Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DISKURSUS FILSAFAT PANCASILA


DEWASA INI
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Pancasila

Oleh Kelompok 4 :

1. Adithya Sandy Putra (1923735703)


2. Angela F. Bria (1923735705)
3. Noven Y. Onmaley (1923735688)
4. Patrecya A. Lena (1923735689)

Kelas E
Teknik Komputer Jaringan
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Diskursus Filsafat Pancasila
Dewasa Ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Filsafat Pancasila bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Elkana Goro Leba, S.sos.,MPA selaku
dosen mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan bagi kami.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Setiap bangsa memiliki nilai-nilai yang dipegang dalam menjalani kehidupan sehari-
hari selama berabad-abad. Hal ini termasuk bagaimana seorang individu memandang
individu lain baik di dalam bangsanya ataupun di dalam bangsa lain, juga termasuk di
dalamnya bagaimana bangsa tersebut memandang alam disekitarnya. Nilai-nilai inilah yang
disebut juga Philosofich grondslag. Philosofich grondslag lahir dari proses pemikiran yang
mendalam sebagai upaya Bangsa Indonesia, yang dalam sejarahnya, pernah mengalami masa
keemasan lama sebelum para penjajah datang bersama VOC. Kemudian seiring berjalannya
sejarah Bangsa Indonesia yang jatuh dan bangkit serta terjajah oleh bangsa lain selama
berabad-abad, Philosofich grondslag ini (Pancasila) digali dan diperkenalkan lagi oleh Ir.
Soekarno pada Rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia
(BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945.

Pancasila dari kelahirannya kembali dalam rapat BPUPKI tersebut mampu merasuk
ke dalam jiwa Bangsa Indonesia karena bukan merupakan hal yang baru bagi Bangsa
Indonesia. Pancasila juga mampu bersaing dan bertahan dari besarnya pengaruh dari dua
Philosofich grondslag yang ada di dunia saat itu dan Indonesia pada saat Orde Lama di
bawah kepemimpinan Presiden Soekarno mampu bertahan dari derasnya tekanan bangsa-
bangsa lain yang menganut Kapitalisme dan Sosialisme yang pada saat itu bersaing
menanamkan pengaruh pada negara-negara Eropa Barat dan Amerika untuk Kapitalisme
serta Uni Soviet dan China untuk Sosialisme.

Pancasila, sebagai sebuah pesan yang disampaikan dalam teknik retorika yang
disampaikan oleh Ir. Soekarno pada rapat BPUPKI tersebut, menjadi sebuah jawaban bagi
upaya untuk memperdatukan Bangsa Indonesia yang terpecah belah karena politik devide et
impera (adu domba) yang dijalankan oleh penjajah untuk memecah belah bangsa Indonesia.

Dalam pidatonya, Ir. Soekarno menyampaikan penjelasan yang sangat mendalam


mengenai kebutuhan dan tantangan yang akan dihadapi oleh Bangsa Indonesia setelah
merdeka, dan Ir. Soekarno juga menjelaskan bagaimana Pancasila menjadi jawaban atas
segala kebuthan dan tantangan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana interpretasi Ir. Soekarno mengenai Pancasila di komunikasikan


melalui pidatonya dalam rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945?
C. TUJUAN
Dari rumusan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari
dilakukannya makalah ini adalah untuk mencari interpretasi Ir. Soekarno mengenai
Pancasila di komunikasikan melalui pidatonya dalam rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
BAB II
PEMBAHASAN

1. RIWAYAT SINGKAT SOEKARNO


Soekarno adalah proklamator kemerdekaan dan presiden pertama Republik Indonesia.
Jabatan presiden dipegangnya sejak tahun 1945 sampai dengan 1967. Kemahirannya berpidato
diakui oleh hampir semua tokoh di seluruh penjuru dunia. Keahlian itu didukung oleh
kemampuannya menguasai enam bahasa asing. Selain itu Soekarno menyandang dua puluh
enam gelar doktor kehormatan dari beberapa universitas di berbagai belahan dunia.
Soekarno lahir pada 06 Juni 1901 di Surabaya. Ayahnya bernama Raden Sukemi
Sosrodjiharjo, dan ibunya bernama Ida Nyoman Rai. Sebenarnya nama asli Soekarno adalah
Kusno. Nama itu dianggap membawa sial, karena pada masa kecil Soekarno sering diwarnai
sakit. Nama Soekarno diilhami dari nama tokoh pewayangan, yakni Karna. Teladan Karna
inilah yang menginsipirasi Soekarno untuk menegakkan keadilan dan kebenaran.
Soekarno pada awalnya menuntut ilmu di Inlandsche School, di Tulungagung, ia hanya
mencapai kelas lima, dan atas keinginan ayahnya ia melanjutkan di ELS (Europeesche Lagere
School), di Mojokerto. Setamat ELS, Soekarno diterima di HBS (Hoogere Burgerschool) di
Surabaya atas bantuan HOS Tjokoaminoto (Ketua Sarekat Islam dan tokoh pergerakan
nasional Indonesia). Ia menumpang di rumah Tjokoaminoto bersama Douwes Dekker, Tjipto
Mangunkusumo, Agus Salim, Muso, Alimin, dll.
Setelah menamatkan sekolahnya di HBS, Soekarno melanjutkan studinya di THS
(Technische Hoogeschool) Bandung. Ia juga sempat mendirikan Studieclub Bandung. Pada
masa tersebut ia terlibat aktif dalam kelompok studi dan pergerakan nasional. Masa inilah ia
mendapat julukan “singa podium” karena kemahirannya berpidato.
Pada 4 Juli 1927 Soekarno membentuk PNI (Partai Nasional Indonesia). Dalam
perjuangannya, organisasi ini mengambil sikap nonkoperasi. Kepiawaian Soekarno daam
berorganisasi membuat PNI berkembang pesat dan menarik banyak hati simpatisan. Kemajuan
ini membuat Belanda geram. Pada Desember 1929, pemerintah Belanda menangkap Soekarno
dan sejumlah tokoh PNI. Mereka kemudian diadili pada 18 Agustus 1930 di Bandung, hingga
akhirnya Soekarno dijatuhi hukuman 4 tahun kurungan dan mendekam di penjara Sukamiskin.
Sebelum vonis dijatuhkan, Soekarno sempat membela dirinya dengan pidato yang cukup hebat
dan terkenal yang kemudian dibukukan dengan judul “Indonesia Menggugat”.
Ketika masa tahannya usai, PNI ternyata telah membubarkan diri untuk sementara dan
anggotanya mulai terpecah-belah. Hal ini membuat Soekarno lebih memilih untuk
berkonsentrasi dan mengembangkan Partindo. Ia juga masih sempat menulis buku yang
berjudul “Mencapai Indonesia Merdeka”. Buku ini dilarang oleh pemerintah Belanda, dan
Sokearno pun dibuang ke Ende (Flores) tanpa melalui proses persidangan.
Ketika Jepang mendarat di Palembang, Soekarno dibawa ke Jakarta. Pendudukan Jepang
membuat Soekarno mendapat tempat. Jepang ‘memanfaatkan’ Soekarno untuk
mempropagandakan kepentingan Jepang dan menyebarkan paham bahwa mereka adalah
saudra tua dari bangsa Indonesia. Dalam perkembangannya Jepang hendak menarik hati rakyat
dengan menjanjikan kemerdekaan. Jepang kemudian membentuk BPUPKI untuk merumuskan
bangunan Indonesia merdeka. Kesempatan ini tidak disia-siakan Soekarno untuk mempertajam
visinya demi kemerdekaan bangsa Indonesia, bahkan pada 1 Juni 1945 Soekarno
mengemukakan 5 prinsip sebagai dasar bagi Indonesia nantinya. Pidato ini dikenal sebagai
hari lahir Pancasila.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya Indonesia mencapai kemerdekaan.
Dinyatakan oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jalan
Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
Pada 17 Mei 1956, Bung Karno mendapat kehormatan menyampaikan pidato di depan
Kongres Amerika Serikat. Dalam pidato itu ia gigih menyerang kolonialisme. Ia mendapat
sambutan luar biasa dari Amerika Serikat. Pidato itu menunjukkan konsistensi pemikiran dan
sikap-sikap Bung Karno yang sejak masa mudanya anti kolonialisme.
Namun pemerintahan Soekarno diakhiri oleh detik-detik tragis Supersemar (Surat
Pemerintah Sebelas Maret). Diwali oleh keragu-raguannya mengenai Partai Komunis
Indonesia (PKI). Setelah melalui banyak pertimbangan akhirnya pada 11 Maret 1966 ia
memberikan mandat kepada Mayor Jendral Soeharto untuk mengambil alih situasi. Ujung
peristiwa ini adalah MPRS tidak menerima Nawaksara (pidato pertanggungjawaban presiden),
dan mencabut kekuasaan Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Pasca peristiwa itu, kondisi
Soekarno semakin memburuk. Pada 16 Juni 1970 ia mengalami masa kritis dan akhirnya
meninggal pada 21 Juli 1970.
2. POSISI DILOSOFIS PIDATO SOEKARNO TANGGAL 1 JUNI 1945
Pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 ada dalam posisi filosofis tertentu. Artinya, pidato ini
ada dalam konteks pidato-pidato para tokoh yang lain.
Pada siding pertama (31 Mei 1945) , Soepomo menguraikan 3 teori berdirinya suatu
negara. Teori tersebut adalah:
- Teori Individualistis
- Teori Golongan Kelas
- Teori integralistik

Menurut Soepomo, Indonesia haruslah merupakan Negara Realistik, karena dalam


Negara Realistik inilah ada persatuan antara pemimpin dan rakyatnya.
Ideologi yang hendak ditolak bagi bangunan Indonesia merdeka, menurut Soepomo,
adalah federalisme (yang mencuatkan keterpecahan) dan individualism-liberalime (yang
menekankan kebebasan mutlak bagi individu, dan juga monarki.
Dunia saat itu memang dilanda perang ideologi antara Barat yang menjunjung tinggi
liberalism Timur yang mempromosikan sosialisme. Para founding fathers tentu amat sangat
mengerti hal itu dan mencari pijakan filosofis dan sekaligus ideologis yang memadai bagi
berdirinya bangsa Indonesia. Pada bingkai itulah Soekarno meyampaikan pidatonya mengenai
Pancasila.
3. GAGASAN MENGENAI PANCASILA
Pancasila ditawarkan Soekarno sebagai Philosofische Grondslag (dasar,filsafat, atau
jiwa) dari Indonesia merdeka.
Kemauan dan hasrat untuk merdeka, menurut Soekarno, harus mendahulukan perdebatan
mengenai dasar negara. Karena buat apa membicarakan dasar Negara jika kemerdekaan tidak
ada? Dari hal ini logika berpikir Soekarno yang terlebih dahulu menggelorakan semangat untuk
merdeka, bahkan ketika rakyat masih miskin, belum bisa baca tulis, dan seterusnya.
Soekarno mengemukakan gagasannya dalam sebuah siding BPUPKI atau dala bahasa
Jepang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai pada 1 Juni 1945. Sokarno menguraikan dasar dari
Indonesia merdeka. Argumentasinya, seperti pada ajakannya untuk meraih kemerdekaan, juga
didahului dengan mereferensi sejarah kemerdekaan negara lain.
Argumentasi Soekarno mengenai dasar negra dibuka dengan suatu pertanyaan, “Apakah
Weltanschauuung (dasar dan filsafat hidup)kita, jikalau kita hendak mendirikan Indonesia
merdeka?”. Terlebih dahulu ia hendak mengutarakan pandangannya bahwa dasar negara
Indonesia ini haruslah ditemukan dalam lubuk hati dan jiwa bangsa Indonesia jauh sebelum
bangsa ini merdeka.
Selanjutnya Soekarno menguraikan dasar-dasar apa saja yang perlu dimiliki bagi
Indonesia. Yang ia sebutkan ialah kebangsaan Indonesia, internasionalisme (kemanusiaan),
mufakat, kesejahteraan (keadilan sosial), dan akhirnya Ketuhanan. Kelima prinsip itulah yang dia
namakan Pancasila dan diusulkannya sebagai Weltanschauung negara Indonesia merdeka.
Kebangsaan yang dimaksud Soekarno adalah Nationale Staat dan nasionalisme
Indonesia. Setiap warga Negara harus merasa diri mempunyai satu bangsa dan tumpah darah
yang sama, yakni Indonesia.
Kedua, kebangsaan yang dimaksud Soekarno ini untuk menjaga perikemanusiaan
(internasionalisme).
Ketiga, permusyawaratan yang dimaksud adalah perjuangan ide dari seluruh rakyat
Indonesia lewat wakil-wakilnya.
Keempat, kesejahteraan umum yang dimaksud adalah kemakmuran yang harus bisa
dinikmati bangsa Indonesia.
Kelima, ketuhanan yang dimaksud adalah Ketuhanan yang berkebudayaan. Artinya
bangsa Indonesia menghargai pengakuan akan setiap manusia Indonesia akan peran Tuhan
dalam pencapaian ini.
Sampai akhir rapat pertama, masih belum ditemukan kesepakatan untuk merumuskan
dasar Negara, sehingga akhirnya dibentuk panitia kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal
sebagai Panitia Sembilan.
Setelah melakukan kompromi antar 4 orang dari kaum kebangsaan dan 4 orang dari pihak
Islam, panitia Sembilan kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal
dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia.
d.Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun Piagam Jakarta mengalami koreksi lalu versi yang dipakai secara resmi dan
berlaku sekarang adalah versi yang tercantum dalam Mukadimah UUD 1945;
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/
Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

4. SOEKARNOLAH PENGGAGAS AWALI PANCASILA


Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari transkrip asli risalah siding
BPUPKI yang dihimpun oleh Arsip Nasional Republik Indonesia, yang ternyata berasal dari dua
sumber, yaitu dari Koleksi Pringgodigdo dan Koleksi Muhammad Yamin.
Sampai tahun 1993, arsip Pringgodigdo dan Koleksi Muhammad Yamin yang disimpan
Arsip Nasional Republik Indonesia. Dari arsip Pringgodigdo inilah diketahui bahwa sebenarnya
M. Yamin bukanlah penggali Pancasila.
Pada satu kesempatan siding Panitia Lima 10 Januari 1975, M. Hatta menyatakan bahwa
M. Yamin telah memalsukan tanggal pidatonya.
Pernyataan Bung Hatta tersebut diperluas dalam memoarnya yang terbit pada 1979.
Dalam buku itu ia menguraikan bahwa sebelum selesai siding hari itu, Radjiman sebagai ketua
mengangkat suatu panitia kecil yang di dalamnya duduk semua aliran (Islam, Kristen, dan para
ahli konstitusi) untuk merumuskan kembali pokok-pokok pidato Soekarno yang kemudian diberi
nama Pancasila. Dalam Panitia Sembilan itu Soekano meminta M. Yamin membuat suatu
Preambule yang didalamnya termuat teks Pancasila.
Otensitas pidato Soekarno sebenarnya tidak mengadung keraguan apapun. Dalam
“Catatan Pembahasan atas Makalah Menelusuri Dokumen Historis Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan” A.B. Kusuma menginventariasi beberapa bukti dan saksi kuat yang
menyatakan keabsahan dan keaslian pidato Soekarno.
5. KONTEKS SIDANG WAKTU ITU:
PERDEBATAN ANTARA KAUM ISLAM DAN NASIONALIS
Pada September 1944 Perdana Menteri Kyoso mengumumkan secara resmi bahwa
Jepang berniat memberikan kemerdekaan Indonesia. Menindaklanjuti hal itu, Jepang
kemudian membentik Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) pada 29 April 1945 dan dilantik pada 28 Mei 1945.
Pada 1 Juni 1945 saatnya bagi Soekarno untuk menyampaikan gagasannya. Soekarno
berpidato dan sekaligus menutup siding pertama. Ia berpidato dengan konteks pembicaraa
mengenai dasar Negara. Konsep yang ditawarkan Soekarno adalah Pancasila yang kemudian
diperasnya dalam Ekasila, yakni gotong-royong. Pidato Soekarno setidaknya menjadi pidato
yang paling memikat dan menggugah semangat para peserta sidang. Hal ini Nampak dari
banyaknya tepuk tangan riuh dann tanggapan dari para peserta siding saat ia mengemukakan
gagasannya.
“Philosofiche Grondslag” adalah fundamen filsafat dari suatu Negara. Soekarno dengan
demikian berada dalam suatu konteks “perdebatan” atau “pertarungan” gagasan dengan para
tokoh lainnya.
Saat itu juga terjadi “persaingan” antara golongan Islam dan nasionalis. Hal ini
setidaknya nampak dari seringnya Soekarno menyebut ke-2 golongan ini dalam pidatonya.
Sebaliknya, kaum nasionalis menghendaki agar negara tidak mendasarkan
diri pada agama tertentu. Sebenarnya dalam konteks saat itu ada ketegangan dari kaum Islam
dan nasionalis. Kaum Islam berpendapat bahwa seharunyalah agama Islam menjadi dasar
Negara mengingat besarnya jumlah penduduk yang beragama Islam di Indonesia.

Konteks yang mengemuka dalam siding itu, setidaknya bisa dirinci ke dalam poin-poin
berikut:
a. Masalah waktu kemerdekaan: sekarang atau nanti?
b. Masalah Philosifiche Gondslag. Kaum Islam menawarkan syariat Islam, golongan
nasionalisme mengusulkan nasionalisme tanpa didasarkan atas agama tertentu.
c. Masalah bentuk pemerintahan Negara: demokrasi, republik, dan menurut catatan M.
Yamin ada yang mengusulkan berbentuk kerajaan.
Kesimpulan yang bisa diambil adalah: Soekarno berpidato di depan Sidang BPUPKI yang
bertugas menyelidiki apa-apa yang perlu bagi kemerdekaan Indonesia. Sidang ini sendiri
diwarnai oleh “perang” pemikiran demi mencari dasar yang kokoh bagi berdirinya Negara
Indonesia.
Konteks perdebatan antara kaum Islam dan Nasionalis juga menjadi bingkai dari Pidato
Soekarno. Perdebatan ini kemudian mengemukakan kembali ketika Piagam Jakarta disahkan
dan kemudian diubah lagi.

Anda mungkin juga menyukai