0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan34 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pribadi Yesus Kristus. Yesus adalah pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa, dan Dia sungguh-sungguh manusia dan Allah. Kehadiran Yesus menyatukan umat manusia kembali dengan Allah.
Dokumen tersebut membahas tentang pribadi Yesus Kristus. Yesus adalah pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa, dan Dia sungguh-sungguh manusia dan Allah. Kehadiran Yesus menyatukan umat manusia kembali dengan Allah.
Dokumen tersebut membahas tentang pribadi Yesus Kristus. Yesus adalah pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa, dan Dia sungguh-sungguh manusia dan Allah. Kehadiran Yesus menyatukan umat manusia kembali dengan Allah.
1 . APA ITU JANJI? 2. APA YG MEMBUAT MANUSIA SERING MENGINGKARI JANJI? A. Yesus Pemenuhan Janji Allah Dalam hidup bersama dengan orang lain, manusia mengenal istilah janji. Ada berbagai alasan yang mendorong orang membuat janji, misalnya karena rasa cinta, rasa tanggung jawab, ingin membahagiakan orang lain, dan ingin mewujudkan suatu cita-cita. Janji yang telah diungkapkan membawa konsekuensi baik bagi diri orang yang berjanji dan maupun orang yang mengetahuinya. Oleh karena itu, janji harus ditepati dan dijalankan dengan setia. Pengingkaran terhadap janji akan menimbulkan kekecewaan, tetapi janji yang ditepati akan mendatangkan kebahagiaan serta rasa syukur, memperbesar kepercayaan dan menumbuhkan ikatan persaudaraan yang lebih erat lagi. Untuk mewujudkan sebuah janji memang dibutuhkan perjuangan bahkan pengorbanan. Allah juga pernah mengungkapkan janji-Nya kepada manusia. Janji Allah itu muncul karena keprihatinan Allah terhadap situasi dosa yang melanda manusia (Kej 3:1-15) Allah, yang menciptakan segala sesuatu melalui sabda-Nya, sejak awal mula menginginkan hidup manusia bahagia. Ia bermaksud membuka jalan menuju keselamatan di surga. Setelah mereka jatuh ke dalam dosa, Allah menjanjikan penebusan, Ia mengangkat mereka untuk mengharapkan keselamatan (lih. Kej 3:15). Tiada putus-putusnya Ia memelihara umat manusia, untuk mengurniakan hidup kekal kepada semua orang, yang mencari keselamatan dan bertekun melakukan apa yang baik (lih. Rom 2:6-7). Meskipun manusia sering bertindak mengikuti kehendaknya sendiri, Allah tetap setia dengan janji-Nya. Berkali- kali manusia mengingkari dirinya sebagai ciptaan dan menjauh dari Allah; jatuh ke dalam dosa.
Akibatnya manusia menderita,
hubungan dengan Allah terputus dan rusaknya hubungan dengan sesama. Sekalipun manusia menjauhi-Nya, dengan kebesaran kasih-Nya Allah mengundang manusia untuk kembali kepada-Nya dan tidak ingin melihat hidup manusia dalam kehancuran. Peristiwa keselamatan yang dialami Nuh memperlihatkan bahwa Allah tidak akan membiarkan hidup manusia hancur karena dosa. Allah tetap melangsungkan rencana keselamatan-Nya bagi manusia dan alam semesta. Hal ini dilukiskan dalam perjanjian antara Allah dan Nuh (Kej 9: 8-11).
Demikian pula pada saat yang
ditentukan Ia memanggil Abraham untuk menjadikannya bangsa yang besar (lih. Kej 12:2). Sesudah para Bapa bangsa, Ia membina bangsa itu dengan perantaraan Musa serta para Nabi, supaya mereka mengakui Diri-Nya sebagai satu-satunya Allah yang hidup dan benar, Bapa Penyelenggara dan hakim yang adil, dan supaya mereka mendambakan Penebus yang dijanjikan. Dengan demikian berabad-abad lamanya Ia menyiapkan jalan bagi Mesias. Gambaran konkret mengenai Mesias dinubuatkan oleh Nabi Yesaya demikian: “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yesaya7:14). Nubuat Nabi Yesaya tentang seorang perempuan tersebut di atas terpenuhi ketika Malaikat Gabriel mengunjungi Maria dan berkata: “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya” (Luk 1:31-32). Setelah berulang kali dan dengan berbagai cara Allah bersabda dengan perantaraan para Nabi, “akhirnya pada zaman sekarang Ia bersabda kepada kita dalam Putera” (Ibr 1:1-2). Sebab Ia mengutus Putera-Nya, yakni sabda kekal, yang menyinari semua orang, supaya tinggal di tengah umat manusia dan menceritakan kepada mereka hidup Allah yang terdalam (lih. Yoh 1:1-18). Maka Yesus Kristus, Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai “manusia kepada manusia”, “menyampaikan sabda Allah” (Yoh 3:34), dan menyelesaikan karya penyelamatan, yang diserahkan oleh Bapa kepada-Nya (lih. Yoh 5:36; 17:4). Sungguh besar kasih setia Allah kepada umat-Nya. Ia tak pernah ingkar janji. Dengan mengutus Yesus, anak-Nya yang tunggal, Sang Penyelamat, mulailah babak baru sejarah umat manusia. Dengan ketaatan-Nya sampai mati di kayu salib, Yesus membawa kita bersatu kembali dengan Allah, Bapa-Nya dan Bapa kita juga. Allah memenuhi janji-Nya. Allah tak ingin manusia hancur dalam kuasa dosa. Janji Allah terwujud dalam pribadi Yesus Kristus, Sang Putera Allah sendiri, yang selama hidup-Nya selalu mewartakan keselamatan bagi semua orang (Ibr 1:1-4). Maka sebagai orang yang telah diselamatkan, kita harus memiliki hidup dengan semangat baru yakni hidup yang sesuai dengan kehendak Allah, meninggalkan perbuatan dosa dan selalu mengarahkan diri pada keselamatan. B. Kemanusiaan dan Ke-Allah-an Yesus Dalam kisah penciptaan dikatakan bahwa manusia diciptakan secitra dengan Allah. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri (lih. Kej 1:26). Hal tersebut menegaskan bahwa dalam diri manusia terkandung dimensi kemanusiaan atau jasmani dan dimensi rohani yang tak dapat dipisahkan satu sama lain, melainkan merupakan satu kesatuan utuh. Dimensi kemanusiaan nampak dalam kenyataan berikut: ia diciptakan, lahir dari rahim seorang ibu, berjenis kelamin, mengungkapkan perasaan, dapat sakit, dapat mati dan sebagainya.
Dalam diri manusia juga mengandung
dimensi rohani, sehingga manusia dapat mengasihi, dapat berdoa, dapat mengampuni dan sebagainya. Tetapi karena dibatasi kemanusiaannya manusia tidak dapat sepenuhnya memancarkan dan menghadirkan keilahiannya.
Kedua dimensi tersebut perlu dipahami
secara baik, sebab karya penyelamatan Allah menggunakan kedua dimensi tersebut, sehingga penyelamatan Allah bisa dirasakan manusia secara sempurna Hal tersebut dilaksanakan Allah dengan menjelma dalam manusia Yesus. Maka dalam diri Yesus tampaklah secara sempurna ke dua dimensi tersebut. Yesus sungguh- sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah. Yesus sungguh-sungguh manusia nampak dalam kenyataan berikut: Menurut silsilah, nenek moyang Yesus adalah Abraham (Mat i:1-17), Yesus dilahirkan oleh ibunya Maria, berjenis kelamin laki-laki, lahir di bungkus dengan kain lampin dan dibaringkan di palungan (Luk 2:1-7), Ia bekerja menjadi tukang kayu (Mark 6:3), bisa marah ( Luk 19:45), merasa sedih (14: 34), merasa lapar (Mat 21:18), Haus (Mat 25:35), ketakutan (Mark 22:44), kemanusiaan Yesus sangat nampak nyata ketika dia harus mengalami nasib yang dialami oleh semua manusia yaitu mengalami kematian (Luk 23:44-49, Mark 15: 33-41, Mat 27:45-56, Yoh 19:28-30). Dari berbagai peristiwa tersebut hendak menegaskan bahwa Yesus hidup dalam sejarah manusia dan menjalani hidup sebagaimana manusia pada umumnya. Yesus sungguh-sungguh Allah. Yohanes dalam Injilnya memberikan kesaksian tentang asal-usul Yesus sebagai berikut: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama- sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya” (Yoh 1:1,4). Yesus adalah Firman yang menjadi manusia. Selanjutnya keempat Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) memberitakan keallahan Yesus dengan memberi kesaksian tentang Sabda dan tindakan-Nya. Sabda Yesus yang menunjukkan bahwa Dia adalah Allah, misalnya, “Aku dan Bapa adalah satu” (lih. Yoh 10:30). “Barang siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (lih. Yoh 14:9). “Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku” (lih 14:11). Dan bagaimana para pengakuan para murid-Nya? Ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga” (lih.Mat 16:15-17). Dan di lain kesempatan Tomas berkata,”Ya Tuhanku dan Allahku” (lih Yoh 29:28). Dan roh-roh jahat pun berteriak, “Engkaulah Anak Allah” (lih Mark 3:11). Dan ketika Yesus disalib, Kepala pasukan dan prajurit- prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.” (lih. Mat 27:54). Keallahan Yesus juga tampak dalam hal- hal berikut: warta malaikat tentang kelahiran Yesus kepada para gembala “Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud” (Luk 2:11). Dan tiba-tiba tampaklah bersama- sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (ayat 13-14). Keillahian Yesus juga tampak dalam beberapa peristiwa mukjizat yang dilakukan Yesus, misalnya: Peristiwa penggandaan roti (lih. Yoh 6:1-15), Yesus menyembuhkan orang lumpuh (lih. Luk 5:27-32), Yesus membangkitkan anak muda di Nain (lih. Luk 7:11-17), Yesus mengusir roh jahat (lih. Luk 8:26-39), Yesus meredakan angin ribut (lih. Luk 8:22-25), Yesus berjalan di atas air (lih. Mat 14:22-33), Yesus bangkit dari alam maut (lih. Mat 28:1-10), dan ketika Ia naik ke Surga (lih. Luk 24:50-53). Berbagai macam peristiwa tersebut menunjukkan bahwa Yesus sungguh-sungguh Allah. Makna Yesus Sungguh Manusia dan Sungguh Allah bagi Hidup Kita: Yesus sungguh-sungguh Allah dan sungguh- sungguh manusia berarti Allah menjelma menjadi manusia. Allah yang mengambil kodrat manusia sama seperti kita kecuali dalam hal dosa, ingin menunjukkan pada kita bahwa Allah itu pengasih. Dia mau turun ke bumi merasakan suka duka yang dialami manusia dan bergaul dengan manusia, Dia terbuka dan solider dengan kehidupan manusia. Dia menyapa manusia secara pribadi dan akrab dengan manusia, dengan demikian pewartaan karya keselamatan dapat lebih mudah dipahami dan diterima oleh manusia. Dengan memahami tentang Yesus yang sungguh manusia dan sungguh Allah, kita dipanggil untuk meneladani cinta-Nya. Walau Ia Allah, Ia tidak meninggikan diri-Nya. Ia mau turun ke bumi, tiada lain untuk menyelamatkan manusia. Kita patut bersyukur kepada- Nya karena Allah sungguh baik. Ia sungguh mengasihi kita dan tidak membiarkan kita binasa karena dosa.