Anda di halaman 1dari 33

KHOTBAH YOHANES 10 : 11 – 21

RENUNGAN PAGI

Gembala yang baik (Yoh 10:11,15)

Date: Juni 22, 2021Author: trisfant0 Komentar

Yoh 10: 11 Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-
dombanya; (15) sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan
nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.

Gembala domba yang baik adalah gembala domba yang bersedia mati bagi domba- dombanya. Nabi
Amos berbicara tentang gembala yang baik yang menyelamatkan dua potong kaki atau sebagian dari
daun telinga dari mulut singa (Amos 3:12). Hukum Taurat juga menetapkan sebuah peraturan bahwa
jika binatang itu benar-benar diterkam oleh binatang buas, maka ia harus membawanya sebagai
bukti (Kel 22:15). Maksudnya adalah gembala mesti membawa pulang bukti bahwa dombanya telah
mati dan tidak mampu melindunginya. Daud adalah contoh gembala yang baik. Pada waktu dia
menjaga domba- domba ayahnya, dia harus berkelahi melawan singa dan beruang (1 Samuel 17:34-
360) Seorang penulis, Dr. W. M. Thomson, mengatakan: bahwa para gembala menceritakan
kepadanya tentang perkelahian mereka melawan binatang buas dan melawan pencuri maupun
perampok. Hal ini sering kali terjadi. Ada seorang gembala yang setia dan dia mati ketika melawan
perampok -perampok badui di antara Tiberias dan tabor, gembala itu dicincang dengan kelewang
sampai mati di antara domba-dombanya.

Gembala yang baik mengasihi domba-dombanya dan bersedia mati untuk domba-dombanya.
Namun matinya sang gembala domba ini, bukanlah sebuah keuntungan bagi domba-dombanya.
Coba bayangkan, kalau gembalanya mati ketika membela kawanan kambing dombanya, apa yang
akan terjadi dengan kambing domba sang gembala? Mereka akan diterkam oleh binatang buas atau
dirampok oleh para perampok. Gembalanya hanya sekedar baik dan mau memberikan nyawanya
bagi domba-dombanya, tetapi tidak punya kemampuan menyelamatkan dombanya.,

Lalu bagaimana dengan Tuhan Yesus ketika Dia mengatakan: Akulah gembala yang baik? Gembala
yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; Apakah itu berarti bahwa Tuhan Yesus
hanya sekedar baik, bersedia memberikan nyawanya bagi domba- dombanya? dan setelah Dia mati,
maka domba-dombanya tercerai berai? Tentu tidak demikian. Gembala kambing domba, ketika mati,
akan menyebabkan bahaya bagi domba- dombanya. tetapi ketika gembala agung yakni Tuhan Yesus
mati, akan memberikan keselamatan kepada kita.

Mengapa? sebab kata “baik” yang dipakai oleh Tuhan Yesus adalah bukan hanya kualitas moral saja
melainkan juga ada kuat kuasa. Misalnya, kalau saya mengatakan: dia adalah dokter yang baik. Apa
pendapat saudara mengenai dokter itu? dia dokter yang baik? berarti dokter itu ramah, suka
membantu orang miskin. Kalau pasiennya miskin, dia tidak mau menerima bayaran. Kita bisa
konsultasi dengan dia lewat telepon.

Tetapi kita juga bisa berpikiran seperti ini, ketika mengatakan dia adalah dokter yang baik. Dokter
yang baik bisa berarti dia bagus, pandai mendiagnosis penyakit dan memberikan obat yang tepat.
Dalam kamus Bahasa Indonesia kata baik memang bisa berarti “ hangat, jujur, lurus, manis, ramah,
santun, sopan, sosial, terpuji, tertib; namun bisa juga berarti efektif, efisien, manjur, mujarab,
mustajab, produktif, tokcer

1
Nah. ketika Tuhan Yesus mengatakan : Akulah gembala yang baik, maka itu artinya, Tuhan Yesus
bukan hanya baik hati, tetapi juga memiliki kuat kuasa. Oleh sebab itu ketika Dia mati bagi domba-
dombanya, atau bagi kita, maka itu bukanlah menunjukkan kelemahannya, melainkan kekuatannya.
Dia memberikan nyawanya, bukan dicabut nyawanya. Kematiannya tidak membuat kita binasa,
melainkan membuat kita selamat. Tuhan Yesus tidak kalah ketika Dia mati, melainkan menang.
Kematian gembala domba, akan membuat dombanya binasa diterkam binatang buas, namun
kematian Gembala Agung akan membuat kita diselamatkan.

Doa

Tuhan Yesus kami bersyukur untuk berkat yang paling besar yang Tuhan Yesus berikan melalui
kematian-Mu, yaitu hidup yang kekal. Kami bersyukur untuk banyak hal yang Tuhan berikan kepada
kami, namun kami lebih lagi bersyukur karena anugerah keselamatan yang kami terima. Kami
bersyukur untuk pengorbanan-Mu di atas kayu salib.

Johannis Trisfant
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Gembala yang Baik

6 April 2018

Bacaan Alkitab hari ini : Yohanes 10

Ada banyak gambaran tentang siapakah Yesus Kristus itu. Salah satu gambaran yang sangat
menghibur adalah penjelasan Tuhan Yesus sendiri, "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik
memberikan nyawanya bagi domba-dombanya." (10:11). Gambaran ini akan lebih meresap bila
kita memahami apa yang dilakukan oleh seorang gembala domba pada zaman Alkitab, saat
domba-domba digembalakan secara tradisional. Pada masa itu, seorang gembala harus
membimbing domba-dombanya untuk pergi ke tempat-tempat yang jauh guna mencari rumput
yang segar dan air yang jernih. Perjalanan menggembalakan ke tempat jauh ini kadang-kadang
membuat mereka harus menginap di tempat terbuka di perjalanan. Di tempat terbuka seperti itu,
seorang gembala domba yang baik kadang-kadang harus mempertaruhkan nyawanya untuk
melindungi domba-dombanya dari serangan binatang buas pada waktu malam. Oleh karena itu,
gambaran tentang Tuhan Yesus sebagai gembala yang baik yang rela memberikan nyawanya
untuk melindungi domba-dombanya merupakan gambaran yang membuat kita merasa aman,
terlindung dari semua ancaman bahaya apa pun. Rasa aman ini akan sangat kuat bila kita
meyakini bahwa Yesus kristus adalah Allah yang berkuasa, yang lebih perkasa dari semua
penguasa.

Apakah Anda memiliki keyakinan bahwa Yesus Kristus adalah Gembala yang baik yang selalu
melindungi Anda? Atau sebaliknya, apakah Anda sering merasa ketakutan ketika mendengar
berita tentang bencana alam, aksi terorisme, rencana serangan bom nuklir, wabah penyakit
mematikan, dan sebagainya? Bila Anda yakin bahwa Yesus Kristus adalah Gembala yang baik yang
melindungi Anda, seharusnya Anda tidak takut! [P]

2
"Akulah gembala yang baik.

Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya."

Yohanes 10:11

Yesus Gembala yang Baik: Bagian Kedua (Yoh. 10:14-15)

admin January 6, 2022 6 min read

Photo by hani Pirzadian on Unsplash

Print Friendly, PDF & Email

“Apakah Kekristenan adalah sebuah agama?” KBBI menjabarkan agama sebagai “ajaran, sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.” Menurut definisi ini, Kekristenan bisa digolongkan sebagai agama.

Namun demikian, ada perbedaan mendasar antara Kekristenan dengan agama-agama lainnya di
dunia. Semua agama mengajarkan pemeluknya untuk berusaha meraih yang lebih tinggi (entah
berupa surga, nirwana, atau yang lain). Caranya? Dengan mematuhi perintah agama, melakukan
berbagai ritual keagamaan, dan berbuat baik. Agama-agama mengajarkan bagaimana manusia
bisa mencari Tuhan dan berusaha untuk bisa hidup layak di hadapan-Nya.

Berbeda dengan itu, Alkitab menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang benar dan sungguh-
sungguh mau mencari Allah (Rm. 3:11-12). Semua manusia sudah jatuh dalam dosa, dan karena
itu, sesaleh apapun hidup mereka, tidak ada yang layak di hadapan Allah (Yes. 64:6).

Oleh sebab itu, bukan manusia yang mencari Allah, tetapi justru Allah yang mencari manusia.
Tuhan Yesus berkata, “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang” (Luk. 19:10). Hanya melalui penebusan Kristuslah, manusia bisa disucikan dari dosa-
dosanya dan dipulihkan relasinya dengan Allah, yang tadinya rusak oleh dosa.

Jadi, Kekristenan sangat menekankan relasi (relationship). Perbuatan baik dan aktivitas rohani
dilakukan bukan untuk memperbaiki relasi kita dengan Allah. Tetapi, dilakukan sebagai wujud
ucapan syukur atas relasi kita dengan Allah yang telah dipulihkan oleh Kristus. Tanpa didasari
relasi yang benar dengan Allah, maka semua kebaikan kita tidak mungkin berkenan bagi Allah.

3
Konsep relasi antara Allah dengan umat-Nya ini secara konsisten dinyatakan di dalam Alkitab.
Komitmen Allah untuk mengasihi umat-Nya tidak dapat dipisahkan oleh berbagai kesengsaraan,
tekanan dari para musuh, dan bahkan ketidaktaatan yang dilakukan umat-Nya. Di sepanjang
Perjanjian Lama, berulang kali kita melihat bagaimana Allah dengan sabar menuntun umat-Nya,
yang sering menyeleweng dan menyakiti hati-Nya (Mat. 23:37; Luk. 13:34).

Kemudian, di dalam Injil Yohanes pasal 10 ini, Tuhan Yesus digambarkan sebagai “Gembala yang
Baik.” Gembala yang tidak sekadarnya saja menjaga domba-dombanya, seperti gembala upahan
yang lari melihat kawanan serigala. Tetapi, Gembala yang sangat mengasihi domba-domba-Nya.
Bahkan rela memberikan nyawa-Nya. Gembala ini sangat mengenal domba-domba-Nya, karena
mereka adalah kepunyaan-Nya. Sebaliknya, domba-domba-Nya pun mengenal Sang Gembala,
karena memiliki relasi dengan-Nya.

Jadi, berkat terbesar yang kita dapatkan di dalam Kristus bukanlah hidup kekal. Hidup yang tidak
ada lagi keluh kesah dan ratap tangis. Apalagi, sekadar berkat jasmani di dunia. Tetapi, berkat
terbesar yang kita dapatkan adalah pulihnya relasi dengan Allah. Itulah yang menjadi sumber
sukacita kita, baik selama kita hidup di dalam dunia ini maupun setelah kita dibangkitkan dalam
kekekalan.

Apa sukacita terbesar anda? Bagi domba-domba Tuhan, tiada yang lebih besar sukacitanya
dibanding relasi yang pulih dengan Allah (Photo by Fuu J on Unsplash)

Apa dampaknya di dunia ini jika kita memiliki relasi yang benar dengan Allah?

Pertama, relasi yang benar dengan Allah akan mengikis keraguan kita akan kebaikan-Nya. Salah
satu pergumulan yang sering dihadapi oleh anak-anak Tuhan adalah ketika kehidupan yang tidak
berjalan sesuai dengan keinginan. Musibah bisa datang tiba-tiba secara berkepanjangan. Ketika itu
terjadi, sangat mudah bagi kita untuk meragukan benarkah Allah itu baik.

Tetapi jika kita memiliki relasi yang benar dengan-Nya, maka keadaan sesulit apapun di dunia
tidak akan menggoyahkan kepercayaan kita kepada-Nya. Seperti Ayub, yang tidak habis pikir
mengapa Allah membiarkan dirinya mengalami penderitaan seperti itu. Namun akhirnya,
pengenalan akan Allah memupus semua keraguannya (Ayb. 42:5-6).

Maka, jagalah relasi dengan Allah. Bertekunlah dalam doa, penggalian firman Tuhan, saat teduh,
dan sebagainya. Itu semua akan menguatkan otot-otot rohani kita. Seperti Tuhan Yesus ketika
dicobai, kita juga akan mampu melawan cobaan jika memiliki kekuatan yang didasarkan atas
firman Tuhan.

4
Sebaliknya, jika selama ini kita hanya menghabiskan waktu demi hal-hal yang fana, jangan heran
ketika cobaan datang, kita tidak memiliki kekuatan apa-apa. Bahkan, kehadiran Allah pun akan
sulit kita rasakan.

Kedua, relasi yang benar dengan Allah membuat kita tidak lagi mencari kepuasan di luar Allah.
Apa yang membuat kita puas mencerminkan siapa kita. Seorang hamba uang baru akan merasa
puas ketika mendapat uang. Seorang yang tidak percaya diri baru akan merasa puas ketika
mendapat pengakuan.

Demikian pula, domba-domba Tuhan baru akan merasa puas ketika memiliki relasi dengan
Gembala. Sungguh aneh jika ada domba-domba Tuhan yang justru merasa puas ketika hidup
berjauhan dengan Sang Gembala. Lebih suka menghabiskan waktu untuk mencari keuntungan
dibanding membangun pengenalan akan Tuhan.

Kepuasan yang seperti ini semakin kita kejar justru akan semakin membuat hidup kita hampa
(lihat tokoh-tokoh seperti perempuan Samaria, Zakheus, dan Yudas dalam Injil Yohanes).
Mengapa? Karena itu hal yang fana. Kita akan mudah diombang-ambingkan dengan suara yang
bukan Injil. Bukan hanya berupa ajaran sesat, tetapi juga suara-suara yang menuntun kita untuk
lebih menuruti nafsu kedagingan dibanding menikmati relasi dengan Allah.

Ketiga, relasi yang benar dengan Allah akan membuat kita bisa mengasihi-Nya dengan benar.
Mungkin, selama ini kita sering mendekati Tuhan dengan cara yang salah. Misalnya, taat kepada
Tuhan dengan harapan bisa melunakkan hati-Nya. Kecewa kepada Tuhan ketika mendapat
musibah, padahal sudah merasa habis-habisan untuk Tuhan. Atau, kurang bersyukur karena Tuhan
tidak memberikan kita kehidupan yang luar biasa.

Bukankah itu menandakan bahwa kita belum sungguh-sungguh memiliki relasi dengan-Nya? Kita
tidak menyadari siapa itu Tuhan dan siapa diri kita. Kita juga tidak menyadari betapa besar kasih
yang dianugerahkan kepada kita, sampai-sampai nyawa-Nya sendiri diberikan bagi kita.

Pergumulan lain yang sering dihadapi oleh anak-anak Tuhan adalah tetap taat kepada-Nya
walaupun itu berlawanan dengan pikiran kita. Banyak alasan yang bisa membuat kita ragu bahwa
perintah Tuhan itu baik. Misalnya, kok enak harus mengampuni orang itu? Atau, keadaan sedang
sulit, bagaimana mungkin saya bisa bersaing kalau tetap jujur?

Tanpa memiliki relasi yang benar dengan Allah, maka perintah-Nya akan terasa berat. Dalam Injil
Yohanes, ada murid-murid yang mengundurkan diri setelah mendengarkan perkataan Tuhan

5
Yesus yang “keras” (Yoh. 6:60, 66). Inilah yang membuat banyak orang gagal untuk mendengar
suara Tuhan.

Namun ketika memiliki relasi dengan Allah, maka kita mampu untuk taat menjalankan kehendak-
Nya. Kita tidak akan melakukannya dengan terpaksa atau mengharapkan imbalan (termasuk juga
imbalan “surga,” karena kita sudah mendapatnya di dalam Kristus). Inilah yang membedakan cara
kita mengasihi Allah dengan cara orang dunia mengasihi allah mereka.

Jika relasi dengan Allah membawa dampak yang besar di dunia ini, apalagi dalam kekekalan, maka
tanyakanlah pada diri kita, apakah pikiran dan aktivitas kita selama ini membangun keintiman
dengan Allah atau merusaknya? Amin.

REFLEKSI

Dikasihi oleh Allah merupakan relasi, pencapaian, dan kedudukan tertinggi dalam hidup ini (Henry
Blackaby)

PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

Apakah yang meyakinkan Anda bahwa Anda adalah domba-domba Kristus?

Apakah yang kita pikirkan dan lakukan selama ini membuat relasi kita dengan Allah semakin intim,
atau justru merusaknya?

Akulah Pintu Bagi Domba Domba

Yohanes 10: 1-10

1“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan
tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang
perampok; 2tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. 3Untuk dia penjaga
membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya
masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.4Jika semua dombanya telah
dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena
mereka mengenal suaranya.

6
5Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara
orang-orang asing tidak mereka kenal.”6Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada
mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.7Maka
kata Yesus sekali lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu.
8Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu
tidak mendengarkan mereka. 9Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan
ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. 10Pencuri datang hanya untuk
mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan
mempunyainya dalam segala kelimpahan.

Yesus memilih kata “Pintu” yaitu karena pintu itu berbicara tentang masuk dan keluar. Mengapa
Yesus mengklaim diriNya dengan pernyataan “Akulah” maka itu mengacu kepada pernyataan
Tuhan atas namanya sendiri yaitu ketika Tuhan berkata kepada Musa dan kepada umatNya bahwa
“ Aku adalah Aku - 'eheyeh 'asyer 'eheyeh. Dan pernyataan “ Akulah Dia" kadang-kadang juga
muncul dalam bentuk "Akulah TUHAN”

Ini juga nampak pada Yohanes pasal 1 : “ Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ayat 14 nya berkata….Firman itu telah menjadi
manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang
diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Di Pasal 10 ayat 1 diawali dengan pernyataan Yesus “ Aku berkata kepadamu “ . Dan untuk
memahami ini maka kita harus melihat pasal sebelumnya yaitu pasal 9 dimana diceritakan
tentang Yesus yang membuat mujizat yang isinya ingin menyinggung dan menyindir orang-orang
Farisi.

ORANG BUTA SEJAK LAHIR

7
Diceritakan bahwa Yesus menyembuhkan orang buta itu dengan cara yang unik yaitu meludah ke
tanah dan dioleskan ke mata orang si buta sehingga orang itu sembuh dan akhirnya semua
gempar. Tetapi tetangga-tetangganya dan mereka, yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis,
berkata: "Bukankah dia ini, yang selalu mengemis?” Ada yang berkata: "Benar, dialah ini." Ada
pula yang berkata: "Bukan, tetapi ia serupa dengan dia." Orang itu sendiri berkata: "Benar, akulah
itu."Kata mereka kepadanya: "Bagaimana matamu menjadi melek?”

Yohanes 9:11

Jawabnya: "Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan
berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku
membasuh diriku, aku dapat melihat.”

Tetapi orang Farisi itu tidak percaya bahkan sampai akhirnya dipanggilkan orangtuanya untuk
menanyakan tentang kesembuhan anak itu sampai orang tuanya takut dan menyuruh untuk
menanyakan sendiri kepada anaknya.

Kata mereka kepadanya: "Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan


matamu?" Jawabnya: "Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa
kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?" Sambil
mengejek mereka berkata kepadanya: "Engkau murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa.

Ayat 30 Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang,
sedangkan Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang
berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu

8
sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang
lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.”

Akhirnya orang itu diusir dan Yesus mendengarnya lalu mencari orang itu kemudian Yesus
menginjili orang itu dan orang itu mau percaya. Setelah itu Yesus berkata dalam ayat ini;

Yohanes 9:39 - 41

39 Kata Yesus: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak
melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.” 40Kata-kata
itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya:
“Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” 41Jawab Yesus kepada mereka: “Sekiranya kamu
buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.”

YESUSLAH PINTU

Yohanes 10:1

1“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan
tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang
perampok;

Ketika Yesus berkata “ Aku berkata kepadamu” Itu ditujukan kepada orang farisi yang sedang
marah melihat Yesus melakukan mujizat. Mereka berpikir bahwa kalua ada mujizat semestinya
lewat mereka. Mereka berpikir bahwa merekalah yang punya kunci untuk bertemu Tuhan dan
mendapatkan mujizat dari Tuhan. Bahkan mereka ini mengaku murid Musa dan pemegang hukum

9
Taurat. Tetapi Yesus berkata bahwa barangsiapa masuk tidak melalui pintu atau dengan kata lain
Yesus sedang berkata kepada orang Farisi dan ahli Taurat bahwa mereka adalah pintu palsu,
perampok dan pencuri.

Yohanes 9: 30

Jawab orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang,
sedangkan Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang
berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu
sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang
lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa."

Dengan kata lain orang buta mengatakan kepada orang Farisi itu bukankah katanya mereka itu
pintu, punya kunci untuk bertemu Tuhan, orang yang diurapi Tuhan namun mengapa mereka tidak
kenal Yesus. Dan Yesus dengan jelas menyatakan bahwa mereka adalah seperti pencuri dan
perampok.

Pencuri itu adalah orang yang mencuri dengan diam-diam, menipu atau tidak kerasa tercuri tetapi
tahu-tahu hilang. Ini seperti orang Farisi yang menyesatkan dengan filosofi agama yang sepertinya
menyelamatkan namun tanpa disadari justru menyesatkan. Dan seperti perampok yang memaksa
dengan berbagai ancaman harus melakukan ini dan itu supaya tidak kena kutuk atau hukuman
sehingga orang akan merasa ketakutan karena intimidasi dari para pemuka agama.

Ketika Yesus berkata di Yohanes 10:8: ‘Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan
perampok “ maka ini tidak menunjuk kepada nabi-nabi Perjanjian Lama maupun Yohanes
Pembaptis, tetapi lagi-lagi menunjuk kepada tokoh-tokoh Yahudi saat itu.

10
Di Kolose 2:8 dikatakan “ Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya
yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia “ - dimana kata
‘menawan’ secara hurufiahnya adalah ‘merampok’. Ini menunjukkan bahwa nabi-nabi palsu itu
bisa merampok kita menggunakan ajaran sesatnya.

Di sini orang-orang Farisi adalah pencuri yang mencoba menyesatkan umat. Dan dalam jaman
modern ini maka mereka adalah para nabi pengajar palsu yang mengajarkan kekristenan tanpa
Kristus serta moralitas dan nilai alkitab tanpa salib dan langkah-langkah rohani tanpa kekuatan
Injil. Yesus ingin menunjukkan bahwa usaha manusia dan ritual-ritual agama itu adalah pintu yang
salah yang ditunjukkan oleh guru-guru palsu.

Yesus menyatakan bahwa Dialah pintu yang sejati itu. Jadi kekristenan bukanlah agama atau
mengenai perbuatan baik tetapi adalah Injil kabar baik yang berbicara tentang Kristus sebagai
pusat hidup kita.

ADA DUA MACAM KANDANG :

Yohanes 10:2-5

2tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. 3Untuk dia penjaga membuka
pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-
masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.4Jika semua dombanya telah dibawanya ke
luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal
suaranya. 5Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena
suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”

11
1. KANDANG DOMBA DI KOTA DAN DAERAH PEMUKIMAN

Dalam satu kandang akan dapat memuat beberapa domba milik beberapa orang. Namun tetap
satu pintu untuk masuk ke dalam kandang. Maka yang dapat masuk ke dalam kandang adalah
yang memegang kunci pintu dan domba-domba itu akan keluar hanya ketika gembalanya datang,
karena hanya suara gembalanya yang dikenal.

Ini berbicara tentang Yesus yang memegang kunci , Dia memanggil dan mengenal domba-domba
kepunyanNya. Ini artinya kalau kita menjadi milik Kristus maka selama-lamanya kita akan menjadi
milik Tuhan dan tidak akan ada yang dapat menggugat kita.

2. KANDANG DI DAERAH PELOSOK DAN BUKIT

Yohanes 10: 7- 9

7Maka kata Yesus sekali lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-
domba itu. 8Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-
domba itu tidak mendengarkan mereka. 9Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan
selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.

Sir George Adam Smith adalah seorang Teolog Reformed Dari University Of Edinburg Ahli
Perjanjian Lama yang terkenal yang pernah menceritakan sebuah kisah saat dia melakukan
perjalanan melalui Timur Tengah. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan seorang gembala
dengan domba-dombanya. Saat berbincang-bincang , pria itu menunjukkannya ke tempat di mana
dia berada domba-dombanya di malam hari. Maka ada kandang sederhana yang sederhana
dengan susunan batu. Smith bertanya, "Di sinilah mereka pergi di malam hari?"Gembala itu

12
menjawab, "Ya, dan ketika mereka di sana mereka benar-benar aman." Smith menjawab, "Tapi
tidak ada pintu." Gembala itu menjawab, "Akulah pintunya."Tentu saja, gembala itu bukan orang
percaya ;dia hanya berbicara dari sudut pandang seorang gembala di Timur Tengah.Smith
bertanya, "Apa maksudmu kamu adalah pintunya?"Gembala itu menjawab, “Ketika hari gelap,
dan semua domba ada di dalam, aku berbaring di pintu nya, tidak ada pintunya dan sayalah
pintunya itu sehingga tidak ada domba yang pernah keluar tanpa melewati tubuhku, dan binatang
buas tidak bisa masuk kecuali melewati tubuhku; Sayalah pintunya. ”

Inilah yang Yesus katakan kepada kita melalui teks ini.

Yohanes 10:9

9Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan
menemukan padang rumput.

Untuk masuk menjadi dombaNya dan untuk menerima keamanan dan keselamatan serta jaminan
hanya melalui Yesus.Sebagai pintu, Yesus adalah pelindung dan penyedia domba. Jadi, ketika
Anda datang di pintu, Anda tidak hanya diselamatkan, tetapi Anda aman dalam perlindungan
Tuhan. Ketika Anda pergi keluar ke padang rumput, Anda dipelihara dan dipuaskan.

Yesus adalah pintu masuk supaya kita selamat dan aman

Yesus adalah akses masuk satu-satunya untuk memasuki kerajaan Allah, pintu untuk kita
memasuki perlindunganNya. Sekalipun di sekeliling kita ada banyak ancaman, namun kehadiran
Tuhan menjaga kita dari kuasa kematian dan kuasa-kuasa yang membuat kita jauh dari Tuhan.

Yesus adalah pintu keluar

13
Yesus juga adalah akses keluar satu-satunya yang akan membawa kita pada kehidupan. Dia yang
menjamin kehidupan kita dalam dunia ini dan juga menjamin kehidupan yang kekal. Bersama
Tuhan kelangsungan hidup kita terjamin hanya karena pemeliharaan Tuhan saja.

Kehadiran Kristus menjadi akses kepada identitas dan koneksi ilahi

Yohanes 10:10

10Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya
mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

Kehadiran Yesus ditengah-tengah kehidupan kita menjadi pintu yang membuka bagi kita “akses
identitas” dan juga “akses koneksi”. Kehadiran Yesus dalam kehidupan kita juga menjadi
pembatas identitas kita untuk membedakan kita dari dunia luar, tetapi Yesus juga menjadi koneksi
atau penghubung kita dengan dunia ini.

Banyak orang yang antri untuk mencari kebahagiaan dan makna hidup dengan usaha dan kerja
keras. Tetapi diantara orang banyak itu maka Tuhan memilih kita dan membawa kita ke gerbang
tanpa harus bayar karena harganya sudah lunas dibayar oleh Yesus. Semua dan kegagalan kita
sudah ditanggung oleh Yesus dikayu salib sehingga kita bisa masuk dan menikmati hidup yang
berkelimpahan. Yesus adalah pintu yang selalu bersama kita sehingga kita selalu punya akses
kepada Tuhan diatas segala tuhan dan berkat diatas segala berkat. (Yehezkiel 34: 25 – 31)

GEMBALA BAIK: KASIH & OTORITAS TAK TERBATAS

POSTED ONSEPTEMBER 27, 2020BYMRII DEPOK

Yoh. 10:1-18

Pdt. J. Putratama Kamuri

Khotbah Yesus Kristus atau pengajaran yang diberikan oleh Yesus Kristus diberikan di dalam
konteks kegagalan gembala-gembala atau pemimpin- pemimpin yang Allah percayakan hadir di
dalam kehidupan orang Israel. Konteksnya yang pertama tertulis di dalam pasal 9, yaitu orang
buta yang telah dicelikkan matanya oleh Tuhan Yesus diberikan akses ke dalam Bait Allah untuk
berelasi dengan Allah, berelasi kembali dengan masyarakatnya, dan berelasi kembali dengan
keluarganya. Setelah relasi ini dipulihkan, hal yang paling penting pada masa itu bagi orang buta

14
itu adalah mata yang dicelikkan membuka aksesnya untuk datang dan berelasi dengan Allah di
dalam Bait Allah. Kesempatan ini tidak dapat dia nikmati jika dia masih buta. Tetapi di dalam
percakapan dengan pemimpin-pemimpin agama Yahudi, orang-orang yang seharusnya memiliki
otoritas untuk mengembalakan domba-domba Allah, justru mengusir orang yang aksesnya untuk
datang kepada Allah telah dibuka oleh Kristus. Berarti akses untuk datang dan beribadah kepada
Allah kembali ditutup oleh orang yang disebut gembala Israel. Di dalam konteks kegagalan inilah
maka di dalam Yoh. 10 :1-5 Yesus berkata bahwa Allah membangkitkan pemimpin atau gembala
bagi Israel. Ada yang berhasil dan ada yang gagal, dan gembala-gembala yang gagal itu dimurkai
oleh Allah. Allah seolah marah dan murka terhadap mereka. Tetapi juga pada saat yang sama
gembala-gembala yang berhasil seperti Yosua sekalipun, kita tidak menemukan bahwa dia adalah
pemimpin yang sempurna. Tidak ada gembala di dalam gereja yang sempurna, tidak ada
pemimpin di dalam keluarga yang sempurna, tidak ada pemimpin di dalam kantor yang sempurna.
Kita tidak akan menemukan orang-orang yang sempurna, bahkan kita akan lebih sering
menemukan orang-orang yang tidak ideal, bahkan tidak cocok dengan gembala atau pemimpin
menurut deskripsi di dalam Alkitab. Yeh. 34 berkata bahwa Allah yang akan menjadi gembala bagi
umat-Nya dan gembala itu memiliki beberapa karakteristik:

Pertama, Allah sekaligus manusia. Seolah Yesus berkata bahwa jika di dalam PL gembala yang
diminta oleh Musa itu digenapi oleh Allah di dalam Yosua – nama yang mengekspresikan
pemeliharaan dan penyelamatan dari Allah – maka di dalam PB Allah menyelamatkan dan
memelihara umat-Nya melalui Yosua PB, yaitu Yesus Kristus. Allah bertindak sekali lagi untuk
menyelamatkan umat-Nya dan kali ini Dia memberikan gembala yang agung yang lebih sempurna
dari Yosua karena Dia adalah Allah sekaligus manusia. Dia sempurna, Dia adalah gembala yang
agung karena Dia adalah pemilik domba-domba- Nya. Bapa memberikan domba-domba itu
kepada Kristus dan Kristus mati untuk menebus mereka dengan nyawa-Nya. Tanda kepemilikan
itu adalah pengenalan-Nya terhadap domba-domba-Nya. Dia panggil domba-Nya dengan nama
panggilan mereka lalu kemudian Dia memimpin mereka satu demi satu menuju ke tujuan yang
dikehendaki Allah bagi domba-domba itu. Bukan hanya Dia mengenal domba-domba-Nya secara
personal sehingga Dia memanggil nama mereka satu demi satu, tetapi Dia juga dikenal oleh
domba-domba-Nya. Dia pasti diresponi oleh domba-domba-Nya. Semua orang yang menyebut diri
sebagai domba-domba Kristus tidak bisa tidak meresponi panggilan Allah melalui firman. Setiap
kali kita mendengarkan kebenaran firman Allah, kita memiliki tanggung jawab untuk memberi
respon kepada kebenaran firman Allah karena domba mengenal suara gembala dan mereka pasti
meresponi suara sang gembala. Bukan hanya meresponi sang gembala, mereka juga merindukan
suara gembala. Yesus berkata bahwa Dia adalah gembala, berarti Dia dibutuhkan agar domba bisa
hidup dan bertahan hidup. Dia adalah gembala yang harus ada, karena jika tidak ada maka kita
akan terus tinggal di dalam kematian. Kita harus memiliki Dia sebagai gembala di dalam
kehidupan kita agar kita dapat memiliki hidup secara spiritual.

Di dalam khotbah kedua kita menemukan klaim Yesus bahwa Dia adalah pintu bagi domba-
domba-Nya. Dia adalah satu-satunya akses menuju ke kandang yang telah disiapkan oleh Allah
bagi kita, yaitu rumah Allah yang kekal. Gereja yang sejati hanya dapat kita masuki jika Kristus
menjadi pintu bagi kita. Ketika Dia berkata bahwa Dia adalah pintu, Dia bukan hanya mengatakan
bahwa Dia adalah satu-satunya akses ke kandang itu, tetapi Dia adalah satu-satunya penjamin
keselamatan. Tidak ada serigala yang dapat mengambil domba-domba di kandang itu jika tidak

15
berjumpa terlebih dahulu dengan sang gembala. Domba di dalam kandang juga tidak mungkin bisa
keluar jika tidak diizinkan oleh gembala yang berbaring di pintu yang sempit itu. Satu-satunya
pintu yang sempit sebagai akses untuk keluar dan masuk dari dalam kandang itu adalah Kristus.
Tidak ada yang dapat masuk untuk merebut domba-domba itu kecuali mereka membunuh sang
gembala dan tidak ada domba yang dapat keluar dari dalam kandang kecuali sang gembala
memanggil keluar dan mengizinkan dia keluar. Hal ini berbicara mengenai jaminan keselamatan
bagi kita. Tetapi Yesus juga berkata bahwa pintu itu adalah satu-satunya pintu agar kita keluar
dari dalam kandang itu untuk menikmati kelimpahan hidup. Di dalam Kristus kita bukan hanya
hidup dan bertahan hidup, tetapi di dalam Kristus kita akan menikmati kelimpahan hidup. Dia
adalah satu-satunya akses untuk menikmati kelimpahan hidup secara spiritual.

Hari ini Yesus memulai dengan sebuah klaim yang lain, yaitu “Aku adalah gembala yang baik.” Apa
maksud kalimat ini?

Ketika Dia berkata bahwa Dia adalah gembala, berarti Dia menjalankan fungsi yang sama. Hal ini
berbicara mengenai kesamaan antara Yesus Kristus dengan pemimpin atau gembala yang
ditempatkan Allah di dalam kehidupan kita. Semua pemimpin berugas untuk memimpin kita dan
memelihara hidup kita. Ini adalah tanggung jawab pemimpin dan gembala terhadap domba-
domba-Nya. Maka seorang Hamba Tuhan sebagai gembala memiliki tanggung jawab untuk
memimpin dan memelihara domba-domba yang ia gembalakan. Tanggung jawab utama adalah
rumput yang hijau itu. Rumput hijau – yang dimaksud oleh pemazmur dan juga yang dimaksud
oleh Kristus – yang memberikan kelimpahan itu adalah firman. Maka seorang Hamba Tuhan harus
mempersiapkan kebenaran firman Allah dengan serius untuk memberi makan domba-domba yang
ia gembalakan. Dia harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pengembalaan ketika seorang jemaat
yang dia pimpin mengalami berbagai macam kesulitan dan pergumulan. Hal itu adalah tanggung
jawabnya dan demikian juga tanggung jawab Kristus terhadap kita. Di titik ini Kristus
menunjukkan bahwa Dia memiliki tanggung jawab yang sama. Dia memiliki pekerjaan yang sama
dengan pemimpin-pemimpin yang lain. Tetapi ketika Dia berkata bahwa Dia adalah gembala yang
baik, istilah “baik” menunjukkan perbedaan secara kualitiatif. Istilah “gembala” menunjukkan
kesamaan di dalam tanggung jawab, tetapi istilah “baik” memberikan penekanan kepada
keunikan Yesus Kristus.

Seorang penafsir menggunakan istilah exellency yang berbicara mengenai kesempurnaan Kristus.
Di titik ini, Dia berbeda dari gembala-gembala yang lain yang pernah ada di dalam kehidupan
Israel, bahkan di dalam kehidupan gereja hari ini. Dia melampaui gembala-gembala yang lain dan
Dia tidak dapat ditiru oleh gembala manapun di dalam dunia ini. Dia melampaui semua gembala
itu dan tidak ada satu gembalapun di dalam dunia ini yang sanggup untuk melakukan tanggung
jawab tanggung jawab itu, yang menggenapi karya yang dipercayakan kepada mereka secara
sempurna. Ini adalah pengharapan bagi kita yang diberikan oleh Allah.

Ketika Yesus berkata “Akulah gembala yang baik”, Dia ingin kita melihat situasi yang tidak ideal.
Melihat pemimpin-pemimpin yang tidak ideal bukan agar kita menyesali situasi itu, bukan agar
kita menyesali orang-orang yang hadir di kiri dan kanan kita, tetapi supaya setelah kita melihat

16
ketidaksempurnaan, kita segera merindukan pemimpin yang sempurna dan kita menemukannya
di dalam Dia. Dia mau agar kita mengarahkan pengharapan kita kepada Dia. Di dalam konteks itu
Yesus memanggil kita untuk melihat kepada Dia, sang gembala yang agung, gembala yang
sempurna, dan tidak akan pernah mengecewakan domba-domba yang sering kali mengecewakan
Dia. Dia ajak kita untuk melihat ketidaksempurnaan situasi kita. Dia mengajak kita untuk melihat
ketidaksempurnaan orang-orang yang ada di kanan dan kiri kita agar kita memiliki pengharapan
kepada pribadi yang sempurna dan pribadi yang sempurna yang menjadi fondasi bagi
pengharapan kita adalah Kristus.

1 Pet. 1:13 mengatakan kepada kita bahwa siapkan akal budi dan kenali Kristus yang berbicara
kepada kita bahwa Dia adalah gembala yang baik dan agung, bahwa Dia adalah pintu kepada
domba-domba itu. Jika kita mengenal Dia sesuai dengan apa yang Dia firmankan kepada kita,
maka kita dapat meletakkan pengharapan kita sepenuhnya kepada kasih karunia sang gembala.
Karena Yesus adalah gembala yang agung, unik, dan sempurna, bukan hanya di dalam pribadi-Nya
sebagai Allah dan manusia, tetapi Dia juga sempurna di dalam karya-Nya. Maka pertanyaannya
adalah: apa yang telah dilakukan oleh Kristus bagi kita sehingga kita harus meletakkan seluruh
pengharapan kita kepada Dia? Apa yang telah Dia lakukan bagi kita sehingga kita menyebut Dia
sebagai gembala yang baik dan sempurna, yang kepada-Nya kita meletakkan seluruh pengharapan
kita?

Pertama, gembala yang baik memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya (Yoh. 10:11). Yesus
kembali mengangkat konteks pada masa itu. Umumnya gembala pada masa itu – sejak PL – biasa
bertarung dengan binatang buas ketika ia sedang mengembalakan domba. Mereka akan
mempertaruhkan hidupnya untuk bertarung dengan binatang buas itu untuk keselamatan
dombanya. Di dalam 1 Sam. 17:34-36 Daud berkata bahwa jika ada binatang buas datang dan
menyerang domba- dombanya, maka ia akan mengejar dan menangkap binatang buas itu dan
melepaskan domba-domba- Nya dari mulut binatang itu. Hal ini menggambarkan pekerjaan
gembala pada masa itu. Jika domba diserang, maka gembala akan mempertaruhkan nyawanya
untuk menyelamatkan domba-dombanya selama dia bisa melakukannya. di dalam proses
menyelamatkan domba-domba itu, meskipun biasa bertarung dengan binatang buas, tetapi pada
masa itu sangat jarang seorang gembala mati di dalam proses mempertahankan domba-
dombanya. Jika terjadi, itu adalah kecelakaan. Mengapa? Karena dua hal:

Pertama, gembala memang dibekali oleh keahlian untuk itu, seperti seorang matador yang terlatih
untuk menangani banteng. Sama seperti Daud yang biasa bertarung dengan binatang buas,
gembala terlatih dan dipersiapkan untuk itu. Hal ini berkaitan dengan keahlian mereka.

Kedua, gembala jarang mati karena memang ada kesepakatan bahwa di dalam situasi yang paling
sulit dan berbahaya bagi sang gembala, sang gembala boleh lari dan sang gembala boleh
menyelamatkan dirinya. Ini bukanlah ketidaksetiaan. Ini bukanlah ekspresi ketidadaan tanggung
jawab terhadap domba-domba itu karena gembala dibayar untuk menjaga domba. Ketika gembala
lari dan domba itu mati, maka ia memiliki tanggung jawab untuk membayar domba-domba itu.
Artinya dia lari untuk memelihara hidupnya, lalu setelahnya dia akan membayar ganti rugi untuk

17
domba-domba yang mati atau hilang. Ini adalah sebuah peristiwa yang umum. Tetapi mengapa
dia diizinkan untuk lari dan menyelamatkan diri? Karena orang-orang di Israel tahu bahwa hidup
dan nyawa gembala lebih berharga dari nyawa domba sehingga mereka mengizinkan gembala
yang adalah manusia untuk lari menyelamatkan nyawanya ketika terancam. Bahkan bagi orang
Israel, jika ada seorang gembala yang hidupnya terancam, tetapi dia dapat mencari bukti seperti
misalnya binatang buas itu mencabik dombanya dan menyerahkan bukti itu kepada tuan pemilik
domba itu, maka ia akan terbebas dari denda. Jika dia hanya melarikan diri maka dia akan
membayar denda. Tetapi jika dia memiliki bukti yang cukup kuat bahwa hidupnya terancam, maka
ia dapat terbebas dari denda karena hidup seorang gembala begitu berharga bagi orang Israel.

Pemilik domba dan sang gembala sama-sama tahu bahwa hidup sang gembala lebih berharga dari
hidup atau nyawa domba-dombanya. Maka pada masa itu kematian gembala adalah sebuah
kematian yang tidak disengaja. Kematian gembala adalah kematian yang merupakan kecelakaan.
Justru karena ini adalah kecelakaan, maka kematian gembala pasti merupakan bencana bagi
domba. Kematian itu tidak diharapkan sehingga jika kematian gembala terjadi, maka mereka pasti
akan tercerai berai. Mereka tidak lagi memiliki pengharapan. Mereka pasti akan mati diterkam
binatang buas atau mereka akan lari tercerai berai dan mereka juga akan tersesat entah kemana
dan tidak ada lagi yang mencari mereka. Tetapi Yesus berkata bahwa Dia adalah gembala yang
baik, dan gembala yang baik itu mati bagi domba- domba-Nya, Dia memberi nyawa bagi domba-
domba- Nya. Apa artinya gembala yang baik mati bagi domba- domba-Nya? Bukankah kematian
sang gembala adalah bencana? Pada saat Yesus mengatakan kalimat ini, saya percaya bahwa
orang Israel yang mendengar Dia dan mengerti pola pengembalaan zaman itu merasa asing
dengan kalimat ini. Satu sisi terbiasa tetapi di sisi yang lain ada sesuatu yang asing yang muncul di
dalam pengajaran Yesus Kristus. Apa artinya “bagi domba-domba-Ku”?

Pertama, kematian Yesus Kristus tidak terjadi karena Dia kehilangan nyawa-Nya. Dia bukan mati
karena nyawa-Nya, bukan karena hidup-Nya dirampas oleh maut seperti manusia pada umumnya.
Ketika maut datang, maka kematian pasti akan terjadi karena kita tidak berdaulat untuk mengatur
hidup dan mati kita. Tetapi Yoh. 10:17-18 memberikan penjelasan kepada kita bahwa Yesus mati
bukan karena kehilangan nyawa-Nya, tetapi Dia mati karena menyerahkan nyawa-Nya bagi
domba-domba-Nya. Tidak ada yang dapat mengambil hidup-Nya. Dia berkuasa untuk
memberikannya dan Dia juga berkuasa untuk mengambilnya kembali. Dia dibangkitkan oleh Bapa,
tetapi juga memberikan indikasi bahwa Dia bangkit dari diri-Nya sendiri. Inilah yang kita sebut
sebagai penghulu hidup. Sang gembala ini memberikan hidup kepada kita. Sang gembala ini
sanggup untuk memelihara hidup kita karena Dia adalah sumber kehidupan kita. Dia adalah Allah
yang berdaulat atas hidup dan matinya manusia. Oleh sebab itu Dia juga berkata “Akulah
kebangkitan dan hidup.”

Dia menyatakan diri-Nya yang berotoritas atas hidup dan matinya manusia. Dia tidak mati karena
dihakimi manusia atau karena kehabisan darah-Nya, tetapi Dia mati karena memberikan nyawa-
Nya. Ada perbedaan esensial antara Yesus dengan gembala-gembala yang lain. Sebaik apapun
gembala yang lain, jika dia mati maka dia mati karena tidak sanggup mempertahankan nyawanya.
Kristus yang kita miliki adalah Kristus yang mati karena menyerahkan nyawa- Nya bagi domba-
domba-Nya dan kematian ini adalah kematian yang disengaja. Kematian-kematian gembala pada

18
masa itu adalah kematian yang tidak disengaja, tetapi kematian Kristus adalah kematian yang
disengaja, satu-satunya kematian yang direncanakan oleh Bapa, satu-satunya kematian yang
diinginkan oleh Anak. Maka dikatakan bahwa Bapa mengasihi Dia oleh karena Dia memberikan
nyawa- Nya bagi domba-domba-Nya. Terimplikasi dengan jelas di sana bahwa kematian sang
gembala yang direncanakan dan diinginkan oleh Bapa dan Anak seolah gembala lebih mulia dari
pada domba di dalam konteks yang biasa. Tetapi kali ini jika Bapa menginginkan kematian Anak
dan Anak merelakan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya, maka seolah- olah bagi Bapa sang
pemilik domba dan bagi Anak, sang gembala agung, hidup atau nyawa domba terlalu berharga
dan lebih penting dari hidup sang gembala. Ini adalah anomali di dalam pengajaran Yesus Kristus.
Bagi semua orang hari itu, hidup gembala lebih penting dan berharga dari domba-dombanya.
Tetapi ada satu kali di dalam sejarah, yaitu di dalam kehidupan orang Yahudi, Yesus memberikan
pengajaran yang tidak biasa. Hidup dan nyawa domba-domba itu begitu berharga, bahkan
dianggap lebih penting dan bernilai dari hidup sang gembala itu sendiri, seolah sang gembala itu
hidup dan mati untuk domba-domba-Nya. Anomali ini adalah ekspresi cinta kasih dari Bapa dan
Anak bagi domba-domba-Nya. Anomali ini terjadi di dalam sejarah, di dalam diri Yesus Kristus,
seolah hidup dan keselamatan kita jauh lebih berharga dari hidup Kristus sehingga Bapa
menyerahkan Kristus bagi kita. Kepada orang-orang yang tidak pantas Allah memberikan Anak-
Nya, Yesus Kristus. Maka siapa sebenarnya yang paling berharga? Kristus atau kita? Tentu saja
Allah lebih mulia dari gambar Allah. Anak Allah lebih berharga dari kita. Anak Allah adalah pewaris
sah kerajaan Allah. Dia suci dan tidak berdosa. Kita boleh ada dan boleh tidak ada di dalam
kerajaan Allah. Kita adalah orang-orang berdosa yang sebenarnya tidak layak ada di dalam
kerajaan Allah. Namun Dia memberikan sang gembala itu dan gembala itu ditetapkan secara
sengaja untuk mati bagi kita. Dan gembala yang suci ini secara sengaja menyerahkan nyawa-Nya
untuk mati bagi kita. Tindakan ini hanya mungkin terjadi jika digerakkan oleh cinta kasih yang suci
di dalam hati Allah.

Kita dapat menemukan situasi yang disebut sebagai anomali di dalam kehidupan dan sejarah
kehidupan kita sebagai orang Kristen, yaitu sang gembala dan sang pemilik domba mengasihi
domba-domba itu sedemikian rupa sehingga mereka menetapkan agar sang gembala mati bagi
domba-domba-Nya. Jika ini adalah ekspresi cinta kasih Allah, maka saya harus mengatakan bahwa
tidak ada kasih yang lebih besar dari itu. Kita tidak akan pernah menemukan cinta kasih yang lebih
besar dari gembala yang sempurna ini. Hari ini jika kita merasakan bahwa kita tidak menemukan
kasih yang sempurna, tidak menemukan kasih yang memuaskan hati kita, maka kita harus
mengarahkan mata kepada gembala yang sejati dan kita akan menemukan cinta kasih yang
sempurna di dalam diri Kristus, karena Dia adalah gembala yang menyerahkan nyawa-Nya bagi
domba-domba-Nya. Arti dari Dia menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Berarti Dia mati secara
sengaja karena Dia mengasihi kita.

Kedua, apa maksudnya ketika Dia berkata bahwa Dia adalah gembala yang baik yang
menyerahkan nyawa- Nya bagi domba-domba-Nya? Seolah Ia ingin mengatakan bahwa kematian
sang gembala yang baik adalah anugerah dan pengharapan bagi domba- domba-Nya. Jika
kematian gembala umumnya pada hari itu merupakan bencana bagi domba, maka kematian Yesus
adalah kabar baik bagi mereka. Kematian seorang pemimpin yang baik selalu merupakan tragedi.
Ketika The Great Alexander mati, kerajaannya langsung pecah menjadi empat. Ketika seorang
pemimpin yang baik itu mati, maka kita akan melihat bahwa hidup dan masa depan orang-orang

19
yang dipimpin seolah-olah masuk ke dalam ketidakpastian dan ketidakjelasan. Inilah yang
dikatakan oleh Yesus, yaitu ketika pemimpin atau gembala itu mati, maka domba akan tercerai
berai. Iblis akan berusaha untuk membunuh gembala agar domba tercerai berai. Tetapi Yesus
seolah ingin mengatakan bahwa ketika Ia mati hal itu tidak akan terjadi.

Pada umumnya, ketika gembala mati maka domba- domba akan mengalami kecelakaan. Tetapi
kematian ini adalah kematian yang disengaja. Kematian yang tidak disengaja dari gembala-
gembala yang ada pada zaman itu adalah bencana bagi domba-domba. Tetapi kematian Kristus
yang terjadi secara disengaja adalah berkat dan anugerah bagi domba-domba-Nya. Istilah
“memberi” (Yoh. 10:11) di dalam bahasa aslinya berarti diletakkan di satu tempat untuk
mengganti posisi domba-domba. Hal ini berbicara mengenai penggantian. Maka ketika Yesus
berkata “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-
dombanya”, seolah Yesus ingin mengatakan bahwa hidup-Nya diletakkan di bawah otoritas iblis
dan kaki tangannya. Seolah Dia dianiaya sampai mati agar kita terlepas dari otoritas dan belenggu
iblis. Yesus Kristus harus dijadikan berdosa, menerima konsekuensi dosa agar domba- domba-Nya
lepas dari kutuk dan hukuman dosa. Yesus harus seolah dikalahkan oleh maut. Dikalahkan oleh
kematian agar domba-domba-Nya memperoleh hidup yang kekal. Menyerahkan nyawa berarti
menempatkannya pada satu posisi untuk mengganti yang lain. Kematian ini adalah kematian yang
disengaja untuk menggantikan kita agar kita dibebaskan dari belenggu iblis, dosa, dan maut. Ini
bukanlah sebuah bahaya bagi domba-domba-Nya.

Di dalam Kol. 2:11-15 Paulus menggambarkan posisi Kristus di atas kayu salib. Hari itu orang-orang
melihat kemenangan berarti kemenangan secara militer. Kematian Kristus adalah sesuatu yang
memalukan. Apalagi Yesus Kristus dipaku di atas kayu salib dalam kondisi telanjang. Ini bukan saja
memalukan bagi Kristus, tetapi juga bagi yang mengikuti Dia pada zaman itu. Disalibkan dengan
kondisi telanjang bagi para pemberontak hari itu dilakukan oleh pemerintah Romawi untuk
mempermalukan yang memimpin maupun orang-orang yang dipimpin. Tetapi Paulus melihat
realitas spiritual di balik seluruh peristiwa memalukan itu dan kemudian Dia mengatakan bahwa
Ia melucuti pemerintah dan penguasa lalu menjadikan mereka tontonan umum dalam
kemenangan-Nya atas mereka. Ini adalah pengharapan bagi kita. Kematian sang gembala
menaklukan iblis, dosa, dan maut. Kematian sang gembala adalah kematian yang membebaskan
kita, melegakkan secara spiritual, menghidupkan, dan menyelamatkan kita.

Yesus berbicara mengenai sebuah kematian yang unik. John Owen memakai istilah “kematian
yang mematikan kematian.” Bahkan hari ini kita melihat bahwa jika Ia menaklukan iblis, maka
kematian ini adalah kematian yang mematikan dan menaklukan bukan saja kematian itu sendiri,
tetapi juga iblis sang pembunuh itu. Karena Dia mematikan dan menaklukan kematian, maka
kematian ini adalah kematian yang menghidupkan kita. Ini adalah sebuah pengharapan karena
melaluinya kita melihat kekalahan iblis, dosa, dan maut. Melalui kematian Kristus, kita melihat
kehidupan, kepastian, dan pengharapan dari Allah.

Ini adalah sebuah kepastian karena gembala yang mati itu berkata “Akulah gembala yang baik.”
Kata “Akulah” (Yun. Ego Eimi) mengacu kepada pribadi yang ilahi. Gembala yang mati ini bukan

20
hanya sekedar manusia biasa, tetapi Dia adalah Allah YHWH di dalam PL. Ketika Dia berbicara
bahwa Dia adalah YHWH yang mengalahkan iblis, dosa, dan maut melalui kematian, hal ini pasti
efektif dan pasti terjadi karena Dia adalah Allah yang penuh kasih bagi kita. Dia adalah Allah yang
mahakuasa, yang sanggup untuk menggenapi seluruh rencana-Nya. Dia adalah Allah yang hidup
dan Allah yang tidak pernah gagal. Dia memberi hidup-Nya dan Dia akan mengambilnya kembali.
Semua ini terjadi untuk keselamatan domba- domba-Nya. Jika hal ini keluar dari Allah yang hidup
dan tidak pernah gagal, maka ini adalah kepastian bagi kita. Tetapi mungkin kita akan berkata
bahwa firman Tuhan itu adalah pengharapan bagi kita, tetapi kita ada di dalam situasi secara
lahiriah dan spiritual yang sulit. Kita berada pada satu posisi yang mungkin tidak terjangkau oleh
siapapun. Apakah berita ini adalah pengharapan bagi kita yang ada di dalam tempat yang sulit dan
tidak terjangkau oleh siapapun? Poin kedua berkata bahwa tidak ada tempat yang tidak dapat
dijangkau oleh kasih dan otoritas pribadi yang ilahi.

Dia adalah gembala yang baik. Dia menyerahkan diri- Nya dan nyawa-Nya bagi kita agar kita
hidup. Tetapi Dia juga memberi penjelasan bahwa tidak ada tempat yang terlalu sulit untuk
dijangkau oleh-Nya agar Dia dapat menyelamatkan kita.

Jika hari ini kita bergumul dengan begitu hebat, entah secara spiritual atau secara lahiriah, tidak
ada tempat yang tidak mungkin bisa Dia datangi. Bahkan situasi pandemi yang sulit ini membuat
orang-orang yang sebelumnyai tidak pernah ke gereja dan tidak pernah mendengar firman Tuhan,
firman Tuhan itu dapat masuk ke dalam rumah mereka. Tidak ada tempat yang terlalu sulit untuk
dijangkau oleh gembala yang agung.

Dia berkata bahwa Dia adalah gembala yang baik karena Dia dapat hadir di tempat yang paling
sulit, di tempat-tempat yang tidak dapat dijangkau oleh gembala-gembala biasa. Tidak ada situasi
yang tidak dapat Ia masuki karena Dia adalah gembala yang baik dan gembala yang baik ini adalah
pribadi yang ilahi. Gembala ini memiliki kasih yang tidak terbatas. Dia memiliki otortias yang
mutlak atas segala sesuatu untuk menjangkau dan menarik domba-domba-Nya untuk keluar dari
manapun mereka berada. Tidak ada situasi yang begitu sulit yang tidak dapat Ia tembus yang
dapat menghalanginya untuk datang kepada domba-domba-Nya.

Istilah “domba-domba-Ku” mengacu kepada umat Allah di dalam PL, yaitu orang Yahudi. Tetapi
ketika Dia mengatakan “domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini” (Yoh. 10:16), hal ini
berbicara mengenai umat yang ditetapkan oleh Allah untuk menikmati keselamatan, namun
mereka adalah orang non- Yahudi. Bagi orang Yahudi, keselamatan non-Yahudi adalah
kemustahilan. Kita bisa menjaga keselamatan kita secara lahiriah tetapi kita tidak dapat menjaga
dan memelihara kehidupan kita secara spiritual. Ini adalah hal yang sulit. Dengan logika seperti ini
orang Yahudi mengatakan keselamatan orang-orang non- Yahudi adalah situasi yang mustahil.
Bagi mereka, tidak ada pengharapan bagi non-Yahudi sampai selamanya. Tetapi Yesus menembus
situasi yang bagi orang Yahudi hari itu tidak mungkin. Yesus sedang mengatakan mengenai situasi
spiritual yang mustahil bagi orang Yahudi. Otoritas-Nya sanggup untuk menembus batas-batas itu
untuk menarik mereka datang. Dia tidak harus melakukannya dengan cara mencuri. Cinta kasih-
Nya yang akan menarik domba- domba itu untuk datang kepada Dia.

21
Di dalam Yoh. 10:1-5 Yesus Kristus berbicara mengenai pencuri, tetapi Yesus tidak mencuri. Justru
ketika Dia mengatakan bahwa ada domba-domba- Nya di kandang lain, Dia berkuasa untuk
menarik mereka dengan cinta kasih-Nya. Ini bukanlah pencurian karena Yesus adalah YHWH. Jika
Dia YHWH, maka Dia adalah pencipta alam semesta dan pemilik segala sesuatu. Iblis telah
menawan dan memperbudak semua yang ada di dalam alam semesta ini dan Kristus hadir sebagai
pembebas. Dia datang dan mengambil kembali milik-Nya. Sejak kekekalan Bapa telah menetapkan
siapa yang menjadi domba, baik itu Israel Yahudi maupun non-Yahudi. Dia datang untuk
mengambil kembali milik-Nya. Dia tidak membiarkan mereka tetapi Dia menyelamatkan mereka.

Di dalam PL, semua bangsa diperbudak oleh iblis. Hanya ada satu bangsa yang merupakan
pengecualian, yaitu Israel. Israel disebut sebagai umat Allah sedangkan bangsa yang lain seolah
ada di dalam belenggu iblis. Satu-satunya bangsa yang berjalan di dalam terang adalah Israel, oleh
sebab itu ada kebanggan di dalam diri orang Israel dan mereka merasa bahwa kondisi ini akan
berlaku selamanya dan tidak akan mungkin terjadi kepada orang di luar mereka. Kecuali mereka
yang bukan Israel menjadi Israel seperti Rut dan Rahab, misalnya. Dan sejak Yesus hadir, kita
menemukan situasi yang berbeda di dalam PL. Gereja tidak lagi bersifat nasional, tetapi gereja
bersifat internasional. Tembok spiritual, tembok geografis, tembok rasial, dan status, dihancurkan
oleh kehadiran Kristus. Tembok apa lagi yang dapat memisahkan gereja dari Kristus?

Jika memang kita adalah domba Kristus, maka semua itu akan ditembus oleh cinta kasih Allah
untuk menarik kita keluar. Dia akan membiarkan kita ada di tempat itu jika kita memang bukan
umat pilihan-Nya. Dia sendiri mengatakan bahwa Ia datang untuk domba-Nya, bukan untuk
domba yang lain. Tetapi jika kita adalah domba Kristus, maka Dia akan menarik kita keluar dari
sana dan tidak ada batasan atau tembok yang tidak dapat ditembus oleh otoritas dan cinta kasih
Kristus sebagai gembala yang baik. Jika kita adalah milik-Nya, maka Dia akan menjumpai kita di
tempat di mana kita ada dengan segala situasi dan kesulitan, Dia akan hadir di tempat di mana
kita ada untuk mengarahkan mata kita kepada-Nya. Ini bukan hanya pengharapan secara spiritual,
tetapi ini bahkan pengharapan dalam pergumulan-pergumulan lahiriah kita.

Seluruh ras umat manusia dipersatukan oleh Yesus di dalam gereja. Kita akan menemukan satu-
satunya pemimpin di dalam dunia ini yang dapat menghancurkan tembok yang sedemikian
hanyalah Kristus. Tembok kepentingan gereja, tembok ras, tembok spiritual, tidak ada yang dapat
menghancurkannya kecuali Kristus. Dia berbicara mengenai pemimpin yang sempurna.

Apakah ini pengharapan spiritual semata-mata? Spiritual adalah hal yang paling mahal oleh sebab
itu Dia berkata bahwa Dia mati untuk kita. Jika Dia telah memberikan yang paling mahal, paling
berharga, dan paling sulit, mengapa yang paling mudah tidak bisa Dia berikan bagi kita?

Pengharapan selalu ada karena kita memiliki gembala yang sangat mengasihi dan mencintai kita
sampai Dia mau mati bagi kita. Pemerintah tidak dapat berbuat apa-apa karena dia terlalu lemah.
Gereja tidak dapat berbuat apa-apa karena memiliki banyak kepentingan. Tetapi Kristus tidak

22
akan bias. Dia sanggup untuk menembus semua tembok. Maka gereja harus mengarahkan mata
kepada Kristus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – YC)

YOHANES 10:11-14-15 BM

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik mengorbankan nyawa untuk kawanan dombanya.
Seorang upahan yang bukan gembala dan bukan pemilik domba, akan lari meninggalkan kawanan
domba manakala dia melihat serigala datang. Oleh itu kawanan domba akan diterkam dan dicerai-
beraikan oleh serigala. Orang upahan itu lari kerana dia bekerja untuk mendapat upah. Dia tidak
mempedulikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik. Sebagaimana Bapa mengenal Aku
dan Aku mengenal Bapa, begitu juga Aku mengenal domba-domba-Ku dan mereka pun mengenal
Aku. Aku mengorbankan nyawa untuk mereka.

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Anda mungkin juga menyukai