Anda di halaman 1dari 9

Vol 4, No 2 September 2019 p-ISSN: 2503-0248

Analisis Teologis Mengenai Tugas Dan Tanggungjawab Gembala Yang Baik


Menurut Yohanes 10 : 1 – 18 Dan Penerapannya Bagi Gembala Masa Kini

Candra Gunawan Marisi,*1 Ferdinandes Petrus Bunthu, * 2 Anci Petek Andi Bonga 3
Prodi Teologi, STT Real Batam
Prodi Teologi, STT Real Batam
Prodi Teologi, STT Real Batam
candragun@sttrealbatam.ac.id
anchyyandibonga154@gmail.com

Abstract
The Shepherd is a leadership call that Jesus offers to His followers. A good shepherd is a shepherd
who dedicates his life to the lives of his sheep, and not looking for profits from the sheep. When there
is danger threatening the lives of his sheep, trying to protect and save their sheep, instead of
oppressing or destroying the peace of the flock. The shepherd is not a matter of position or position
but is a calling in the duties and responsibilities that are important in the building of the body of
Christ. The purpose of this paper is to discuss the theological analysis and will be linked to the
current shepherd along with the application. Therefore, this journal will explain several things
relating to the good shepherd that fits in John 10: 1-8 and their application to the shepherd of today.
Keywords: Analysis, Theological, Task, Responsibility, Shepherd

Abstrak
Gembala merupakan panggilan kepemimpinan yang Yesus tawarkan bagi pengikut-Nya. Gembala
yang baik adalah gembala yang mendedikasikan hidupnya untuk kehidupan domba-dombanya, dan bukan
mencari keuntungan dari domba-dombanya. Ketika ada bahaya mengancam kehidupan domba-dombanya,
berusaha melindungi dan menyelamatkan dombanya, bukannya malah menindas atau menghancurkan
kedamaian kawanan dombanya. Gembala bukanlah persoalan posisi atau jabatan namun merupakan sebuah
panggilan dalam tugas dan tanggungjawab yang penting dalam pembangunan tubuh Kristus. Tujuan paper
ini adalah untuk membahas analisis teologisnya dan akan dikaitkan dengan gembala masa kini berserta
penerapan yang dilakukan. Maka dari itu, dalam jurnal ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan
dengan gembala yang baik yang sesuai dalam Yohanes 10:1-8 dan penerapannya bagi gembala masa kini.
Kata kunci: Analisis, Teologis, Tugas, Tanggungjawab, Gembala

PENDAHULUAN
Menjadi gembala yang bukan berarti lepas dari masalah bahkan tidak sedikit gembala
menjadi sumber masalahnya itu menyimpang dari ajaran Firman Tuhan, seakanakan bukan
seperti seorang gembala tetapi seperti seorang pengusaha dimana jemaat adalah menjadi
penghasilan mereka.
Sebelum penulis memaparkan tugas – tugas seorang gembala, terlebih dahulu
penulis akan menjelaskan apa itu gembala. Menurut KBBI, “ Gembala adalah penjaga atau

42
pemiara binatang (ternak), penjaga keselamatan banyak orang “. Menurut pengertian
gembala di atas, sudah pasti seorang gembala itu besar tanggung jawabnya kepada ternak
yang di gembalakan. Dia harus memberikan makan, membawa ternaknya ke padang untuk
mencari rumput (apabila ternaknya domba atau kambing). Cara memelihara domba tersebut
ternyata tidaklah mudah dan asal-asalan tetapi diperlukan ketekunan juga supaya domba
yang diternak dapat menghasilkan domba yang baik dan gemuk. Begitu juga dengan seorang
gembala yang menjadi pemimpin di gereja yang digembalakan itu. Gembalanya harus
mengerti bagaimana merawat, memelihara, menolong, memberikan bimbingan dan
memberikan apa yang jemaat inginkan.
Ketika gembala ingin disebut gembala yang baik maka ia harus mengikuti teladan
Tuhan Yesus yang tertulis dalam Yohanes 10. Seorang gembala itu harus membawa
jemaatnya ke jalan yang benar yang sesuai dengan Firman Tuhan, mengajarkan mereka
tentang firman Tuhan agar hidup mereka berkualitas di dalam masyarakat dan menjadi berkat
buat orang-orang yang berada di lingkungannya itu. Maksud berkualitas itu adalah
mempunyai nilai-nilai kerohanian yang dewasa dan hidup taat kepada Sang Pencipta.

METODE
Metode ini ditulis dengan metode kualitatif yang berbentuk deskriptif. Memilih dan
merumuskan masalah, menyelidiki dengan sumber yang ada, menentukan tujuan penelitian
yang harus konsisten dengan rumusan dan defenisi masalah dan juga menelusuri sumber-
sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang hgendak diteliti dan diberi
jawaban.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kajian Terhadap Yohanes 10 : 1 – 18
Refleksi hubungan antara Yesus sebagai gembala yang baik dengan dombadomba-
Nya sangat membantu untuk merefleksikan tugas perutusan sebagai gembala, di tengah-
tengah umat. Melalui pola relasi Yesus dengan domba-domba-Nya, maka akan terlihat pola
relasi yang serupa dengan orang lain yang kita layani. Hubungan para gembala dengan
kawanan domba peliharaan mereka tidak semata-mata hubungan ekonomis. Hubungan ini
tidak semata-mata didasarkan pada produksi yang dihasilkan oleh kawanan dombanya.
Hubungan antara gembala dengan kawanan domba menampilkan suatu relasi yang sangat
erat. Relasi itu dapat diamati dengan mudah oleh orang Israel dalam kehidupan sehari-
harinya. Salah satu mazmur yang melukiskan paling bagus keyakinan seorang kepada Allah
karena Allah dilihatnya sebagai gembalanya adalah Mazmur 23 : 1 “
TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.”
Gambaran gembala tidak hanya dipakai untuk melukiskan hubungan antara Allah
dengan umat pilihan-Nya tetapi juga dipakai untuk melukiskan hubungan antar sesame

43
manusia. Gelar itu diterapkan secara luas pada semua orang yang membaktikan diri kepada
kehendak Allah untuk kesejahteraan umat-Nya.
Yehezkiel menubuatkan penghakiman Allah bagi gambala Israel yang jahat yang
hanya mereka memperhatikan diri mereka sendiri. Dikatakan bahwa Allah sendiri yang akan
menjadi lawan gembala-gembala itu dan Allah akan menuntut kembali dombadomba-Nya
dari mereka dan akan memberhentikan mereka menggembalakan dombadomba-Nya.
Gembala-gembala itu tidak akan terus lagi menggembalakan dirinya sendiri, Allah akan
melepaskan domba-domba-Nya dari mulut mereka, sehingga tidak terus lagi menjadi
makanannya” (Yehezkiel 43 : 10 – 11). Allah akan mencari domba yang hilang dan akan
mengumpulkan mereka di dalam satu kawanan untuk mendapatkan kembali gembala yang
baik (Yehezkiel 34 : 11 – 16). Nubuat ini berakhir dengan kata-kata Tuhan, “ Dan mereka
akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, Allah mereka, menyertai mereka dan mereka, kaum
Israel, adalah umatKu, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Kamun adalah domba-domba-
Ku, domba gembalaan-Ku, dan Aku adalah Allahmu, demikianlah firman
Tuhan ALLAH” (Yehezkiel 34 : 30 – 31).

Gembala Yang Baik Menurut Yohanes 10 : 1 – 18


Kisah gembala yang baik merupakan salah satu ajaran yang disampaikan oleh Yesus
di depan umum. Pengenalan domba terhadap gembala dan sebaliknya hanya bisa didasari
oleh relasi yang mendalam antara keduanya. Relasi itu mengandaikan adanya kemampuan
domba mengenali suara gembalanya dan kemampuan gembala memanggil domba-
dombanya menurut namanya. Yang dikatakan Yesus adalah sebuah perumpamaan dan
pendengarnya tidak memahami perumpamaan itu.
Sejak dahulu kala orang Israel yang mempunyai domba-domba, menyerahkan
ternaknya kepada gembala-gembala. Gembala-gembala tersebut membawa
binatangbinatang itu berpindah-pindah tempat mencari rumput. Seringkali mereka berbulan-
bulan tinggal disana. Pada malam hari domba-domba itu di giring ke dalam kandang ditengah
padang rumput. Kandang itu terdiri dari empat dinding batu-batu yang ditumpuk-tumpuk. Di
atas tembok batu-batu itu tumbuh tanaman-tanaman berduri. Kandang itu tidak beratap,
hanya bagian belakang dari kandang itu sering diberi beratap, sehingga pada musim hujan
domba-domba berteduh disana. Pintunya pun tidak ada yang dapat ditutup, jaga malam
berdiri di depan pintu yang terbuka itu. Pada petang hari si gembala berdiri di sana dan seekor
demi seekor masukloah domba-domba itu ke dalam. Sementara itu gembala memeriksa
apakah ada domba yang luka yang perlu diobatinya. Tiap-tiap dombadombanya menegenal
suara gembala domba itu. Gembala itu mengenal domba-dombanya, tiap domba diberi nama.
Kadang-kadang ia harus menempuh bahaya dalam menjaga domba-dombanya. Di padang
rumput itu banyak biantang buas yang mengintai senantiasa. Sebagai senjata selalu ada
padanya gada yang pada ujungnya diberi berduri besi. Selain dari gada itu ada lagi tongkat

44
dan umbannya. Umban itu dipakainya untuk melemparkan batu kepada domba yang terlalu
jauh menyimpang dari kawannya.1
Dengan itu, gembala bagi domba masuk melalui pintu tetapi pencuri dan perampok
mencoba untuk memanjat tembok kandang. Pencuri ada;ah seorang yang mencuri dengan
kelihaian, dengan halus dan yang menjadi tujuan satu-satunya adalah mencuri bulu wol dan
kawanan domba. Sementara seorang perampok adalah seorang yang mengambil sesuatu
dengan kekerasan, dia mengambil dengan paksa. 2 Bukti untuk mengenali pencuri dan
perampok yang datang untuk merusak kawanan domba dan merugikan pemiliknya. Bahwa
ia tidak masuk melalui, sebab ia tidak memiliki hak untuk masuk, tetapi memanjat tembok,
melewati jendela tau lubang-lubang pada dinding. Orang jahat betapa giat dalam dalam
melakukan kejahatan mereka. Mereka merencanakan segala sesuatu, menanggung resiko
apapun, untuk menjalankan usaha mereka. Jadi yang menjadi pencuri dan perampok adalah
para pemimpin Yahudi dimana mereka memimpin dengan menindas orang Kristen Yahudi
yang percaya, maka mereka akan disiksa dan dikucilkan dari sinagoge bahkan mereka
dibunuh.
Gembala yang masuk melalui pintu adalah gembala domba yang mempunyai hak
untuk masuk kedalam kandang domba dan jalan untuk masuk tersedia bagi sang gembala
serta untuk dia penjaga membuka pintu. Gembala memanggil mereka menurut nama mereka
masing-masing yang merupakan suatu bukti bahwa gembala benar-benar memperhatikan
dan menghitung mereka. Gembala menuntun mereka keluar dari kandang ke padang yag
berumput hijau.
Saat gembala membawa domba-domba untuk merumput, dia tidak menghalau
mereka melainkan berjalan di depan mereka melainkan berjalan di depan mereka atau
gembala itu berjalan lebih dahulu untuk menyingkirkan segala bahaya apapun yang mungkin
menghadang dan mengancam kawanan domba-dombanya. Dan ini merupakan kebiasaan di
Timur tengah bahwa gembala berjalan di depan domba-domba, dan karena sudah terbiasa
dengan cara itu maka mereka pun mengikutinya.3 Kebiasaan ini menjadi gambar yang indah
mengenai hubungan antara gembala dan jemaat. Dia berjalan di depan mereka dan mereka
mengikuti dia bukan karena dia menjabat sebagai penjahat tetapi karena mereka mengenal
suaranya dank arena hubungan pribadi.
Kepatuhan para domba terhadap gembala mereka itu membuat mereka mengenali
suaranya, dan dari suaranya mereka dapat membedakannya dengan suara seorang asing dan
seorang asing pasti tidak mereka ikuti, tetapi mereka lari karena curiga akan niat buruk. Suara
orang asing tidak mereka kenal, karena mereka tahu pasti itu bukan suara gembala mereka.
Dalam hal ini yang menjadi pesan dalam ayat 1 – 6 yaitu Yesus adalah pemimpin
sejati orang-orang percaya dan mereka mengenal Dia, sebagaimana Dia mengenal mereka.

1
J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000).441
2
Kevin J. Conner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2004).385
3
Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes (Pasal 6 – 12) (Yogyakarta: ANDI, 2009).141

45
Akibatnya mereka akan mengikuti Dia. Serta Yesus menerangkan dalam perumpamaan yang
singkat ini hubungan antara Dia dengan Domba-domba-Nya. Domba-dombanya adalah
anak-anak Allah yang sesungguhnya. Mereka itu mengenal suara Yesus dan mengikuti Dia.
Orang buta yang sejak lahirnya pun dapat segera mengenal Dia sebagai gembala domba yang
baik, ketika di dengarnya suara Yesus, lalu segera dilakukannya perintah Yesus. Domba-
domba yang baik itu tidak mau tersesat oleh orang Farisi.
Oleh karena orang-orang Yahudi tidak mengerti tentang cerita gembala yang baik,
maka Yesus secara terus terang dan terbuka memberi penerapan kepada diri sendiri.
Dengan mengatakan “ ego eimi e tura “ artinya Aku adalah pintu . Perumpamaan ini menjadi
kebiasaan di Timur yaitu kadangkala kandang domba berupa tanah berpagar kecil untuk
melindungi kawanan pada waktu malam dari binatang-binatang buas, atau sebuah bangunan
rendah yang terbuka ke arah halaman. Hanya ada satu pintu masuk, sang gembala sendiri
akan duduk di dekat pintu masuk,sehingga dia bisa menjadi “ gembala “ dan “ pintu. 4
Kandang itu di lindungi oleh sebuah pintu yang kuat dan kuncinya hanya di pegang oleh
penjaga pintu, dan ketika domba-domba pergi keluar ke bukit-bukit pada musim panas dan
tidak bisa pulang ke kampung sama sekali, mereka dikumpulkan dalam kawanan di bukit itu.
Kandang di atas bukit itu terbuka dan dikelilingi tembok. Pada tembok itu ada satu lubang
dan melalui lubang itu domba-domba masuk dan keluar dan tidak ada pintu semacam apapun.
Pada waktu malam si gembala sendiri membaringkan diri di dalm lubang itu
sehingga tidak ada domba yang bisa masuk atau keluar melewati tubuhnya. Dalam arti yang
harafiah gembala itu menjadi pintu 5 Itulah yang dimaksudkan oleh Yesus waktu Dia
mengatakan “ Akulah pintu “. Artinya melalui Dia dan hanya melalui Dia saja manusia bisa
masuk kepada Allah serta orang-orang harus melalui-Nya untuk menemukan kehidupan
iman yang melimpah atau untuk mendapatkan kehidupan yang kekal. Yesuslah yang menjadi
pintu “ bagi domba-domba Allah “. Barangsiapa ingin turut mengembalakan kawanan
domba, harus melalui Yesus dahulu. Domba-domba pun harus melalui Yesus, supaya
beroleh kehidupan dan keselamatan. Hal ini dikatakan kepada orang-orang Yahudi yang
dianggap sebagai satu- satunya kawanan domba Allah dan juga kepada orang-orang Farisi
yang dianggap sebagia satu-satunya gembala bagi orang-orang Yahudi.
Kristus adalah pintu bagi para gembala, sehingga siapapun yang masuk melalui Dia
tidak dianggap sebagai gembala jemaat. Melainkan seperti dalam ayat 1 bahwa pencuri dan
perampok sekalipun mereka menyamar sebagai gembala dan domba-domba itu tidak
mengenal mereka. Hal ini merujuk pada semua orang yang memiliki kedudukan sebagai
pemimpin di Israel, baik itu penguasa hukum ataupun pembesar gereja yang menjalankan
tugas mereka tanpa ada hubungannya dengan Mesias atau yang tidak memiliki pengharapan
mengenai Dia selama selain kepentingan lahiriah mereka saja.

4
Conner, Jemaat Dalam Perjanjian Baru.385
5
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari 1 – 7 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009).93

46
Denga itu, mereka ini disebut sebagai pencuri dan perampok. Dari semua orang yang
datang sebelum Dia, tidak pada waktunya. Ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi serta imam-
imam kepala yang telah datang sebelum Aku. Mereka telah meritangi kepentinganKu dan
mencegahKu memperoleh tempat dibenak orang-orang dengan terlebih dahulu mencengkoki
mereka dengan prasangka-prasangka buruk tentang Aku. Oleh karena mereka mendahului
Dia maka merekalah pencuri dan perampok yang sesungguhnya. Behawa mereka adalah
gembala yang membawa bencana bagi domba-domba. Sebab mereka membunih dan
memusnahkan orang-orang Kristen Yahudi yang menjadi sebagai pengikut Mesias. Jadi,
pemimpin-pemimpin yang demikian yang Yesus sebutkan sebagai pencuri dan perampok,
mereka datang bukan untuk melayani rakyat tetapi untuk kepentingan mereka sindiri.
Mereka datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan, tetapi Yesus datang
supaya domba mempunyai hidup.
Barangsiapa masuk ke dalam kandang melalui Aku sebagai pintu maka akan selamat
dari pencuri dan perampok serta berbahagia. Bahwa domba harus masuk melalui Yesus
Kristus sebagai pintunya, yaitu melalui iman terhadap-Nya sebagai sang perantara Agung
mereka akan memulihkan mereka dari segala kerusakan sehingga mereka berbahagia
selamanya.
Yesus sebagai gembala yang baik ( ayat 11 – 18 ) merupakan identitas Yesus yang
kedua dalam kisah Gembala Yang Baik. Hal ini dapat di lihat sebagai penjelasan atas dalam
ayat 1 – 5. Dalam bagian ini dipaparkan beberapa ciri seorang gembala yang baik ( 11, 14,
16 ) yang dikontraskan dengan ciri gembala yang kurang baik ( 12 – 13 ). Ada dua ciri
gembala yang baik yang diungkapkan Yesus yaitu rela menyerahkan nyawanya bagi domba-
dombanya ( 11 ) dan mengenal domba-dombanya dan domba-dombanya mengenalnya ( 14
). Pengenalan dalam hal ini tidak sekadar mengetahui nama dan ciri-ciri domba-domba tetapi
lebih pada hubunganyang dalam antara gembala dan dombadombanya.
Yesus adalah gembala yang baik karean kedua ciri gembalayang baik yang Ia
ungkapkan ada pada diri-Nya. pertama, Yesus mengenal domba-domba-Nya dan
dombadomba-Nya mengenal-Nya ( 14 ). Pengenalan atau relasi Yesus dengan domba-
dombaNya. Ia lukiskan seperti relasi-Nya dengan Bapa-Nya ( 15 ). Domba-domba yang
dimaksud Yesus disini tidak terbatas pada kaum Israel saja tetapi berlaku juga bagi siapa saja
yang mau mendengarkan-Nya. Dia akan menuntun domba-domba baik dari kaum Israel
maupun dari luar Israel menjadi satu kawanan di bawah satu gembala ( 16 ). Kedua, Ia
menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-damba-Nya, di sini sangat jelas Yesus
mmengungkapkan bagimana ia akan mati kelak. Kematian Yesus bukan suatu paksaan tetapi
semata-mata karena ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya demi keselamtan manusia.
Yesus bebas memberikan nyawa-Nya dan Ia akan mengambilnya kembali ( 17 – 18 ).
Gembala yang baik dalam arti gembala yang sejati maksudnya gembala yang
sesungguhnya bukan orang upahan dan yang bukan pemilik dari domba-domba itu, sehingga
ia lari meninggalkan domba-domba yang dipercayakan kepadanya, waktu ia melihat serigala

47
menyerang. Gembal yang sesungguhnya maka ia berani mempertaruhkan hidup atau
nyawanya bagi domba-dombanya. Bahkan gembala yang baik adalah menantang bahaya dan
mempertaruhkan nyawanya untuk kawanan domba dan tidak segan mengorbankan
nyawanya sendiri demi keselamatan mereka.
Kristus adalah gembala yang baik dan bukan gembala upahan. Ada banyak orang
yang bukan pencuri dan tidak berniat membunuh dan membinasakan domba-domba,
sehingga mereka pun menjadi gembala tetapi mereka sangat sembrono dalam menjalankan
tugas mereka dan karena itu, domba-domba pun banyak yang terluka. Yesus Kristus adalah
gembala yang baik di atas segala gembala yang terbaik yang ada di dunia yang menjaga jiwa-
jiwa, taka da seorang pun yang secakap, sesetia dan selembut Dia, tidak ada pemeliharaan,
pemimpin, pelindung, dan pemulihan jiwa-jiwa yang seperti Yesus.
Gembala Yang Baik, Mempertaruhkan Nyawa Sendiri
Gembala yang baik tidak ragu-ragu mengambil resiko, mempertaruhkan hidupnya
sendiri untuk menyelamatkan domba-dombanya dari bahaya apapun yang mengancam
kawanan dombanya. Dalam sikap berani mengambil resiko itu sang gembala
memperlihatkan cintanya kepada kawanan dombanya lebih daripada menciantai dirinya
sendiri. Cinta yang rela mempertaruhkan nyawa itulah yang menjadi sumber dari segala
sesuatu yang dilakukan oleh Yesus, sang gembala yang baik, bagi kita kawanan dombaNya.

Gembala Yang Baik Mengenal dan Dikenal Oleh Domba-dombanya


Karena Yesus adalah gembala yang baik, Dia mengenal kisah hidup kita, mengenal
masalah-masalah kita, dan kelemahan-kelemahan kita. Singkatnya, Yesus mengenal karakter
dan kualitas diri dan hidup kita masing-masing. Yesus mencintai dan menerima kita
sebagaimana adanya kita dan membawa kita sepenuhnya ke dalam persekutuan dengan
Yesus sendiri. Sebagai gembala yang baik Yesus tidak membiarkan kita berada jauh dariNya,
tidak menginginkan kita tetap kecil dan tidak dewasa. Dia menginginkan kita berkembang
menjadi dewasa sampai kita bisa masuk ke dalam relasi persekutuan pribadi dengan-Nya.

Aplikasinya Bagi Gembala Masa Kini


Seorang gembala itu memberikan nyawanya artinya mengasihi domba
kepunyaannya. Yesus adalah gembala yang benar dan sejati. Ia mengasihi tanpa batasdan
mau mengmabil resiko dan siap menderita bagi domba-dombanya. Pemimpin yang baik
menurut Yesus adalah orang ynag rela berkorban demi kepentingan orang banyak.
Pemimpin yang baik mengenal dan juga dikenal oleh anak buahnya, sehingga ia bisa
mengetahui kebutuhan anak buahnya. Dengan demikian, pemimpin tersebut bisa
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan anak buahnya.
Ini adalah salah satu contoh pemimpin yang mau memberikan nyawanya terhadap
anak buahnya. Pemimpin juga adalah orang yang memelihara dan menjaga anak buah atau
anggotanya si sebuah perusahaan maupun organisasi. Begitu juga dengan seorang gembala

48
di sebuah gereja. Gembala mengasihi jemaatnya seperti mengasihi dirinya sendiri. Gembala
memelihara jemaat seperti memberikan apa yang dibutuhkan jemaat, mengobati jemaat yang
mengalami luka, menolong jemaat sekiranya membutuhkan pertolongan, mengajarkan
jemaat firman Tuhan sehingga menjadi jemaat yang dewasa rohani. Memberikan waktu
untuk berbagi suka dan duka khusunya yang berhubungan dengan gereja tersebut dan selalu
berkumpul bersama jemaat. Ini semua adalah contoh memberikan nyawanya terhadap
jemaatnya. Yesus dulu memberikan nyawanya dikayu salib untuk menyelamatkan manusia,
tetapi gembala tidak perlu melakukan itu lagi karena Yesus sudah melakukannya.
Gembala masa kini pun harus memperhatikan jemaat yang dibinanya. Alkitab
mengajarkan supaya saling memperhatikan dengan sesame karena manusia adalah makhluk
social, memerlukan perhatian dari orang lain. Perhatian seorang gembala kepada
jemaatjemaatnya sangatlah penting karena ketika gembala memperhatikan para jemaatnya,
pasti mereka merasa dirinya dihargai dan dikasihi. Begitu juga dengan Yesus sebagai
gembala yang senantiasa memperhatikan umatNya yang dikasihi tanpa membiarkan
mengalami kesesatan dan berbagai persoalan lainnya.
Sebagai gembala di sebuah gereja, tugas dan tanggung jawabnya adalah menuntun
setiap jemaat untuk hidup sekat dengan Tuhan dan mencari wajah Tuhan. Ketika jemaat telah
mengalami suatu kehidupan yang salah, maka gembala sendiri datang kepada jemaat itu
untuk menuntun dia keluar dari kesalahannya sehingga ia kembali ke jalan benar yang sesuai
dengan firman Tuhan. Inilah dilakukan karena bukti kasih terhadap jemaatnya, seperti kasih
Tuhan terhadap semua orang.

KESIMPULAN
Setelah penulis merampungkan isi dari jurnal ini, maka penulis menarik kesimplan
yang sangat penting dan perlu diperhatikan khususnya para gembala yang ada saat ini
maupun yang akan menjadi gembala serta para hamba Tuhan. Yesus Kristus adalah contoh
dan teladan sebagai gembala buat para gembala-gembala. Para gembala harus sadar atas
panggilan itu supaya panggilan diletakkan pada posisi yang benar. Karena arti daripada kata
gembala adalah pemelihara, penjaga sesuai dengan gembala yang sebenarnya. Gembalalah
yang menjadi pelayan bukan melayani. Para jemaat pula mengikuti contoh dari para gembala.
Gembala harus banyak memperhatikan para jemaatnya. Dan jemaat bukan hasil untuk
mencari keuntungan tetapi karena Tuhan Yesus yang memerintahkan.
Untuk menajdi gembala yang baik maka harus mempunyai kualifikasi yang baik.
Kualifikasi ini sangat penting agar gembala mampu menggembalakan jemaat dengan benar
dan sesuai dengan kehendak Tuhan seperti yang diajarkan dalam firman Tuhan. Untuk
menggembalakan suatu gereja tidaklah mudah, tidak cukup hanya mengerti firman tetapi
tidak melakukan dalam kehidupan pribadinya dan tidak dipenuhi dengan pengetahuan yang
luas pasti penggembalaan itu tidak berhasil. Gembala juga memilki prinsip-prinsip yang
benar untuk menggembalakan jemaatkarena jemaat akan menilai atau mencontoh
gembalanya.
49
Oleh sebab itu, prinsip-prinsip yang disebutkan oleh penulis dapat menolong para
gembala untuk menjadi gembala yang baik. Setelah gembala mengerti prinsip itu maka
gembala akan secara otomatis menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai gembala
yang telah dipanggil Tuhan sendiri dan sadar dengan panggilan itu.

KEPUSTAKAAN
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari 1 – 7. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Bavinck, J.H. Sejarah Kerajaan Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Conner, Kevin J. Jemaat Dalam Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2004.
Hagelberg, Dave. Tafsiran Injil Yohanes (Pasal 6 – 12). Yogyakarta: ANDI, 2009.

50

Anda mungkin juga menyukai