Anda di halaman 1dari 34

Pribadi Yesus

Kristus

Selasa 10 Januari 2023


1 . APA ITU JANJI?
2. APA YG MEMBUAT MANUSIA SERING
MENGINGKARI JANJI?
A. Yesus Pemenuhan
Janji Allah
Dalam hidup bersama dengan
orang lain, manusia mengenal
istilah janji. Ada berbagai alasan
yang mendorong orang membuat
janji, misalnya karena rasa cinta,
rasa tanggung jawab, ingin
membahagiakan orang lain, dan
ingin mewujudkan suatu cita-cita.
Janji yang telah
diungkapkan membawa
konsekuensi baik bagi diri
orang yang berjanji dan
maupun orang yang
mengetahuinya. Oleh
karena itu, janji harus
ditepati dan dijalankan
dengan setia.
Pengingkaran terhadap janji
akan menimbulkan kekecewaan,
tetapi janji yang ditepati akan
mendatangkan kebahagiaan
serta rasa syukur, memperbesar
kepercayaan dan menumbuhkan
ikatan persaudaraan yang lebih
erat lagi. Untuk mewujudkan
sebuah janji memang dibutuhkan
perjuangan bahkan
pengorbanan.
Allah juga pernah
mengungkapkan janji-Nya
kepada manusia. Janji
Allah itu muncul karena
keprihatinan Allah
terhadap situasi dosa
yang melanda manusia
(Kej 3:1-15)
Allah, yang menciptakan
segala sesuatu melalui
sabda-Nya, sejak awal
mula menginginkan hidup
manusia bahagia. Ia
bermaksud membuka jalan
menuju keselamatan di
surga.
Setelah mereka jatuh ke dalam
dosa, Allah menjanjikan
penebusan, Ia mengangkat
mereka untuk mengharapkan
keselamatan (lih. Kej 3:15).
Tiada putus-putusnya Ia
memelihara umat manusia,
untuk mengurniakan hidup kekal
kepada semua orang, yang
mencari keselamatan dan
bertekun melakukan apa yang
baik (lih. Rom 2:6-7).
Meskipun manusia sering bertindak
mengikuti kehendaknya sendiri, Allah
tetap setia dengan janji-Nya. Berkali-
kali manusia mengingkari dirinya
sebagai ciptaan dan menjauh dari
Allah; jatuh ke dalam dosa.

Akibatnya manusia menderita,


hubungan dengan Allah terputus dan
rusaknya hubungan dengan sesama.
Sekalipun manusia menjauhi-Nya,
dengan kebesaran kasih-Nya Allah
mengundang manusia untuk kembali
kepada-Nya dan tidak ingin melihat
hidup manusia dalam kehancuran.
Peristiwa keselamatan yang dialami
Nuh memperlihatkan bahwa Allah
tidak akan membiarkan hidup
manusia hancur karena dosa. Allah
tetap melangsungkan rencana
keselamatan-Nya bagi manusia dan
alam semesta. Hal ini dilukiskan
dalam perjanjian antara Allah dan
Nuh (Kej 9: 8-11).

Demikian pula pada saat yang


ditentukan Ia memanggil Abraham
untuk menjadikannya bangsa yang
besar (lih. Kej 12:2).
Sesudah para Bapa bangsa, Ia
membina bangsa itu dengan
perantaraan Musa serta para
Nabi, supaya mereka mengakui
Diri-Nya sebagai satu-satunya
Allah yang hidup dan benar,
Bapa Penyelenggara dan hakim
yang adil, dan supaya mereka
mendambakan Penebus yang
dijanjikan.
Dengan demikian berabad-abad
lamanya Ia menyiapkan jalan
bagi Mesias. Gambaran konkret
mengenai Mesias dinubuatkan
oleh Nabi Yesaya demikian:
“Sesungguhnya, seorang
perempuan muda mengandung
dan akan melahirkan seorang
anak laki-laki, dan ia akan
menamakan Dia Imanuel”
(Yesaya7:14).
Nubuat Nabi Yesaya tentang seorang
perempuan tersebut di atas
terpenuhi ketika Malaikat Gabriel
mengunjungi Maria dan berkata:
“Sesungguhnya engkau akan
mengandung dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki dan hendaklah
engkau menamai Dia Yesus. Ia akan
menjadi besar dan akan disebut
Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan
Tuhan Allah akan mengaruniakan
kepada-Nya takhta Daud, bapa
leluhur-Nya” (Luk 1:31-32).
Setelah berulang kali dan dengan
berbagai cara Allah bersabda
dengan perantaraan para Nabi,
“akhirnya pada zaman sekarang Ia
bersabda kepada kita dalam Putera”
(Ibr 1:1-2). Sebab Ia mengutus
Putera-Nya, yakni sabda kekal, yang
menyinari semua orang, supaya
tinggal di tengah umat manusia dan
menceritakan kepada mereka hidup
Allah yang terdalam (lih. Yoh 1:1-18).
Maka Yesus Kristus, Sabda
yang menjadi daging, diutus
sebagai “manusia kepada
manusia”, “menyampaikan
sabda Allah” (Yoh 3:34), dan
menyelesaikan karya
penyelamatan, yang
diserahkan oleh Bapa
kepada-Nya (lih. Yoh 5:36;
17:4).
Sungguh besar kasih setia Allah
kepada umat-Nya. Ia tak pernah
ingkar janji. Dengan mengutus
Yesus, anak-Nya yang tunggal,
Sang Penyelamat, mulailah
babak baru sejarah umat
manusia. Dengan ketaatan-Nya
sampai mati di kayu salib, Yesus
membawa kita bersatu kembali
dengan Allah, Bapa-Nya dan
Bapa kita juga.
Allah memenuhi janji-Nya. Allah
tak ingin manusia hancur dalam
kuasa dosa. Janji Allah
terwujud dalam pribadi Yesus
Kristus, Sang Putera Allah
sendiri, yang selama hidup-Nya
selalu mewartakan
keselamatan bagi semua orang
(Ibr 1:1-4).
Maka sebagai orang yang
telah diselamatkan, kita
harus memiliki hidup dengan
semangat baru yakni hidup
yang sesuai dengan
kehendak Allah,
meninggalkan perbuatan
dosa dan selalu
mengarahkan diri pada
keselamatan.
B. Kemanusiaan dan Ke-Allah-an
Yesus
Dalam kisah penciptaan dikatakan bahwa
manusia diciptakan secitra dengan Allah.
Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa
Allah sendiri (lih. Kej 1:26). Hal tersebut
menegaskan bahwa dalam diri manusia
terkandung dimensi kemanusiaan atau jasmani
dan dimensi rohani yang tak dapat dipisahkan
satu sama lain, melainkan merupakan satu
kesatuan utuh.
Dimensi kemanusiaan nampak dalam
kenyataan berikut: ia diciptakan, lahir dari
rahim seorang ibu, berjenis kelamin,
mengungkapkan perasaan, dapat sakit,
dapat mati dan sebagainya.

Dalam diri manusia juga mengandung


dimensi rohani, sehingga manusia dapat
mengasihi, dapat berdoa, dapat
mengampuni dan sebagainya.
Tetapi karena dibatasi kemanusiaannya
manusia tidak dapat sepenuhnya
memancarkan dan menghadirkan
keilahiannya.

Kedua dimensi tersebut perlu dipahami


secara baik, sebab karya penyelamatan
Allah menggunakan kedua dimensi
tersebut, sehingga penyelamatan Allah
bisa dirasakan manusia secara sempurna
Hal tersebut dilaksanakan
Allah dengan menjelma
dalam manusia Yesus.
Maka dalam diri Yesus
tampaklah secara
sempurna ke dua dimensi
tersebut. Yesus sungguh-
sungguh manusia dan
sungguh-sungguh Allah.
Yesus sungguh-sungguh manusia nampak
dalam kenyataan berikut: Menurut silsilah,
nenek moyang Yesus adalah Abraham
(Mat i:1-17), Yesus dilahirkan oleh ibunya
Maria, berjenis kelamin laki-laki, lahir di
bungkus dengan kain lampin dan
dibaringkan di palungan (Luk 2:1-7), Ia
bekerja menjadi tukang kayu (Mark 6:3),
bisa marah ( Luk 19:45), merasa sedih
(14: 34), merasa lapar (Mat 21:18), Haus
(Mat 25:35), ketakutan (Mark 22:44),
kemanusiaan Yesus sangat nampak
nyata ketika dia harus mengalami
nasib yang dialami oleh semua
manusia yaitu mengalami kematian
(Luk 23:44-49, Mark 15: 33-41, Mat
27:45-56, Yoh 19:28-30). Dari
berbagai peristiwa tersebut hendak
menegaskan bahwa Yesus hidup
dalam sejarah manusia dan menjalani
hidup sebagaimana manusia pada
umumnya.
Yesus sungguh-sungguh Allah.
Yohanes dalam Injilnya memberikan
kesaksian tentang asal-usul Yesus
sebagai berikut: “Pada mulanya
adalah Firman; Firman itu bersama-
sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah. Firman itu telah
menjadi manusia, dan diam di antara
kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya” (Yoh 1:1,4). Yesus
adalah Firman yang menjadi
manusia.
Selanjutnya keempat Injil (Matius,
Markus, Lukas dan Yohanes)
memberitakan keallahan Yesus dengan
memberi kesaksian tentang Sabda dan
tindakan-Nya. Sabda Yesus yang
menunjukkan bahwa Dia adalah Allah,
misalnya, “Aku dan Bapa adalah satu”
(lih. Yoh 10:30). “Barang siapa telah
melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (lih.
Yoh 14:9). “Aku di dalam Bapa dan
Bapa di dalam Aku” (lih 14:11).
Dan bagaimana para pengakuan para
murid-Nya? Ketika Yesus bertanya
kepada murid-murid-Nya: “Tetapi apa
katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab
Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias,
Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus
kepadanya: “Berbahagialah engkau
Simon bin Yunus sebab bukan manusia
yang menyatakan itu kepadamu,
melainkan Bapa-Ku yang di sorga”
(lih.Mat 16:15-17). Dan di lain
kesempatan Tomas berkata,”Ya Tuhanku
dan Allahku” (lih Yoh 29:28).
Dan roh-roh jahat pun berteriak,
“Engkaulah Anak Allah” (lih Mark
3:11). Dan ketika Yesus disalib,
Kepala pasukan dan prajurit-
prajuritnya yang menjaga Yesus
menjadi sangat takut ketika
mereka melihat gempa bumi dan
apa yang telah terjadi, lalu
berkata: “Sungguh, Ia ini adalah
Anak Allah.” (lih. Mat 27:54).
Keallahan Yesus juga tampak dalam hal-
hal berikut: warta malaikat tentang
kelahiran Yesus kepada para gembala
“Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat,
yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud” (Luk
2:11). Dan tiba-tiba tampaklah bersama-
sama dengan malaikat itu sejumlah besar
bala tentara sorga yang memuji Allah,
katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat
yang mahatinggi dan damai sejahtera di
bumi di antara manusia yang berkenan
kepada-Nya” (ayat 13-14).
Keillahian Yesus juga tampak dalam beberapa
peristiwa mukjizat yang dilakukan Yesus,
misalnya: Peristiwa penggandaan roti (lih. Yoh
6:1-15), Yesus menyembuhkan orang lumpuh
(lih. Luk 5:27-32), Yesus membangkitkan anak
muda di Nain (lih. Luk 7:11-17), Yesus mengusir
roh jahat (lih. Luk 8:26-39), Yesus meredakan
angin ribut (lih. Luk 8:22-25), Yesus berjalan di
atas air (lih. Mat 14:22-33), Yesus bangkit dari
alam maut (lih. Mat 28:1-10), dan ketika Ia naik
ke Surga (lih. Luk 24:50-53). Berbagai macam
peristiwa tersebut menunjukkan bahwa Yesus
sungguh-sungguh Allah.
Makna Yesus Sungguh Manusia dan
Sungguh Allah bagi Hidup Kita: Yesus
sungguh-sungguh Allah dan sungguh-
sungguh manusia berarti Allah menjelma
menjadi manusia. Allah yang mengambil
kodrat manusia sama seperti kita kecuali
dalam hal dosa, ingin menunjukkan pada
kita bahwa Allah itu pengasih. Dia mau
turun ke bumi merasakan suka duka yang
dialami manusia dan bergaul dengan
manusia, Dia terbuka dan solider dengan
kehidupan manusia.
Dia menyapa manusia
secara pribadi dan akrab
dengan manusia, dengan
demikian pewartaan
karya keselamatan dapat
lebih mudah dipahami
dan diterima oleh
manusia.
Dengan memahami tentang Yesus
yang sungguh manusia dan sungguh
Allah, kita dipanggil untuk meneladani
cinta-Nya. Walau Ia Allah, Ia tidak
meninggikan diri-Nya. Ia mau turun ke
bumi, tiada lain untuk menyelamatkan
manusia. Kita patut bersyukur kepada-
Nya karena Allah sungguh baik. Ia
sungguh mengasihi kita dan tidak
membiarkan kita binasa karena dosa.

Anda mungkin juga menyukai