PENDAHULUAN
Penyakit diare merupakan satu dari penyebab utama kesakitan dan kematian pada
anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang.1 Diare adalah bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya, >3 kali per hari disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair) dengan atau tanpa darah dan atau lendir. Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari
dinamakan diare akut.2 Sedangkan diare yang berlangsung14 hari atau lebih disebut diare
kronik.3 Penyebab diare adalah bakteri, virus, dan parasit.4 Sebagian besar penyakit diare
pada anak disebabkan oleh infeksi.5 infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari
diare.6 Infeksi dapat terjadi akibat kurangnya kebersihan pada seseorang. Diare akut pada
umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Rotavirus sebagai patogen penyebab tersering pada
usia 6-24 bulan. Selain infeksi usus, ada pula infeksi di luar usus yang sering disertai diare,
adalah otitis media akut, infeksi saluran kemih yang biasanya menyebabkan diare ringan dan
dapat sembuh sendiri. Selain karena infeksi, diare juga dapat disebabkan oleh faktor non
infeksi seperti malabsorbsi.7
Data WHO menyatakan bahwa diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di
dunia. UNICEF memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada anak meninggal karena diare. Di
Indonesia setiap tahunnya 100.000 anak meninggal karena diare. Survey Demografi dan
kesehatan indonesia (SDKI) melaporkan bahwa balita yang menderita diare dua minggu
sebelum survey pada tahun 1997 sebesar 10,4% dan pada tahun 2002 sebesar 11%.8
Penelitian yang berbasis masyarakat, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan
di 33 provinsi pada tahun 2007, melaporkan bahwa angka nasional prevalensi klinis Diare
9,0%, dengan rentang 4,2% - 18,9%. Beberapa provinsi mempunyai prevalensi Diare klinis di
atas angka nasional (9%) di 14 provinsi, prevalensi tertinggi di NAD dan terendah di DI
Yogyakarta, sementara Sulawesi Utara berada diangka nasional 5,4% di bawah angka ratarata nasional.9
Penatalaksanaan diare akut menurut WHO terdiri dari rehidrasi (cairan oralit
osmolaritas rendah), diet, zink, antibiotik selektif (sesuai indikasi) dan edukasi kepada orang
tua pasien.6 Pengobatan diare bertujuan untuk mencegah dehidrasi.
Berikut ini merupakan laporan kasus tentang diare akut tanpa dehidrasi pada seorang
anak yang dirawat di ruang Irina E bawah kamar 08, RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: J. U
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Lahir Tanggal/Umur
Di
: Rs. Takulenda
BBL
: 4.800 gram
Kebangsaan
: Indonesia
Suku Bangsa
: Minahasa
Agama
: Kristen protestan
: Tn. J. U
Umur Ayah
: 35 tahun
: Ny. J. M
Umur Ibu
: 30 tahun
: Perkawinan Pertama
Pekerjaan Ayah
: Swasta
Pendidikan Ayah
: SMA
Pekejaan Ibu
: IRT
Pendidikan Ibu
: SD
Alamat
: Tagulandang singkil
Partus
Oleh
: Bidan
Dikirim oleh
Dengan diagnosa
Tanggal
: 2 Juli 2014
Jam
: 01. 00 WITA
Masuk ke ruangan
ANAMNESIS
Anamnesis diberikan oleh : ibu penderita (alloanamnesis)
Anak ketiga dari 3 bersaudara
Umur
Keterangan
13 tahun
9 tahun
Sehat
Sehat
penderita
/12 tahun
Family Tree
Keterangan
: penderita
Keluhan Utama : BAB cair sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Penderita di bawa ke rumah sakit oleh orang tuanya dengan keluhan utama BAB
cair sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 4-5 kali per hari, volume 1/4 gelas
aqua. BAB cair berwarna kuning, bau biasa, lendir (-), darah (-). Penderita juga mengeluh
muntah sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, frekwensi muntah 4 kali, volume muntah
gelas aqua, munta berisi cairan dan sisa makanan, strep darah (-).
Penderita juga mengeluh adanya demam sejak sore hari (1 Juli 2014) sebelum masuk rumah
sakit. Demam dirasakan sumer-sumer pada perabaan. Demam turun dengan obat penurun
panas namun kembali panas setelah beberapa jam pemberian obat panas. Riwayat kejang (-),
riwayat menggigil (-). Penderita menyangkal adanya riwayat batuk beringus, BAK biasa dan
lancar. Sebelumnya penderita di bawa ke puskesmas, diberi obat namun tidak ada perbaikan.
Anamnesis Ante Natal
ANC teratur sebanyak 7 kali di puskesmas
Imunisasi TT sebanyak 2 kali
Selama hamil ibu sehat dan tidak pernah menderita penyakit apa pun
Penyakit yang sudah pernah dialami
Morbili
: (-)
Varicella
: (+)
Pertussis
: (-)
Diare
: (+)
Cacing
: (-)
Batuk/pilek
: (+)
Kepandaian/Kemajuan Bayi
4
: 3 bulan
: 4 bulan
: 8 bulan
: 9 bulan
: 10 bulan
: 11 bulan
: 4 bulan
: 10 bulan
: 9 bulan
: 9 bulan
: 0 - sekarang bulan
PASI
: 2 bulan - sekarang
Bubur susu
:-
Bubur saring
:-
Bubur halus
: 3 bulan- sekarang
Nasi lembek
:-
Riwayat Imunisasi
DASAR
I
BCG
LANJUTAN
II
III
IV
II
III
POLIO
DTP
CAMPAK
HEPATITIS B
: PAM/Sumur
: PLN
Penanganan sampah
PEMERIKSAAN FISIK
Umur : 8/12 tahun
BB
: 11 kg
TB
: 83 cm
Keadaan umum
: Tampak sakit
Keadaan mental
: Compos mentis
Vital Sign
Nadi
Respirasi
: 32/menit
Suhu
: 36,3C
6
Kulit
-
Warna
: sawo matang
Efloresensi
: (-)
Pigmentasi
: (-)
Jaringan parut
: (-)
Lapisan lemak
: cukup
Turgor
: kembali lambat
Tonus
: eutoni
Oedema
: (-)
Bentuk
: Mesosefal
Rambut
Mata
Kepala
(-), air mata (+), refleks kornea kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih,
gerakan normal ke segala arah, tekanan bola mata kesan normal pada palpasi,
pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm.
-
Telinga
: sekret (-)
Hidung
: sekret (-)
Mulut
o Bibir
: sianosis (-)
o Selaput mulut
: kering
o Lidah
: beslag (-)
o Gigi
: karies (-)
o Gusi
: perdarahan (-)
o Bau pernapasan
: foetor (-)
Tenggorokan
o Tonsil
: T1 T1 hiperemis (-)
o Faring
: hiperemis (-)
Leher
o Trakea
: letak di tengah
7
o Kelenjar
o Kaku kuduk
: (-)
o Lain-lain
: (-)
Bentuk
: Simetris
Rachitis Rosary
: (-)
Ruang Intercostal
: Normal
Precordial bulging
: (-)
Xiphosternum
: (-)
Harrisons groove
: (-)
Pernapasan paradoksal
: (-)
Retraksi
: (-)
Thorax
PARU-PARU
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Detak Jantung
: 128/menit
Iktus
Batas kiri
Batas kanan
Batas atas
: ICS II III
: M1 > M2
: A1 > A2
: P 1 < P2
Bising
: (-)
Bentuk
JANTUNG
Abdomen
Lien
: Tidak teraba
8
Hepar
: Tidak teraba
Genitalia
: Laki-laki, normal
Anggota gerak
Tulang belulang
: Deformitas (-)
Otot-otot
: Eutoni (-)
Reflex-reflex
Resume
Pasien 8/12 tahun, BB = 11 kg, TB = 83 cm, masuk rumah sakit pada tanggal 2 Juli
2014 jam 01.00 WITA.
Keluhan : BAB cair sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit dengan frekwensi 4-5
kali per hari, volume 1/2 gelas aqua. BAB cair berwarna kuning, bau biasa, lendir (-),
darah tidak ada, muntah sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, frekwensi 4 kali
sehari dengan volume gelas aqua, muntah berisi cairan dan sisa makanan. Demam
sejak 8 jam sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan sumer-sumer pada
perabaan.
KU : Tampak sakit
N : 128 /m
Kepala
R : 32 /m
Kes : CM
Sb : 36,3C
: conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-) pernafasan cuping hidung (-),
air mata (+), mata cowong (-), UUB datar, mukosa mulut basah.
9
Tho
Abd
Ext
: -Zinc 1 x 20 mg tablet
-Paracetamol syrup 3 x 60 mg (1/2 cth)
- aspar K 3x1/2 tablet
- Oralit 100 cc/ tiap BAB cair
16.500 /mm3
Eritrosit
5.79 /mm3
Hemoglobin
14.3 gr/Dl
Hematokrit
42.3 %
10
Trombosit
244.000 /mm3
Natrium
133 mEq/L
Kalium
2,9 mEq/L
Chlorida
97 mEq/L
Kehijauan
Konsistensi
Lembek
Bau
Khas
Darah
Negatif
Cacing
Negatif
Eritrosit
Negatif
Leukosit
Negatif
Epitel
Negatif
Telur/larva
Negatif
Bakteri
Negatif
Jamur
Negatif
: BAB cair (+) 4 kali, ampas (+), demam (-), muntah (+)
R: 24 x/menit
Kepala
: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-), air mata (+), mata
cowong (-), UUB menutup, mukosa mulut basah.
Leher
THT
Tho
Abd
Ext
- Zinc 1 x 20 mg tablet
-Paracetamol syrup 3 x 60 mg (1/2 cth)
- Aspar K 3x275 mg pulv
- oralit 100cc tiap BAB cair atau muntah.
Kuning muda
Kekeruhan
Jernih
Epitel
0-1
Silinder
Negatif
Eritrosit
0-1
Leukosit
1-2
12
Berat jenis
1.010
Bilirubin
Normal
Urobilin
Normal
Epitel
0-1
Silinder
Negatif
PH
Keton
Negatif
Nitrit
Negatif
Darah / eri
Negatif
Kuning muda
Konsistensi
Lembek
Bau
Khas
Darah
Negatif
Cacing
Negatif
Eritrosit
Negatif
Leukosit
Negatif
Epitel
Negatif
Telur/larva
Negatif
Bakteri
+++
13
Jamur
Negatif
R: 32 x/menit
: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-), air mata (+), mata
cowong (-), UUB menutup, mukosa mulut basah.
Tho
Abd
Ext
14
: BAB cair (+) 1 kali, demam (-), muntah (-), intake (+)
R: 32 x/menit
: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-), air mata (+), mata
cowong (-), UUB menutup, mukosa mulut basah.
Thorax
Abdomen
Hepar/Lien : ttb
Extremitas : akral hangat, CRT 2
A : Diare Akut Post Dehidrasi Ringan Sedang
P : - Zinc 1 x 20 mg tablet
- Paracetamol syrup 3 x 90 mg ( cth) k/p
- Domperidone 3 x 2 mg pulv k/p
- Bubur Tempe 2 x 1 sachet
- Oralit 50-100cc tiap BAB cair atau muntah
Rawat jalan
15
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus yang dibahas dalam laporan kasus ini adalah diare akut tanpa dehidrasi. Penyakit
diare merupakan satu dari penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di bawah usia
lima tahun di negara berkembang. Diare adalah bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya, >3 kali per hari disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau
tanpa darah dan atau lendir. Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari dinamakan diare
akut.1,2
Berdasarkan data World Health Organization(WHO) ada sekitar 2 miliar kasus diare
diseluruh dunia setiap tahunnya dan 1,9 juta balita mengalami diare per tahun, terbanyak
pada negara berkembang.1,6 Diare merupakan penyakit urutan pertama yang menyebabkan
pasien rawat inap di rumah sakit berdasarkan data kementrian kesehatan republik Indonesia.
Bila dilihat per kelompok umur, diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi
tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Pada survey yang dilakukan
kemenkes tahun 2010 diketahui bahwa proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah
kelompok umur 6 11 bulan yaitu sebesar 21,65%.8,9 Cara penularan diare umumnya melalui
cara fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen,
atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yeng telah tercemar tinja
penderita atau tidak langsung melalui lalat.2
Diare dapat disebabkan oleh proses infeksi maupun non infeksi. Proses infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit. Bakteri yang dapat menyebabkan diare seperti
Campylobacter jejuni; salmonella; shigella; vibrio cholera; dan escherichia coli,
virus
misalnya rotavirus; calcivirus; atau astovirus dan parasit yang menjadi penyebab diare seperti
giardia lamblia; entamoeba hystolytica; atau blastocystis homonis.6,7,10 Di negara berkembang
kuman patogen penyebab penting diare akut pada anak-anak yaitu rotavirus, eschericia coli
enterotoksigenik, shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium. Sedangkan proses
non infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya diare antara lain defek anatomis,
malabsorbsi, endokrinopati, keracunan makanan, infeksi non gastrointestinal, alergi susu sapi,
defisiensi imun dan lain-lain.2,11
16
Secara garis besar terdapat 2 mekanisme terjadinya diare yaitu diare osmotik dan
diare sekretorik. Diare osmotik terjadi karena adanya bahan yang tidak diserap sehingga
menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat
hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas akibatnya terjadi perbedaan tekanan osmosis
antara lumen usus yang menyebabkan tekanan osmotik di rongga usus meningkat yang akan
menarik air dan elektrolit ke dalam lumen usus, sehingga air dan elektrolit terbuang bersama
feses dan
misalnya toksin pada dinding usus yang akan merangsang peningkatan sekresi air dan
elektrolit ke dalam rongga usus, sekresi air dan elektrolit ini menyebabkan air dan elektrolit
terbuang bersama feses dan timbul diare. Dikenal 2 bahan yang menstimulasi seksresi lumen
yaitu enterotoksin bakteri dan bahan kimia seperti laksansia serta asam lemak. Toksin
penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP,
cGMP atau Ca++ yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase sehingga menyebabkan
fosforilasi membran protein yang mengakibatkan perubahan saluran ion sehingga terjadi
diare.2,5
Diare yang tidak segera diatasi dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit dan
keseimbangan asam basa akibat dari kehilangan air dan elektrolit.2,12 Derajat dehidrasi dapat
dinilai berdasarkan kriteria gabungan dari WHO , Maurice King dan MMWR antara lain:
Tabel 4. Derajat dehidrasi2,13
Gejala
Tanpa dehidrasi,
Kehilangan BB < 3%
berat,
kehilangan BB > 9%
kehilangan BB 3% 9%
Kesadaran
Denyut jantung
Baik
Normal
Normal,
lelah, Apatis,
Letargi,
gelisah, irritable
Tidak Sadar
Normal meningkat
Takikardi, bradikardi
pada kasus berat
Kualitas nadi
Normal
Normal melemah
17
Pernapasan
Normal
Normal cepat
Dalam
Mata
Normal
Sedikit cowong
Sangat cowong
Ubun-ubun besar
Normal
Sedikit cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Berkurang
Tidak ada
Mukosa mulut
Basah
Kering
Sangat kering
Turgor kulit
Segera kembali
Kembali < 2
kembali > 2
CRT
Normal
Memanjang
Memanjang, minimal
Ekstremitas
Hangat
Dingin
Dingin, sianotik
Kencing
Normal
Berkurang
Minimal
Diare dapat didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis anak didapatkan anak berusia 1 8/12 tahun dengan keluhan keluhan BAB cair
sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi 4-5 kali, volume 1/2 gelas aqua.
BAB cair berwarna kuning, bau biasa, lendir tidak ada, darah tidak ada. Penderita juga
mengeluh muntah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, frekwensi muntah 5 kali,
muntah dialami setiap makan atau minum, volume muntah gelas aqua, munta berisi
cairan dan sisa makanan, strep darah (-).
Penderita juga mengeluh adanya demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam muncul perlahan-lahan dan dirasakan sumer-sumer pada perabaan. Demam
turun dengan obat penurun panas namun kembali panas setelah beberapa jam pemberian obat
panas. Riwayat kejang (-), riwayat menggigil (-). Penderita menyangkal adanya riwayat batuk
beringus, BAK penderita terakhir pada 6 jam sebelum masuk rumah sakit, warna kuning
pekat dan hanya sedikit, nafsu makan dan minum berkurang.
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk melihat ada tidaknya tanda-tanda dehidrasi
yang dapat terjadi akibat diare, pada kasus didapatkan tanda tanda dehidrasi. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada diare bertujuan untuk melihat penyebab dari diare yang dapat
terjadi karena adanya bakteri atau parasit, dari pemeriksaan adarah yang dilakukan
menunjukkan hasil dalam batas normal3. Pasien ini didiagnosa dengan diare akut dehidrasi
ringan sedang.2,6,7
18
Pengobatan diare bertujuan untuk mencegah dehidrasi, jika tidak ada tanda-tanda
dehidrasi; mengobati dehidrasi secepatnnya, jika ada; mengurangi durasi dan keparahan
diare, dan timbulnya pada episode mendatang, dengan memberikan suplemen zinc; serta
mencegah kekurangan nutrisi, dengan memberi makanan selama dan setelah dehidrasi.
Departemen kesehatan dengan merujuk pada panduan WHO menetapkan lima pilar
penatalaksanaan diare pada anak balita baik yang dirawat di rumah maupun di rumah sakit,
yaitu;1-3,7,10,11
a) Rehidrasi dengan menggunakan oralit. Cairan oralit diberikan segera bila anak diare,
untuk mencegah dan mengatasi diare. Larutan oralit diberikan pada anak setiap kali buang
air besar dengan ketentuan dosis untuk anak berumur < 2 tahun yaitu 50-100 ml tiap kali
BAB sedangkan, untuk anak berumur > 2 tahun yaitu 100-200 ml tiap kali BAB.
b) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut. Dosis zinc pada anak dibawah umur 6 bulan
yaitu 10 mg ( tablet) per hari sedangkan dosis zinc pada anak diatas umur 6 bulan yaitu
20 mg (1 tablet) per hari.
c) ASI dan makanan tetap diteruskan. Hal ini bertujuan untuk mencegah kehilangan berat
badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan
fase kesembuhan.
d) Antibiotik selektif. Antibiotik diberikan apabila ada indikasi seperti diare berdarah, kolera
atau bukti adanya infeksi, bayi < 6 bulan.
e) Nasihat kepada orang tua. Edukasi yang dapat diberikan pada orang tua yang anaknya
tidak dirawat di rumah sakit yaitu kembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang,
makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3
hari.
Saat ini terapi tambahan pada anak yang mengalami diare yaitu dengan pemberian
bubur tempe.14 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IPB menunjukkan pemberian
tempe dapat mempercepat proses penyembuhan diare pada anak.15
Pada kasus ini terapi yang diberikan sudah sesuai dengan lima pilar terapi yang
ditetapkan oleh departemen kesehatan serta menambahkan terapi terbaru dengan memberikan
bubur tempe. Terapi yang diberikan pada pasien ini yaitu oralit 75 ml/kgBB dalam 3 jam
untuk penanganan dehidrasi. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke
sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Zinc 1 x 20 tablet, Zinc
merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim
19
INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare
dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding
usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zinc
selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi
frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian
diare pada 3 bulan berikutnya. Bubur tempe 2 x 1 sachet untuk membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi pada anak. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul
kembali setelah dehidrasi teratasi.Selain itu, diberikan terapi simptomatik berupa anti muntah
domperidone 3 x 2 mg pulvis, domperidone merupakan antagonis dopamin yang mempunyai
kerja anti emetik. Pemberian obat domperidon menambah lamanya kontraksi antral dan
duodenum, pemberian antipiretik yaitu paracetamol 3 x sendok teh. Paracetamol adalah
derivat p- aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/ analgesik. Sifat antipiretik
disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.16
Komplikasi
Kegagalan upaya rehidrasi oral misalnya pengeluaran tinja cair yang sering dengan
volume banyak, muntah yang menetap, tidak dapat minum, kembung dan ileus paralitik serta
malabsorbsi glukosa. Pada keadaan-keadaan tersebut mungkin penderita harus diberikan
cairan intravena, beberapa masalah yang mungkin terjadi selama rehidrasi antara lain:
1.Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan berkala yang
ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar
natrium plasma yang cepat dapat menimbulkan edema otak.
2.Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit
garam, dapat terjadi hiponatremia (Na< 130 mmol/L). Hiponatremi sering terjadi pada anak
malnutrisi berat dengan oedema.
3.Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia bila K> 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium
glukonas 10% 05-1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak
jantung.
4.Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia jika K<3,5 mEq/L, hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot,
paralitik usus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan
20
kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan
yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.
Setelah penderita dipulangkan, harus diberikan penjelasan kepada orang tua penderita tentang
upaya pencegahan diare yaitu:
1.Hindari makanan dan minuman yang tidak bersih.
2.Cuci tangan pakai sabun dan air bersih sebelum makan dan buang air besar.
3.Rebus air minum terlebih dahulu .
4.Gunakan air bersih untuk memasak.
5.Buang air besar di jamban.
Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, prognosis
diare sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.15
21
DAFTAR PUSTAKA
1.
WHO. Diarrhoea Treatment Guidelines: Including new recommendations for the use of
ORS and zinc supplementation for Clinic-Based Healthcare Workers. USA. 2005.
2.
3.
4.
Liacouras CA, Picolli DA, editor. Pediatric Gastroenterology. USA: Mosby Inc. 2008.
5.
Wahab S, Editor. Nelson: Ilmu Kesehatan Anak Vol. 2. Edisi 15. Jakarta: EGC. 2000.
6.
7.
8.
9.
Yusuf S. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri. 2011;13(4):265-70.
10. Schwartz MW, editor. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC. 2005.
11. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson BH, Behrman RE. Nelson: Essentials of Pediatrics.
6th ed. Canada: Saunders. 2011.
12. Fleisher GR, Ludwig S, editor. Textbook of Peditric Emergency Medicine. 6th ed.
Philadelpia: Lipincot Williams & Wilkins. 2010.
13. Pringle K, et al. Comparing the accuracy of the three popular clinical dehydration scales
in children with diarrhea. International Journal of Emergency Medicine. 2011;4(58) :1-6.
22
14. Hartiningrum SY. Pengaruh Pemberian Formula Preda dan Tempe Terhadap lama
Penyakit Diare Akut pada Anak Usia 6-24 Bulan Studi di RSU RA. Kartini Kabupaten
Jepara Tahun 2010 [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro. 2010
15. Vivaldy, Anton. Studi Pengaruh Intervensi Tempe Untuk Mempercepat Penyembuhan
Diare Pada Anak Balita [skripsi]. Repository Institut Pertanian Bogor. 2011.
16. Roubus VJ, Nout MJR, Beumer RR, Meulen JVD, Zwietering MH. Fermented soya bean
(tempe) extracts reduce adhesion of enterotoxigenic Escherichia coli to intestinal
epithelial cells. Journal of Applied Microbiology. 2008;106:1013-21.
23