Anda di halaman 1dari 18

Mengidentifikasi Yesus dalam KS PL dan KS PB

Perjanjian Lama ( Yesus belum ada secara fisik, Ia diramalkan melalui ramalan-
ramalan para Nabi)

Yesus, Sang Mesias atau Juru Selamat sudah dinubuatkan, atau diwartakan dalam Kitab
Suci Perjanjian Lama. Dari kitab PL kita dapat mempelajari bahwa Yesus Kristus adalah Anak
Domba Allah.
Pada masa itu, domba digunakan sebagai korban penghapus dosa (korban yang dibunuh dan
diletakkan di atas mezbah) yang sifatnya tidak kekal (karena harus dilakukan setiap tahun).
Tetapi Yesus yang adalah Allah sendiri turun ke dalam dunia menjadi Anak Domba untuk
dikorbankan sebagai penghapus dosa yang sifatnya kekal, karena dilakukan satu kali untuk
selamanya. Di samping itu, kita juga dapat mempelajari bagaimana kitab PL telah berbicara
mengenai prosesi kedatangan Anak Domba Allah ke dalam dunia dan bagaimana kitab
Perjanjian Baru (PB) menunjukkan bahwa nubuat-nubuat ini digenapi dalam diri Yesus Kristus.
Kita perlu ingat bahwa para nabi PL hidup dan berbicara ratusan tahun sebelum Yesus lahir.
Mereka berbicara sebagaimana Tuhan mengajar mereka melalui Roh Kudus. Dan hal-hal yang
mereka katakan itu benar-benar terjadi.

"Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata:
"Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29)
Yohanes Pembaptis mengatakan secara langsung bahwa Yesus adalah "Anak Domba Allah".
Kata-kata tersebut mempunyai arti yang besar bagi para pendengarnya karena seekor domba
mempunyai fungsi sebagai korban penghapus dosa mulai dari zaman PL hingga saat Yohanes
mengeluarkan perkataan itu. Jika Anda ingin mengerti dengan benar gambaran yang diberikan
kepada Yesus ini dan apa yang sudah Dia perbuat untuk umat manusia, maka kita harus belajar
tentang korban anak-anak domba dalam PL.

 Allah telah menguraikan secara jelas dalam Alkitab bahwa jenis anak domba yang
dikorbankan harus yang terbaik atau tanpa cacat; tidak sakit, terluka, atau yang tidak
sempurna. Oleh sebab itu, ketika seseorang membawa seekor anak domba kepada Imam,
dia akan memeriksanya dengan sangat cermat untuk meyakinkan bahwa anak domba
tersebut benar-benar telah memenuhi semua kriteria (memiliki semua kualitas) yang
ditetapkan dalamPL.

Allah sendiri telah menyampaikan pernyataan mengenai Yesus demikian, "Inilah Anak
yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" (Matius 3:17). Yesus adalah satu-satunya
pribadi yang memenuhi semua kualifikasi seperti anak domba dalam PL. Dia adalah
pribadi yang sempurna dan tanpa dosa. Dengan demikian, Dia dapat menjadi korban
"Anak Domba" untuk menggantikan hukuman atas dosa-dosa kita.
KEHIDUPAN YESUS DI DUNIA TELAH DINUBUATKAN
Ratusan tahun sebelum Yesus lahir, para nabi dari Perjanjian Lama (PL) telah
banyak berbicara tentang pesan Allah kepada manusia. Pesan itu adalah bahwa Allah
akan mengirimkan seorang Juru Selamat (seseorang yang akan membebaskan manusia
dari dosa dan menjadikannya benar di hadapan Allah) ke dalam dunia. Mereka tidak
hanya membicarakan prosesi kedatangan-Nya, tetapi juga hal-hal tertentu yang akan
terjadi dalam kehidupan-Nya.

"Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barang siapa percaya kepada-Nya, ia
akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama- Nya." (Kisah Para Rasul
10:43)
Ayat tersebut adalah perkataan Rasul Petrus ketika berkhotbah di hadapan sekelompok
orang. Dia mengingatkan mereka akan semua yang telah dikatakan para nabi tentang
Yesus dan bagaimana keselamatan (menjadi benar di hadapan Allah) dapat diterima
lewat iman dalam Yesus. Artinya, semua hal yang berhubungan dengan diri-Nya telah
diberitahukan (dinubuatkan) jauh sebelum ia lahir ke dalam dunia ini.

1. Tempat Kelahiran-Nya Telah Dinubuatkan Sebelumnya (Mikha 5:1)

Mikha menyampaikan kata-kata ini lebih dari tujuh ratus tahun sebelum Yesus
dilahirkan. Memang mustahil bagi manusia bisa mempunyai pengetahuan seperti
itu. Hanya oleh Roh Kudus yang bisa memberitahukannya. Melalui Matius 2:1-6
kita tahu bahwa Yesus adalah orang yang menggenapi nubuat dalam PL ini.

2. Perawan yang akan Melahirkan Telah Dinubuatkan (Yesaya 7:14)

Ketika Yesaya berbicara tentang seorang perawan yang akan melahirkan Yesus,
ia sama sekali tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Ini juga merupakan sesuatu
yang mustahil bahwa seorang perawan dapat melahirkan, jika bukan karena kuasa
dari Allah yang menyebabkan perkara itu bisa terjadi. Tetapi dari Lukas 1:26-35,
kita tahu bagaimana Maria, seorang perawan (dia belum menikah), menjadi ibu
Yesus. Meskipun Yusuf diketahui sebagai ayah Yesus, firman Allah mengajarkan
dengan jelas kepada kita bahwa Yusuf dan Maria tidak hidup bersama sebagai
suami istri sampai Yesus lahir. Kita mempelajari hal ini dalam Matius 1:18-25.
Semuanya terjadi tepat seperti yang Allah firmankan Allah lewat Nabi Yesaya.

3. Yesus Mempunyai Roh Kudus yang telah Dinubuatkan (Yesaya 42:1)

Ketika membaca PB, kita menemukan janji yang telah diucapkan oleh Yesaya ini
benar-benar digenapi. Yesus dipenuhi Roh Allah, yang disebut Roh Kudus dalam
PB. Bacalah dengan teliti Yohanes 1:32-34. "Sebab siapa yang diutus Allah,
Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya
dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala
sesuatu kepada- Nya" (Yohanes 3:34-35).
4. Penolakan Manusia akan Yesus telah Dinubuatkan (Yesaya 53:3)
Sudah bertahun-tahun orang Israel menantikan seorang Juru Selamat sebagaimana
dinubuatkan oleh para nabi.
Tetapi mereka tidak tahu seperti apa Juru Selamat yang akan diutus Allah kepada
mereka. Mereka mengharapkan seorang Juru Selamat yang bisa menyelamatkan
mereka dari musuh-musuh Israel dan memberikan kekayaan dan kuasa yang
besar. Tapi Allah mengutus Yesus bukan untuk melakukan keinginan manusia
tapi untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka. Karena itu Yesus
datang memberitahukan tentang dosa manusia dan kebutuhan untuk berpaling dari
dosa-dosa mereka. Manusia menjadi menolak Yesus. Nubuat ini telah
disampaikan lama sebelum terjadi dan dari kitab PB kita membaca bagaimana
pemerintah dan pemimpin agama membenci Yesus dan akhirnya memakukan-
Nya di atas kayu salib. Bacalah penolakan akan Yesus di dalam Matius 27:22-23,
"Kata Pilatus kepada mereka, 'Jika begitu apakah yang harus kuperbuat dengan
Yesus yang disebut Kristus?' Mereka semua berseru. 'Ia harus disalibkan!'
Katanya, 'Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?'
Namun mereka makin keras berteriak, 'Ia harus disalibkan!'"

5. Yesus Masuk ke Yerusalem Telah Dinubuatkan (Zakharia 9:9)

Nubuat ini menerangkan dengan jelas bagaimana Yesus masuk ke Yerusalem


dengan kemenangan-Nya, seperti manusia yang rendah hati mengendarai seekor
keledai. Sekarang bacalah Matius 21:1-9. Peristiwa ini juga terjadi dalam hidup
Yesus tepat seperti yang telah dijanjikan Nabi Zakharia jauh sebelumnya.

6. Pengkhianatan akan Yesus Telah Dinubuatkan (Mazmur 41:10)

Ayat ini menceritakan kepada kita bahwa pengkhianatan terhadap Yesus


dilakukan oleh seorang sahabat karib-Nya.
Sahabat yang dimaksud ialah Yudas Iskariot. Dia hidup bersama Yesus selama 3
tahun sebagai salah seorang murid-Nya. Dia ikut melayani, tapi hatinya tidak
benar dihadapan Allah. Dalam Yohanes 12:6 dikatakan bahwa hal itu
dikatakannya bukan karena ia memerhatikan nasib orang- orang miskin,
melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang
disimpan dalam kas yang dipegangnya. Karena cintanya akan uang, dia setuju
mengkhianati Yesus dan ini merupakan penggenapan dari nubuatan dari Mazmur
41:10, "Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah
mengangkat tumitnya terhadap aku." Bacalah bagaimana nubuat tersebut telah
digenapi dalam Matius 26:14-16.

7. Kematian Yesus telah Dinubuatkan


Dalam PL, banyak nubuat yang menceritakan kematian Yesus, yang tidak bisa
dipelajari semuanya dalam pembahasan singkat ini. Kita akan memerhatikan
beberapa dari nubuatan-nubuatan itu. Pertama, bacalah kematian Yesus di atas
kayu salib dalam Matius 27:27-50. Sekarang, mari kita lihat beberapa ayat dalam
PL yang menubuatkan peristiwa-peristiwa yang benar terjadi dari kematian Yesus
itu.

a.Yesus berseru kepada Allah, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau


meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong."
(Mazmur 22:2). Digenapi dalam Matius 27:46, "Kira-Kira jam tiga berserulah
Yesus dengan suara nyaring: 'Eli, Eli lama sabakhtani?' Artinya: AllahKu
AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?"

b.Manusia mengolok-olok dan membenci Dia. Perhatikan, "Tetapi aku ini ulat
dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak. Semua yang
melihat aku mengolok- olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan
kepalanya. 'Ia menyerah kepada Tuhan; biarlah Dia yang melepaskannya!
Bukankah Dia berkenan kepadanya?'" (Mazmur 22:7-9). Bacalah Matius 27:39-
43 sebagai penggenapannya.

c.Paku-paku dipakukan ke dalam tangan dan kaki-Nya. "Sebab anjing- anjing


mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan
dan kakiku" (Mazmur 22:17). Bacalah Yohanes 20:25, "Maka kata murid-murid
yang lain itu kepadanya, 'Kami telah melihat Tuhan!' Tetapi Tomas berkata
kepada mereka, 'Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum
aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke
dalam lambung-Nya sekali-kali aku tidak akan percaya.'

d.Mereka bertaruh untuk pakaian Yesus. "Mereka mambagi-bagi pakaianku di


antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku" (Mazmur 22:19).
Bandingkan dengan Matius 27:35, "Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-
bagikan pakaian-Nya dengan membuang undi."

e.Kematian-Nya di atas kayu salib adalah karena dosa-dosa kita. "Tetapi dia
tertikam oleh Karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan
kita: ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya
dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti ombak,
masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah
menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian" (Yesaya 53:5-6). Baca dalam
2Korintus 5:21, "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa
karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."

f. Dia tetap diam dalam pengadilan. "Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri
ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke
pembantaian" (Yesaya 53:7b). Digenapi dalam Matius 27:12-14, "Tetapi atas
tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia Ia tidak
memberi jawab apa pun. Maka kata Pilatus kepada-Nya: 'Tidakkah Engkau
dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?' Tetapi Ia
tidak menjawab satu kata pun sehingga wali negeri itu sangat heran."
g.Dia dipandang sebagai seorang berdosa. "Sebab itu Aku akan membagikan
kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-
orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan
nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-
pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk
pemberontak- pemberontak" (Yesaya 53:12).
Bacalah Markus 15:27, "Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun,
seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya."

8. Kebangkitan Yesus telah Dinubuatkan (Mazmur 16:10)

Sekarang, bacalah Kisah Para Rasul 2:22-27. Ketika Petrus berkhotbah pada hari
Pentakosta, dia menggunakan ayat-ayat dari Mazmur 16:10 sebagai bukti bahwa
Allah telah menubuatkan kebangkitan Yesus. Ketika Petrus selesai
menyampaikan pesannya, banyak orang insaf bahwa Yesus telah memenuhi
nubuat-nubuat dalam PL.

Mereka kemudian percaya bahwa Yesus pasti Juru Selamat yang dijanjikan dalam
PL. Hari itu, sekitar tiga ribu orang berpaling dari dosa- dosa mereka dan
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka. Ketika mereka
melakukan hal ini, mereka menerima pengampunan dosa dan hidup yang kekal.

Perjanjian Baru (Yesus nyata secara fisik, inkarnasi secara sempurna)

Fondasi utama kekristenan adalah Perjanjian Baru. Ini semacam penyataan/wahyu dari
'atas' (Kerajaan Sorga) kepada dunia yang ada di 'bawah', terutama mengenai hal-hal rohani.
Berbeda dengan bentuk Perjanjian Lama (selanjutnya disebut PL) yang relatif bersifat
fisik/jasmaniah, Perjanjian Baru (selanjutnya disebut PB) justru sangat rohani. Hal-hal yang
bersifat fisik, menjadi hilang perannya dalam PB. Dapat dikatakan bahwa PB adalah
pengejawantahan hal-hal rohani, termasuk apa-apa yang termaktub dalam PL. Jika anda
membaca PB dari awal hingga akhir, tekanannya adalah ke hal-hal rohaniah.

PB berpusat sepenuhnya kepada Yesus Kristus, yang mana jejak-jejak kehidupannya adalah
semata-mata kehidupan rohaninya. Jika Ia bicara roti, tekanannya adalah roti sorgawi; jika ia
bicara rumah, itu adalah rumah sorgawi; demikian seterusnya. Manusia pun dipandang sebagai
makhluk rohani (spiritual being). Memahami Kristus adalah dengan memandang bahwa Ia
sedang menjabarkan hal-hal hakiki kehidupan, yaitu hal-hal rohani. Memang ada kesan, seolah-
olah Kristus tidak peduli urusan duniawi. Maksudnya tidak demikian, Kristus tidak berarti
meniadakan hal-hal fisik. Hanya saja hal-hal materi, fisik, dan duniawi tersebut, ditempatkanNya
sebagai hal-hal yang fana/tidak kekal. Sebagai sesuatu yang suatu saat akan berlalu. "Langit
dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu." (Lukas 21:33).
Pada Injil Yohanes (pasal 3), dituliskan bahwa suatu kali, Yesus bertemu dan berbincang dengan
seorang pemimpin agama Yahudi bernama Nikodemus. Saat itu Yesus mengungkapkan tentang
perlunya seseorang 'dilahirkan kembali' untuk dapat melihat Kerajaan Sorga Sekalipun
Nikodemus ini pengajar, ahli agama, tetapi ia tidak dapat menangkap dengan benar makna
perkataan Kristus. Ia malah melihat seseorang yang tidak mungkin masuk kembali ke dalam
rahim ibunya untuk 'dilahirkan kembali'! Betapa duniawinya ahli agama ini! Sungguh ironis
kenyataannya, seorang pengajar agama, berpola pikir secara duniawi. Tetapi itulah
kenyataannya. Agama semata tidak membawa seseorang kepada pencerahan/penyingkapan
rohani. Penyingkapan kebutaan rohani, hanya dapat dilakukan secara rohani. Manusia tidak
dapat mencapainya dengan usaha sendiri. Segala macam cara yang ditempuh manusia, tidak akan
dapat menggapai Kerajaan Sorga. Hanya kelahiran kembali secara rohani itulah caranya. Dan
Yesuslah jalannya kelahiran kembali secara rohani itu! Yesuslah jalan yang benar membawa
kepada kehidupan! Yesuslah pintu gerbang kelahiran kembali, Yesuslah RAHIM kelahiran
kembali! "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yoh 3:16). Percaya Yesus, percaya
sebenar-benarnya percaya, itulah kelahiran kembali!

Perhatikanlah dengan seksama, jika Yesus adalah pintu gerbang/rahim kelahiran kembali, itu
artinya alam kerohanian itu, dunia baru yang akan datang itu, eksistensi/keberadaannya adalah
ada di dalam Yesus! Yesuslah Alfa & Omega, inti dari segala sesuatu! Oleh karena itulah, tidak
tanggung-tanggung dan tanpa tedeng aling-aling Perjanjian Baru bersaksi, "...karena di dalam
Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang
kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah,
maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia." Wow! (Kolose
1:16).

Pustaka KS PL dan PB
Kitab-kitab Perjanjian Lama (PL) dibagi dalam 5 kelompok:

1. Lima Taurat Musa

- Kejadian
- Keluaran
- Imamat
- Bilangan
- Ulangan

2. Kitab-kitab Sejarah

- Yosua
- Hakim-hakim
- Rut
- 1 Samuel
- 2 Samuel
- 1 Raja-raja
- 2 Raja-raja
- 1 Tawarikh
- 2 Tawarikh
- Ezra
- Nehemia
- Ester

3. Kitab-kitab Syair

- Ayub
- Mazmur
- Amsal
- Pengkotbah
- Kidung Agung

4. Kitab-kitab Nabi Besar

- Yesaya
- Yeremia
- Ratapan
- Yehezkiel
- Daniel

5. Kitab-kitab Nabi Kecil

- Hosea
- Yoel
- Amos
- Obaja
- Yunus
- Mikha
- Nahum
- Habakuk
- Zefanya
- Hagai
- Zakharia
- Maleakhi

Kitab-kitab Perjanjian Baru (PB) dibagi dalam 5 kelompok :

1. Kitab-kitab Injil

- Matius
- Markus
- Lukas
- Yohanes

2. Kitab Sejarah

- Kisah Para Rasul

3. Surat-surat Paulus

- Roma
- 1 Korintus
- 2 Korintus
- Galatia
- Efesus
- Filipi
- Kolose
- 1 Tesalonika
- 2 Tesalonika
- 1 Timotius
- 2 Timotius
- Titus
- Filemon
- Ibrani

4. Surat-surat Lain

- Yakobus
- 1 Petrus
- 2 Petrus
- 1 Yohanes
- 2 Yohanes
- 3 Yohanes
- Yudas

5. Kitab Nubuat

- Wahyu
Yesus Kristus mewartakan KA melalui Sabda dan Karya
1. Yesus mewartakan KA melalui sabda

Dalam diri Yesus dari Nasaret, sabda Allah tampak secara konkret manusiawi. Penampakan itu
merupakan puncak seluruh sejarah pewahyuan sabda Allah. Tetapi oleh karena sabda itu sudah
menjelmakan diri dalam sejarah dan tidak dapat tinggal dalam sejarah untuk selamanya, maka
untuk mempertahankan hasilnya bagi semua orang, sabda itu harus menciptakan bentuk-bentuk
lain, yang di dalamnya sabda itu dapat hadir dan berbicara.

Ada tiga bentuk sabda Allah dalam Gereja, yaitu:


1. Sabda/pewartaan para rasul sebagai daya yang membangun Gereja.
2. Sabda Allah dalam Kitab Suci sebagai kesaksian normatif.
3. Sabda Allah dalam pewartaan aktual Gereja sepanjang zaman.

Pewartaan sabda Alah oleh Gereja bukan hanya sekedar informasi mengenai Allah dan Yesus
Kristus, melainkan sungguh-sungguh menghadirkan Kristus yang mulia. Di dalamnya Kristus
menyelamatkan, menyembuhkan hati dari setiap orang yang mendengar dan membuka diri
terhadap sabda yang disampaikan itu. Kristus membebaskan kita dari dosa melalui sabda-Nya.
Dalam mewartakan sabda Allah, kita dapat mewartakannya secara verbal melalui ka¬ta-kata
(kerygma), tetapi juga dengan tindakan (martyria).

Misi Yesus mewartakan Kerajaan Allah rupanya bukan tugas yang mudah. Sebelum
Yesus tampil di muka umum, sudah banyak paham Kerajaan Allah yang hidup dan berkembang
dalam masyarakatnya. Paham-paham Kerajaan Allah yang berkembang saat itu tidak bisa
dilepaskan dari situasi dan kondisi yang dialami bangsa Yahudi, yang langsung maupun tidak
langsung berpengaruh pula pada sikap dan perilaku masing-masing kelompok dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam relasi mereka dengan sesama, maupun dengan Tuhan.

Di tengah berbagai paham Kerajaan Allah itu, Yesus mewartakan Kerajaan Allah sesuai dengan
yang dihayati-Nya sendiri. Dalam mewartakan Kerajaan Allah tersebut, Yesus berusaha agar
pewartaan-Nya dapat dipahami dengan mudah. Itulah sebabnya kerap kali Ia menggunakan
perumpamaan. Tetapi Yesus tidak hanya mengajarkan dan menjelaskan Kerajaan Allah,
melainkan menunjukkan tanda-tanda kehadirannya melalui tindakan-Nya.

2. Yesus Mewartakan KA melalui Karya (Mukjizat)

Yesus bukan saja berbicara tentang Kerajaan Allah, tetapi juga memberi kesaksian tentang
Kerajaan Allah dengan tindakan-tindakan-Nya. Memang ada kesatuan antara Sabda dan karya-
Nya. Ia tampil sebagai nabi, tetapi juga sebagai tabib. Unsur hakiki nabi dan tabib, masing-
masing mewakili unsur perkataan dan perbuatan, yang merupakan kesatuan yang tak terpisahkan
dalam hidup Yesus. Kesatuan antara Sabda dan karya Yesus itu bersifat sedemikian rupa
sehingga kebenaran perkataan Yesus itu tampak dalam perbuatan-Nya; dan arti perbuatan Yesus
diberitahukan dalam perbuatan-Nya.

Mukjizat Sebagai Tanda Kehadiran Allah.

Dengan mengerjakan mukjizat, Yesus memperlihatkan kehadiran Kerajaan Allah. Tanda-tanda


mukjizat yang dikerjakan Yesus itu memperlihatkan bahwa dalam diri Yesus genaplah nubuat
para nabi tentang Mesias yang kedatangan-Nya telah dijanjikan kepada para leluhur Israel.
Dengan mengerjakan mukjizat, dengan ”menjadikan segala-galanya baik” (Mrk 7:37), Yesus
menjelmakan pemerintahan Allah. Para pengarang Injil menceritakan mukjizat-mukjizat Yesus
guna memaklumkan bahwa Yesus tidak hanya menyampaikan kabar yang menggembirakan itu,
tetapi Ia sendirilah Kabar Gembira, ”Injil”. Yesus sendirilah keselamatan, rahmat, dan
penyembuhan bagi manusia yang sedang susah. Kalau begitu, pemerintahan Allahyang
eskatologis itu betul-betul sedang mendobrak masuk ke dunia ini. ”...Jika Aku mengusir setan
dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Lukas
11:20).

Beberapa contoh mukjizat yang dilakukan Yesus sebagai tanda Kehadiran Allah:

a. Yesus Membangkitkan Anak Seorang Janda di Nain (Luk 7:11-17).


Melalui mukjizat membangkitkan anak muda di Nain, Yesus ingin menunjukkan bahwa Allah
berkuasa atas kehidupan dan kematian manusia. Dengan melakukan itu Ia ingin menunjukkan
bahwa Ia adalah Mesias, Penyelamat yang mereka nantikan.

b. Yesus Meredakan Angin Ribut (Mat 8:23-27)


Mukjizat yang dilakukan Yesus meredakan angin ribut, Yesus hendak menunjukkan bahwa
Allah berkuasa atas alam semesta. Tidak ada kekuatan lain yang mampu mengalahkan kekuatan
Allah sendiri. Kekuasaan Allah mengatasi kekuatan apapun yang ada di dunia ini. Maka semua
ciptaan harus tunduk pada kekuatan Allah.

c. Yesus Mengusir Roh Jahat (Mark 1:21-28)


Dengan mengusir roh jahat, Yesus ingin menunjukkan bahwa Allah lebih berkuasa dari roh-roh
yang ada. Roh jahat selalu mengarahkan manusia pada perbuatan yang tidak dikehendaki Allah
yang membawa kehancuran dan kebinasaan. Sedangkan Roh Allah membawa manusia pada
kebenaran dan kebahagiaan hidup bersama Allah.

Ikut Mewartkan KA dalam hidup Konkret


Di dalam Yesus Kristus inilah Kerajaan Allah dan Injil hadir. Namun, persoalannya
adalah bagaimana pewartaan ini tetap bisa dijalankan di Indonesia yang mayoritas beragama
Islam dan memiliki budaya yang sangat beragam. Salah satu cara adalah dengan kesaksian.
Kesaksian hidup sehari-hari yang bernafaskan iman akan Yesus Kristus ini menjadi kunci dalam
melaksanakan pewartaan Kristus dan Kerajaan Allah. Sebagaimana Yesus Kristus telah lebih
dahulu menghidupi warta gembira Kerajaan Allah dan Injil-Nya, bahkan dikatakan wujud
Kerajaan Allah adalah ada dalam diri Yesus Kristus, kita pun seharusnya menghayati isi iman
akan Yesus Kristus dalam hidup sehari-hari khususnya dalam perjumpaan dengan penganut
agama lain sehingga warta gembira Kerajaan Allah terpancar, menjadi terang bagi masyarakat.
Oleh karena itu, dalam dialog-dialog yang diselenggarakan sebaiknya berisi tentang pengenalan
satu sama lain tentang iman yang dihayati tanpa mengurangi kebenaran yang ada dalam ajaran
iman masing-masing agama. Selain itu, bersama-sama mengupayakan kesejahteraan masyarakat
sebagai konsekuensi logis dari iman yang dihayati masing-masing mitra dialog itu.

Kesaksian iman akan Kristus itu dalam bentuk yang lebih konkret, yaitu pelayanan kasih
terhadap sesama dan masyarakat untuk menghadirkan Kerajaan Allah, menurut saya, merupakan
metode berteologi yang paling sesuai dan dibutuhkan di Indonesia. Keterlibatan aktif jemaat
Gereja Katolik dalam keprihatinan dan kegiatan kemasyarakatan dalam pelbagai bidang di
masyarakat menjadi sarana dan wadah pewartaan Kristus yang efektif sehingga Gereja,
meskipun merupakan berupa kawanan kecil, menjadi terang dan garam bagi masyarakat di
sekitarnya.

Menjelaskan Sengsara Wafat Dan Kebangkitan Kristus

Wafat Yesus adalah kenyataan historis. Kisah sengsara yang kita miliki sekarang,
sebagaimana termuat di dalam keempat Injil, sesungguhnya tidak pertama-tama menyampaikan
fakta apa yang sesungguhnya terjadi dan bagaimana kronologinya, melainkan merupakan suatu
pewartaan tentang makna kisah sengsara Yesus bagi jemaat. Namun, pewartaan itu jelas
dilandasi oleh kenyataan historis bahwa Yesus benar-benar menderita sengsara dan wafat di kayu
salib. Untuk itu, para peserta didik perlu dijelaskan sejauh menyangkut fakta sejarah, latar
belakang, dan sebabmusabab Yesus dijatuhi hukuman mati.

Sengsara dan wafat Yesus merupakan tanda terbesar kasih Allah kepada manusia: “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh
hidup yang kekal” (Yohanes 3: 16). Allah Bapa menyerahkan Putera-Nya untuk menderita dan
wafat demi keselamatan manusia.
Sengsara dan wafat Yesus juga merupakan tanda agung dari Kerajaan Allah. Yesus telah
mewartakan Kerajaan Allah melalui kata-kata dan perbuatan. Yesus menyadari bahwa kesaksian
yang paling kuat dalam mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah ialah kesediaan-Nya
untuk mati demi Kerajaan Allah yang diperjuangkan-Nya. Maka, Yesus berani menghadapi
risiko ini dengan penuh kesadaran dan tanpa takut. Yesus yakin dengan sikap-Nya yang
konsekuen dan berani menghadapi maut akan memberanikan pula semua murid-Nya dan
pengikut-pengikut-Nya untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah walaupun harus
mempertaruhkan nyawanya.

Makna Sengsara Dan Wafat Yesus

Wafat Yesus adalah Konsekuensi atas Pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah

Sejak sebelum melaksanakan tugas perutusan-Nya mewartakan Kerajaan Allah, Yesus rupanya
sadar akan konsekuensi yang harus ditangggung-Nya. Injil Lukas (dan dua injil sinoptik lainnya)
menuliskan bahwa tiga kali dalam perjalanan karya-Nya, Yesus memberitahukan kepada para
murid-Nya tentang nasib yang akan dialaminya (Lukas 9: 22-27; Lukas 9:43-45; Lukas 18:31-
34). Konsekuensi pewartaan Kerajaan Allah yang dilakukan-Nya terjadi seusai Dia berpuasa
berupa tawaran dari kekuatan jahat (iblis) yang berusaha membelokkan arah tugas Yesus. Di
desanya sendiri di Nazareth, Provinsi Galilea, Ia juga mendapat penolakan dari masyarakat
kampungnya. Ia juga mendapat halangan dan rintangan dari para murid-Nya sendiri yang tidak
memahami siapa diriNya. Dan terutama datang dari para pemuka agama Yahudi. Mereka inilah
yang akhirnya menyalibkan Yesus hingga wafat.

Wafat Yesus sebagai Tanda Ketaatan dan Kesetiaan-Nya pada Bapa

Sikap Yesus untuk tidak melarikan diri dari sengsara yang akan dihadapi-Nya semakin
mengukuhkan tekad yang pernah diucapkanNya. Dalam satu kesempatan, Yesus pernah berkata:
”Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-
Nya” (Yohanes 4: 34). Yesus setia kepada kehendak Bapa-Nya, Ia taat sampai mati. Yesus
menebus ketidaktaatan manusia kepada Allah melalui ketaatan-Nya.”Jadi, sama seperti
ketidaktaatan satu orang, semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan
satu orang, semua orang menjadi orang yang benar” (Roma 5: 19). Dengan ketaatan-Nya sampai
mati, Yesus menyelesaikan tugas-Nya sebagai hamba yang menderita; seperti yang dikatakan
dalam Yesaya 53: 10-12.

Wafat Yesus adalah Tanda Solidaritas-Nya dengan Manusia

Wafat Yesus ”untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan
Yahudi suatu kebodohan” (1Korintus 1: 23). Tetapi menurut Paulus, bagi orang-orang yang
percaya akan Allah, peristiwa Yesus disalibkan mempunyai arti baru. ”Untuk mereka yang
dipanggil, baik orang Yahudi maupun orang yang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah
dan hikmah Allah. Sebab, yang bodoh dari Allah lebih besar hikmahnya daripada manusia
(1Korintus 1: 24-25). Dalam diri Yesus yang wafat disalibkan itu Allah berkarya.
Dalam peristiwa salib, kita dapat mengenal pernyertaan Allah dalam hidup manusia. Allah yang
berbelas kasih tidak pernah meninggalkan manusia. Sekalipun manusia mengalami kesengsaraan
dan penderitaan, Allah tetap menjadi Allah yang selalu beserta kita (Immanuel). Kesengsaraan
dan wafat Yesus menjadi tanda agung kehadiran Kerajaan Allah karena memberi kesaksian
tentang Allah yang sebenarnya, yakni Allah Yang Mahakasih.

Melalui diri Yesus Allah menunjukkan solidaritasnya dengan manusia. Ia telah senasib dengan
manusia sampai kepada kematian, bahkan kematian yang paling hina. Tidak ada wujud
solidaritas yang lebih hebat daripada kematian Yesus. Yesus rela mati disalib di antara dua
penjahat. Ia telah menjadi manusia, sama dengan kaum tersisih dan terbuang.

Wafat Yesus bukti bahwa Allah Mengasihi Manusia

Wafat Yesus menjadi tanda dan sekaligus bukti nyata, bahwa Allah sangat mengasihi manusia.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi
dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia (Yohanes 3:16-17). Yesus sendiri
menegaskan hal tersebut kepada muridmuridNya, sebelum sengsara dan wafat-Nya: “Tidak ada
kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-
sahabatnya”. (Yohanes 15:13)

Kematian Yesus Menyelamatkan Manusia

Wafat Yesus di salib bukan kejadian yang serba kebetulan, tetapi merupakan bagian dari misteri
penyelamatan Allah bagi semua manusia, yang sudah direncanakan sejak awal mula, dan yang
sudah dinubuatkan Nabi Yesaya dalam Perjanjian Lama (lihat Yesaya 52:13-53:12). Itulah
sebabnya Paulus mengatakan: ”Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab
Suci” (1Korintus 15: 3).

Yesus bersedia wafat di salib untuk mempersatukan kembali manusia yang berdosa dengan
Allah. Hal ini ditegaskan oleh Petrus dalam suratnya yang pertama: ”Sebab kamu tahu, bahwa
kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu
bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak dan emas, melainkan dengan darah
yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak
bercacat. (1 Petrus 1: 18-19). Santo Paulus berkata: ”Dialah yang tidak mengenal dosa telah
dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2Korintus
5: 21).

B. Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke Surga

Kepercayaan bahwa kematian bukan akhir segalanya bagi hidup manusia tersebar dalam semua
agama dan kepercayaan. Mereka percaya bahwa sesudah kematian, sesungguhnya manusia
masih hidup dan terus hidup, walaupun dalam wujud lain. Bahkan dalam banyak kepercayaan
roh orang yang sudah meninggal masih sering hadir dalam dunia manusia, atau bisa juga secara
sengaja dihadirkan. Roh nenek moyang bahkan bisa diminta bantuannya untuk peristiwa-
peristiwa khusus hidup manusia.

Sebagai manusia, Yesus pun mengalami kematian. Ia wafat dan dikuburkan sebagaimana
manusia pada umumnya. Tetapi kematian bukan akhir segalanya tentang Yesus, sebab Yesus
dibangkitkan Allah dari kematian. Warta tentang kebangkitan Yesus Kristus tersebut merupakan
dasar paling penting dalam iman Kristen, sebab “jika Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah
seluruh iman kita” (bandingkan 1Korintus 15: 14). Kebangkitan Yesus merupakan bukti harapan
bagi Gereja bahwa kematian bukan akhir segalanya, sebab melalui baptisan, kita telah
dipersatukan dengan wafat Yesus Kristus dan kelak akan menikmati kebangkitan bersama
Kristus. Bahkan bukan itu saja, sebagaimana Kristus masuk dalam kemuliaan Allah di Surga,
demikian pula setiap orang yang percaya kepadaNya.

Sayangnya, Kitab Suci Perjanjian Baru tidak memberikan bukti autentik tentang peristiwa
kebangkitan Yesus itu sendiri. Berkaitan dengan peristiwa kebangkitan Yesus, Perjanjian Baru
hanya menyuguhkan dua peristiwa penting, yakni: peristiwa makam kosong dan penampakan
Yesus kepada para murid-Nya. Oleh karena itu pemahaman kita tentang kebangkitan Yesus bisa
bertitik tolak dari kedua peristiwa tersebut

Kebangkitan Yesus merupakan peristiwa sejarah


1. Kebangkitan Yesus
Perjanjian Baru menegaskan bahwa kebangkitan Yesus dari alam maut merupakan kejadian yang
benar-benar terjadi dalam sejarah manusia dan sejarah keselamatan. Malahan Santo Paulus telah
menulis kepada umat di Korintus sekitar tahun 56: “Yang sangat penting telah kusampaikan
kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-
dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan,
pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; dan bahwa Ia telah menampakkan diri kepada
Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya” (1 Korintus 15:3-4). Rasul Paulus
berbicara di sini tentang tradisi yang hidup mengenai kebangkitan, yang ia dengar sesudah
pertobatannya di depan pintu gerbang Damaskus (bandingkan Kisah Para Rasul 9:3-18).

Kubur kosong menandai Kristus yang bangkit

Kitab Suci Perjanjian Baru menceritakan tentang makam kosong sebagai titik awal kisah
kebangkitan Yesus. Tetapi kejadian makam kosong ini tidak langsung dengan sendirinya
menjadi bukti tentang kebangkitan. Perempuan-perempuan yang melihat makam Yesus yang
kosong, awalnya berpikir bahwa jenazah Yesus diambil orang (bandingkan Yohanes 20:13;
Matius 28:11-15). Walaupun demikian, makam kosong itu adalah satu bukti yang sangat penting
untuk semua orang. Dengan melihat kejadian makam kosong, dan melihat “kain kafan terletak di
tanah” (Yohanes 20:6), maka mereka menjadi percaya bahwa Yesus benar-benar bangkit
(Yohanes 20:8). Mereka akhirnya percaya, bahwa jenazah Yesus tidak diambil oleh manusia,
dan bahwa Yesus tidak kembali lagi ke suatu kehidupan duniawi seperti Lasarus (bandingkan
Yohanes 11:44).
Yesus menampakkan Diri

Kisah bahwa Yesus bangkit dikuatkan dengan kisah penampakan Yesus. Pertama kali Yesus
menampakkan diri kepada Maria dari Magdala, Maria Ibu Yakobus dan Salome (bandingkan
Matius 28:9- 10; Yohanes 20:11-18). Merekalah saksi kebangkitan Yesus yang pertama kali.
Sesudah itu Yesus menampakkan diri kepada Petrus, kemudian kepada kedua belas murid-Nya
(bandingkan 1 Korintus 15:5).

Mengapa Kristus Bangkit?

St. Thomas Aquinas menjelaskan bahwa ada lima alasan mengapa Kristus bangkit.
Pertama, untuk menyatakan keadilan Allah.
Kristus yang rela taat pada kehendak Allah, menderita dan wafat sudah selayaknya ditinggikan
dengan kebangkitan-Nya yang mulia.
Kedua, untuk memperkuat iman kita.
Rasul Paulus menuliskan, “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah
pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” (1Korintus 15:14) Dengan
kebangkitan-Nya, maka Kristus sendiri membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, dan
membuktikan bahwa kematian-Nya bukanlah satu kekalahan, namun merupakan satu
kemenangan yang membawa kehidupan.
Ketiga, untuk memperkuat pengharapan.
Karena Kristus membuktikan bahwa Dia bangkit dan membawa orang-orang kudus bersama
dengan-Nya, maka kita dapat mempunyai pengharapan yang kuat, bahwa pada saatnya, kitapun
akan dibangkitkan oleh Kristus. Dan inilah yang menjadi pewartaan para rasul, seperti yang
dikatakan oleh rasul Paulus “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari
antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada
kebangkitan orang mati?” (1Korintus 15:12). Bersama-sama dengan Ayub, kita dapat berkata
“Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. yang aku sendiri
akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikanNya dan bukan orang lain. Hati
sanubariku merana karena rindu.” (Ayub 19:25,27).
Keempat, agar kita dapat hidup dengan baik.
St. Thomas mengutip Roma 6:4, “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan
Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”
Dengan demikian, kebangkitan Kristus mengajarkan kita untuk senantiasa hidup dalam hidup
yang baru, yaitu hidup dalam Roh.
Kelima, untuk menuntaskan karya keselamatan Allah.
Karya keselamatan Allah tidak berakhir pada kematian Kristus di kayu salib, namun berakhir
pada kemenangan Kristus, yaitu dengan kebangkitanNya. Rasul Paulus menuliskan “yaitu Yesus,
yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.”
(Roma 4:25)

Makna Kebangkitan Kristus Bagi Kita

Rasul Paulus menulis sebagai berikut: “Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah
pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1Korintus 15:17). Kebangkitan-Nya
membuktikan bahwa pengajaran dan termasuk klaim bahwa Dia sungguh Allah mendapatkan
bukti yang kuat. Hal ini diperkuat bahwa janji akan kebangkitan Kristus telah dinubuatkan
sebelumnya. Rasul Paulus menyatakan, “Dan kami sekarang memberitakan kabar kesukaan
kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita, telah digenapi Allah
kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam
mazmur kedua: AnakKu Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini.” (Kisah Para
Rasul 13:32-33)

Dengan kebangkitan Kristus, maka terbukalah pintu masuk menuju kehidupan baru, yaitu hidup
yang dibenarkan oleh Allah atau hidup yang penuh rahmat Allah. Dikatakan dalam Roma 6:4
“Supaya seperti Kristus DRAFT 10 MARET 2016 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
217 telah dibangkitkan dari antara orang mati demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang
baru.” Hidup yang baru, yaitu hidup di dalam rahmat, memungkinkan kita untuk dapat menjadi
saudara Kristus dan menjadi anakanak Allah di dalam Kristus. Dan kepercayaan akan besarnya
rahmat Allah ini, membuka harapan baru kepada kita, bahwa pada saatnya nanti, kitapun akan
dibangkitkan bersama dengan Kristus dan kemudian hidup berbahagia untuk selama-lamanya
bersama dengan Kristus dalam persatuan abadi bersama Allah Roh Kudus dan Allah Bapa.

Membuat Refleksi Tentang Sengsara, Wafat, dan Kebangkitan


Kristus
Renungan/Refleksi
Yesus adalah sang Juruselamat. Ialah penyelamat dan penolong umat manusia. Ia hadir
untuk menggenapi kehendak Bapa. Dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus ini, Ia ingin
membuktikan cinta kasih tak terbatas untuk manusia. PenderitaanNya yang amat sangat ini,
karena ingin memberi yang terbaik untuk manusia agar pewartaan kerajaan Allah dapat benar-
benar terlaksana. Walaupun saat wafat, Yesus dicemooh karena tidak dapat menyelamatkan
diriNya sendiri, tapi Tuhan datang membangkitkanNya pada hari yang ke-3. Sehingga inilah
yang menjadi bukti kuat pewartaan cinta kasih Tuhan dalam diriNya.
Sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus perlu kita maknai sebagai hal yang benar-benar
baik dan penting. Sengsara dan wafat Yesus menunjukkan cinta Yesus pada umat manusia
melalui pengorbananNya yang amat luar biasa. Dan kebangkitan Yesus merupakan permulaan
dari corak kehidupan baru, kelahiran baru dan permulaan suatu kehidupan yang lebih mulia. Jadi
setelah kita memaknai betapa baiknya makna dibalik sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus kita
bisa mulai merenungkan betapa sakitnya disiksa, dihina, dicela, dan dipaku pada kayu salib.
Belum lagi, ditikam lambungNya.

Maka dari itu, kita perlu berdoa kepada Tuhan Yesus untuk memohon dari sengsaraNya
agar kita pun dikuatkan oleh Tuhan melalui bilur-bilurNya. Ingat! Tuhan tidak wafat dengan sia-
sia. Ia wafat dengan satu tujuan; menyelamatkan umat manusia dari dosa.
Menjelaskan Yesus Sungguh Allah dan Sungguh Manusia
Rahasia kepercayaan kita mengenai Putera Allah ialah bahwa Ia menyatakan diri-Nya
dalam rupa manusia (1 Tim 3:16). Kristus adalah Tuhan dan manusia. Kita menerima kedua
aspek ini dengan penuh kepercayaan. Walaupun manusia, Ia adalah Allah yang sesungguhnya,
tidak kurang daripada Bapa dan Roh Kudus; tetapi walaupun Tuhan, Ia adalah manusia yang
sesungguhnya seperti manusia lain kecuali dalam hal dosa. Kedua aspek itu terjalin di dalam
persatuan yang penuh rahasia dan tidak terpecahkan.

Bukti ke-Allah-anNya dapat dilihat juga dalam cara bagaimana Ia melakukan mujizat-
Nya. Memang ada juga nabi yang membuat mujizat, tetapi sifatnya sangat lain daripada apa yang
dilakukan Yesus. Ia selalu berjalan keliling dan di mana-mana Ia menyembuhkan orang sakit dan
mengusir setan. Yesus melakukan mujizat yang begitu banyak, dengan cara yang begitu
sederhana dan penuh cinta kasih. Orang-orang lain melakukan mujizat atas nama Tuhan, Ia
melaksanakannya atas nama Diri-Nya sendiri. Ia langsung mengatakan: "Kepadamu Kukatakan,
bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" (Mrk 2:11). Dari orang-orang
lain kita tidak pernah mendengar ucapan seperti: "Aku mau, jadilah engkau tahir." (Mat
8:3). Bukti yang lain mengenai ke-Allah-anNya ialah bahwa Ia mengajar mereka sebagai orang
yang berkuasa, tidak seperti para ahli taurat (Mrk 1:22). Di sini tidak hanya dimaksudkan
kepastian dan keyakinan yang Ia miliki, tetapi bahwa Ia sebagai guru dan pemberi undang-
undang juga mempunyai kekuasaan untuk berkhotbah, untuk menentukan dan untuk memerintah.
Nabi-nabi berkata: Demikianlah firman Tuhan, sebaliknya Yesus mengeluarkan perkataan:
Tetapi Aku berkata kepadamu. (Mat 5:22)
Kesaksian yang Ia berikan, bahwa Ia adalah Putera Allah yang datang untuk mendirikan
Kerajaan Allah, dinilai orang sebagai penghujatan terhadap Allah. Demi kesaksian ini, Ia
dihukum mati. Musuh-musuhNya mendengar itu tetapi tidak percaya. Tetapi para murid-Nya
memberikan kesaksian dengan hati penuh kepercayaan: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah
yang hidup!" (Mat 16:16). Lebih jelas daripada ini adalah pengakuan rasul Tomas: “Ya Tuhanku
dan Allahku” (Yoh 20:28).

Yesus sungguh manusia dapat dilihat dari dia memiliki fisik sebagai manusia (darah dan
daging), lalu ia juga digoda sebagaimana manusia, namun tidak jatuh ke dalam dosa.

Menjelaskan Makna Hidup Yesus Bagi Manusia


Tuhan menghendaki agar kita hidup bahagia, dan jalan untuk hidup bahagia itu sebenarnya
diajarkan-Nya melalui Sabda-Nya, yang dijelaskan dengan setia oleh Gereja yang didirikan-Nya,
yaitu Gereja Katolik.

Kristuslah jalan, kebenaran dan hidup yang akan menghantar kita kepada Allah Bapa
(Yoh 14:6) di mana kita akan menemukan kebahagiaan kita yang sempurna. Allah yang
menjanjikan pengharapan ini adalah Allah yang setia (Ibr 10:23). Maka, jika kita mencari
KerajaanNya dan kebenaran-Nya di dunia ini, maka Tuhan akan setia mencukupkan kebutuhan
kita, “maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:33). Dengan kata lain,
kebahagiaan di duniapun akan Tuhan berikan. agar kita dapat meresapkan makna kebahagiaan
yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, dengan demikian dapat menemukan makna kehidupan kita
yang sesungguhnya di dunia ini; sambil menantikan penggenapannya yang sempurna di surga
kelak. Teladan ini secara jelas kita lihat dalam kehidupan para orang kudus, seperti Bunda Teresa
dari Kalkuta, Yohanes Don Bosco, Fransiskus dari Asisi, Theresia (Therese) dari Liseux, dst.
Mari dengan cara yang kecil dan sederhana kita melayani Tuhan, yaitu dengan setia menjalani
panggilan Tuhan dalam hidup kita, demi kasih kita kepada Tuhan yang menciptakan kita; supaya
dengan demikian, kita memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya.

Merefleksikan Makna Hidup Yesus Bagi Dirinya


Apa itu Juruselamat dan mengapa kita membutuhkan Juruselamat? Alkitab menjelaskan bahwa
semua manusia telah berdosa, melakukan hal-hal yang jahat, seperti yang terpapar di Roma 3:10-
18. Sebagai akibat dari dosa itu, manusia pantas menerima murka dan penghakiman Tuhan.

Satu-satunya hukuman yang pantas bagi dosa melawan Allah yang kekal adalah hukuman yang
kekal (Roma 6:23, Wahyu 20:11-15). Itu sebabnya kita membutuhkan Juruselamat.

Yesus Kristus datang ke dunia dan mati menggantikan kita. Kematian Yesus, sebagai Allah
Putera dalam wujud manusia, adalah pembayaran yang pantas untuk menebus dosa-dosa kita (2
Korintus 5:21).

Yesus wafat di kayu salib demi membayar dosa-dosa kita, ungkap Paulus di Roma 5:8. Yesus
membayar harga yang tadinya harus kita bayar sehingga kita sekarang tidak perlu membayarnya.

Kebangkitan Yesus dari antara orang mati membuktikan bahwa kematianNya sudah cukup untuk
membayar hutang dosa kita. Itu sebabnya Yesus adalah satu-satunya Juruselamat (Yohanes 14:6;
Kisah Rasul 4:12).
Jika kita mau menerima Yesus sebagai Juruselamat dan menerima pengampunan dari Allah,
berikut ini adalah sebuah doa yang dapat Anda panjatkan. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini
atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Doa ini adalah sebuah cara untuk
mengungkapkan kepada Allah bahwa Anda beriman kepadaNya dan ungkapan terima kasih
kepadaNya atas keselamatan yang Dia sediakan bagimu.

Hanya iman kepada Yesus yang akan menyelamatkan Anda dari kebinasaan.

Anda mungkin juga menyukai