Anda di halaman 1dari 8

Allah Tritunggal dalam Perjanjian Lama

Allah Perjanjian Lama adalah Allah Trinitas yang adalah Allah Sempurna walaupun tidak
dinyatakan secara penuh. Karena demikian permasalahannya, maka tidak heran bahwa
banyak hal di dalam Perjanjian Lama hanya bisa dipahami dalam terang doktrin Trinitas
(yang sekarang telah sepenuhnya dinyatakan). Maka walaupun orang-orang percaya di zaman
Perjanjian Lama belum melihat manifestasi yang sempurna dari ketiga Pribadi sebagaimana
kita saat ini (di dalam Kristus yang berinkarnasi, dan Roh Kudus yang dicurahkan pada hari
Pentakosta), tetapi tidak dapat disangkal bahwa Allah yang dinyatakan di dalam Sejarah
Perjanjian Lama secara bertahap adalah Allah Trinitas yang sama dan bukan Allah yang lain.

Dengan mengenal Allah Perjanjian Lama sebagai Allah Trinitas sebagaimana kita sekarang
mengenal-Nya, semua catatan Perjanjian Lama menjadi masuk akal, sesuatu yang mustahil
terjadi jika Allah Perjanjian Lama bukan Allah Trinitas. Juga terdapat nubuat, pernyataan
yang meskipun tidak dipahami secara sempurna di zaman tersebut (1Pet.1:10-11) yang
memerlukan doktrin Trinitas untuk menggenapinya. Karena itu Yesaya memberitahukan
kepada bangsa Israel bahwa Tuhan Allah akan mengaruniakan seorang Putra yang lahir dari
seorang anak dara yang akan disebut Imanuel (yang berarti “Allah beserta kita,” Yes.7:14).
Dia juga disebut “Allah yang perkasa” (Yes.9:5). Bagaimana mungkin Allah mengaruniakan
Allah jika tidak terdapat pluralitas Pribadi di dalam esensi Allah? Beberapa bagian ini
hanyalah contoh dari fakta bahwa meskipun Iman Kristen mengenai doktrin Trinitas tidak
dinyatakan (sepenuhnya) dalam Perjanjian Lama, tetapi Allah yang dinyatakan (secara parsial
dan sebagai antisipasi) adalah Allah Trinitas.

I. Pendahuluan

Memahami mengenai Allah harus dimulai dari kesadaran bahwa Allah tak terbatas,
melampaui akal manusia yang sangat terbatas. Jadi, bagaimana mungkin manusia bisa
mempelajari dan “mengurung” Allah yang tidak terbatas di dalam akalnya yang terbatas.
Akan tetapi, hal itu tidak berarti bahwa kita tidak bisa menjelaskan siapa Allah. Kita dapat
mengenal Allah sebatas DIA menyatakan diri-Nya kepada manusia di dalam Firman Allah
(Alkitab).

Kemudian harus diingat bahwa ketika berbicara tentang Allah, kita berbicara mengenai
hakikat Allah yang Roh adanya (Yoh 4:24), bukan materi; tidak terbatas pada ruang dan
waktu (Mazmur 93:2), dan tentu tidak seperti kita, manusia yang bersifat materi (Mazmur 90:
4-6).

II. Pewahyuan Allah Tritunggal dalam Perjanjian Lama

Perjanjian Lama mengajarkan bahwa Allah itu Esa. “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu
Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ulangan 6:4). Mari kita membedah Ulangan 6:4 berdasarkan
bahasa aslinya, Ibrani. Kata “TUHAN” berasal dari kata bhs Ibrani “YHWH”, Kata “Allah”
berasal dari kata Ibrani “ELOHIM” Kata “esa” berasal dari kata Ibrani “Echad” yang artinya
adalah “Satu”. Maksud satu disini adalah UNIFIED ONE ->
http://www.bible.ca/trinity/trinity-oneness-unity-yachid-vs-echad.htm, sama dengan kata
“satu” dari dua menjadi “satu” daging di dalam Kejadian 2:24. Kata “satu” disini
mengandung arti satu kesatuan (compound unity). Keesaan dari Allah dinyatakan sebagai
esensi-Nya atau keberadaan-Nya (YHWH Yg Esa), sedangkan keragaman-Nya diekspresikan
dalam gelar ELOHIM (yg merupakan bentuk kata Jamak).

Di dalam Perjanjian Lama, ayat yang pertama kali menyiratkan mengenai ketritunggalan
adalah dalam Kejadian 1:26:

“Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,
supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak
dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”

Selain itu, terdapat juga dalam Kejadian 3:22 dan Kejadian 11:7. Kata “Kita” merupakan
bentuk jamak. Terlihat jelas bahwa sejak awal penciptaan ketiga pribadi Allah telah bekerja
sama untuk menciptakan alam semesta ini. Kejadian 1:2 bahkan menegaskan peran Roh
Allah dalam penciptaan bumi.

Untuk dapat memahami ayat-ayat dari Perjanjian Lama, memerlukan pengetahuan,


pemahaman dan analisa bahasa Ibrani. Dalam Kejadian 1:1, Kata yang digunakan untuk
“Allah”, ditranslasikan dari bahasa Ibrani “ELOHIM”. Kata ini adalah bentuk jamak. Bentuk
tunggalnya adalah EL (contohnya El Shaddai, El Roi dsb).

Dalam bahasa Inggris hanya ada dua bentuk kata, single (tunggal) dan plural (jamak). Dalam
Bahasa Ibrani ada tiga macam bentuk kata: tunggal, dual dan jamak. Dalam Bahasa Ibrani,
bentuk dual digunakan untuk hal-hal yang berpasangan, seperti mata, telinga dan tangan.
Kata “ELOHIM” dan kata ganti “kita” adalah dalam bentuk jamak – jelas lebih dari dua –.

Artinya, orang Ibrani memahami dengan tepat, bahwa YHWH yang ECHAD itu adalah
ELOHIM (yang Jamak) (Ul 6:4). Pemahaman mereka mengenai Allah tersebut mempunyai
makna bahwa mereka tahu persis bahwa ELOHIM yang mereka sembah terdiri lebih dari satu
pribadi. Itulah sebabnya, ketika membaca kitab Kejadian 1:26; 3:22; 11:7, mereka tidak heran
dengan penggunaan kata “Kita” oleh Allah. Sebab mereka tahu, bahwa Allah/ELOHIM yang
Esa itu terdiri lebih dari dua pribadi (tentu saja kita dalam masa Perjanjian Baru mengenalnya
sebagai tiga pribadi).

Hanya saja, pada masa Perjanjian Lama, Allah belum menyingkapkan ketiga pribadi
tritunggal (Bapa, Putera dan ROH KUDUS) kepada bangsa Israel. Barulah ketika Tuhan
YESUS menyatakannya dalam Matius 28:19 (..baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak
dan ROH KUDUS), kita mengetahui dengan pasti bahwa ELOHIM yang Jamak itu ternyata
terdiri dari tiga pribadi, yaitu Allah Bapa, Allah Anak (YESUS KRISTUS) dan Allah ROH
KUDUS.

III. Pewahyuan Allah Tritunggal dalam Perjanjian Baru

Matius 3:16-17 “Sesudah dibaptis, YESUS segera keluar dari air dan pada waktu itu juga
langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu
terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-
Nyalah Aku berkenan’.”

Matius 28:19 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan ROH KUDUS,”
2 Korintus 13:13 “Kasih karunia Tuhan YESUS KRISTUS, dan kasih Allah, dan persekutuan
ROH KUDUS menyertai kamu sekalian.”

1 Petrus 1:2 “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan
yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada YESUS KRISTUS dan menerima percikan
darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.”

Ayat-ayat tersebut dengan baik menjelaskan bahwa Allah Tritunggal adalah tiga pribadi yang
Esa. Yaitu Allah Bapa, Allah Anak (YESUS KRISTUS), Allah ROH KUDUS.

Istilah pribadi sama sekali tidak berarti adanya perbedaan di dalam esensi. Semua pribadi
pada diri Allah memiliki atribut ilahi. Bapa adalah Allah, YESUS adalah Allah, ROH
KUDUS adalah Allah.

Setiap pribadi di dalam Trinitas memiliki peran yang berbeda. Karya keselamatan dalam
pengertian tertentu merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal. Namun, di
dalam pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa, Anak, dan ROH
KUDUS. Bapa memprakarsai penciptaan dan penebusan; Anak menebus ciptaan; dan ROH
KUDUS melahirbarukan dan menguduskan, dalam rangka mengaplikasikan penebusan
kepada orang-orang percaya.

IV. Allah Bapa

Allah sebagai Bapa yang memelihara, yang memberikan kasih seorang Bapa Sejati yang
sangat mesra, begitu penyayang dan begitu tertib penuh ketegasan (disiplin). Bapa Sorgawi
tidak pernah sama dengan para bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini dalam hal kasih
dan karakter yang tidak dapat terbandingi dengan kasih dan karakter Bapa Sorgawi.

Allah sebagai Bapa Sorgawi merupakan Bapa yang sempurna dari segala bapa (bapak-bapak
atau para ayah) dunia ini yang adalah gambaran dan rupa (duplikat dan bayangan) dari Sang
Bapa Sorgawi yang murni.

Bapa adalah Sumber utama atau Penyebab utama dari:

a) Alam semesta (1 Korintus 8:6)

b) Keselamatan (Yohanes 3:16-17)

c) Pekerjaan YESUS sebagai manusia (Yohanes 5:17; 14:10).

Bapa adalah Allah:

* Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang
bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu;
sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” (Yohanes 6:27).

* Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan
dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah,
Bapa kita, dan dari Tuhan YESUS KRISTUS (Roma 1:7).
* Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di dalam
Allah Bapa dan di dalam Tuhan YESUS KRISTUS. Kasih karunia dan damai sejahtera
menyertai kamu (1 Tesalonika 1:1).

* Yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang
dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada YESUS KRISTUS dan menerima percikan darah-
Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu (1 Petrus 1:2).

* Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa,
ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: “Inilah Anak yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (2 Petrus 1:17; bandingkan Matius 3:16-17).

* Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa, dan dari YESUS KRISTUS,
Anak Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran dan kasih (2 Yohanes 1:3).

Bapa (Kepribadian Bapa) tidaklah lebih tinggi daripada Anak ataupun juga dengan ROH
KUDUS.

V. Allah Anak (Tuhan YESUS KRISTUS)

Allah Anak merupakan pribadi kedua dalam Tritunggal. Ia adalah firman (logos) Allah yang
menjadi manusia dan memakai nama YESUS (Ibrani: Yeshua; Yunani: Iesous; Inggris:
JESUS) Yohanes 1:1-14. Kasih-Nya yang besar akan dunia ini membuat-Nya rela datang ke
dalam dunia, melakukan karya penyelamatan, merendahkan diri sampai mati di kayu salib,
dikuburkan, lalu bangkit pada hari yang ketiga, naik ke sorga dan dari sana Ia akan datang
untuk menghakimi orang yang hidup dan mati.

Ia adalah teladan iman sejati dan sumber kehidupan bagi orang percaya. Firman Allah telah
menunjukkan kasih-Nya yang terbesar dengan menjadi Anak yang mati di kayu salib.
YESUS memberikan hidup-Nya agar semua yang percaya kepada-Nya bisa menjadi anak
Allah (Yohanes 1:12). Tanpa syarat dan aturan yang susah, cukup dengan percaya akan berita
Injil dan menerima YESUS sebagai Tuhan dan juru selamat pribadi (Roma 10:9-10).

Anak adalah Allah:

* Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1:1, 14).

* Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya
sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai
selama-lamanya. Amin! (Roma 9:5).

* Tetapi tentang Anak Ia berkata: “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan
selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran [Ibrani 1:8].

* Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan (Kolose 2:9).

* Pengakuan Tomas, “Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28).
Anak (Kepribadian Anak) tidaklah lebih tinggi/rendah daripada Bapa dan ROH KUDUS.

VI. Allah ROH KUDUS

Roh Allah sebagai Pembimbing, Pendamping, Penolong, Penyerta, dan Penghibur yang tidak
terlihat, namun berdiam di dalam hati setiap manusia yang mengaku bahwa YESUS
KRISTUS adalah Tuhan dan hidup di dalam-Nya (1 Korintus 3:16).

ROH KUDUS bukanlah tenaga aktif. ROH KUDUS bukanlah kebijaksanaan (pikiran)
tertinggi dari seluruh alam jagad kosmik. ROH KUDUS bukanlah manusia tokoh pendiri
suatu agama baru. ROH KUDUS tidak pernah berbau hal yang mistik. Memang benar bahwa
Allah itu maha kuasa, tetapi ROH KUDUS itu bukan sekedar kuasa atau kekuatan, tetapi
ROH KUDUS adalah Allah, sebab Allah itu Roh.

Dengan demikian ROH KUDUS adalah Pribadi Allah itu sendiri dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Allah. Kepribadian ROH KUDUS tidak pernah lebih rendah daripada
Bapa maupun Anak.

ROH KUDUS adalah Allah:

* Berdusta kepada ROH KUDUS = berdusta kepada Allah (KPR 5:3-4; bandingkan dgn 1
Kor 6:19-20).

* ROH KUDUS digambarkan sebagai memiliki sifat dan melakukan pekerjaan Allah
(Yohanes 16:8-11).

* ROH KUDUS dinyatakan sederajat dengan Allah (Matius 28:19; 2 Korintus 13:13; 1 Petrus
1:2).

* ROH KUDUS disebut juga sebagai Roh Allah, Roh KRISTUS (Roma 8:9).

* ROH KUDUS terlibat di dalam penciptaan alam semesta (Kej 1:2).

Buku Pengajaran Dasar Gereja Bethel Indonesia menjelaskan bahwa Allah itu Esa adanya,
dan Allah yang Esa itu menyatakan dirinya kepada manusia sebagai Bapa, Anak dan Roh.
Ada tiga pribadi, ketiganya adalah Allah yang satu/esa (hlm 40-41).

VII. Sejarah lahirnya ajaran Tritunggal

Pengajaran (doktrin) mengenai “Allah Tritunggal” merupakan pokok penting dalam iman
Kristen. Istilah Tritunggal/Trinitas bukan menjelaskan relasi dari tiga Allah, tetapi Allah yang
Esa dalam tiga Pribadi [tiga Oknum].

Ketika mempelajari topik ini perlu diingat bahwa kata “Tritunggal/ Trinitas” tidak digunakan
dalam Alkitab. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan ketritunggalan Allah, yaitu Allah
yang terdiri dari tiga Pribadi yang berada bersama dalam kekekalan. Haruslah dimengerti
bahwa ini TIDAK berarti ada tiga Allah. Tritunggal berarti satu Allah yang Esa terdiri dari
tiga Pribadi.
Tidak ada salahnya menggunakan istilah Tritunggal atau Trinitas walaupun istilah ini tidak
ditemukan dalam Alkitab. Lebih gampang mengucapkan “Tritunggal” atau “Trinitas”
daripada mengatakan “Allah yang Esa yang terdiri dari tiga Pribadi yang berada bersama
dalam kekekalan.” Contoh: kata “paman/om” juga tidak ada dalam Alkitab, walaupun kita
tahu bahwa dalam Alkitab ada banyak paman. Esau adalah paman dari Yehuda dan saudara-
saudaranya.

Kata Trinitas (bhs latin) dipergunakan sebagai usaha untuk menjelaskan kepenuhan dari
Allah, baik dalam hal keesaan-Nya maupun dalam hal keragaman-Nya. Bapa Gereja
Tertullianus (220 AD), ia adalah yang mula pertama mencetuskan ide, gagasan dan dengan
tepat mendasarkan doktrin Trinitas dari ayat Matius 28:19. Dia menjabarkannya dalam suatu
doktrin yang berbunyi:

‘una substantia tres personae’, “satu substansi/hakekat tiga pribadi”.


Pengajarannya tsb kemudian di-SAHKAN sebagai dogma Gereja pada tahun 325 M dalam
Konsili Nicea.

Matius 28:19 berbunyi:

* LAI: Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan ROH KUDUS.

* NIV: Therefore go and make disciples of all nations, baptizing them in the name of the
Father and of the Son and of the Holy Spirit.

* Teks asli dlm bhs Yunani: poreuthentes oun mathκteusate panta ta ethnκ baptizontes autous
eis to onoma tou patros kai tou huiou kai tou hagiou pneumatos).

Dalam sastra bahasa Yunani, ONOMA merupakan bentuk “tunggal”. Berbeda dengan
ONOMATA yang adalah “jamak”. Keesaan Allah/monoteisme jelas sekali dalam kata-kata
Tuhan YESUS, “baptislah mereka dalam nama ‘ONOMA’ (single). YESUS tidak berkata
baptislah mereka dalam “nama-nama” ‘ONOMATA’ (plural). Penggunaan “onoma” yang
adalah bentuk tunggal untuk menjelaskan Bapa, Anak dan ROH KUDUS menjadi dasar dari
pengajaran beliau mengenai pokok trinitas/tritunggal.

Kosa kata:

Tritunggal (Bhs Indonesia); Trinitas (Bhs Latin);Trinity (Bhs Inggris).

Ketiga kata tersebut mempunyai arti yang sama.

Mengapa Tertullianus memberikan pengajaran tentang trinitas/tritunggal? Hal itu tidak lain
sebagai upaya apologetika (pembelaan iman) yang dilakukannya terhadap banyaknya ajaran-
ajaran yang menyimpang di dalam Kekristenan berkaitan dengan hakikat Allah.

Ajaran-ajaran tersebut telah membuat kebingungan di kalangan umat Tuhan (sejak abad 2-3
M), sehingga Tertullianus berinisiatif untuk menggali kebenaran Firman Tuhan yang tertulis
dalam Matius 28:19. Mengapa ayat tersebut yang menjadi fokus? Karena dalam ayat itulah,
Tuhan YESUS mengajarkan gereja tentang tritunggal Allah (Bapa, Anak dan ROH KUDUS).
Dari penguraian mengenai kemahakuasaan Allah dalam eksistensinya sebagai Allah

Tritnggal yang tertulis dalam makalah ini, saya menyimpulkan bahwa Trinitas adalah inti

kepercayaan orang Kristen. Tanpa adanya Trinitas, manusia tidak akan mengenal

keselamatan dengan baik karena Allah itu Roh oleh sebab itu Ia harus menjelma menjadi

manusia agar manusia dapat Dia sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Adanya Tritunggal

karena kepentingan Allah dengan manusia dan kepentingan manusia dengan Allah. Allah

berkepentingan untuk mencari manusia agar diselamatkan, sedangkan manusia memiliki

kepentingan dengan Allah karena manusia membutuhkan keselamatan dari Allah. Manusia

yang terbatas tidak akan mungkin mengerti tentang kemahakuasaan Allah didalam

eksistensinya sebagai Allah Tritunggal dengan sepenuh-penuhnya oleh sebab itu doktrin

Trinitas harus diterima dengan iman. Kita hanya akan memiliki pengertian yang benar

mengenai Trinitas apabila kita telah mengalami perjumpaan dengan Kristus secara pribadi

karena logika manusia tidak akan mampu untuk mendefinisikan Allah yang maha kuasa jadi,

kesimpulan akhir yang dapat kita katakan mengenai Trinitas ialah bahwa Trinitas itu ada

bukan untuk diperdebatkan melainkan untuk dipercayai.

Demikianlah yang dapat saya jelaskan mengenai kemahakuasaan Allah yang esa didalam

eksistensinya sebagai Allah Tritunggal, berdasarkan ayat alkitab dan beberapa buku

refenrensi lainnya semoga bermanfaat Tuhan Yesus memberkati.

Anda mungkin juga menyukai