Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ESSAY

’’ULKUS GASTER & DUODENALIS’’


BLOK DIGESTIVE II

DISUSUN OLEH:

NAMA : Rachma Meilinda


NIM : 018.06.0067
KELAS : A
DOSEN : I G P Winangun, dr, Sp.PD, Finasim

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2020
Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) yaitu ulkus gaster (tukak lambung)
dan ulkus duodenum (tukak duodenum) merupakan penyakit yang masih banyak
ditemukan terutama dalam kelompok umur di atas 45 tahun. Ulkus peptikum
didefinisikan sebagai suatu defek mukosa atau submukosa yang berbatas tegas yang
dapat menembus lapisan muskularis mukosa sampai lapisan serosa sehingga terjadi
perforasi. Ulkus gaster merupakan suatu gambaran bulat atau semibulat/oval dengan
ukuran lebih dari 5 mm dari kedalaman submukosa pada mukosa gaster akibat
terputusnya kontinuitas/integritas mukosa gaster dengan dasar ulkus ditutupi debris.

Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang


meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke
bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus”
(misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada
setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus,
lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.

Setiap tahun 4 juta orang menderita ulkus peptikum di seluruh dunia, sekitar
10%-20% terjadi komplikasi dan sebanyak 2%-14% didapatkan ulkus peptikum
perforasi. Perforasi ulkus peptikum relatifkecil tetapi dapat mengancam kehidupan
dengan angka kematian yang bervariasi dari 10% -40%. Lebih dari setengah kasus
adalah perempuan dan biasanya mengenai usia lanjut yang mempunyai lebih banyak
risiko komorbiditas daripada laki-laki.

Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak
dapat menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin).
Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin,
atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang
rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap
asam klorida.

Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :


1.      Sefalik

Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya
merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan
menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan
sering secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini
banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek
signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal
berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.

2.      Fase lambung

Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan
mekanis terhadap reseptor didinding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi
asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.

3.      Fase usus

Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi


gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia,
sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein yang
disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi
pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan
secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme neurogenik dan
hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus.

Ulkus peptikum timbul akibat gangguan keseimbangan antara asam lambung


pepsin dan daya tahan mukosa. peptic dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu
tukak duodenum dan ulkus lambung :
1. Ulkus duodenalis
Ulkus duodenalis adalah kondisi terjadinya luka pada bagian saluran pencernaan
yang disebut duodenum, yaitu bagian atas usus halus. Ulkus dapat terjadi apabila
permukaan saluran cerna mengalami kerusakan dan jaringan yang mendasarinya turut
terpapar.
Ulkus ini dapat terjadi jika permukaan saluran cerna mengalami kerusakan yang
umumnya diakibatkan oleh penggunaan obat pereda nyeri jenis antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) dalam jangka panjang atau infeksi bakteri Helicobacter pylori.
Secara umum, terdapat keseimbangan antara jumlah asam lambung yang diproduksi
dan lapisan mukosa yang melindungi usus dari kerusakan. Ulkus dapat timbul apabila
terjadi perubahan pada kondisi seimbang ini. Gangguan keseimbangan itu
menyebabkan kerusakan lapisan lambung dan duodenum.

Beberapa penyebab ketidakseimbangan ini dapat berupa:

 Infeksi bakteri Helicobacter pylori. Infeksi bakteri H. pylori dapat menjadi


penyebab sebagian besar kasus ulkus duodenum.
 Penggunaan obat anti-inflamasi berlebihan. Sebagian kecil ulkus duodenum
juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat anti-radang atau anti-
pembengkakan yang berlebihan dan berkepanjangan.

 Penyebab dan faktor lainnya. Penyebab dan faktor lain sangat jarang
menyebabkan ulkus duodenum. Salah satunya adalah sindrom Zolinger-
Ellison, yaitu ketika produksi asam lambung melebihi jumlah yang normal.

 Selain itu, beberapa faktor lainnya seperti merokok, stres, dan konsumsi
alkohol yang berlebih juga dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk
mengalami ulkus duodenum.

Ulkus duodenum menimbulkan beberapa tanda dan gejala, di antaranya:


 Nyeri pada perut bagian atas atau ulu hati. Nyeri umumnya hilang timbul, dan
sering kali timbul sebelum mengonsumsi makanan atau pada saat lapar.
Nyeri umumnya mereda setelah makan atau setelah mengonsumsi pengobatan
untuk menetralkan asam lambung. Terkadang, nyeri yang hebat juga dapat
menyebabkan seseorang terbangun pada malam hari.
 Rasa begah dan tidak nyaman pada perut. Keluhan berupa rasa begah (rasa
penuh sesak) juga terkadang dapat dialami, misalnya setelah mengonsumsi
makanan jenis tertentu.

Diagnosis dari ulkus duodenum dapat dinilai dari wawancara medis yang terinci,
pemeriksaan fisik secara langsung, serta pemeriksaan penunjang tertentu. Beberapa
jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:

 Gastroskopi (endoskopi). Pada pemeriksaan ini, dokter menggunakan alat


berupa kamera tipis dan fleksibel yang dimasukkan ke saluran cerna lewat
mulut dan esofagus. Dengan cara ini, dapat dilihat adanya peradangan atau
ulkus pada permukaan saluran pencernaan.
 Pemeriksaan untuk mendeteksi bakteri H. pylori. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan untuk menentukan penyebab ulkus duodenum. Sampel dapat
diambil dari feses, darah, udara pernapasan, atau biopsi yang dilakukan pada
saat endoskopi.

Penanganan ulkus duodenum dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti


berikut ini:

 Perubahan gaya hidup. Beberapa perubahan pola hidup dapat dilakukan untuk
membantu mengatasi gejala. Misalnya dengan menurunkan berat badan jika
orang tersebut memiliki berat badan berlebih, menghindari makanan atau
minuman yang dapat memicu gejala –seperti kopi, cokelat, tomat, makanan
berlemak, atau makanan pedas, mengonsumsi makanan dalam porsi kecil.
Hindari pula asupan makanan setidaknya tiga jam sebelum tidur, menghindari
merokok, dan membatasi konsumsi alkohol.
 Obat-obatan untuk mengendalikan produksi asam lambung. Pengobatan dapat
diberikan untuk mengendalikan produksi asam lambung selama 4 hingga 8
minggu.

2. Ulkus gastrikum
Ulkus gastrikum atau tukak lambung - merupakan istilah yang merujuk kepada
perlukaan pada lapisan bagian dalam lambung. Ulkus lambung merupakan salah satu
jenis dari ulkus peptic, yaitu luka terbuka yang terjadi pada lapisan dalam saluran
pencernaan. Ulkus peptic sendiri umumnya terjadi pada lambung dan duodenum
(usus dua belas jari), walaupun pada beberapa kasus dapat juga terjadi pada esofagus.
Ulkus ini terjadi akibat terkikisnya lapisan pada bagian dalam saluran pencernaan
yang dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti infeksi bakteri Helicobacter pylori
atau konsumsi obat-obatan tertentu, seperti NSAID (non-steroid anti-inflammation
drug), aspirin, atau kortikosteroid. Selain itu, terjadinya ulkus juga dapat dipicu oleh
adanya stress, merokok, konsumsi alkohol, atau konsumsi makanan yang pedas atau
asam.
Ulkus lambung jika masih berukuran kecil umumnya tidak menimbulkan gejala
apapun. Penderita baru akan menyadari bahwa ‘ada sesuatu yang salah’ saat ukuran
ulkus sudah relatif besar dan menimbulkan gejala berupa nyeri ulu hati, mual,
muntah, perut terasa kembung, sering bersendawa, dan rasa panas terbakar pada dada.
Nyeri ulu hati pada ulkus lambung dapat berlangsung selama hitungan menit hingga
jam, dapat bersifat hilang timbul, serta dapat memburuk pada saat-saat tertentu seperti
saat perut kosong atau saat penderita mengkonsumsi makanan.
Untuk menegakkan diagnosis ulkus lambung, dokter umumnya akan melakukan
pemeriksaan semi-invasif berupa endoskopi. Pada pemeriksaan ini, dokter akan
memasukkan selang kecil berkamera ke dalam lambung penderita. Selang tersebut
akan dimasukkan melalui kerongkongan. Selang tersebut dapat dimasukkan hingga
ke duodenum jika dianggap ada kecurigaan timbulnya ulkus pada duodenum juga.
Jika perlu, dokter juga akan melakukan biopsy untuk mempertegas diagnosis dan
mengidentifikasi penyebab dari ulkus tersebut.

Selain endoskopi, diagnosis ulkus lambung juga dapat ditegakkan melalui


pemeriksaan laboratorium berupa tes pernapasan di mana penderita akan diminta
bernafas dalam kantong yang nantinya akan diperiksa apakah mengandung karbon
radioaktif yang menandakan adanya infeksi Helicobacter pylori.
Pengobatan ulkus lambung dapat dilakukan berdasarkan etiologinya. Jika terbukti
adanya infeksi Helicobacter pylori, maka pengobatan dapat dilakukan dengan
pemberian antibiotik seperti Amoxicillin, Clarithromycin, Metronidazole,
Tetracycline, atau Levofloxacin. Dokter juga dapat merekomendasikan konsumsi
obat yang dapat menekan produksi asam lambung seperti Proton Pump Inhibitor
(PPI) atau Histamine (H2) Blocker. Selain itu, dokter juga dapat meresepkan obat-
obatan yang dapat melindungi lapisan lambung seperti Sucralfate atau Misoprostol.
Jika ulkus lambung dipicu oleh konsumsi obat tertentu, maka konsumsi obat tersebut
harus dihentikan, setidaknya untuk beberapa waktu sampai gejala dari ulkus lambung
tersebut mereda.
Menurut kelompok : ulkus peptikum adalah suatu penyakit dengan adanya lubang
yang terbentuk pada dinding mukosa lambung, pilorus, duodenum atau esofagus.
Komplikasi pada ulkus peptikum. Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa
disertai komplikasi lanjut. Tetapi pada beberapa kasus, ulkus peptikum bisa
menyebabkan komplikasi yang bisa berakibat fatal, seperti penetrasi, perforasi,
perdarahan dan penyumbatan.
Kesimpulan
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang
meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke
bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus”
(misalnya ulkus karena stres). Penderita ulkus peptikum sering mengeluh mual,
muntah dan regurgitasi. Timbul nya muntah terutama pada ulkus yang masih aktif,
sering dijumpai pada penderita ulkus peptikum daripada ulkus duodenum, terutama
yang letaknya di antrum atau pilorus.
Ulkus gaster terjadi ketika selaput yang melapisi lambung terkikis. Sedangkan
ulkus duodenum terjadi ketika luka terbuka timbul pada dinding usus 12 jari yang
merupakan bagian awal dari usus halus. 
Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut.
Tetapi pada beberapa kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi yang bisa
berakibat fatal, seperti penetrasi, perforasi, perdarahan dan penyumbatan.
DAFTAR PUSTAKA

Cotran, 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta : EGC

Mitchell, Richard N., 2008, Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, Jakarta , EGC.

Muttaqin, 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan. Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta : Salemba medika.

Priyanto, 2008. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai