Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN TUTORIAL

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS

SKENARIO 3

KELOMPOK VI
BASTOMY EKA REZKITA G0015039
M. FADILIZA ABINANDRA G0015143
NARENDRA RANGGA R. G0015183
MUHAMMAD FATAH A G0015165
ALIYA WARDHANI G0015017
DEWI AMANI HUSNA G0015055
FIRSTA NURINA ADELINA G0015089
KHOIRUN NISAK G0015129
MISKA RAIHANA G0015155
RAMADHANI BELLA K.P. G0015195
WAHYU TRI KAWURI G0015229
SYEIFIRA SALSABILLA G0014053

TUTOR: ISTAR YULIADI, dr., MSi., FIAS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Skenario 3

Dokter Anung, seorang kepala puskesmas, menyadari banyak


permasalahan di puskesmas yang dipimpinnya dan ingin menyelesaikan
permasalahan-permasalahan tersebut supaya puskesmasnya menjadi lebih maju.
Dokter Anung melakukan tahap dalan problem solving cycle, dimulai dari analisis
situasi, kemudian melakukan identifikasi masalah yang ada di puskesmas tersebut.
Masalah yang diidentifikasi ternyata banyak, berupa masalah program dan
masalah kesehatan masyarakat. Masalah program antara lain penemuan kasus
tuberculosis masih sangat rendah, kader kesehatan yang kurang aktif, masyarakat
yang merokok masih sangat banyak. Masalah kesehatan masyarakat antara lain
angka kejadian diare, hipertensi dan ISPA masih selalu tinggi. Dokter Anung
ingin menentukan prioritas masalah dengan metode Delphi. Dengan metode
Delphi ini dapat ditentukan bahwa prioritas utama adalah masyarakat perokok
yang masih banyak. Setelah itu dokter Anung juga membuat diagram tulang ikan
dan analisis SWOT. Dilakukan identifikasi jalan keluar dan penentuan jalan
keluar, kemudian Dokter Anung dan tim menyusun rencana kegiatan sebagai
intervensi penyelesaian masalah. Kegiatan yang dilakukan berupa program
edukasi masyarakat, dengan beberapa metode, antara lain melalui berbagai media
seperti poster, leaflet, juga dilakukan penyuluhan pada masyarakat. Dokter Anung
juga akan melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan tersebut.
BAB II
DISKUSI DAN STUDI PUSTAKA

A. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa


istilah dalam skenario.
1. Problem solving cycle
Proses yang terdiri dari langkah-langkah berkesinambungan yang terdiri
dari analisis situasi, perumusan masalah secara spesifik, penentuan
prioritas masalah, penentuan tujuan, memilih alternatif terbaik,
melaksanakan rencana serta evaluasi hasil kegiatan.
2. Metode delphi
Penentuan prioritas masalah secara kualitatif (non skoring) dengan diskusi
oleh sekelompok orang yang punya keahlian yang sama.
3. Diagram tulang ikan
Diagram untuk mengetahui masalah dan sebab-sebab yang berpengaruh.
Kepala ikan berisi masalah yang akan dicari tahu penyebabnya, sedangkan
bagian tulang ikan berisi kategori yang dapat berpengaruh terhadap
masalah.
4. Analisis situasi
Menganalisis masalah kesehatan dan faktor yang mempengaruhi guna
memahami masalah kesehatan secara jelas dan spesifik.

B. Langkah II: Menentukan/mendefinisikan permasalahan.


1. Bagaimana tahapan dari problem solving cycle?
2. Bagaimana cara mengurutkan masalah selain dengan metode delphi?
3. Bagaimana cara membuat diagram tulang ikan dan analisis SWOT?
4. Bagaimana cara mengisi rancangan kegiatan?
5. Bagaimana cara identifikasi masalah dalam skenario?
6. Bagaimana cara mengevaluasi keberjalanan kegiatan?
C. Langkah III: Menganalisis permasalahan dan membuat
pertanyaan sementara mengenai permasalahan.
1. Bagaimana tahapan dari problem solving cycle?
Tahapan dari problem solving cycle antara lain:
a. Analisis situasi
b. Menentukan prioritas masalah
c. Perumusan tujuan/sasaran
d. Analisis penyebab masalah
e. Inovasi pemecahan masalah
f. Penyusunan rencana operasional
g. Tahap pelaksanaan kegiatan
h. Evaluasi dan penyusunan laporan
2. Bagaimana cara mengurutkan masalah selain dengan metode delphi?
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk menentukan
prioritas masalah kesehatan yaitu
a. Metoda Matematika
Metoda ini dikenal juga sebagai metoda PAHO yaitu singkatan dari
Pan American Health Organization, karena digunakan dan
dikembangkan di wilayah Amerika Latin. Dalam metoda ini
dipergunakan beberapa kriteria untuk menentukan prioritas masalah
kesehatan disuatu wilayah berdasarkan:
1) Luasnya masalah (magnitude)
2) Beratnya kemgian yang timbul (Severity)
3) Tersedianya sumberdaya untuk mengatasi masalah kesehatan
tersebut (Vulnerability)
4) Kepedulian/dukungan politis dan dukungan masyarakat
(Community and political concern)
5) Ketersediaan data (Affordability)
b. Metoda Delbeque dan Delphi
Metoda Delbeque adalah metoda kualitatif dimana prioritas masalah
penyakit ditentukan secara kualitatif oleh panel expert. Caranya
sekelompok pakar diberi informasi tentang masalah penyakit yang
perlu ditetapkan prioritasnya termasuk data kuantitatif yang ada untuk
masing-masing penyakit tersebut. Dalam penentuan prioritas masalah
kesehatan disuatu wilayah pada dasarnya kelompok pakar melalui
langka-langkah:
1) Penetapan kriteria yang disepakati bersama oleh para pakar
2) Memberikan bobot masalah
3) Menentukan skoring setiap masalah.
Bengali demikian dapat ditentukan masalah mana yang menduduki
peringkat prioritas tertinggi. Penetapan kriteria berdasarkan seriusnya
permasalahan menurut pendapat para pakar dengan contoh kriteria
persoalan masalah kesehatan berupa
1) Kemampuan menyebar/menular yang tinggi
2) mengenai daerah yang luas
3) mengakibatkan penderitaan yang lama
4) mengurangi penghasilan penduduk
5) mempunyai kecendrungan menyebar meningkat dan lain
sebagainya sesuai kesepakatan para pakar
Dalam metoda Delphi sejumlah pakar (panel expert) melakukan diskusi
terbuka dan mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masing-
masing mengajukan pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan
prioritas. Diskusi berlanjut sampai akhirnya dicapai suatu kesepakatan
(konsensus) tentang masalah kesehatan yang menjadi prioritas.
Kelemahan cara ini adalah waktunya yang relative lebih lama
dibandingkan dengan metoda Delbeque serta kemungkinan pakar yang
dominan mempengaruhi pakar yang tidak dominan. Kelebihannya
metoda ini memungkinkan telahaan yang mendalam oleh masing-
masingpakar yang terlibat.
c. Metoda Estimasi Bebari Kerugian (Disease Burden)
Metoda Estimasi Beban Kerugian dari segi teknik perhitungannya
lebih canggih dan sulit, karena memerlukan data dan perhitungan
hari
produktif yang hilang yang disebabkan oleh masing-masing masalah.
Sejauh ini metoda ini jarang dilakukan di tingkat kabupaten atau kota
di era desentralisasi program kesehatan. Bahkan ditingkat
nasionalpun baru Kementrian Kesehatan dengan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan yang mencoba menghitung berapa banyak
Kerugian yang ditimbulkan dalam kehidupan tahunan penduduk
(DiseaseAdjustedLife Year =DALY).
d. Metoda Perbandingan antara Target dan Pencapaian Program Tahunan
Metoda penetapan prioritas masalah kesehatan beradasarkan
pencapaian program tahunan yang dilakukan adalah dengan
membandingkan antara target yang ditetapkan dari setiap program
dengan hasil pencapaian dalam suatu kurun waktu 1 tahun. Penetapan
prioritas masalah kesehatan seperti ini sering digunakan oleh
pemegang atau pelaksana program kesehatan di tingkat Puskesmas dan
Tingkat Kabupaten/Kota padaera desentralisasi saat ini.
3. Bagaimana cara membuat diagram tulang ikan dan analisis SWOT?
Cara membuat diagram tulang ikan antara lain:
a. Sepakati sebuah pernyataan masalah (problem statement). Pernyataan
masalah ini diinterpretasikan sebagai “effect”, atau secara visual dalam
fishbone seperti “kepala ikan”.
b. Tuliskan masalah tersebut di tengah whiteboard di sebelah paling
kanan,
misal: “Bahaya Potensial Pembersihan Kabut Oli”.
c. Gambarkan sebuah kotak mengelilingi tulisan pernyataan masalah
tersebut dan buat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak.
d. Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”.
Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis.
Sebab ini diinterpretasikan sebagai “cause”, atau secara visual dalam
fishbone seperti “tulang ikan”.
e. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa
sehingga masuk akal dengan situasi.
f. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui
sesi brainstorming.
g. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana sebab
tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di
bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan, misal:
“Mengapa bahaya potensial? Penyebab: Karyawan tidak mengikuti
prosedur!” Karena penyebabnya karyawan (manusia), maka diletakkan
di bawah “Man”.
h. Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang”
kecil keluar dari garis diagonal.
i. Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang”
lebih kecil (sub- sebab) keluar dari garis horisontal tadi, misal:
“Mengapa karyawan disebut tidak mengikuti prosedur? Jawab: karena
tidak memakai APD”.
j. Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut
berhubungan dengan beberapa kategori.
k. Setelah setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin di
antara semua sebab- sebab dan sub-subnya.
l. Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori,
kemungkinan merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.
m. Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang
tampaknya paling memungkinkan) dan tanyakan , “Mengapa ini
sebabnya?”
n. Pertanyaan “Mengapa?” akan membantu kita sampai pada sebab pokok
dari permasalahan teridentifikasi.
o. Tanyakan “Mengapa ?” sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab
lagi. Kalau sudah sampai ke situ sebab pokok telah terindentifikasi.
p. Lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada
fishbone diagram
Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan
pada hubungan atau interaksi antara unsur-unsur internal, terhadap unsur-
unsur eksternal yaitu:
a. Kekuatan (strength)
Kekuatan yang dimaksud adalah suatu keunggulan dalam sumber daya,
ketrampilan dan kemampuan lainnya yang relative terhadap pesaing
dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Misalnya dalam
hal teknologi yang dimiliki dan fasilitas yang dimiliki.
b. Kelemahan (weakness)
Kelemahan yang dimaksud juga bisa berupa sumber daya,ketrampilan
dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektifsuatu
perusahaan. Contohnya, tingkat ketrampilan karyawan dan kecilnya
biaya promosi.
c. Peluang (opportunity)
Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan, misalnya kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
d. Ancaman (treats)
Ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan suatu perusahaan. Sebagai contoh yaitu pesatnya
persaingan penyedia jasa layanan kesehatan.
4. Bagaimana cara mengisi rancangan kegiatan?
a. Analisis situasi
Langkah analisis situasi dimulai dengan menganalisis data
laporan yang telah dimiliki oleh organisasi (data primer) atau
mengkaji laporan lembaga lain (data sekunder) yang datanya
dibutuhkan, observasi dan wawancara. Langkah analisis situasi
bertujuan untuk mengumpulkan jenis data atau fakta yang berkaitan
dengan masalah kesehatan yang dijadikan dasar penyusunan
perencanaan. Data yang diperlukan terdiri dari:
1) Data tentang penyakit dan kejadian sakit (diseases and illnesess).
2) Data kependudukan.
3) Data potensi organisasi kesehatan.
4) Keadaan lingkungan dan geografi.
5) Data sarana dan prasarana.
Proses pengumpulan data untuk analisis situasi dapat dilakukan
dengn cara:
1) Mendengarkan keluhan masyarakat melalui pengamatan langsung
kelapangan.
2) Membahas langsung masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan
kesehatan yang dikembangkan bersama tokoh-tokoh formal dan
informal masyarakat setempat.
3) Membahas program kesehatan masyarakat dilapangan bersama
petugas lapangan kesehatan, petugas sektor lain, atau bersama
dukun bersalin yang ada diwilayah kerja puekesmas.
4) Membaca laporan kegiatan program kesehatan pada pusat0pusat
pelayanan kesehatan di suatu wilayah.
5) Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, statistik
kependudukan, laporan khusus, hasil survei, petunjuk pelaksanaan
(jutlak) program kesehatan, dan laporan tahunan
b. Identifikasi masalah
Mengidentifikasi masalah kesehatan dapat diperoleh dari
berbagai cara antara lain:
1) Laporan kegiatan dari program kesehatan yang ada.
2) Survailance epidemilogi atau pemantauan penyebaran penyakit
3) Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh
masukan perencanaan kesehatan.
4) Hasil kunjungan lapangan supervisi dan sebagainya.
c. Menetapkan prioritas masalah
Kegiatan identifikasi masalah menghasilkan banyak masalah
kesehatan yang menunggu untuk ditangani. Karena keterbatasan
sumber daya baik biaya, tenaga dan teknologi, maka tidak semua
masalah tersebut dapat dipecahkansekaligus (direncanakan
pemecahannya).
Untuk itu maka harus dipilih masalah yang mana yang ‘feasible’ untuk
dipecahkan. Proses pemilihan prioritas masalah dapat dilakukan
melalui dua cara, yakni:
1) Melalui teknik skoring, yakni memberikan nilai (scor) terhadp
masalah tersebut dengan menggunakan ukuran (parameter) antara
lain:
a) Prevelensi penyakit (prevelence) atau besarnya masalah.
b) Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut
(severity).
c) Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
(degree of umeet need).
d) Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi
(social benefit).
e) Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical
feasibility).
f) Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah (reseources availability).
Masing-masing ukuran tersebut diberi nilai berdasarkan justifikasi
kita, bila masalahnya besar diberi 5 paling tinggi, dan bila sangat
kecil diberi nilai 1. Kemudian nilai-nilai tersebut dijumlahkan.
Masalah yang mempunyai nilai tertinggi (terbesar) adalah yang di
prioritaskan, masalah yang memperoleh nilai terbesar kedua dan
selanjutnya.
2) Melalui teknik non skoring
Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi
kelompok, oleh sebab itu, juga disebut nominal group technique
(NGT). Ada dua NGT, yakni:
a) Delphi technique: yaitu masala-masalah didiskusikan oleh
sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama.
Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah
yang disepakati bersama.
b) Delbeg technique: menetapkan prioritas masalah menggunakan
teknik ini adalah juga melalui dikusi kelompok, namun peserta
diskusi terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya,
maka sebelumnya dijelaskan dulu, sehingga mereka
mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah-masalah
yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah
yang disepakati bersama.
d. Menentukan tujuan
Menentukan tujuan perencanaan pada dasarnya adalah
membuat ketetapan-ketetapan tertentu yang ingin dicapai oeh
perencanaan tersebut. Semakin jelas rumusan masalah kesehatan maka
akan semakin mudah menentukan tujuan. Penetapan tujuan yang baik
apabila dirumuskan secar kongkret dan dapat diukur.
Perumusan sebuah tujuan operasional program kesehatan harus
bersifat SMART: spesific (jelas sasarannya dan mudah dipahami oleh
staf pelaksana), measurable (dapat diukur kemajuannya), appropriate
(sesuai dengan strategi nasional, tujuan program dan visi/misi institusi,
dan sebagainya), realistic (dapat dilaksanakan sesuai dengan fasilitas
dan kapasitas organisasi yang ada), time bound (sumber daya dapat
dialokasikan dan kegiatan dapat direncanakan untuk mencapai tujuan
program seuai dengan target waktu yang telah ditetapkan).
Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun tujuan program:
1) Tujuan adalah hasil akhir dari sebuah kegiatan.
2) Tujuan harus sesuai dengan masalah, terget ditetapkan sesuai
dengan kemampuan organisasi, dan dapat diukur.
3) Tujuan operasional basanya ditetapkan dengan batas waktu (batas
pencapaiannya) dan hasil akhir yang ingi dicapai pada akhir
kegiatan program (dead line).
4) Berbagai macam kegiatan altrnatif dipilih untuk mencapai tujuan.
5) Masalah, faktor penyebab masalah, dan dampak masalah yang
telah dan akan mungkin terjadi dimsa depan sebaiknya dikaji
terlebih dahulu.
Kriteria penyusunan masing-masing tujuan sesuai dengan
hierarkinya adalah sebagai berikut:
1) Goal (tujuan umum): bersifat jangka panjang, masih umum,
abstrak, dan tidak terpengaruh oleh perubahan situasi.
2) Tujuan kebijaksanaan: merupakan bagian dari goal, sasaran
populasinya belum ada. Tujuan ini sudah bersifat spesifik karena
bersifat sektoral dan ditujukan untuk masyarakat di desa.
3) Tujuan program: target populasinya sudah lebih jelas, ada
identifikasi dampak khusus yang dapat diukur jika tujuan program
tercapai.
4) Tujuan pelayanan: tujuan ini sudah memiliki kejelasan atau
spesialisasi jenis dan tingkat pelayanan yang perlu dilaksanakan.
5) Tujuan sumber: tujuan di sini memerlukan identifikasi masukan
spesifik (input atau sumber daya tertentu) untuk mencapai tujuan
pelayanan.
6) Tujuan implementasi: tujuan di sini menjelaskan produk spesifik
yang ingin di capai dan juga dapat di ukur.
Pada umumnya tujuan dibagi menjadi dua, yakni:
1) Tujuan umum : suatu tujuan bersifat umum, dan masih dapat di
jabarkan ke dalam tujuan-tujua khusus, dan umumnya masih
abstrak.
2) Tujuan khusus : tujuan-tujuan yng di jabarkan dari tujuan umum.
e. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
Jenis hambatan atau kelemahan dapat di kategorikan ke dalam:
1) Hambatan yang bersumber pada kemampuan organisasi
a) Motivasi kerja staf rendah.
b) Pengetahuan dan keterampilan kurang.
c) Arus informasi tentang pelaksaaan program lamban.
d) Peralatan belum tersedia.
e) Laporan kegiatan tidak di manfaatkan untuk menyusun rencana
kegiatan.
f) Jumlah dana operasional kurang.
g) Waktu yang tersedia tidak digunakan untuk menyuun rencana
kerja.
2) Hambatan yang terjadi pada lingkungan
a) Hambatan geografi (jalan rusak).
b) Iklim atau musim hujan.
c) Tingkat penddikan masyarakat rendah.
d) Sikap dan budaya masyarakat yang tidak kondusif.
e) Prilaku masyarakat yang kurang partisipatif.
f. Menyusun rencana kegiatan
Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Pada umumnya kegiatan mencakup 3 kegiatan pokok, yakni:
1) Kegiatan pada tahap persiapan, yakni kegiatan-kegiatan yang di
lakukan sebelum kegiatan pokok dilaksanakan. Misalnya:
perizinan, rapat koordinasi.
2) Kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni kegiatan pokok program
yang bersangkutan.
3) Kegiatan pada tahap penilaian yakni kegiatan untuk mengevaluasi
seluruh kegiatan dalam rangka pencapaian program tersebut.
Langkah-langkah sebelum menetapkan rencana kegiatan:
1) Alasan utama disusun rencana kegiatan.
2) Tujuan yang ingin dicapai.
3) Kegiatan program (bagaimana cara mengerjakannya).
4) Pelaksana dan sasarannya (siapa yang akan mengerjakan dan siapa
sasaran kegiatan).
5) Sumber daya pendukung.
6) Tempat (dimana kegiatan akan dilaksanakan).
7) Waktu pelaksanaan (kapan kegiatan akan dikerjakan).
g. Menetapkan sasaran (target group).
Sasaran (target group) adalah kelopmpok mayarakat tertentu
yang akan digarap oleh program yang direncanakan tersebut. Sasaran
progrm kesehatan biasanya dibagi dua, yakni:
1) Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenal oleh
program.
2) Sasaran tidak langsung, yakni kelompok yang menjadi sasaran
antara program tersebut, namun berpengaruh sekali terhadap
sasaran langsung.
h. Menyusun jadwal pelaksanaan
Waktu yang ditetapkan dalam perencanaan adalah sangat
tergantung dengan jenis perencanaan yang dibuat serta kegiatan-
kegiatan yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan.
i. Organisasi dan staf
Dalam bagian ini digambarkan atau diuraikan organisasi dan
sekaligus staf yang akan melaksanakan kegiatan atau program tersebut.
Dismping itu juga diuraikan tugas (job description) masing-masing staf
pelaksana tersebut.
j. Rencana anggaran
Adalah uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan, mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi.
Biasanya rincian rencana biaya ini dikelompokan menjadi:
1) Biaya personalia
2) Biaya operasianal
3) Biaya sarana dan fasilitas
4) Biaya penilaian
k. Pelaksanaan
Melaksanakan semua kegiatan yang sudah direncanakan untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati.
l. Evaluasi
Rencana evalusi adalah suatu uraian tentang kegiatan yang akan
dilakukan untuk menilai sejauh mana tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan tersebut telah dicapai.
5. Bagaimana cara identifikasi masalah dalam skenario?
a. Identifikasi Masalah
Masalah merupakan kesenjangan (gap) antara harapan dengan
kenyataan. Cara perumusan masalah yang baik adalah kalau rumusan
tersebut jelas menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut
dikemukakan secara kualitatif dan dapat pula secara kuantitatif.
Penentuan masalah dapat dengan cara mem bandingkan dengan yang
lain, memonitor tanda-tanda kelemahan, membandingkan capaian saat
ini dengan tujuan atau dengan capaian sebelumnya, Checklist,
brainstorming dan dengan membuat daftar keluhan. Penyebab masalah
dapat dikenali dengan menggambarkan diagram sebab akibat atau
diagram tulang ikan. Diagram tulang ikan (diagram Ishikawa) adalah
alat untuk menggambarkan penyebab-penyebab suatu masalah secara
rinci.
Diagram ini memberikan gambaran umum suatu masalah dan
penyebabnya. Diagram tersebut memfasilitasi tim untuk
mengidentifikasi sebab masalah sebagai langkah awal untuk
menentukan focus perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data
dan/atau mengembangkan alternatif solusi
b. Penentuan prioritas masalah
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses
yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan
metode tertentu untuk menentukan urutan masalah dari yang paling
penting sampai yang kurang penting. Penentuan prioritas masalah
dapat menggunakan metode delbeg, metode hanlon, metode delphi,
metode USG , metode pembobotan dan metode dengan rumus.
Langkah penentuan prioritas masalah terdiri dari:
1) Menetapkan kriteria
2) Memberikan bobot masalah
3) Menentukan skoring setiap masalah
c. Alternatif Solusi
Alternatif solusi dapat diketahui dengan metode brainstorming.
Brainstorming merupakan teknik mengembangkan ide dalam waktu
yang singkat yang digunakan untuk mengenali adanya masalah, baik
yang telah terjadi maupun yang potensial terjadi, menyusun daftar
masalah, menyusun alternatif pemecahan masalah, menetapkan kriteria
untuk monitoring, mengembangkan kreativitas, dan menggambarkan
aspek-aspek yang perlu dianalisis dari suatu pokok bahasan
d. Pelaksanaan Solusi Terpilih
Solusi yang paling tepat dapat dipilih dengan menggunakan 2
cara yaitu teknik skoring dan non skoring. Pada teknik skoring
dilakukan dengan memberikan nilai (skor) terhadap beberapa alternatif
solusi yang menggunakan ukuran (parameter). Pada teknik nonscoring
alternative solusi didapatkan melalui diskusi kelompok sehingga teknik
ini disebut juga nominal group technique (NGT)
6. Bagaimana cara mengevaluasi keberjalanan kegiatan?
Langkah-langkah mengevaluasi suatu kegiatan, antara lain:
a. Menetapkan tujuan evaluasi.
b. Menetapkan kriteria yang akan digunakan.
c. Menetapkan cara/metode evaluasi yang akan digunakan.
d. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil
pelaksanaan evaluasi tersebut.
e. Menentukan keberhasilan kegiatan yang dievaluasi berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan.
f. Menyusun rekomendasi atau saran-saran.
D. Langkah IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan
pernyataan sementara mengenai permasalahan pada langkah 3.

Masalah

Problem SMART dan


solving cycle efektif efisien

analisis identifikasi penentuan pelaksanaan evaluasi


situasi masalah prioritas solusi solusi

E. Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaran


Tujuan pembelajaran (learning objectives) yang kami dapat pada skenario ini
adalah:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan analisis situasi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan identifikasi masalah
3. Mahasiswa mampu menjelaskan penentuan prioritas
4. Mahasiswa mampu menjelaskan evaluasi solusi
5. Mahasiswa mampu menjelaskan problem solving dengan SMART

F. Langkah VI: Mengumpulkan informasi baru.


G. Langkah VII: Melaporkan, membahas dan menata kembali
informasi baru yang diperoleh.
LO 1. Mahasiswa mampu menjelaskan analisis situasi
A. DEFINISI
Diagnosis Komunitas adalah upaya yang sistematis yang meliputi
upaya pemecahan masalah kesehatan keluarga sebagai unit primer
komunitas dan masyarakat sebagai lokus penegakkan diagnosis komunitas.
Pada tahapan diagnosis komunitas ini lebih mengarah pada pendekatan
problem solving.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam mempelajari diagnosis komunitas adalah
diharapkan mampu memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep
epidemiologi terapan untuk melakukan diagnosis komunitas di suatu
wilayah kerja tertentu, sehingga teridentifikasi permasalahan yang
mendasar dan solusi pemecahan masalah disusun secara sistematis dan
terstruktur secara utuh dan benar.
2. Tujuan Khusus
a. Komunikasi dengan key person dan community members untuk
kerjasama dan partisipasi dalam mengatasi permasalahan kesehatan
keluarga sebagai unit terkecil dan masyarakat atau komunitas
sebagai sasaran.
b. Menyusun format yang sesuai untuk pengumpulan data komunitas.
c. Menseleksi tes-tes penyaringan yang valid dan acceptable
&
applicable.
d. Mengetahui kebutuhan dan masalah yang dirasakan masyarakat
mengenai kesehatan.
e. Menseleksi sampel yang dapat mewakili komunitas dalam
wilayahnya.
f. Menyelenggarakan pengumpulan data di komunitas untuk
mendapatkan berbagai informasi yang relevan dengan pembuatan
diagnosis komunitas.
g. Mendapatkan informasi epidemiologik untuk berbagai kejadian
yang ada di komunitas, termasuk masalah gizi dan gangguan yang
berkaitan dengan kesehatan.
h. Menganalisis data yang dihasilkan dari survei komunitas.
i. Membicarakan hasil interpretasi data dengan penduduk dan
menyusun upaya pemecahan masalah yang sesuai.
j. Menilai hasil pemecahan masalah kesehatan di komunitas.
k. Menyusun laporan diagnosis komunitas disajikan dalam forum
terbuka.
C. PERBEDAAN DIAGNOSIS INDIVIDUAL DENGAN KOMUNITAS

No. Parameter Diagnosis Individual Diagnosis Komunitas


1. Informasi Bagaimana riwayat Bagaimana proses
yang penting alamiah penyakit yang perjalanan penyakit dan
lebih spesifik, peran faktor risiko status
perkembangan, gizi, lingkungan,
prognosis, terapi, status perilaku dimana
gizi, individu yang keluarga, komunitas dan
menjadi perhatian masyarakat yang
/sasarannya. menjadi perhatian
/sasarannya.
2. Langkah- Anamnesis, Analisis situasi,
langkah pemeriksaan fisik, identifikasi masalah,
kegiatan pemeriksaan penunjang, penyebab masalah,
pemeriksaan diagnostik, prioritas masalah,
pengobatan, perawatan, alternatif pemecahan
dan monitoring serta masalah, penyusunan
follow up. program kerja,
Problem solving yang pelaksanaan,
bersifat individual. pengawasan, dan
monitoring, serta
evaluasi.
Problem solving yang
bersifat komunitas.
3. Sasaran Individual Keluarga unit terkecil,
kegiatan komunitas, dan
masyarakat.

D. KOMPONEN DIAGNOSIS KOMUNITAS


Komponen penting dalam penegakkan diagnosis komunitas sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor internal. Menurut H.L.Blum, bahwa
derajat kesehatan sepenuhnya dipengaruhi oleh empat variabel penting,
diantaranya faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
keturunan. Namun, jika ditinjau dari aspek epidemiologi gangguan
kesehatan sangat dipengaruhi oleh tiga variabel, yaitu agent, host, dan
environment. Oleh karena itu, sehubungan dengan dua konsep diatas perlu
digali informasi yang berhubungan dengan derajat kesehatan komunitas,
antara lain:
1. Demografi dan angka statistikvital penduduk yang penting.
2. Berbagai sebab morbiditas dan mortalitas, berdasarkan spesifik umur,
seks dan lain sebagainya.
3. Pemanfaatan pelayanan kesehatan setempat.
4. Tahapan pemecahan masalah.
5. Pola gizi, pemberian makanan, dan penyapihan anak.
6. Keadaan sosio-kultural dan sosio-ekonomi komunitas.
7. Pola kepemimpinan dan komunikasi dalam komunitas.
8. Kesehatan mental, dan sebab utama gangguan stress.
9. Bagaimana fasilitas higiene lingkungan pada komunitas tersebut.
10. KAP penduduk kaitan dengan kesehatan.
11. Masalah yang terkait dengan epidemioogi deskriptif.
12. Derajat keterlibatan penduduk yang terkait dengan kesehatan.
13. Sebab-sebab kegagalan program kesehatan di komunitas.
E. LANGKAH – LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
Beberapa langkah pemecahan masalah dalam metode diagnosis
komunitas meliputi beberapa tahapan, antara lain:
1. Analisis situasi
2. Identifikasi masalah
3. Prioritas masalah
4. Penyebab masalah
5. Alternatif pemecahan masalah
6. Pelaksanaan dan penyusunan POA
7. Monitoring dan evaluasi
F. TEKNIK PEMECAHAN MASALAH
1. Teknik Identifikasi Masalah
a) Tren
Metode ini menggunakan pendekatan epidemiologi yaitu
mempelajari penyebaran dan distribusi orang, waktu, dan tempat
yang disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.
b) Brainstorming
Metode yang paling efektif untuk mengidentifikasi masalah,
penyebab masalah serta mengajukan solusi sebagai alternatif
pemecahan masalah.
c) Pendekatan sistem
Merupakan kumpulan dari beberapa permasalahan yang saling ada
keterkaitan, saling mempengaruhi, dan saling berinteraksi antara
permasalahan yang satu dengan permasalahan yang lain sehingga
dalam suatu permasalahan perlu diperhatikan hubungan antar
permasalahan tersebut.
d) Flow chart
Merupakan metode yang menggambarkan alur tahapan dalam suatu
proses dengan menggunakan beberapa simbol sederhana dan logis
yang mencerminkan berbagai kegiatan dan keputusan sehingga
menentukan bagaimana proses itu terjadi.
e) Daftar tilik
Merupakan suatu format untuk menandai atau mencatat data yang
diamati secara langsung atau kegiatan yang diinginkan, biasanya
berupa tabel atau daftar isian.
f) Peta radar (radar chart)
Merupakan besarnya kesenjangan atau masalah kinerja program
dengan target kinerja suatu organisasi.
2. Teknik Penentuan Prioritas
a) Brainstorming
Metode ini diarahkan untuk merumuskan dan menetapkan kriteria
prioritas yang sesuai dengan kebutuhan setempat.
b) MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Yaitu menggunakan kriteria majemuk untuk menentukan prioritas
masalah yang didasarkan dengan pemberian skor dan bobot pada
masalah yang teridentifikasi.
c) Metode Delphi
Metode ini sebelumnya digunakan untuk meramal kejadian yang
akan datang.
d) Metode Delbecq
Metode ini dirumuskan dalam kelompok diskusi terarah atau FGD
membahas dan merumuskan kriteria prioritas.
e) Metode Hanlon
Tujuan metode Hanlon, antara lain:
1) Untuk mengidentifikasi berbagai faktor luar yang
mempengaruhi masalah yang ada yang diperlukan dalam proses
penentuan prioritas masalah
2) Mengiventarisasi berbagai faktor tersebut dan memberikan
bobot terhadap kelompok faktor
3) Memungkinkan terjadi perubahan faktor dan nilai sesuai
dengan keperluan.
3. Faktor-faktor PEARL
Faktor PEARL bertujuan untuk menjamin terselenggaranya
kesinambungan program dengan baik. PEARL terdapat beberapa
idikator, antara lain:
P = Kesesuaian (appropiateeness)
E = Secara ekonomi murah (economic feasibility)
A = Dapat diterima (acceptability)
R = Tersedianya sumber (resources availability)
L = Legalitas terjamin (Legality)
4. Metode USG
Metode ini merupakan semi kuantitatif untuk menentukan prioritas
masalah dengan memperhatikan aspek U (urgency), S (seriousness),
dan G (growth).
5. Teknik Pemecahan Masalah
SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor kunci
yang digunakan dalam memecahkan permasalahan terhadap kelemahan
atau hambatan yang ditemukan. Sumber data beberapa faktor kunci
diperoleh melalui brainstorming, hasil survei, kuesioner, dan lain
sebagainya.
6. Teknik Evaluasi

LO 2. Mahasiswa mampu menjelaskan identifikasi masalah


Masalah merupakan kesenjangan (gap) antara harapan dengan
kenyataan. Cara perumusan masalah yang baik adalah kalau rumusan tersebut
jelas menyatakan adanya kesenjangan. Kesenjangan tersebut dikemukakan
secara kualitatif dan dapat pula secara kuantitatif. Penentuan masalah dapat
dengan cara membandingkan dengan yang lain, memonitor tanda-tanda
kelemahan, membandingkan capaian saat ini dengan tujuan atau dengan
capaian sebelumnya, checklist, brainstorming dan dengan membuat daftar
keluhan.
Penentuan prioritas masalah dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang
dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk
menentukan urutan masalah dari yang paling penting sampai yang kurang
penting.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan, yakni:
1. Besarnya masalah yang terjadi
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan

LO 3. Mahasiswa mampu menjelaskan penentuan prioritas


Kegiatan identifikasi masalah menghasilkan banyak masalah
kesehatan yang menunggu untuk ditangani. Karena keterbatasan sumber daya
baik biaya, tenaga dan teknologi, maka tidak semua masalah tersebut dapat
dipecahkansekaligus (direncanakan pemecahannya). Untuk itu maka harus
dipilih masalah yang mana yang ‘feasible’ untuk dipecahkan. Proses
pemilihan prioritas masalah dapat dilakukan melalui dua cara, yakni:
1. Melalui teknik skoring, yakni memberikan nilai (scor) terhadp masalah
tersebut dengan menggunakan ukuran (parameter) antara lain:
a. Prevelensi penyakit (prevelence) atau besarnya masalah.
b. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut
(severity).
c. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree
of umeet need).
d. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social
benefit).
e. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical
feasibility).
f. Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah (reseources availability).
Masing-masing ukuran tersebut diberi nilai berdasarkan justifikasi kita,
bila masalahnya besar diberi 5 paling tinggi, dan bila sangat kecil diberi
nilai 1. Kemudian nilai-nilai tersebut dijumlahkan. Masalah yang
mempunyai nilai tertinggi (terbesar) adalah yang di prioritaskan, masalah
yang memperoleh nilai terbesar kedua dan selanjutnya.
2. Melalui teknik non skoring
Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi
kelompok, oleh sebab itu, juga disebut nominal group technique (NGT).
Ada dua NGT, yakni:
a. Delphi technique: yaitu masala-masalah didiskusikan oleh sekelompok
orang yang mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut
akan menghasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama.
b. Delbeg technique: menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik
ini adalah juga melalui dikusi kelompok, namun peserta diskusi terdiri
dari para peserta yang tidak sama keahliannya, maka sebelumnya
dijelaskan dulu, sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama
terhadap masalah-masalah yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah
prioritas masalah yang disepakati bersama.

LO 4. Mahasiswa mampu menjelaskan evaluasi solusi


1. Input Evaluation (Evaluasi Masukan)
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi
masukan. Menurut Eko Putro Widoyoko, evaluasi masukan membantu
mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative
apa
yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan
bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi
masukan meliputi :
a. Sumber daya manusia,
b. Sarana dan peralatan pendukung,
c. Dana atau anggaran, dan
d. Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan.
Dalam hal ini pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan pada
tahap evaluasi masukan ini adalah:
a. Apakah makanan yang diberikan kepada siswa berdampak jelas pada
perkembangan siswa?
b. Berapa orang siswa yang menerima dengan senang hati atas makanan
tambahan itu?
c. Bagaimana reaksi siswa terhadap pelajaran setelah menerima makanan
tambahan?
d. Seberapa tinggi kenaikan nilai siswa setelah menerima makanan
tambahan?
Menurut Stufflebeam sebagaimana yang dikutip Suharsimi
Arikunto, mengungkapkan bahwa pertanyaan yang berkenaan dengan
masukan mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong
diselenggarakannya program yang bersangkutan
2. Process Evaluation (Evaluasi Proses)
Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam Eko Putro Widoyoko
menjelaskan bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan : “ 1) do
detect or predict in procedural design or its implementation during
implementation stage, 2) to provide information for programmed decision,
and 3) to maintain a record of the procedure as it occurs “. Evaluasi proses
digunakan untuk menditeksi atau memprediksi rancangan prosedur atau
rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan
informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip
prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian
yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program.
Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh
mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi proses dalam model
CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam
program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab
program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP,
evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan
didalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana.
Oleh Stufflebeam diusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk proses
sebagai berikut:
a. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal?
b. Apakah staf yang terlibat didalam pelaksanaan program akan sanggung
menangani kegiatan selama program berlangsung dan kemungkinan
jika dilanjutkan?
c. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara
maksimal?
d. Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan
program dan kemungkinan jika program dilanjutkan?
3. Product Evaluation (Evaluasi Produk/Hasil)
Sax (1980:598) dalam Eko Putro Widoyoko memberikan
pengertian evaluasi produk/hasil adalah “ to allow to project director (or
techer) to make decision of program “. Dari evaluasi proses
diharapkan dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk membuat
keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir, maupun modifikasi
program. Sementara menurut Farida Yusuf Tayibnapis (2000 : 14) dalam
Eko Putro Widoyoko menerangkan, evaluasi produk untuk membantu
membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai
maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan.
Dari pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpuan bahwa, evaluasi
produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat
ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator
dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah
suatu program dapat dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan
dihentikan.
Pada tahap evaluasi ini diajukan pertanyaan evaluasi sebagai
berikut:
a. Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?
b. Pernyataan-pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan
antara rincian proses dengan pencapaian tujuan?
c. Dalam hal apakah berbagai kebutuhan siswa sudah dapat dipenuhi
selama proses pemberian makanan tambahan (misalnya variasi
makanan, banyaknya ukuran makanan, dan ketepatan waktu
pemberian)?
d. Apakah dampak yang diperoleh siswa dalam waktu yang relatif
panjang dengan adanya program makanan tambahan ini?

LO 5. Mahasiswa mampu menjelaskan problem solving dengan SMART


SMART (Specific, Measurable, Attainable, realistic dan time-
bounf) merupakan model utama dalam penysunan sebuah ssaran, target
ataupun tujuan dalam manajemen. Hal ini karena penyusunan dengan model
SM ART dapat memberikan gambaran yang jelas dan spesifik dalam
perancangan dan pelaksanaan sebuah usaha untuk mencapai tujuan atau
memecahkan masalah. Penyusunan tujuan dengan model SMART pertama
kali dikenalkan oleh George T. Doran pada tahun 1981 sebagai lima kriteria
yang penting bagi sebuah tujuan untuk tercapai dengan baik.
Menurut Latham (1990) dalam penetapan sebuah tujuan terdapat
komponen yang penting yaitu:
1. Hal yang ingin dicapai atau dirubah
2. Indikator perubahan yang harus dapat terukur
3. Indikator harus realistik dan dapat dicapai
4. Perubahan yang ingin dicapai harus diukur dalam jangka waktu yang
realistis.

Oleh karena itu, model SMART mepunyai kempat komponen


tersebut, yaitu:
1. Specific: hasil yang ingin dicapai harus spesifik,
2. Measurable: mencerminkan indikator yang harus dicapai
3. Attainable: merepresentasikan bahwa hasil yang ingin dicapai harus
relevan
4. Realistic: hasil yang dapat dicapai dengan jumlah sumber daya yang
memadai dan realistis.
5. Time-boud: jangka waktu yang diinginkan dalam mencapai hasil yang
diinginkan.

Contoh model SMART.


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Pelayanan kesehatan harus mampu mengatasi masalah kesehatan
masyarakat. Tahapan dalam penyelesaian masalah kesehatan masyarakat
(problem solving cycle) antara lain: menganalisis situasi, identifikasi dan
menentukan prioritas masalah kesehatan, merumuskan tujuan/sasaran,
menganalisis kemungkinan penyebab masalah, melakukan inovasi dalam
pemecahan masalah, pelaksanaan kegiatan, serta mengevaluasi dan
penyusunan laporan kegiatan. Dalam penentuan prioritas masalah kesehatan
dapat menggunakan metode skoring ataupun non skoring.

B. SARAN
1. Diharapkan mahasiswa lebih memahami tentang tugas, wewenang, prinsip
tentang pelayanan kesehatan primer khusunya dokter keluarga.
2. Diharapkan setelah memahami tentang kedokteran keluarga melalui
diskusi tutorial, dapat diaplikasikan dikemudian hari.
3. Dalam diskusi, diharapkan mahasiswa lebih aktif dalam menyampaikan
pendapat sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ogbeiwi, O. (2017) “Why written objectives need to be really SMART,” 23(7).


Anderson, Foster. 2006. Antropologi Kesehatan (Ed. Terjemahan). Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Committee on Quality of Health Care in America: Institute of Medicine. Crossing
the Quality Chasm: A New Health System for the 21st Century.
Washington, DC, The National Academies Press, 2001
Hitchcock, J.E, Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing:
Caring in action. USA: Delmar Publisher.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to
advanced skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in
nursing. 4th ed. New York: Springer.

Anda mungkin juga menyukai