. Probiotik 1x1
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad bonam









16

FOLLOW UP
tanggal S 0 A P
3/9/2014
Perawatan
hari ke-1
BB : 6,5 Kg


BAB cair (+), 6x,
ampas (+) lendir (+),
darah (-), bau asam
(+)
Muntah 1x
Batuk kering (+) pilek
(-)
Minum (+)
Demam (+)
KU : tampak sakit sedang,
kesan gizi kurang
Kesadaran: compos mentis
TTV :
Nadi : 140x/m
Suhu : 37,7
0
C
RR : 25 x/ m
Kepala :UUB cekung (+), mata
cekung (+)
Mata : konjungtiva anemis -/-
Hidung : Napas cuping hidung
-/-, sekret -/-
Mulut :
kering (+), sianosis ()
Tho : retraksi (-)
P: Suara napas vesikuler +/+,
rhonki -/- Wheezing -/-
J: BJ I-II reg, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : datar, bu (+)
6x/menit, supel, nyeri tekan (-),
turgor baik, timpani
Ekstremitas : akral hangat,
CRT <2
Skor maurice king : 4
GEA dengan
dehidras sedang
Gizi kurang
Anemia
mikrositik
hipokrom
ISPA




IVFD Kaen 3B
3cc/kg/jam + KCl
10meq/ 24 jam
PCT 70mg k/p
Zinc kid 1x20mg
Probiotik 1x1
ASI + Bubur breda 3
x 1/2p

Cek GDT - SITIBC



17


tanggal S 0 A P
4/9/2014
Perawatan
hari ke-2
BB : 6,7 Kg




BAB cair (+), 6x, ampas
(+) lendir (+), darah (-),
bau asam (+)
Muntah 1x
Batuk kering (+) pilek (-)
Minum (+)
Demam (+)
KU : tampak sakit sedang, kesan
gizi kurang
Kesadaran: compos mentis
TTV :
Nadi : 140x/m
Suhu : 37,4
0
C
RR : 30 x/ m
Kepala :UUB cekung (-), mata
cekung (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-
Hidung : Napas cuping hidung -/-,
sekret -/-
Mulut :
kering (-), sianosis ()
Tho : retraksi (-)
P: Suara napas vesikuler +/+,
rhonki -/- Wheezing +/-
J: BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, bu (+) 5x/menit,
supel, nyeri tekan (-), turgor baik,
timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT
<2
Skor maurice king : 1
GEA dengan
dehidras ringan
Gizi kurang
Anemia
mikrositik
hipokrom ec
def Fe
ISPA

IVFD Kaen 3B
3cc/kg/jam + KCl
10meq/ 24 jam
PCT 70mg k/p
Zinc kid 1x20mg
Probiotik 1x1
Inhalasi
NaCl 10cc +
Ventolin 1 ampul
Ambroxol 4mg
Salbutamol 04mg
Metil prednison
0,5mg
Inj. Ampicilin
4x175mg (iv)
ASI + Bubur breda 3
x 1/2p



18

Hasil laboratorium tanggal 3/9/2014
Hematologi Hasil Satuan Nilai normal
Besi 23 Ug/dl 50-120
TIBC 178 Ug/dl 240-400

Hasil GDT tanggal 3/9/2014
Eritrosit : mikrositik hipokrom
Anisositosis +1 Polikromasi
Poikilositosis +1 Ovalosit +1
Fragmentosit +1 Sel tear drop +1
Roueleoux +1 Sel Burr
Sel pensil +1 Basophillic Stipling
Sel target +2 Auto aglutinasi
sterosit

Leukosit : kesan jumlah cukup, eritrosit berinit 0/100 leukosit
Morfologi : normal
Trombosit : normal
Morfologi : norma
Kesan : Anemia mikrositik hipokrom suspek hemoglobinopati
19

Tanggal,
BB, Balance
S 0 A P
5/9/2014
Perawatan
hari ke-3
BB : 6,7 Kg




BAB cair (+), 1x, ampas
(+) lendir (+), darah (-),
bau asam (+)
Muntah 1x
Batuk kering (+) pilek (-)
Minum (+)
Demam (+)
KU : tampak sakit sedang, kesan
gizi kurang
Kesadaran: compos mentis
TTV :
Nadi : 124x/m
Suhu : 37,0
0
C
RR : 25 x/ m
Kepala :UUB cekung (-), mata
cekung (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-
Hidung : Napas cuping hidung -/-
, sekret -/-
Mulut :
kering (-), sianosis ()
Tho : retraksi (-)
P: Suara napas vesikuler +/+,
rhonki -/- Wheezing +/-
J: BJ I-II reg, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen : datar, bu (+)
5x/menit, supel, nyeri tekan (-),
turgor baik, timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT
<2
Skor maurice king : 1
GEA dengan
dehidras ringan
Gizi kurang
Anemia
mikrositik
hipokrom ec def
Fe
ISPA

IVFD Kaen 3B
3cc/kg/jam + KCl
10meq/ 24 jam
PCT 70mg k/p
Zinc kid 1x20mg
Probiotik 1x1
Inhalasi
NaCl 10cc +
Ventolin 1 ampul
Ambroxol 4mg
Salbutamol 04mg
Metil prednison
0,5mg
Inj. Ampicilin
4x175mg (iv)
ASI + Bubur breda 3
x 1/2p
Feris syr 2x1cc (bila
tidak diare)




20

Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 5/9/2014




Hematologi Hasil Satuan Nilai Normal
Hematologi Hitung jenis
Leukosit 11.3 Ribu/uL 4.5-13.5 Basofil 1 % 0-1
Eritrosit 4.7 Juta/ uL 3.6-5.8 Eosinofil 2 % 1-5
Hemoglobin 9.4 g/dl 10.7-14.7 Natrofil batang 4 % 0-8
Hematokrit 28 % 33-45 Netrofil segmen 50 % 17-60
Trombosit 307 Ribu/uL 181-521 Limfosit 33 % 20-70
LED 12 Mm/jam 0-10 Monosit 10 % 1-11
MCV 59.2 fL 69-93 Basofil 1 % 0-1
MCH 20.0 pg
MCHC 33.7 g/dl
RDW 18.0 % <14
Elektrolit
Natrium 135 Mmol/L 135-155
Kalium 3.3 Mmol/L 3.6-5.5
Klorida 105 Mmol/L 98-109
21



Tanggal,
BB, Balance
S 0 A P
6/9/2014
Perawatan
hari ke-4
BB : 6,7 Kg




BAB cair (+), 2x, ampas
(+) lendir (+), darah (-),
bau asam (+)
Muntah 1x
Batuk kering (+) pilek (-)
Minum (+)
Demam (+)
Riwayat kakak pasien TB
paru dengan BTA (+) dan
sedang pengobatan 4
bulan
KU : tampak sakit sedang, kesan
gizi kurang
Kesadaran: compos mentis
TTV :
Nadi : 118x/m
Suhu : 37,0
0
C
RR : 25 x/ m
Kepala :UUB cekung (-), mata
cekung (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-
Hidung : Napas cuping hidung -/-
, sekret -/-
Mulut :
kering (-), sianosis ()
Tho : retraksi (-)
P: Suara napas vesikuler +/+,
rhonki -/- Wheezing +/-
J: BJ I-II reg, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen : datar, bu (+)
5x/menit, supel, nyeri tekan (-),
turgor baik, timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT
<2

GEA dengan
perbaikan
Gizi kurang
Anemia
mikrositik
hipokrom ec def
Fe
Susp. TB paru

IVFD Kaen 3B
3cc/kg/jam + KCl
10meq/ 24 jam
PCT 70mg k/p
Zinc kid 1x20mg
Probiotik 1x1
Inhalasi
NaCl 10cc +
Ventolin 1 ampul
Ambroxol 4mg
Salbutamol 04mg
Metil prednison
0,5mg
Inj. Ampicilin
4x175mg (iv)
Feris syr 2x1cc (bila
tidak diare)
ASI + Bubur breda 3
x 1/2p
Mantoux test
Foto rontgen AP


22

BAB III
ANALISA KASUS

3.1 ANALISA ANAMNESIS
Kasus yang dibahas adalah pasien bernama An. AS usia 14 bulan, jenis kelamin
perempuan yang dirawat dengan diagnosa Gastroenteritis ec suspek infeksi virus dengan
dehidras sedang.
Pada anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan BAB cair 3-5x/ hari dengan ampas, lendir
dan bau asam, banyaknya gelas aqua. Hal ini disebabkan karena adanya kerusakan pada lapisa
epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus halus. Hal ini menyebabkan fungsi
absorbsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang
baru, berbentuk yang belum matang sehingga fungsinya belum baik. Villus mengalami atrofi dan
tidak dapat mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya makanan dan cairan
yang tidak terserap/ tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi
hiperperistaltik usus sehingga cairan eserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus
melalui anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dannutrien yang tidak sempurna.
Infeksi virus selektif sel-sel ujung villus usus menyebabkan :
1. Ketidak seimbangan rasio penyerapan cairan usus terhadap sekresi
2. Malabsorbsi karbohidrat kompleks terutama laktosa
Oleh sebab itu hal ini juga bisa menjelaskan adanya gizi kurang dan adanya anemia
mikrositik hipokrom ec defisiensi besi pada pasien karena kurangnya asupan karbohidrat dalam
hal ini adalah ASI dan terganggunya absorbsi besi serta protein. Walaupun pasien diberikan ASI
lebih dari 3x/hari tetapi tetap penyerapannya berkurang.
Di lingkungan rumah pasien ada juga yang menderita hal yang sama dengan pasien,
kemungkinan hal ini bisa menjadi salah satu faktor penularan penyakit.


23

3.2 ANALISA PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang dan kesadaran compos
mentis. Tanda-tanda vital : nadi 140x/menit, laju napas 31x/menit dan suhu 38,4C. Pada
pemeriksaan generalis didapatkan mikrocephali, ubun-ubun besar agak sekung, kedua mata agak
cekung, mukosa bibir agak kering, bising usus 6x/menit. Hasil pemeriksaan fisik diatas
menandakan pasien menderita Dehidrasi Sedang menurut skor Maurice King yaitu :
0 1 2
Keadaan umum
Sehat
Gelisah, cengeng,
apatis, ngantuk
Mengigau, koma atau
syok
Kulit
Normal
Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Ubun-ubun besar Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Mulut Normal
Sedikit kurang
Sangat kurang
Nadi (/menit) Kuat <120
Sedang (120-140)
Lemah >140

Status gizi pasien adalah gizi kurang (BB/TB = 76%) sesuai tabel CDC.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan wheezing pada paru kiri pasien. Kemugkinan bisa
disebabkan adanya ISPA pada pasien ini

3.3 ANALISA PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan penunjang di dapatkan hasil Hemoglobin yang menurun (9.8g/dl)
disertai penurunan MCV (61fl) dan MCH (20.6 pg) menandakan adanya anemia mikrositik
hipokrom. Hal ini ditunjang dengan adanya pemeriksaan gambaran darah tepi yang menunjukan
morfologi eirtrosit mikrositik hipokrom dan adanya sel pensil yang merupakan gambaran khas
pada defisiensi besi. Sesuai dengan hasil pemeriksaan SI dan TIBC yang menurun.
24

Pemeriksaan elektrolit di dapatkan adanya ketidak seimbangan elektrolit dengan ditandai
penuruan kadar kalium (2.7 mmol/L) dan natrium (131 mmol/L).
Kedua hal diatas terjadi akibat absrobsi cairan dan nutrisi yang berkurang. Pada defisiensi Fe
bisa disebabkan adanya perdarahan kronis tapi pada pasien tidak ditemukan adanya tanda-tanda
perdarahan, oleh sebab itu kemungkinan terbesar pasien kekurangan asupan makanan.

3.4 ANALISA DIAGNOSIS
Diagnosa kerja pada pasien yaitu Gastroenteritis Akut ec susp infeksi virus dengan
Dehidrasi sedang ditegakan berdasarkan :
1. BAB cair 3-5x/hari sejak 3 hari. Menurut definisi diare akut adalah BAB pada bayi atau anak lebih
dari 3 kali per hari disertai peribahan kosisstensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan
darah serta berlangsung selama kurang dari satu minggu.
2. Suspek infeksi virus berdasarkan bentuk faeses yaitu berlendir, tidak ada darah, berbau asam,
dan berwarna kuning kehijauan sidertai gejala mual muntah.
3. Dehdrasi sedang ditegakan berdasarkan skor Maurice King yaitu 4

3.5 ANALISA TATALAKSANA
1. Indikasi rawat inap pada pasien ini adalah sudah terjadi elektrolit imbalance dan pasien
selalu memuntahkan makanan yang dimakannya. Serta adanya status gizi kurang pada
pasien.
2. Diet pada gizi kurang harus tercukupi sekitar 120-150kkal/kgBB/hari. Pada pasien ini
diberikan ASI dan bubur preda.
3. IVFD Kaen 3B + KCl 10 Meq 24 jam di berikan untuk mengatasi hipokalemi. Dikatakan
hipokalemi apabila K < 3.5 mEq/L dan koreksi dilakukan sesuai kadar K jika kalium 2,5
3,5 mEq/L diberikan 75mcg/KgBB/hari dibagi 3 dosis. Apabila kurang dari 2.5
diberikan drip dengan dosis (3,5-kadar K terukur x BB x 0,4 + 2mEq/KgBB/jam). Apa
bila menurut teori seharusnya pasien mendapatkan terapi oral
25

4. Zinc diberikan selama 10hari berturut-turut untuk mengurangi lama dan beratnya diare
serta mengembalikan nafsu makan. Zinc juga berfungsi terhadap imun atau terhadap
struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna
selama diare
5. Probiotik diberikan karena mempunyai efek protektif terhadap diare degan mekanisme
perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa
patogen usus



















26

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

.1 Definisi
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan
diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau
mencerna toksin.
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Buang air besar (defekasi), dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), dapat pula disertai defekasi yang meningkat.
Jadi Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh
berbagai enterogen termasuk, bakteri, virus dan parasit, tidak toleran terhadap makanan
tertentu atau mencerna toksin yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang
berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit
.2 Epidemiologi
Gastroenteritis merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia di bawah 5
tahun. Gastroenteritis akut terjadi di Amerika dengan 37 juta kasus setiap tahun. Di
Indonesia merupakan penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak anak.
Rotavirus adalah penyebab dari 35-50 % hospitalisasi karena gastroenteritis akut, antara
7- 17 % disebabkan adenovirus dan 15% disebabkan bakteri. Bayi yang mendapatkan
ASI lebih jarang menderita gastroenteritis akut dari bayi yang mendapat susu formula.
Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia
saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6 2,2
episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare
golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Penyakit Diare Akut (DA) atau
Gastroenteritis Akut (GEA) masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian
anak di Indonesia dengan mortalitas 70-80% terutama pada anak dibawah umur lima
27

tahun (Balita) dengan puncak umur antara 6-24 bulan. Di seluruh dunia diperkirakan
diare menyebabkan 1 milyar episode dengan angka kematian sekitar 3-5 miliyar
setahunnya. Pada tahun 1995 Depkes RI memperkirakan terjadi episode diare sekitar 1,3
miliyar dan kematian pada anak balita 3,2 juta setiap tahunnya. Data statistik
menunjukkan bahwa setiap tahunnya diare menyerang 50 juta jiwa penduduk Indonesia,
dan dua pertiganya adalah dari balita dengan angka kematian tidak kurang dari 600.000
jiwa. Di beberapa rumah sakit di Indonesia, data menunjukkan bahwa diare akut karena
infeksi menempati peringkat pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang
berobat ke rumah sakit. Gambaran klinis diare akut acapkali tidak spesifik. Namun selalu
berhubungan dengan hal-hal berikut: adanya travelling (domestik atau internasional),
kontak personal dan adanya sangkaan food-borne dengan masa inkubasi pendek. Jika
tidak ada demam, menunjukkan adanya proses mekanisme enterotoksin.

.3 Etiologi dan predisposisi
4,5,6
Faktor penyebab gastroenteritis adalah:
1.Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
gastroenteritis pada anak, meliputi infeksi internal sebagai berikut:
1). Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, versinia aoromonas
dan sebagainya.
2). Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
3). Infeksi parasit : cacing ( ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa, jamur).
b. infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsilitis,
bronkopneumonia, dan lainnya.
2.Faktor malabsorbsi:
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
28

b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein

3.Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

.4 Patofisiologi
Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi
karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan
gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi
pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan
penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Penyebab
gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia
dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme
patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi
akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian
terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
29

(Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan
Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan
sirkulasi darah.




.5 Gambaran Klinis
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam,
tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa
waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan
seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang
pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini
disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan
bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan
merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam
(kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH
dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi,
bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif. Gangguan
kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda
denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai
gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena
kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan
darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini
tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti
pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik
menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang
lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat menyebabkan
edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.
30

Gejala muntah dapat timbul sebelum/sesudah diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asambasa dan elektrolit,
gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun besar manjadi cekung (pada bayi). Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :

Dehidrasi ringan adalah kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan.
a.Haus, sadar, gelisah, ubun-ubun normal.
b.Tekanan darah normal, pernapasan normal dan nadi normal, status mental normal.
c.Turgor normal.
d.Mukosa sedikit kering.
e.Urin sedikit mengurang.

Dehidrasi sedang adalah kehilangan cairan antara 5-9 % beratbadan
a.Haus meningkat.
b.Nadi cepat dan lemah, tekanan darah normal, pernapasan cepat.
c.Turgor menurun.
d.Membran mukosa kering.
e.Ubun-ubun normal.
f.Status kesadaran normal sampai lesu.
g.Keluaran urin mengurang.

Dehidrasi berat adalah kehilangan cairan lebih dari 10 % berat badan
a.Kesadaran menurun, lemas, takikardi, ektremitas dingin.
b.Nadi cepat dan halus kadang tidak teraba, tekanan darah menurun.
c.Haus meningkat.
d.Keluaran urin tidak ada.
e.Ubun-ubun cekung.


.6 Pemeriksaan Laboratorium
31

1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila
memungkinkan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik
atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
3. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya
biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

.7 Komplikasi
Komplikasi diare mencakup potensial terhadap disritmia jantung akibat hilangnya
cairan dan elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan kalium). Pengeluaran urin
kurang dari 30 ml / jam selam 2 3 hari berturut-turut. Kelemahan otot dan parastesia.
Hipotensi dan anoreksia serta mengantuk karena kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq /
liter (SI : 3 mmol / L) harus dilaporkan, penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia
jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel
prematur) yang dapat menimbulkan kematian.

.8 Penatalaksanaan
Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi
efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang
hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan
sebelumnya sebagai baku emas.

Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian
secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan
32

pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe
vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat
hebat (violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka
dapat dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan
hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral
karena murah dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan
rehidrasi oral (ORS) untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L
dan untuk pencegahan dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L. Anak yang
diare dan tidak lagi dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai
umur.


a. Dehidrasi Ringan Sedang

Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral
sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena
sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat
minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan
1-2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan
sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah


Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar yang perlu
diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak, yaitu :

1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )
2. Cairan hipotonik
3. Rehidrasi oral cepat 3 4 jam
4. Realiminasi cepat dengan makanan normal
5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus
6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan
7. ASI diteruskan
33

8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )
9. Anti diare tidak diperlukan

b. Dehidrasi Berat

Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak dan
menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma, pernafasan Kussmaul,
gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral.
Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut :

Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2 jam


Panduan pengobatan menurut WHO diare akut dapat dilaksanakan secara
sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral dan melanjutkan pemberian
makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan anti diare tidak direkomendasikan dan
terapi antibiotika hanya diberikan bila ada indikasi. Pemberian cairan dan elektrolit
secara parenteral hanya untuk kasus dehidrasi berat. Dalam garis besar pengobatan diare
dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis yaitu :
a. Pengobatan Cairan Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu
diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah
PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang
hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water
Losses).
34

2) cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi
sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat
30 mEq/L. Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen
di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di
rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral
ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi.
b. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,
dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral
35

4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin
500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral
atauIV).
c. Obat anti diare
- Kelompok antisekresi selektif
Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara
luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim
enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal.
Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal.
- Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta
kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein
adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 4 mg/ 3 4x sehari dan lomotil
5mg 3 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan
propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki
konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan
cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi
defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri obat ini tidak dianjurkan.
- Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau
smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap
bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa
usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang
sekresi elektrolit.
- Zat Hidrofilik
36

Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,
Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk
kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi
dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan
elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air
atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
- Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria
atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di
saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk
nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan
mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang
adekuat.

.9 Pencegahan
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya dapat
dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering mencuci tangan
setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah makanan. Kotoran manusia
harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan ternak harus terjaga dari kotoran
manusia. Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan
perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan, atau air
yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada kecurigaan
tentang keamanan air atau air yang tidak dimurnikan yang diambil dari danau atau air,
harus direbus dahulu beberapa menit sebelum dikonsumsi. Ketika berenang di danau atau
sungai, harus diperingatkan untuk tidak menelan air.Semua buah dan sayuran harus
dibersihkan menyeluruh dengan air yang bersih (air rebusan, saringan, atau olahan)
sebelum dikonsumsi.
37

Limbah manusia atau hewan yang tidak diolah tidak dapat digunakan sebagai
pupuk pada buah-buahan dan sayuran. Semua daging dan makanan laut harus dimasak.
Hanya produk susu yang dipasteurisasi dan jus yang boleh dikonsumsi. Wabah EHEC
terakhir berhubungan dengan meminum jus apel yang tidak dipasteurisasi yang dibuat
dari apel terkontaminasi, setelah jatuh dan terkena kotoran ternak.
Vaksinasi cukup menjanjikan dalam mencegah diare infeksius, tetapi efektivitas
dan ketersediaan vaksin sangat terbatas. Pada saat ini, vaksin yang tersedia adalah untuk
V. colera, dan demam tipoid. Vaksin kolera parenteral kini tidak begitu efektif dan tidak
direkomendasikan untuk digunakan. Vaksin oral kolera terbaru lebih efektif, dan durasi
imunitasnya lebih panjang. Vaksin tipoid parenteral yang lama hanya 70 % efektif dan
sering memberikan efek samping. Vaksin parenteral terbaru juga melindungi 70 %, hanya
memerlukan 1 dosis dan memberikan efek samping yang lebih sedikit. Vaksin tipoid oral
telah tersedia, hanya diperlukan 1 kapsul setiap dua hari selama 4 kali dan memberikan
efikasi yang mirip dengan dua vaksin lainnya.

.10 Prognosis
16

Tidak ada pengobatan khusus untuk Gastroenteritis virus kecuali beristirahat dan minum
banyak. Kebanyakannya sembuh tanpa kerumitan, namun Gastroenteritis virus bisa parah
bagi orang yang mempunyai kesulitan mengganti cairan tubuh yang hilang karena muntah
dan diarenya. Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan
terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas
dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia.






38

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahlquist David A, Camilleri M. Harrisons Principles of Internal Medicine. 15
th
edition. Braunwald, Fauci, Kasper et all (Editor). 2001.
2. Hendarwanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sarwono WP (Editor), Balai
Penerbit UI, 2000.
3. Naskah lengkap penyakit dalam. Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam
2007.
4. Powel Don W: Approach to the patient with diarrhea. Dalam buku: Text book of
Gastroenterology, 4
th
edition. Yamada T (Editor). Limphicot Williams &
Wiekeins Philadelphia. USA. 2003
5. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi
Prasetyo. 2005. Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Olmu
Kesehatan Anak Edisi Ke-3. Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG.
6. American Academy of Pediatrics Propesional commite on Quality improvement
subcommitte o Acute Gastroenteritis Pratice parameter : the management of acute
gastroeneritis in young children Pediatrics 1996

7. Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak
diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai