Anda di halaman 1dari 54

KELOMPOK 1

PEMICU 2

FASILITATOR : dr. Indria Augustina, M.Si


ANGGOTA :
Jesika Sindy Claudia
Lira Septari
Aqualytta Setianingtyas Rivai
Cindy Ayu Fitri
Samuel Manurung
Ni Nyoman Putri Riasni
Nur Octvianty
Gabrina Watari
Meyustina Noviantika Sitohang
Uryano Agianthoni Djoedir
KATA SULIT
• Nafas : yaitu udara yang dihisap melalui hidung atau mulut
akan dikeluarkan kembali dari paru-paru

• Merasa lelah : Kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya


tenaga untuk melakukan suatu kegiatan

• Tersengal-sengal : yaitu , terputus-putus atau tertahan


KATA KUNCI
• Keenish (21 tahun)
• Mendaki gunung
• Lelah
• Nafas tersengal-sengal dan jantung berdetak cepat
IDENTIFIKASI MASALAH

Keenish(21 tahun) mendaki gunung dan dalam


perjalanan merasa lelah disertai dengan nafas yang
tersengal-sengal dan jantung berdetak lebih cepat
ANALISIS MASALAH

Keenish (21 tahun)

Mendaki gunung

Merasa lelah Jantung


Nafas berdetak
tersengal cepat
Nafas Jantung berdetak
tersengal cepat Fisiologi Biokimia

Sistem
Sistem respirasi Kardiorespirasi

Embriologi Histologi Anatomi Fisiologi Biokimia


HIPOTESIS
Tekanan atmosfer yang ada digunung menyebabkan menurunnya
oksigen yang dihirup dan diproses pada sistem kardiorespirasi
yang menyebabkan Kennish mengalami aklimitasi berupa nafas
tersengal-sengal dan jantung berdetak cepat.
PERTANYAAN TERJARING
1. Bagaimana Embriologi dari sistem respirasi ?
2. Bagaimana Histologi dari sitem respirasi ?
3. Jelaskan Anatomi dari sistem respitasi !
4. Bagaimana Fisiologi dari sistem respirasi ?
5. Bagaimana biokimia dari sistem respirasi ?
6. Jelaskan volume dan kapasitas dari paru !
7. Jelaskan bagaimana fisiologi sistem kardio !
8. Jelaskan bagaimana biokimia dari sistem kardio !
9. Apa hubungannya ketika mendaki gunung dengan gejala tersebut ?
10. Apa hubungan ketinggian dengan kardiorespirasi ?
EMBRIOLOGI SISTEM RESPIRASI
HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI
Susunan Epitel Olfakorius
Epitel bertingkat silindris(modifikasi)
• Sel neuron bipolar
• Sel sustentakular
• Sel basal

1. Laring
Struktur histologi :
– mukosa :
• epithelium stratum squamosum non cornoficatum (epiglotis dan
plica vokalis)
• epithelium pseudostratum ciliare
– submukosa / lamina propria : serabut elastik dan kelenjar
seromukus epiglotis dan
plica vokalis
2. Trakea
Terdiri atas 3 lapisan (dlm ke luar) :
1. Tunica mucosa :
• Epitelium pseudostratum ciliare
• membrana basalis
• lamina fibrarum elasticarum : glandula trakealis
2. Tunica fibromuscular : Cartilago hialin
3. tunica adventitia

3. Bronchus
• Tunika mukosa → lamina propria kelenjar lendir > serabut elastis
dan serat kolagen
• Tunika musculocartilagenia → otot polos spiral (m.spiralis ) →
kontraksi menyebabkan mukosa melipat ; cartilago Hialin (cartilage
bronchialis)
• Tunika adventitia → jaringan ikat longgar, sedikit jaringan lemak dan
noduli limpatici
4. Bronchiolus
• Diameter < 1 mm
• Struktur mucosa :
- epithelium simplex columnare ciliatum (bronchiolus)
- epithelium simplex kuboid (bronchiolus terminalis)
• Lapisan otot polos >> otot broncus
• Tulang rawan, kelenjar dan noduli lymphatici (-)
• Sel goblet <<, tersebar sel Clara diantara sel epitel

5. Septum Interalveolare
Tersusun oleh :
– Sel :
• Endotheliocytus
• Epitheliocytus :
– sel alveolar I/pneumonosit tipe I
– sel alveolar II/pneumonosit tipe II
• Macrofag alveolaris : sel dust
– Serabut retikulin dan elastika
ANATOMI SISTEM RESPIRASI
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI
• ( Respirasi / “pernafasan”) terbagi menjadi 2, yakni pernapasan eksterna dan
pernapasan interna.
• Pernapasan eksterna yaitu penyerapan 02 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara
keseluruhan.
• Pernapasan interna yaitu penggunaan 02 dan pembentukan CO2 oleh sel serta
pertukaran gas di antara sel tubuh dan media cair di sekitarnya.
• Pada saat istirahat, frekuensi pernapasan manusia normal berkisar antara 12 – 15
kali per menit.
• Sedangkan pada saat sekali bernapas, sekitar 500 mL udara, atau 6 – 8 L udara per
menit, dihirup dan dikeluarkan dari paru.
• Tahap selanjutnya, melalui proses difusi sederhana, 02 masuk ke dalam alveoli.,
maka 500 mL udara yang masuk, akan terbagi menjadi 250 mL 02 per menit masuk
ke dalam tubuh, sedangkan sisa nya 250 mLCo2 akan dikeluarkan dari dalam
tubuh.
MEKANISME PERNAPASAN / MEKANISME RESPIRASI :
• Pada keadaan normal, ditemukan selapis tipis cairan di antara
paru dan dinding dada yang disebut “Ruang Intrapleura”.
• Paru dengan mudah dapat bergeser sepanjang dinding dada,
tapi susah dipisahkan dari dinding dada, jadi paru dan dinding
dada ini, sama hal nya seperti dua lempeng kaca basah yang
bisa digeser, tetapi tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan
ada nya tekanan intrapleura dari “cairan selapis tipis / cairan
intrapleura” serta sifat nya yang subatmosferik.
• Jika dinding dada dibuka, maka paru akan kolaps, dan bila
paru kehilangan elastisitasnya, maka dada akan mengembang
dan bentuk nya berubah menyerupai gentong.
Terdapat 2 mekanisme pada mekanisme pernapasan yakni
inspirasi & ekspirasi.
• INSPIRASI = Proses aktif & EKSPIRASI = Proses pasif.
• Pada INSPIRASI terjadi kontraksi otot yang akan meningkatkan
volume intra toraks. Tekanan intrapleura di bagian basis paru
akan turun dari nilai normal sekitar -2,5mmHg ( relatif
terhadap tekanan atmosfer ). Pada awal inspirasi, menjadi -6
mmHg. Jaringan paru semakin teregang . tekanan di dalam
saluran udara menjadi sedikit lebih negatif, dan udara
mengalir ke dalam paru. Pada tahap akhir inspirasi, daya recoil
paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan
ekspirasi, sampai tercapai keseimbangankembali antara daya
recoil jaringan paru dan dinding dada., tekanan di saluran
udara menjadi sedikit lebih positif, dan udara mengalir
meninggalkan paru.
• Pada EKSPIRASI tidak memerlukan kontraksi otot untuk
menurunkan volume intratoraks, pada awal EKSPIRASI
ini kontraksi otot inspirasi masih terjadi. Kontraksi otot
pada tahap INSPIRASI ini sendiri sebagai peredam daya
recoil paru dan memperlambat ekspirasi.
• Pada tahap INSPIRASI kuat, tekanan intrapleura turun
mencapai -30mmHg, maka jaringan paru mengalami
pengembangan menjadi lebih besar.
• Apabila ventilasi meningka, derajat pengemisan jaringan
paru, juga ditingkatkan oleh kontraksi aktif otot ekspirasi,
yang menurunkan volume intratoraks.
BIOKIMIA SISTEM RESPIRASI
TEKANAN O2 DAN CO2 DALAM
PARU, DARAH DAN JARINGAN
Gas dapat bergerak dengan cara difusi, yang disebabkan
oleh perbedaan tekanan. O2 berdifusi dari alveoli ke dalam
darah kapiler paru karena PO2 alveoli > PO2 darah paru.
Lalu di jaringan, PO2 yang tinggi dalam darah kapiler
menyebabkan O2 berdifusi ke dalam sel. Selanjutnya, O2
dimetabolisme membentuk CO2. PCO2 meningkat,
sehingga CO2 berdifusi ke dalam kapiler jaringan.
Demikian pula, CO2 berdifusi keluar dari darah, masuk ke
alveoli karena PCO2 darah kapiler paru lebih besar
Hemoglobin merupakan protein dalam eritrosit,
yang berfungsi untuk:
• mengikat dan membawa O2 dari paru-paru ke
seluruh jaringan tubuh
• mengikat dan membawa CO2 dari seluruh
jaringan tubuh ke paru-paru
• memberi warna merah pada darah
• mempertahankan keseimbangan asam basa
dari tubuh
PENGANGKUTAN O2

O2 yang diangkut darah terdapat dalam 2 bentuk, yang terlarut dan terikat secara kimia
dengan Hb. Jumlah O2 terlarut plasma darah berbanding lurus dengan tekanan
parsialnya dalam darah. Pada keadaan normal, jumlah O2 terlarut sangat sedikit, karena
kelarutannya dalam cairan tubuh sangat rendah. Pada PO2 darah 100mmHg, hanya + 3
mL O2 yang terlarut dalam 1 L darah. Dengan demikian, pada keadaan istirahat, jumlah
O2 terlarut yang diangkut hanya + 15 mL/menit. Karena itu, transpor O2 yang lebih
berperan adalah dalam bentuk ikatan dengan Hb.
Hb dapat mengikat 4 atom O2 per tetramer (1 @ subunit heme), atom O2 terikat pada
atom Fe2+, pada ikatan koordinasi ke-5 heme. Hb yang terikat pada O2 disebut
oksihemoglobin (HbO2) dan yang sudah melepaskan O2 disebut deoksihemoglobin. Hb
dapat mengikat CO menjadi karbonmonoksidahemoglobin (HbCO), yang ikatannya
200x lebih besar daripada dengan O2. Dalam keadaan lain, Fe2+ dapat teroksidasi
menjadi Fe3+ membentuk methemoglobin (MetHb).
Yang menyebabkan O2 terikat pada Hb adalah jika sudah terdapat molekul O2 lain pada
tetramer yang sama. Jika O2 sudah ada, pengikatan O¬2 berikutnya akan lebih mudah.
Sifat ini disebut ‘kinetika pengikatan komparatif’, yaitu sifat yang memungkinkan Hb
mengikat O2 dalam jumlah maksimal pada organ respirasi dan memberikan O2 secara
maksimal pada PO2 jaringan perifer. Pengikatan O2 disertai putusnya ikatan garam
antar residu terminal karboksil pada keseluruhan 4 subunit. Pengikatan O2 berikutnya
dipermudah karena jumlah ikatan garam yang putus menjadi lebih sedikit. Perubahan
ini mempengaruhi struktur sekunder, tersier dan kuartener Hb, sehingga afinitas heme
terhadap O2 meningkat. Setiap atom Fe mampu mengikat 1 molekul O2 sehingga tiap
molekul Hb dapat mengikat 4 molekul O2. Hb dikatakan tersaturasi penuh dengan O2
bila seluruh Hb dalam tubuh berikatan secara maksimal dengan O2. Kejenuhan Hb oleh
O2 sebanyak 75% bukan berarti 3/4 bagian dari jumlah molekul Hb teroksigenasi
100%, melainkan rata-rata 3 dari 4 atom Fe dalam setiap molekul Hb berikatan dengan
O2.
Faktor terpenting untuk menentukan % saturasi HbO2 adalah PO2 darah.
Menurut hukum kekekalan massa, bila konsentrasi substansi pada reaksi
reversibel rneningkat, reaksi akan berjalan ke arah berlawanan. Bila
diterapkan di reaksi reversibel Hb& O2, maka peningkatan PO2 darah
akan mendorong reaksi kekanan, sehingga pembentukan HbO2 (%
saturasi HbO2) meningkat. Sebaliknya penurunan PO2, menyebabkan
reaksi bergeser ke kiri, O2 dilepaskan Hb, sehingga dapat diambil
jaringan.
PENGANGKUTAN CO2

CO2 yang dihasilkan metabolisme jaringan akan berdifusi ke dalam


darah dan diangkut dalam 3 bentuk, yaitu:
• CO2 terlarut  Daya larut CO2 dalam darah > O2, namun pada
PCO2 normal, hanya +10% yang ditranspor berbentuk terlarut.
• Ikatan dengan Hb dan protein plasma
+30% CO2 berikatan dengan bagian globin dari Hb, membentuk
HbCO2 (karbaminohemoglobin). Deoksihemoglobin memiliki afinitas
lebih besar terhadap CO2 dibandingkan O2. Pelepasan O2 di kapiler
jaringan meningkatkan kemampuan pengikatan Hb dengan CO2.
Sejumlah kecil CO2 juga berikatan dengan protein plasma (ikatan
karbamino), namun jumlahnya dapat diabaikan. Kedua ikatan ini
merupakan reaksi longgar dan reversibel.
• Ion HCO3  60-70% total CO2. Ion HCO3 terbentuk dalam eritrosit melalui
reaksi: CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3-
Setelah melepas O2, Hb dapat langsung mengikat CO2 dan mengangkutnya dari paru
untuk dihembuskan keluar. CO2 bereaksi dengan gugus α-amino terminal
hemoglobin, membentuk karbamat dan melepas proton yang turut menimbulkan efek
Bohr. Konversi ini mendorong pembentukan jembatan garam antara rantai α dan β,
sebagai ciri khas status deoksi. Pada paru, oksigenasi Hb disertai ekspulsi, kemudian
ekspirasi CO2.
Dengan terserapnya CO2 ke dalam darah, enzim karbonik anhidrase dalam
eritrosit akan mengkatalisis pembentukan asam karbonat, yang langsung
berdisosiasi menjadi bikarbonat dan proton. Membran eritrosit relatif
permeabel bagi ion HCO3, namun tidak untuk ion H. Akibatnya, ion HCO3
berdifusi keluar eritrosit mengikuti perbedaan konsentrasi, tanpa disertai difusi
ion H. Untuk mempertahankan pH tetap netral, keluarnya ion HCO3
diimbangi dengan masuknya ion Cl ke dalam sel, yang dikenal sebagai
‘chloride shift’. Ion H di dalam eritrosit akan berikatan dengan Hb. Karena
afinitas deoksihemoglobin terhadap ion H > O2, sehingga walaupun jumlah
ion H dalam darah meningkat, pH relatif tetap karena ion H berikatan dengan
Hb. Fenomena pembebasan O2 dari Hb yang meningkatkan kemampuan Hb
mengikat CO2 dan ion H dikenal sebagai efek Haldene.
Dalam paru, proses tersebut berlangsung terbalik, yaitu seiring terikatnya Hb
dan O2, proton dilepas dan bergabung dengan bikarbonat, sehingga terbentuk
asam karbonat. Dengan bantuan enzim karbonik anhidrase, asam karbonat
membentuk gas CO2 yang dihembuskan keluar. Jadi, pengikatan O2 memaksa
ekspirasi CO2. Fenomena ini dinamakan efek Bohr.
1.MEKANISME PARU DALAM
HOMEOSTASIS DARAH

A. Pd keadaan ASIDOSIS METABOLIK


(pH drh )
H2CO3 dlm drh dpt dikurangi dg cara
RR meningkat,
shg akan lbh banyak CO2 yg keluar mll
paru.
Sebaliknya :

B. Pd keadaan ALKALOSIS
METABOLIK (pH drh )
RR menurun , shg CO2 ditahan dlm paru
dg akibat
pH drh menurun.
C
O2

C
O2 H2
O
H 2C
O3

RX.
METABO H HC
+ O3 -
LIK
Gambar: Kerja paru dalam mempertahankan pH
HUBUNGAN ANTARA PCO2 &
pH DARAH
VOLUME DAN KAPASITAS DARI
PARU
Volume paru dan kapasitas paru merupakan gambaran fungsi
ventilasi sistem pernapasan. Dengan mengetahui besarnya
volume dan kapasitas fungsi paru dapat diketahui besarnya
kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi paru.
a. Volume Paru
Empat macam volume paru tersebut jika semuanya dijumlahkan,
sama dengan volume maksimal paru yang mengembang atau
disebut juga total lung capacity, dan arti dari masing-masing
volume tersebut adalah sebagai berikut :
1. Volume tidal merupakan jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap kali
inspirasi atau ekspirasi pada setiap pernapasan normal. Nilai rerata pada
kondisi istirahat = 500 ml. 

2. Volume cadangan inspirasi merupakan jumlah udara yang masih dapat masuk
ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa dan diatas
volume tidal, digunakan pada saat aktivitas fisik. Volume cadangan inspirasi
dicapai dengan kontraksi maksimal diafragma, musculus intercostalis
eksternus dan otot inspirasi tambahan. Nilai rerata = 3000 ml.

3. Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara yang dapat dikeluarkan
secara aktif dari dalam paru melalui kontraksi otot ekspirasi secara maksimal,
setelah ekspirasi biasa. Nilai rerata = 1000 ml. 

4. Volume residual merupakan udara yang masih tertinggal di dalam paru setelah
ekspirasi maksimal. Volume ini tidak dapat diukur secara langsung
menggunakan spirometri. Namun, volume ini dapat diukur secara tidak
langsung melalui teknik pengenceran gas yang melibatkan inspirasi sejumlah
gas tertentu yang tidak berbahaya seperti helium. Nilai rerata = 1200 ml.
b. Kapasitas Paru
Kapasitas paru merupakan jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke dalam
paru seseorang secara maksimal. Jumlah oksigen yang dapat dimasukkan ke
dalam paru akan ditentukan oleh kemampuan compliance sistem pernapasan.
Semakin baik kerja sistem pernapasan berarti volume oksigen yang diperoleh
semakin banyak.
 Kapasitas vital yaitu jumlah udara terbesar yang dapat dikeluarkan dari
paru dalam satu kali bernapas setelah inspirasi maksimal. Kapasitas vital
mencerminkan perubahan volume maksimal yang dapat terjadi di paru.
Kapasitas vital merupakan hasil penjumlahan volume tidal dengan volume
cadangan inspirasi dan volume cadangan ekspirasi. Nilai rerata = 4500 ml.
 Kapasitas inspirasi yaitu volume udara maksimal yang dapat dihirup pada
akhir ekspirasi biasa. Kapasitas inspirasi merupakan penjumlahan volume
tidal dengan volume cadangan inspirasi. Nilai rerata = 3500 ml.
 Kapasitas residual fungsional yaitu jumlah udara di paru pada akhir
ekspirasi pasif normal. Kapasitas residual fungsional merupakan
penjumlahan dari volume cadangan ekspirasi dengan volume residual. Nilai
rerata = 2200 ml.
 Kapasitas total paru yaitu jumlah udara dalam paru sesudah inspirasi
maksimal. Kapasitas total paru merupakan penjumlahan dari keseluruhan
empat volume paru atau penjumalahan dari kapasitas vital dengan volume
residual. Nilai rerata = 5700 ml.
FISIOLOGI SISTEM KARDIO

Udara sebagian besar masuk ke dalam tubuh melalui


hidung. Setelah melalui saluran hidung dan faring,
tempat udara pernapasan dihangatkan dan dilembabkan
oleh uap air, udara inspirasi berjalan menuruni trakea
melalui bronkus, bronkiolus, bronkiolus respiratorius,
dan duktus alveolaris. Paru dan dinding dada
merupakan struktur yang elastis.
Di dalam darah telah terdapat suatu protein pengikat O2
yang disebut hemoglobin. Dengan adanya hemoglobin
ini akan meningkatkan kemampuan darah untuk
mengangkut O2. Sistem pengangkut O2 di tubuh terdiri
atas respirasi dan kardiovaskuler. Pengangkutan O2
menuju jaringan tertentu bergantung pada jumlah O2
yang masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas di
paru yang adekuat, aliran darah menuju jaringan, dan
kapasitas darah untuk mengangkut O2.
Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jalinan
vaskuler di jaringan serta curah jantung. Jumlah O2 di
dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, O2
yang terikat dengan protein hemoglobin di dalam darah
akan menuju jantung kiri yang kemudian dipompakan
ke seluruh jaringan tubuh. Kemudian setelah
terdifusinya O2 ke dalam jaringan tubuh sebagai
gantinya darah akan membawa CO2 dan berbagai zat
hasil metabolisme untuk dikembalikan ke paru untuk
dibuang selama ekspirasi dan begitu seterusnya.
Sirkulasi Darah
BIOKIMIA SISTEM KARDIO
Otot jantung identik dengan otot skelet/otot lurik (striata) pada sistem aktin-
miosin-tropomiosin-troponin. Berbeda dengan otot skelet, pada otot jantung
kontraksi berirama. Sistem tubuler T berkembang, RE otot jantung sedikit
mengandung Ca2+ , kontraksi lebih sedikit dan otot jantung tergantung Ca2+
ekstraseluler. Jika otot tidak mendapat Ca2+ akan berhenti berdenyut 1 menit
dan bila otot skelet terus dapat berkontraksi sekalipun tanpa Ca2+ kstraseluler.
Dalam hal ini AMP Siklik berperan penting. Peran cAMP yaitu memodulasi
kadar intraseluler Ca2+ . Protein Kinase akan menfosforilasi protein
pengangkut dalam sarkolema, pengatur troponin-tropomiosin (mempengaruhi
Kadar intraseluler Ca2+ ). Ion Ca2+ memasuki miosit lewat Saluran Ca2+ dan
meninggalkannya lewat penukar Na2+ -Ca2+ dan Ca2+ -ATPase. Ion Ca2+
yang berperan kontraksi otot jantung dalam pengaturan keluar masuk miosit.
Apa hubungannya ketika mendaki
gunung dengan gejala tersebut ?
SISTEM
KETINGGIAN
KARDIORESPIRASI

Jantung memompa darah


lebih cepat agar suplai
SEMAKIN TINGGI SUATU
kebutuhan oksigen dalam
DARATAN MAKA,
sel/Jaringan tubuh dapat
SEMAKIN SEDIKIT
terpenuhi
OKSIGEN (O2) YANG
DAPAT DIHIRUP

Ventrikel jantung
mempompa darah ke
Menyebabkan Tubuh paru paru juga lebih
Kekurangan O2 dalam cepat sehingga terjadi
darah perbedaan tekanan
pada rongga dada
menyebabkan
terjadinya Inspirasi-
Ekshalasi lebih cepat
(tersengal sengal)
PENGARUH
KETINGGIAN PADA
KARDIORESPIRASI?
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai