Anda di halaman 1dari 24

REFLEKSI KASUS FEBRUARI 2020

“DIARE AKUT + DEHIDRASI RINGAN SEDANG”

Nama : Virgiana
No. Stambuk : N 111 19 021
Pembimbing : dr. Haryanty Kartini Huntoyungo,
M.Biomed, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Virgiana

No. Stambuk : N 111 19 021

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Profesi Dokter

Universitas : Tadulako

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Judul Refleksi Kasus : Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


RSUD UNDATA
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, Februari 2020

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Dokter Muda

dr. Haryanty K. Huntoyungo, M.Biomed, Sp.A Virgiana


NIP.198304212010012012 N 111 19 021
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : An. S
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Lahir : 01 Maret 2019
Agama : Islam
Alamat : Jl Bulu Masomba
Tanggal Masuk : 24 Februari 2020

A. Anamnesis
Keluhan Utama :
Buang air besar dengan konsistensi cair

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan utama buang air besar terus
menerus sejak 1 hari terakhir dengan frekuensi sebanyak 7x dan volume
kurang lebih ½ gelas air mineral (pampers penuh). Feses yang keluar masih
ada ampas tetapi dominan cairan (cairan berwarna kekuningan), terdapat
lendir, tidak ada darah, dan tidak ada lemak. Pasien juga mengalami muntah
berisi susu sebanyak 7x. Pasien terlihat rewel setiap buang air besar dan lebih
kuat minum dibanding biasanya. Pasien saat menangis masih mengeluarkan
air mata dan buang air kecil dengan frekuensi serta volume seperti biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu


Menurut pengakuan ibunya, pasien tidak memiliki riwayat penyakit
dan tidak pernah menjalani perawatan dirumah sakit sebelumnya. Keluhan
seperti saat ini juga pertama kali dialami oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Kedua orang tua dan keluarga pasien yang tinggal serumah tidak
memiliki riwayat diare berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas dan tidak
memiliki keluhan yang sama dengan pasien saat ini.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Pasien merupakan anak dari ibu dengan riwayat G6P5A1. Selama
kehamilan, ibu rutin melakukan ANC di Bidan PKM setempat. Tidak ada
kelainan ditemukan selama kehamilan dan Ibu tidak pernah mengalami sakit
maupun konsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan. Ibu partus secara
normal dan cukup bulan. Berat badan lahir 2.700 gram dengan panjang badan
lahir 47 cm.

Riwayat Imunisasi
Pasien hanya mendapatkan imunisasi Hepatitis B pada saat baru lahir.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : GCS 15 (Compos Mentis)
Antropometri
BB : 7 kg
PB : 74 cm
LLA : 13 cm
Status Gizi
BB/TB : (-3)
BB/U : (-3)
TB/U : (0) (-2)
TTV
HR : 100 x/menit
RR : 48 x/menit
SB : 37,50C
a. Kepala dan Leher
1. Bentuk : Normocephal
2. Mata : Edema palpebral (-/-), konjungtiva anemis (-/-), mata
cekung (+/+)
3. Sclera : Ikterik (-/-)
4. Telinga : Otorrhea (-/-)
5. Hidung : Rhinorrhea (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
6. Mulut : Bibir kering (+), stomatitis (-)
Lidah kotor (-), stomatitis (-)
7. Tonsil : Tonsil T1/T1
8. Pharynx : Hiperemis (-)
9. Kelenjar : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
b. Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi
intercostal (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa (-), nyeri
tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Bronchovesiculer (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
c. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V linea
parasternal dextra, batas kiri jantung SIC V linea axilla
anterior.
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
d. Abdomen
- Inspeksi : Permukaan kesan datar
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Tympani (+) seluruh lapang abdomen
- Palpasi : Organomegali (-), nyeri tekan (-), lien dan hepar tidak
teraba (-)
e. Pemeriksaan Fisik Relevan :
Ubun-Ubun : Tampak datar
Turgor Kulit : Kembali cepat
CRT : Kembali <2 detik
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin
- WBC 17,27 x 103 /uL N(3,8 – 10,6)
- RBC 4,74 x 106 /uL N(4,4 – 5,9)
- HGB 11.1 g/dL N(13,2 – 17,3)
- HCT 33,5% N(40 - 52)
- PLT 489 x 103 /uL N(150- 440 )
D. RESUME
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan utama buang air besar terus
menerus sejak 1 hari terakhir dengan frekuensi sebanyak 7x dan volume
kurang lebih ½ gelas air mineral (pampers penuh). Feses yang keluar masih
ada ampas tetapi dominan cairan (cairan berwarna kekuningan), terdapat
lendir, tidak ada darah, dan tidak ada lemak. Pasien juga mengalami muntah
berisi susu sebanyak 7x. Pasien terlihat rewel setiap buang air besar dan lebih
kuat minum dibanding biasanya. Pasien saat menangis masih mengeluarkan
air mata dan buang air kecil dengan frekuensi serta volume seperti biasa.
Pasien merupakan anak dari ibu dengan riwayat G6P5A1. Tidak ada kelainan
ditemukan selama kehamilan dan Ibu tidak pernah mengalami sakit maupun
konsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan. Ibu partus secara normal
dan cukup bulan. Berat badan lahir 2.700 gram dengan panjang badan lahir 47
cm. Pasien hanya mendapatkan imunisasi Hepatitis B pada saat baru lahir.
Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, BB 7 kg, dan TB 74 cm. Tanda-tanda vital
menunjukkan nadi : 100 kali/menit regular, suhu 37.5 °C, respirasi 48
kali/menit. Ubun-ubun tampak datar, mata cekung, bibir tampak kering,
turgor kulit kembali cepat, dan CRT kembali <2 detik. Pada pemeriksaan
abdomen ditemukan adanya peningkatan peristaltik usus.
Dari hasil pemeriksaan darah rutin ditemukan :
- WBC 17,27 x 103 /uL N(3,8 – 10,6)
- RBC 4,74 x 106 /uL N(4,4 – 5,9)
- HGB 11.1 g/dL N(13,2 – 17,3)
- HCT 33,5% N(40 - 52)
- PLT 489 x 103 /uL N(150- 440 )

E. DIAGNOSIS
Diare akut dengan derajat dehidrasi ringan-sedang

F. TERAPI
Terapi B
1. IV cairan kristaloid 75 cc/kgbb/3 jam pertama
2. Zink 20 mg 1x1 sehari
3. Antibiotik diberikan apabila terindikasi infeksi

G. ANJURAN
1. Feses Rutin
2. Pemeriksaan elektrolit
3. Darah rutin
PEMBAHASAN

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Penyebab diare dapat
digolongkan menjadi 6 golongan besar yaitu infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Berdasarkan jenisnya, diare dibagi menjadi
dua yaitu diare akut (berlangsung kurang dari 14 hari) dan diare kronis (berlangsung
lebih dari 14 hari). Berdasarkan derajatnya, diare dibagi menjadi tiga, yaitu diare
tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi ringan/ sedang serta diare dengan dehidrasi
berat.1
Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak
yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang
dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan
asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta
kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi.
Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan
penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau penularan tidak
langsung melalui lalat (4F= field, flies, fingers, fluid).2
Menurut data dari WHO tahun 2013, diare masih menjadi penyebab kematian
terbesar kedua pada balita. Tiap tahunnya diare menyebabkan kematian pada 760.000
balita di seluruh dunia. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan gabungan angka
kematian balita karena AIDS, malaria dan campak. Berdasarkan data riset kesehatan
dasar tahun 2013, insiden diare pada balita di Indonesia tahun 2013 adalah 6,7%
dengan period prevalence 7,0%. Menurut karakteristik umur, kejadian diare tetinggi
di Indonesia terjadi pada balita (7,0%). Balita dengan insiden diare tertinggi berada
pada kelompok umur 12 sampai 23 bulan (9,7%).3
Penentuan derajat dehidrasi pada pasien diare dapat diketahui dengan
mengamati kondisi umum dan gejala klinis yang ditunjukkan oleh pasien :4

Pada kasus ini didiagnosis sebagai diare akut derajat dehidrasi ringan-sedang
karena didapatkan BAB sebanyak 7 kali dengan konsistensi cair disertai lendir
berwarna kuning dan tidak berdarah yang berlangsung 1 hari. Pasien terlihat rewel
setiap buang air besar dan lebih kuat minum dibanding biasanya. Pasien saat
menangis masih mengeluarkan air mata dan buang air kecil dengan frekuensi serta
volume seperti biasa. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ubun-ubun tampak datar,
mata cekung, bibir kering, turgor kulit kembali cepat, CRT kembali <2 detik.
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi atau keracunan makanan. Selain
itu gejala diare juga bisa didapatkan pada kelainan usus lain. Beberapa etiologi diare
antara lain:5

1. Faktor Infeksi
a. Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonal dan sebagainya.
b. Infeksi virus: Enteroovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain – lain.
c. Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides)
Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (Candida albicans).
2. Faktor Malabsorbsi
Faktor Malabsorbsi: gejala malabsorpsi adalah diare terus–menerus, kolik
abdomen dan dapat menyebabkan malnutrisi.
3. Faktor Makanan
Faktor Makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, bahan
sitotoksik, antasida yang mengandung magnesium, dan senna dapat
menyebabkan diare, makanan mengandung bakteri/toksik: Clostridium
perfringens, B. Cereus. S. Aureus, Streptococcus Anhaemo lyticus.

Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare pada anak adalah :5
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin dari virus atau bakteri)
pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.

3. Gangguan motilitis usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan.

Penentuan Mikroorganisme Penyebab Diare6

Tanda & Rotaviru Shigella Vibrio


ETEC EIEC Salmonella
Gejala s Disentri Cholera
Mual/muntah Sering + - Sering Jarang Sering
Demam +
- ++ ++ ++ -

Sakit tenesmus Tenesmus Tenesmus,


Tenesmus - Kram
kram + kolik kolik
Gejala lain Distensi Bakteremia Bisa ada
anoreksia Hipertensi -
abdomen toksonemia kejang
Sifat Tinja
Volume Sangat
Sedang Banyak Sedikit Sedikit Menurun
banyak
Frekuensi Sering Terus
5-10 kali Sering Sering Sering
sekali menerus
Konsistensi Cair Cair Lembek Lembek Lembek Cair
Mucus Jarang + + + Sering -
Darah - - + Kadang + Sering + -
Bau Bau telur
Langu + - Bau tinja Amis
busuk
Warna Kuning Tak Merah Merah Cucian
Kehijauan
kehijauan berwarna hijau hijau beras
Leukosit - - + + + -
Dehidrasi pada balita adalah tanda kegawatdaruratan dan mengancam jiwa.
pengobatan diare meliputi rehidrasi dengan oralit baru dengan osmolaritas lebih
rendah, pemberian ASI dan makanan dengan frekuensi lebih sering, edukasi pada
orangtua, pemberian antibitotik dengan indikasi yaitu diare berdarah dan berlendir,
serta pemberian suplementasi zink untuk memperkuat daya tahan tubuh.
Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) :
1. Berikan oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida
(NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang
terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air
minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih
diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit
dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.4

Terdapat perbedaan oralit baru dan oralit lama pada tingkat osmolaritas.
Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu 245 mmol/l dibanding total
osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/l.
a. Tanpa dehidrasi
Cairan rehidrasi menggunakan oralit diberikan 5-10 mL/kg BB setiap
diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur <1 tahun sebanyak 50-100 mL,
umur 1-5 tahun 100-200, dan umut >5 tahun semaunya diberikan cairan
rumah tangga sesuai kemauan anak. Pemberian ASI harus tetap diberikan.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain
(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)
b. Dehidrasi ringan-sedang
Cairan rehidrasi oral diberikan sebanyak 75mL/kgBB dalam 3 jam
untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10
mL/kgBB setiap diare cair.
c. Dehidrasi berat
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan Ringer Laktat atau
100mL/kgBB dengan cara pemberian
a. Umur < 12 bulan: 30ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan
70ml/kgBB pada 5 jam berikutnya
b. Umur >12 bulan: 30ml/kgBB dalam 0,5 jam pertama, dilanjutkan
70ml/kgBB pada 2,5 jam berikutnya
Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
minum, dimulai dengan 5ml/kgBB selama proses rehidrasi.
2. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan
dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah
besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama
diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta
menjaga agar anak tetap sehat. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF
menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian
oralit dan Zinc selama 10-14 hari.7
Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan kemampuannya
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral penting bagi
tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc. Zinc juga
dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran cerna.
Semua yang berperan dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika zinc diberikan
pada anak yang sistem kekebalannya belum berkembang baik, dapat
meningkatkan sistem kekebalan dan melindungi anak dari penyakit infeksi.4
Zink terbukti secara ilmiah dapat menurunkan frekuensi buang air besar
dan volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi pada
anak. Zink elemental diberikan selama 10 hari meskipun anak tidak lagi
mengalami diare,dengan dosis:4
a. Umur di bawah 6 bulan : 10 mg per hari (1/2 tab )
b. Umur di atas 6 bulan : 20 mg per hari (1 tab)
3. Teruskan ASI-makan
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi
yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit demi sedikit tetapi
sering (lebih kurang 6 kali sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama
pisang.4
4. Berikan antibiotik secara selektif
Antibiotik hanya diberikan bila ada indikasi misalnya disentri (diare
berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan
mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapat memperpanjang lama diare
dan clostridium difficile akan tumbuh yang menyebabkan diare akan sulit
disembuhkan. Selain itu,dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik.
Untuk disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai data sensitivitas setempat,bila
tidak memungkinkan dapat mengacu kepada data publikasi yang di pakai saat
ini,yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama.7
5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian
Oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke
petugas kesehatan jika anak:
a. Buang air besar cair lebih sering
b. Muntah berulang-ulang
c. Mengalami rasa haus yang nyata
d. Makan atau minum sedikit
e. Demam
f. Tinjanya berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari
Langkah promotif / preventif dapat dilakukan: (1) ASI tetap diberikan (2)
kebersihan perorangan,cuci tangan sebelum makan (3) kebersihan
lingkungan,buang air besar di jamban (4) imunisasi campak (5) memberiksan
makanan penyapihan yang benar (6) penyediaan air minum yang bersih (7) selalu
memasak makanan.4
Komplikasi
Diare berkepanjangan dapat menyebabkan:
1. Dehidrasi (Kekurangan cairan )
Tergantung dari presentase cairan tubuh yang hilang. Dehidrasi dapat
terjadi ringan, sedang atau berat.8
2. Gangguan sirkulasi
Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang
singkat. Jika kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan, pasien dapat
mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh berkurangnya volume
darah (hipovolemia).8
3. Gangguan asam basa (asidosis)
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit (bikarbonat) dari
dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernapas cepat untuk
meningkatkan pH arteri.8
4. Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami
malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia sapat mengakibatkan koma.
Penyebab yang pasti belum diketahui. Kemungkinan karena cairan
ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler
sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.8
5. Gangguan gizi
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output
yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila pemberian makanan
dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi
(malnutrisi).8

Prognosis
Prognosis diare akut sangat bergantung pada penyebabnya. Prognosis
baik apabila dehidrasi (ringan sedang, berat) dapat di tangani dengan cepat dan
baik. Pada pasien ini mempunya prognosis yang baik karena masalah diare
dengan dehidrasi ringan-sedang dapat ditangani.9
Pencegahan
Diare dapat dicegah dengan cara :10
1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun.
2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur.
3. Memberikan minum air yang sudah direbus.
4. Menggunakan air bersih yang cukup.
5. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air
besar.
6. Buang air besar di jamban.
7. Membuang tinja bayi dengan benar.
8. Memberikan imunisasi campak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Archietobias MA. Diare Akut Dan Dehidrasi Ringan-Sedang + Hipokalemia. J


Medula Unila. 2016. Vol 4 (3). Viewed from http://juke.kedokteran.unila.ac.id
2. Junita HM. Acute Diarrhea With Mild to Moderate Dehydration e.c Viral
Infection. J Unila. 2014. Vol 1 (1). http://juke.kedokteran.unila.ac.id
3. Prajnyaswari DAIS, Putri WCWS. Gambaran riwayat kejadian diare pada
balita dan pelaksanaan PHBS dalam tatanan rumah tangga di Desa Gegelang
Kecamatan Manggis tahun 2013. Intisari Sains Medis. 2018. Vol 9 (1). Viewed
from http://isains.medis.id
4. Depkes RI. Buku Saku Petugas Kesehatan. Jakarta : 2011
5. Wahidayat I. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. 2007.
6. FKUI. Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal
Disorders. Jakarta : Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2012.
7. IDAI. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009.
8. Widoyono. Penyakit Tropis Edisi 2. Jakarta : Erlangga. 2011.
9. UKK Gastroenterologi Hepatologi IDAI. Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi Jilid I Cetakan Ketiga. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2012.
10. Utami N, Luthfiana N. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare
pada Anak. Majority. 2016. Vol 5 (4). Viewed from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id

Anda mungkin juga menyukai