DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2020
Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) yaitu ulkus gaster (tukak lambung)
dan ulkus duodenum (tukak duodenum) merupakan penyakit yang masih banyak
ditemukan terutama dalam kelompok umur di atas 45 tahun. Ulkus peptikum
didefinisikan sebagai suatu defek mukosa atau submukosa yang berbatas tegas yang
dapat menembus lapisan muskularis mukosa sampai lapisan serosa sehingga terjadi
perforasi. Ulkus gaster merupakan suatu gambaran bulat atau semibulat/oval dengan
ukuran lebih dari 5 mm dari kedalaman submukosa pada mukosa gaster akibat
terputusnya kontinuitas/integritas mukosa gaster dengan dasar ulkus ditutupi debris.
Setiap tahun 4 juta orang menderita ulkus peptikum di seluruh dunia, sekitar
10%-20% terjadi komplikasi dan sebanyak 2%-14% didapatkan ulkus peptikum
perforasi. Perforasi ulkus peptikum relatifkecil tetapi dapat mengancam kehidupan
dengan angka kematian yang bervariasi dari 10% -40%. Lebih dari setengah kasus
adalah perempuan dan biasanya mengenai usia lanjut yang mempunyai lebih banyak
risiko komorbiditas daripada laki-laki.
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak
dapat menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin).
Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin,
atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang
rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap
asam klorida.
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya
merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan
menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan
sering secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini
banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek
signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal
berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan
mekanis terhadap reseptor didinding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi
asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
Penyebab dan faktor lainnya. Penyebab dan faktor lain sangat jarang
menyebabkan ulkus duodenum. Salah satunya adalah sindrom Zolinger-
Ellison, yaitu ketika produksi asam lambung melebihi jumlah yang normal.
Selain itu, beberapa faktor lainnya seperti merokok, stres, dan konsumsi
alkohol yang berlebih juga dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk
mengalami ulkus duodenum.
Diagnosis dari ulkus duodenum dapat dinilai dari wawancara medis yang terinci,
pemeriksaan fisik secara langsung, serta pemeriksaan penunjang tertentu. Beberapa
jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
Perubahan gaya hidup. Beberapa perubahan pola hidup dapat dilakukan untuk
membantu mengatasi gejala. Misalnya dengan menurunkan berat badan jika
orang tersebut memiliki berat badan berlebih, menghindari makanan atau
minuman yang dapat memicu gejala –seperti kopi, cokelat, tomat, makanan
berlemak, atau makanan pedas, mengonsumsi makanan dalam porsi kecil.
Hindari pula asupan makanan setidaknya tiga jam sebelum tidur, menghindari
merokok, dan membatasi konsumsi alkohol.
Obat-obatan untuk mengendalikan produksi asam lambung. Pengobatan dapat
diberikan untuk mengendalikan produksi asam lambung selama 4 hingga 8
minggu.
2. Ulkus gastrikum
Ulkus gastrikum atau tukak lambung - merupakan istilah yang merujuk kepada
perlukaan pada lapisan bagian dalam lambung. Ulkus lambung merupakan salah satu
jenis dari ulkus peptic, yaitu luka terbuka yang terjadi pada lapisan dalam saluran
pencernaan. Ulkus peptic sendiri umumnya terjadi pada lambung dan duodenum
(usus dua belas jari), walaupun pada beberapa kasus dapat juga terjadi pada esofagus.
Ulkus ini terjadi akibat terkikisnya lapisan pada bagian dalam saluran pencernaan
yang dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti infeksi bakteri Helicobacter pylori
atau konsumsi obat-obatan tertentu, seperti NSAID (non-steroid anti-inflammation
drug), aspirin, atau kortikosteroid. Selain itu, terjadinya ulkus juga dapat dipicu oleh
adanya stress, merokok, konsumsi alkohol, atau konsumsi makanan yang pedas atau
asam.
Ulkus lambung jika masih berukuran kecil umumnya tidak menimbulkan gejala
apapun. Penderita baru akan menyadari bahwa ‘ada sesuatu yang salah’ saat ukuran
ulkus sudah relatif besar dan menimbulkan gejala berupa nyeri ulu hati, mual,
muntah, perut terasa kembung, sering bersendawa, dan rasa panas terbakar pada dada.
Nyeri ulu hati pada ulkus lambung dapat berlangsung selama hitungan menit hingga
jam, dapat bersifat hilang timbul, serta dapat memburuk pada saat-saat tertentu seperti
saat perut kosong atau saat penderita mengkonsumsi makanan.
Untuk menegakkan diagnosis ulkus lambung, dokter umumnya akan melakukan
pemeriksaan semi-invasif berupa endoskopi. Pada pemeriksaan ini, dokter akan
memasukkan selang kecil berkamera ke dalam lambung penderita. Selang tersebut
akan dimasukkan melalui kerongkongan. Selang tersebut dapat dimasukkan hingga
ke duodenum jika dianggap ada kecurigaan timbulnya ulkus pada duodenum juga.
Jika perlu, dokter juga akan melakukan biopsy untuk mempertegas diagnosis dan
mengidentifikasi penyebab dari ulkus tersebut.
Mitchell, Richard N., 2008, Buku Saku Dasar Patologis Penyakit, Jakarta , EGC.