Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN INDIVIDU

PROBLEM SOLVING CYCLE DIABETES MELITUS

DISUSUN OLEH :

DHEA NUR SYAFIRA 020116A011

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2019
LAPORAN INDIVIDU

PROBLEM SOLVING CYCLE DIABETES MELITUS

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal ………………………. Dan


dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Ungaran,

Menyetujui,

Tim Penguji

Dosen Penguji Dosen Pembimbing Lapangan

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karuniaNya, sehingga
laporan individu PROBLEM SOLVING CYCLE DIABETES MELITUS dapat terselesaikan
dengan baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL II) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ngudi Waluyo Ungaran. Sehubungan dengan pelaksanaan praktik sampai
penyelesaian laporan individu ini, dengan rendah hati disampaikan terimakasih kepada yang
terhormat:

1. Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas


Ngudi Waluyo atas surat keputusan penetapan Dosen Pembimbing
2. Pembimbing, Ibu KartikaDian Pertiwi, SKM,M.Kes atas bimbingan, arahan serta
motivasinya dalam penyusunan Laporan Individu ini.
3. Dosen Penguji, Ibu ……………..atas saran dan masukan dalam perbaikan Laporan
ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Ngudi Waluyo , Ungaran atas bekal ilmu,
bimbingan dan bantuannya.
5. Kepala Desa Gebugan, Bapak Digdo Cahyono atas pemberian ijin praktik di Desa
Gebugan.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas masukannya dalam
penyelesaian Laporam ini.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah
SWT.Disadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan karya selanjutnya.Semoga laporan
ini bermanfaat

Ungaran, Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I TAHAPAN PROBLEM SOLVING CYCLE

A. Identifikasi Masalah
B. Analisis Akar Penyebab Masalah
C. Identifikasi Alternatif Solusi dan Kelayakan Solusi

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Masalah Kesehatan


B. Hasil dan Pembahasan dari setiap Problem Solving

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 1

Tabel 2

Tabel 3

Tabel 4

Tabel 5

Tabel 6

Tabel 7

Tabel 8

Tabel 9

Tabel 10
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5

Gambar 6

Gambar 7

Gambar 8
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lempiran 3
BAB I

TAHAPAN PROBLEM SOLVING

A. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berarti mengenali masalah yaitu dengan
cara mendaftar faktor faktor yang berupa permasalahan.
Mengidentifikasi maslah – maslah penelitian bukan sekedar
mendaftar jumlah masalah tetapi juga kegiatan inilebih daripada itu
karena masalah yang dipilih ini hendaknya memiliki nilai yang
sangat penting atau signifikan untuk dipecahkan
(setyosari,2012:64).
Identifikasi masalah merupakan proses mencari daftar masalah melalui data
primer, data primer diperoleh dari metode survei dengan instrumen kuesinoner.
Kuesioner terdiri dari 40 pertanyaan yang berisi tentang 7 indikator GERMAS serta 5
pilar STBM dan data sekunder diperoleh dari Profil Puskesmas, data yang diperoleh
dari profil puskesmas yaitu 10 besar penyakit yang terdiri dari yaitu infeksi
pernafasan akut (ISPA), penyakit otot,tendon dan jaringan ikat (pegel-pegel atau
kemeng-kemeng), Demam yang tidak diketahui sebabnya, penyakit lambung dan
Aodenum, Hipertensi, Dermatitis dan Exzema, Batuk, Cephalgia, Dyspepsia, dan
yang terakhir Sakit kepala. Dilakukan dalam lingkup desa dengan melakukan analisis
situasi desa dan mengidentifikasi masalah kesehatan terkait dengan 7 indikator
GERMAS dan 5 pilar STBM. 7 Indikator GERMAS yaitu melakukan aktivitas fisik,
budaya konsumsi buah dan sayur, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol,
melakukan pemeriksaan kesehatn secara berkala, menjaga kebersihan lingkungan,
menggunakan jamban. Sedangkan 5 pilar STBM yaitu stop buang air besar
sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air rumah tangga, pengelolaan
sampah rumah tangga, pengelolaan limbah cair rumah tangga. Identifikasi masalah
dilakukan di RW 2 Dusun Krajan Desa Gebugan Kecamatan Bergas, identifikasi
masalah dilakukan melalui 4 indikator yaitu jumlah kasus, trend, kegawatan, dan
cakupan.

A. Analisis Akar Penyebab Masalah


Konsep hidup schat H. L. Blum sampai saat ini masih relevan untuk
diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik
melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi
schat seperti ini diperlukan Suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L
Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyamkat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya
masalah kesehatan. Keempat faktor tcrscbut terdiri dari faktor lingkungan (sosial,
ekonomi, politik, budaya), faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor pelayanan
kesehatan Genis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat
Faktor tersebut saling bcrinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan
dcrajat kesehatan masyarakat (Purnama, Semua ahli kesehatan masyarakat dalam
membicarakan Status kesehatan mengacu kepada HL Blum.)
Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang
ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram
diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari
Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone
diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab
masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas
(Tague, 2005, p. 247).
Analisis medan daya (force field analysis), dikembangkan oleh
Kurt Lewin (1951) dan secara luas digunakan untuk
menginformasikan pengambilan keputusan, terutama dalam
perencanaan dan pelaksanaan program manajemen perubahan
dalam organisasi. Analisis ini adalah metode yang kuat untuk
mendapatkan gambaran yang komprehensif dari kekuatan-kekuatan
yang berbeda yang bekerja pada isu perubahan organisasi yang
potensial, serta digunakan pula untuk menilai sumber dan kekuatan
mereka.
Langkah-langkah Pelaksanaan Force Field Analysis (FFA) FFA
paling tepat dikerjakan oleh suatu kelompok kecil yang terdiri dari
enam hingga delapan orang, dengan menggunakan flip chart atau
overhead transparansi sehingga semua peserta dapat melihat
proses pembahasan yang berlangsung (Start dan Hovland, 2009).
Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan dalam FFA
(Supriyanto dan Damayanti, 2007) seperti yang tercantum dalam
bagan 2.1 :
1. Nyatakan Tujuan Langkah pertama dalam FFA adalah
menyatakan tujuan berjalannya dari suatu kelompok atau
organisasi. Pada langkah ini dilakukan identifikasi situasi
kelompok atau organisasi saat ini.

2. Identifikasi Kekuatan Pendorong dan Penghambat

a. Identifikasi kekuatan pendorong dan penghambat

Identifikasi variabel permasalahan yang ditemukan,


kemudian susun

dalam kategori penghambat (H) dan pendorong (D)


keberhasilan program. Selanjutnya sajikan dalam tabel
atau diagram.

b. Identifikasi besar kekuatan (Skala Pengukuran)

Identifikasi besar kekuatan (Skala Pengukuran)

Skala besar kekuatan ditentukan antara nilai 1-


5. Nilai ini berdasarkan kesepakatan tim perencanaan .
Oleh karena itu, anggota tim harus benar - benar
memahami masalah dan kondisi organisasi maupun
pesaing. Resultan dari kekuatan pendorong dan
penghambat menentukan posisi strategis dari organisasi.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Masalah Kesehatan

Tabel 1. 10 besar penyakit di Kecamatan Bergas


No Nama Penyakit Jumlah
1. Infeksi saluran pernafasan akut 962
2. Penyakit otot, tendon dan 463
jaringan ikat (pegel-pegel atau
kemeng)
3. Demam yang tidak diketahui 398
sebabnya
4. Penyakit lambung dan Aodenum 304
5. Hipertensi 220
6. Dermatitis dan Exzema 203
7. Batuk 171
8. Cephalgia 158
9. Dyspepsia 150
10. Sakit kepala 124

1. Analisis Prioritas Masalah


Setelah mengumpulkan data Primer dari masyarakat RW 02
Dusun Gebugan terhadap masalah kesehatan dalam kurun
waktu satu tahun terakhir, terdapat masalah kesehatan sebagai
berikut :
Tabel 2. Daftar penyakit di Dusun Gebugab RW 02
Penyakit Jumlah Persentase %
DBD 7 7,8
DM 5 5,6
Stroke 4 4.4
Hipertensi 8 8,9
Typus 14 15,6
Asam urat 1 1,1
Usus Buntu 1 1,1
Muntaber 1 1,1
Diare 1 1,1
ISPA 12 13,3
ISK 2 2,2
Batu empedu 1 1,1
Asma 1 1,1
Kolesterol 1 1,1
Tumor otak 1 1,1
Vertigo 1 1,1

2. Prioritas Masalah
Langkah selanjutnya yang kami lakukan adalah penentuan prioritas masalah.
Dan berbagai data kami peroleh melalui data sekunder dan data primer kami
rekapitulasi, kemudian kami neganalisis hasil tersebut untuk kemudian kami
prioritaskan masalah dengan mengunakan tabel MCUA. Tahap prioritas
didasarkan pada besar masalah, trend, dan kegawatan. Berikut tabel prioritas
masalah kesehatan

Tabel 3. Prioritas Masalah di RW 02 Dusun Krajan

PRIORITAS MASALAH DENGAN METODE MCUA


Kriteria Bobot Masalah kesehatan
DBD DM Stroke Hipertensi Dema ISPA ISK
(%)
m
tipoid
Gawat 45 1,35 1,35 0,9 1,35 0,42 0,9 0,9
Besar 35 0,7 1,05 0,7 0,7 0,45 1,05 0,7
Tren 20 0,6 0,6 0,4 0,4 0,46 0,4 0,2
Jumlah 100 2,65 3 2,00 2,45 1,3 2,35 1,8
Priorita II I V III VII IV VI
s
Kriteria yang digunakan dalam memilih prioritas masalah kesehatan yang
ada meliputi:
1. Kegawatan (semakin gawat suatu masalah penyakit maka nilai skornya
semakin tinggi)
2. Besar (semakin besar jumlah penderita suatu penyakit/masalah maka
nilai skornya semakin tinggi)
3. Trend (jika trend suatu penyakit/masalah kesehatan naik maka skor
lebih tinggi dibanding trend menurun)

Penentuan skor masing-masing kriteria dipengaruhi oleh kesepakatan


anggota kelompok, dengan ketentuan :

Gawat 1 = potensi gawat


2 = tanda bahaya
3 = gawat darurat

Besar 1 = tidak besar (1-8)


2 = cukup besar (9-16)
3 = besar (16-24)
4 = sangat besar (25-32)

Tren 1 = Turun
2 = Tetap
3 = naik

Bobot kriteria diberikan dengan memberikan persentase masing-masing kriteria,


kriteria yang dianggap penting diberikan persentase besar dan sebaliknya, dan jika
dijumlah bobot relatif masing-masing kriteria mencapai 100 %.

Sesuai hasil kesepakatan kelima kriteria diberi bobot sebagai berikut :

1. Gawat : 45 %
2. Besar : 35 %
3. Trend : 20 %

Berdasarkan tabel , maka diperoleh prioritas masalah yang ada di RW 02


Dusun Krajan Gebugan sebagai berikut:

a. Prioritas I = Diabetes Melitus


b. Prioritas II = DBD
c. Prioritas III = Hipertensi
d. Prioritas IV = ISPA
e. Prioritas V = Stroke
f. Prioritas VI = ISPA
g. Prioritas VII = Demam Tipoid

Permasalahan kesehatan yang dikaji di Lingkungan RW 02 Dusun Krajan


Desa Gebugan adalah Diabetes Melitus.

B. Hasil dan Pembahasan dari Setiap Problem Solving


1. Analisis Akar Penyebab Masalah

Analisis akar penyebab masalah dilakukan berdasarkan ruang lingkup teori


H.L Blum, yaitu faktor genetik, faktor perilaku, faktor lingkungan, dan faktor
pelayanan kesehatan. Namun dalam penyakit stroke, akar dilihat dari empat faktor
yaitu faktor perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan), faktor lingkungan, dan faktor
fasyankes. Penelusuran akar penyebab menggunakan konsep logic thingking
dengan metode fishbone.

PELAYANAN PERILAKU
KESEHATAN Olahraga tidak teratur

Pola makan gizi tidak


seimbang Kurang aktivitas fisik
Kurangnya deteksi dini
diabetess melalui Konsumsi makanan yang Kebiasaan merokok
POSBINDU PTM mengandung gula,
lemak, dan kalori yang
tinggi

DIABETES
MELITUS
Obesitas

Faktor usia (40


Riwayat penyakit Pemberian
tahun keatas)
diabetes pada konsumsi protein
keluarga inti susu sapi pada
awal kehidupan

GENETIK
LINGKUNGAN
Gambar 1. Kerangka Fishbone Penyebab Diabetes Melitus di RW 02 Dusun
Gebugan, Desa Gebugan, Kecamatan Bergas, Tahun 2019

Adapun hasil pengumpulan data lapangan dan studi literature yang kami
dapatkan adalah sebagai berikut :

A. Lingkungan
Lingkungan yang dapat meningkatkan risiko Diabetes Melitus yaitu:
Pemberian konsumsi protein susu sapi pada awal kehidupan.

B. Perilaku
Perilaku yang dapat meningkatkan risiko penykit Diabetes Melitus di Warga
RW 02 Dusun Gebugan yaitu :

1) Pola makan gizi yang tidak seimbang

2) Konsumsi makanan yang mengandung gula, lemak, dan kalori yang tinggi

3) Olahraga tidak teratur

4) Kurangnya aktivitas fisik

5) Kebiasaan merokok

C. Pelayanan Kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan yang dapat meningkatkan risiko penyakit Diabetes
Melitus yaitu :
Kurangnya deteksi dini Diabetes Melitus melalui POSBINDU Penyakit Tidak
Menular
D. Genetik
Faktor genetik yang dapat meningkatkan risiko penyakit Diabetes Melitus
yaitu :
1. Riwayat penyakit Diabetes Melitus pada keluarga inti
2. Obesitas
3. Faktor usia (usia 40 tahun ke atas)

2. Analisis Akar Penyebab Masalah


Analisis akar penyebab masalah dilakukan berdasarkan ruang lingkup
teori H.L Blum, yaitu faktor genetik, faktor perilaku, faktor lingkungan, dan
faktor pelayanan kesehatan. Namun dalam penyakit Diabetes Melitus, akar dilihat
dari empat faktor yaitu faktor perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan), faktor
lingkungan, dan faktor fasyankes. Penelusuran akar penyebab menggunakan
konsep logic thingking dengan metode fishbone.

Tabel 4. Analisis Penyebab Masalah

MCUA akar penyebab


Kriteria Bobot Akar Penyebab
Lingkungan Perilaku Pelayanan Genetik
%
Kesehatan
Skor SXB Skor SXB Skor SXB Skor SXB
Gawat 43 1 0,43 3 1,29 1 0,43 2 0,86
Besar 34 2 0,68 4 1,36 2 0,68 2 0,68
Relevans 23 2 0,46 1 0,23 1 0,23 1 0,23
i
Program
Jumlah 100 1,57 2,88 1,34 1,77
Prioritas 3 1 4 2

Kriteria yang digunakan dalam memilih akar penyebab masalah kesehatan


yang ada meliputi:

1. Kegawatan (semakin gawat suatu masalah penyakit maka nilai skornya se


makin tinggi)
2. Besar (semakin besar jumlah penderita suatu penyakit/masalah maka nilai
skornya semakin tinggi)
3. Relevansi data (semakin ada valid atau tidaknya data dan program yang
akan dilaksanakan)

Penentuan skor masing-masing kriteria dipengaruhi oleh kesepakatan anggota


Membiarkan makanan terbuka
kelompok, dengan ketentuan :
sehingga lalat mendekat dan
menularkan bakteri penyebab tifus
Gawat 1 = potensi gawat
2 = tanda bahaya
3 = gawat darurat
Besar 1 = tidak besar (1-8)
2 = cukup besar (9-16)
3 = besar (16-24)
4 = sangat besar (25-32)

Relevansi 1 = Ya
2 = Tidak

Bobot kriteria diberikan dengan memberikan persentase masing-masing


kriteria, kriteria yang dianggap penting diberikan persentase besar dan sebaliknya,
dan jika dijumlah bobot relatif masing-masing kriteria mencapai 100 %.

Sesuai hasil kesepakatan kelima kriteria diberi bobot sebagai berikut :

1. Gawat : 43 %
2. Besar : 34 %
3. Relevansi : 23 %

Berdasarkan pemberian nilai (skor) pada masing-masing masalah, yang


merupakan prioritas I sampai IV adalah sebagai berikut :

Prioritas I : Perilaku

Prioritas II : Genetik

Prioritas III : Lingkungan

Prioritas IV : Pelayanan Kesehatan

Dari hasil penentuan masalah dengan metode MCUA, ditemukan bahwa


intervensi penyebab masalah utama yang muncul di Dusun Gebugan RW 02 yang
memiliki bobot 2,88 yaitu faktor perilaku.
Tabel 5. MCUA akar penyebab

MCUA Perilaku
Kriteria Bobot Akar Pernyebab
Pola Olahraga Kurang Kebiasaan Konsumsi
(%)
makan tidak aktivitas merokok makanan yang
gizi tidak teratur fisik mengandung gula,
seimbang lemak, dan kalori
yang tinggi
Gawat 40 0,4 0,8 0.8 0,4 1,2
Besar 35 0,7 0,7 1,05 0,7 1,05
Relevansi 25 0,5 0,25 0,50 0,25 0,50
Program
Jumlah 100 1,6 1,75 2,35 1,35 2,75
Prioritas 4 3 2 5 1

Kriteria yang digunakan dalam memilih akar penyebab masalah kesehatan yang
ada meliputi:

1. Kegawatan (semakin gawat suatu masalah penyakit maka nilai skornya


semakin tinggi)
2. Besar (semakin besar jumlah penderita suatu penyakit/masalah maka nilai
skornya semakin tinggi)
3. Relevansi data (semakin ada valid atau tidaknya data dan program yang
akan dilaksanakan)

Penentuan skor masing-masing kriteria dipengaruhi oleh kesepakatan anggota


kelompok, dengan ketentuan :

Gawat 1 = potensi gawat


2 = tanda bahaya
3 = gawat darurat

Besar 1 = tidak besar (1-8)


2 = cukup besar (9-16)
3 = besar (16-24)
4 = sangat besar (25-32)

Relevansi 1 = Ya
2 = Tidak

Bobot kriteria diberikan dengan memberikan persentase masing-masing


kriteria, kriteria yang dianggap penting diberikan persentase besar dan sebaliknya,
dan jika dijumlah bobot relatif masing-masing kriteria mencapai 100 %.

Sesuai hasil kesepakatan kelima kriteria diberi bobot sebagai berikut :

1. Gawat : 40 %
2. Besar : 35 %
3. Relevansi : 25 %

Berdasarkan pemberian nilai (skor) pada masing-masing masalah, yang


merupakan prioritas I sampai III adalah sebagai berikut :

Prioritas I : Konsumsi makanan yang mengandung gula, lemak, dan kalori


yang tinggi

Prioritas II : Kurang aktivitas fisik

Prioritas III : Olahraga tidak teratur

Prioritas IV : Kebiasaan merokok

Dari hasil penentuan masalah dengan metode MCUA, ditemukan bahwa


intervensi penyebab masalah utama Diabetes Melitus yang muncul di Dusun
Gebugan RW 02 yang memiliki bobot 2,75 yaitu konsumsi makanan yang
mengandung gula, lemak, dan kalori yang tinggi

3. Analisis Penyelesaian Masalah

Berdasarkan analisis MCUA dan observasi yang kami lakukan di lingkungan


tempat tinggal responden, dilakukan brainstroming antar anggota kelompok.
Sehingga didapatkan beberapa alternatif penyelesaian masalah, antara lain :
1. Pembuatan program POSBINDU
2. Pembuatan program minggu sehat
3. Memberikan panduan DIET untuk penderita Diabetus Melitus dalam bentuk
booklet.

Tabel 6. Analisis MCUA Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif Pemecahan Masalah


Memberikan
Pembuatan Pembuatan panduan DIET
Bobot
Kriteria program program minggu untuk penderita DM
(B)
POSBINDU sehat dalam bentuk
booklet
Skor SxB Skor SxB Skor SxB
1 Mudah/bisa
35 % 4 1,4 4 1,4 3 1,05
. dilakukan
Kecepatan
2. mengatasi 30 % 3 0,9 4 1,2 3 0,9
masalah
3
Murah 20% 3 0,6 5 1 2 0,4
.
Tersedia
4. sumber 15% 4 0,6 5 0,75 4 0,6
daya
JUMLAH 3,5 4,35 2,95
PRIORITAS 2 1 3

Kriteria yang digunakan dalam memilih prioritas masalah kesehatan yang ada
meliputi:

1. Mudah/bisa dilakukan, semakin mudah alternatif solusi tersebut dilaksanakan


maka nilai skornya semakin tinggi.
2. Kecepatan mengatasi masalah, semakin cepat alternatif solusi tersebut
mengatasi masalah maka nilai skornya semakin tinggi.
3. Murah, semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan
alternatif solusi tersebut maka nilai skornya semakin tinggi.
4. Tersedia sumber daya, semakin banyak sumber daya yang tersedia untuk
mendukung pelaksanaan alternatif solusi tersebut maka nilai skornya
semakin tinggi.

Penentuan skor masing-masing kriteria dipengaruhi oleh kesepakatan anggota


kelompok, dengan range nilai antara 1-5 .

 Kemudahan menjalankan intervensi :


 Sangat Susah :1
 Susah :2
 Cukup Mudah :3
 Mudah :4
 Sangat Mudah :5
 Kecepatan Dampak Intervensi :
 Sangat Lama :1
 Lama :2
 Cukup Cepat :3
 Cepat :4
 Sangat Cepat :5
 Keterjangkauan Intervensi :
 Sangat Mahal :1
 Mahal :2
 Cukup Murah :3
 Murah :4
 Sangat Murah :5
 Ketersediaan Suber Daya untuk melaksanakan Intervensi :
 Sangat Sedikit :1
 Sedikit :2
 Cukup Banyak :3
 Banyak :4
 Sangat Banyak : 5

Bobot kriteria diberikan dengan memberikan persentase masing-masing


kriteria, kriteria yang dianggap penting diberikan persentase besar dan
sebaliknya, dan jika dijumlah bobot relatif masing-masing kriteria mencapai
100 %.

Sesuai hasil kesepakatan kelima kriteria diberi bobot sebagai berikut :

1. Kecepatan mengatasi masalah : 35 %


2. Mudah/bisa dilakukan : 30 %
3. Murah : 20 %
4. Tersedia sumber daya : 15 %
Berdasarkan pemberian nilai (skor) pada masing-masing masalah, yang
merupakan prioritas I sampai III adalah sebagai berikut :

Prioritas I : Pembuatan program minggu sehat pada warga RW 02 Dusun


Krajan perlu dilakukan untuk meningkatkan kesehatan warga
penderita DM sehingga diharapkan masyarakat dapat hidup
lebih sehat dan terbebas dari penyakit DM.

Prioritas II : Pembuatan program POSBINDU pada warga RW 02 Dusun


Krajan perlu dibentuk karena untuk mendeteksi dini penyakit
DM dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Prioritas III : Memberikan panduan DIET untuk penderita DM dalam bentuk


booklet perlu dilakukan untuk membantu warga yang menderita
DM dalam menjalankan dietnya sehingga kadar glukosa dalam
tubuhnya dapat menurun.

Untuk menganalisis kelayakan alternatif solusi, selanjutnya


Penghambat Pendukung
Skor
digunakan diagram force field dari masing-masing alternatif solusi. Skor

Gambar 2. Diagram Force Field Alternatif Penyelesaian Masalah


1 Masyarakat Sibuk Antusias masyarakat 5
Pada Pekerjaan
Pembuatan
program minggu
5 4
Tidak adanya sehat Tersedia Dana
instruktur senam

3 Anggapan masyarakat Tersedia Tempat 5


yang menyepelekan
penyakit
dedemamtipoid
tipoid ipoid

9 14
Penghambat Pendukung
Skor Skor

1 Dana yang banyak Antusisas 5


masyarakat
Pembuatan
5 program 4
Sulitnya Dilaksanakan pada
pembentukan kader
POSBINDU
hari libur

3
Tersedia tempat
3 Membutuhkan waktu
yang lama

9 12
Penghambat Pendukung
Skor Skor

1 Dana yang banyak Antusias masyarakat 5


Memberikan
5 panduan DIET 4
Membutuhkan Tersedia alat dan
waktu yang lama
untuk penderita
bahan
DM dalam bentuk
3 Anggapan masyarakat booklet Booklet dapat 5
yang menyepelekan digumakan dalam
penyakit jangka panjang
dedemamtipoid
tipoid ipoid

9 14

Dari diagram force field di atas, dapat diketahui bahwa


alternatif penyelesaian masalah yang paling layak dilakukan adalah
Pembuatan program minggu sehat, Pembuatan program POSBINDU,
serta Memberikan panduan DIET untuk penderita DM dalam bentuk
booklet.

Anda mungkin juga menyukai