Anda di halaman 1dari 3

Kehidupan Rehabeam

Devotion from 1 Raja-raja 14:21-31

Walaupun Tuhan memecahkan kerajaan Israel, namun Dia tetap memberikan beberapa
anugerah bagi Rehabeam. 2 Tawarikh 11:5-12 mengatakan bahwa Rehabeam memperkuat
beberapa kota dan bahkan menguasai daerah Benyamin juga. Walaupun Tuhan mengatakan
hanya akan memberikan Yehuda untuk dikuasai oleh Rehabeam, tetapi Tuhan menambahkan
Benyamin dan juga suku Lewi (2Taw. 11:13-15). Dengan demikian, walaupun tidak lagi
menguasai seluruh Israel, Rehabeam tetap mendapatkan kelonggaran dari hukuman yang
seharusnya diterima oleh keturunan Daud. Mengapa Tuhan memberikan kelonggaran
sedemikian? Mungkin karena Rehabeam mendengar suara Tuhan melalui nabi-Nya untuk
tidak pergi menyerang Yerobeam dengan 180 ribu orangnya. Tetapi Kitab 1 Raja-raja 14
memberikan informasi tentang pengaruh yang diterima Rehabeam. Ayat 22 dan diulangi lagi
di ayat 31 yang menyatakan kepada kita bahwa ibu dari Rehabeam adalah orang Amon.
Adakah pengaruhnya terhadap apa yang Rehabeam percaya? Tentu saja. Itulah sebabnya
kitab ini mengatakan hingga dua kali bahwa ibu Rehabeam adalah seorang Amon. Kesalahan
bapa (yaitu Salomo) yang menikahi seorang kafir akhirnya juga ditanggung sang anak karena
ibunya yang kafir ini mengajarkan penyembahan berhala kepada Rehabeam. Itulah sebabnya
di dalam 2 Tawarikh 12:1 dikatakan bahwa baik Rehabeam maupun seluruh Israel
meninggalkan Tuhan. 1 Raja-raja 14:22-24 mengatakan bahwa Yehuda bertingkah laku rusak
sama dengan orang-orang Kanaan yang telah Tuhan singkirkan dari Kanaan. Mereka
menyembah berhala dan melakukan kebejatan moral yang sangat menjijikkan. Mereka
menyembah berhala sambil berhubungan intim dengan para pelacur di kuil berhala.

Hal-hal yang telah disebut di atas adalah hal-hal yang sangat berat. Semua itu adalah dosa
yang tidak terpikirkan akan dilakukan oleh orang Israel ataupun Yehuda. Yerobeam
membawa Israel berdosa dengan membuat anak lembu emas dan mengubah cara ibadah
Israel dengan cara yang dia tentukan sendiri. Tetapi Rehabeam membawa seluruh Yehuda
berdosa dengan cara yang sama dengan orang-orang Kanaan. Dari sisi apa pun dosa yang
telah dilakukan oleh Yehuda sulit untuk ditolerir. Mereka melanggar firman Tuhan yang
terutama, yang melarang mereka mempunyai ilah lain selain Tuhan. Maka Tuhan pun
menghukum mereka dengan mengirimkan raja Sisak dari Mesir. Raja Sisak ini bukanlah raja
asli dari Mesir. Dia adalah orang yang berasal dari Libia yang berhasil meraih kekuasaan di
Mesir. Nenek moyangnya adalah orang Libia dan dia memiliki ikatan yang sangat erat
dengan orang-orang Etiopia (2Taw. 12:3). Bayangkan betapa ironisnya hal ini mengingat
usaha Salomo menikahi anak perempuan Firaun (1Raj. 3:1). Salomo menjadi menantu
Firaun, tetapi kemudian Firaun sendiri digulingkan oleh Sisak. Setelah menggulingkan
Firaun, segera Sisak menjadi pelindung Yerobeam, musuh Rehabeam anak Salomo (1Raj.
11:40). Tidak cukup sampai di situ, Sisak juga sekarang bersiap maju untuk memerangi
banyak daerah, termasuk Yehuda. Jadi, di manakah kekuatan kerja sama Salomo-Firaun?
Siapa yang mengandalkan manusia, terkutuklah dia (Yer. 17:5). Koneksi kita banyak? Kita
kenal banyak orang kuat? Kita mengandalkan mereka yang ada di posisi tinggi? Terkutuklah
orang yang mengandalkan manusia dan yang hatinya menjauh dari Tuhan! Orang-orang kuat
dalam dunia politik dan ekonomi sebenarnya hanyalah tali yang lapuk. Kita tidak boleh dan
tidak bisa mengandalkan mereka.

Tetapi di dalam keadaan yang terjepit, Rehabeam ternyata bertobat dan memohon belas
kasihan Tuhan setelah dia mendapat peringatan dari Tuhan melalui nabi Semaya (2Taw.
12:5-6). Bukan hanya Rehabeam, seluruh petinggi Yehuda juga ikut memohon belas kasihan
Tuhan. Maka Tuhan membuat Sisak undur dari Yerusalem. Sisak tidak jadi menghancurkan
kota itu dan membawa penduduknya tertawan, tetapi dia menerima upeti yang dibayarkan
Rehabeam, yaitu barang-barang mahal yang Salomo siapkan untuk Bait Suci Allah (ay. 26).
Alangkah malangnya nasib anak Salomo ini. Keberdosaan Salomo dan keberdosaan dirinya
sendiri telah membuat kerajaannya mengalami begitu banyak hal yang menyedihkan.
Kerajaannya yang tidak lagi utuh, kekuatan perangnya yang dihina karena ketidakberdayaan
mereka menghadapi kedatangan Sisak, dan kemegahan Bait Suci yang dirampok habis-
habisan dan hanya ada barang-barang tembaga sebagai ganti segala emas yang ada, semuanya
mencerminkan kehancuran Dinasti Daud. Ayat 28 melanjutkan kisah sedih ini dengan
mengatakan betapa berharganya tembaga itu sehingga mereka disimpan secara khusus.
Bandingkan dengan keadaan ketika perak pun dianggap hanya seperti batu saja karena
banyaknya emas dan perak di Israel (2Taw. 1:15). Tetapi pertobatan Rehabeam dan para
petinggi Israel membuat Dinasti Daud tetap terpelihara dan Yehuda, bersama dengan
Benyamin dan Lewi di tengah-tengah mereka, terus ada di hadapan Tuhan menjadi bangsa
tempat keturunan Daud bertakhta hingga datangnya Kristus (Kej. 49:10).

Untuk direnungkan:

1. Apakah kita sudah mengenal siapa Allah kita? Pengenalan yang tepat harus mencakup
pemahaman bahwa Allah membenci orang-orang yang tidak setia kepada Dia.
Yehuda mendapatkan keturunan Daud sebagai raja, dan bahkan mereka diberikan
anugerah oleh Tuhan karena Tuhan menarik orang-orang Lewi dan orang-orang Israel
lain yang mencintai Tuhan dari Israel Utara untuk datang ke Yehuda (2Taw. 11:11-
16). Tetapi penyembahan berhala tetap dilakukan oleh banyak orang Yehuda.
Mengapa ini terjadi? Karena banyak orang Israel tidak mengenal Allah sebagai satu-
satunya Allah yang sejati. Mengapa mereka menyembah berhala seperti orang-orang
Kanaan? Karena mereka hanya mau menyembah ilah yang sesuai dengan hati mereka
yang cemar. Orang berdosa menyukai ilah dengan sifat dosa. Tetapi Allah bukanlah
seperti ilah-ilah palsu. Allah adalah yang berdaulat mutlak atas segala sesuatu! Allah
kita berbeda dengan ilah palsu dari agama-agama lain ataupun dari kepercayaan-
kepercayaan yang fana karena Allah bukanlah yang diatur, melainkan yang mengatur.
Dialah yang menyatakan kuasa-Nya. Dialah satu-satunya yang layak disembah.
Karena itu biarlah kita merenungkan ini baik-baik. Apakah kita sudah mengenal Allah
dengan tepat? Yang saya maksudkan bukanlah pengenalan yang mampu dirumuskan
dengan kata-kata. Tidak. Saya tidak mau itu. Semua orang yang bisa membeo pun
dapat mengatakan pengakuan itu. Tetapi yang saya mau adalah jawaban dari kita
kepada diri kita sendiri dengan menyelidiki komitmen hati kita. Apakah komitmen
hati kita adalah untuk mengutamakan Tuhan lebih dari yang lain? Apakah komitmen
kita untuk benar-benar mengasihi dan takut akan Allah telah ada di dalam hati kita?
Jika tidak, maka penyembahan berhala akan terus membayangi hidup kita. Hati yang
cinta dunia lebih dari cinta Tuhan. Itulah penyembahan berhala yang akan terus
mengancam.
2. Apakah lingkungan kita adalah lingkungan yang menjaga komitmen hati kita kepada
Tuhan? Rehabeam mempunyai lingkungan yang baik. Orang Lewi dan orang-orang
yang mengasihi Tuhan yang Tuhan utus untuk berkumpul di Yehuda. Tetapi di sana
juga banyak orang-orang durhaka yang menolak menyembah Tuhan. Hati Rehabeam
ternyata memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang-orang durhaka itu, dan
karena itu dia beserta rakyat Yehuda akhirnya jatuh ke dalam dosa yang sangat
menjijikkan itu. Bagaimana dengan kita? Di sekitar kita pasti banyak orang-orang
berdosa yang senang dengan keadaan berdosa mereka. Tetapi bukankah ada juga
orang-orang yang mau belajar mengasihi Tuhan dan meninggalkan dosa? Bukankah
ada juga orang-orang yang Tuhan kirimkan untuk mengingatkan kita agar tetap
berpaut kepada Allah? Yang menjadi pertanyaan adalah kita lebih nyaman berada di
tengah-tengah yang mana? Kita lebih cocok bergaul dengan yang mana? Dengan
orang-orang dunia yang bejat dan senang berdosa? Atau orang-orang yang mengasihi
Tuhan yang walaupun adalah orang berdosa, tetapi telah belajar untuk membenci dosa
dan meninggalkan dosa demi menyenangkan hati Tuhan? (JP

# Raja Hizkia

Raja Hizkia pernah mengalami sakit yang akan mendatangkan kematian. Saat itu ia sangat
terpukul. Di tengah kepedihan hatinya, ia teringat betapa fananya hidup. Ia tersadar bahwa
kedudukannya sebagai raja tidak ada artinya di hadapan Tuhan. Matanya pun jadi terbuka
bahwa hal terpenting dalam hidup ini tidak lain adalah memuliakan Tuhan. Pengalaman sakit
itu memberinya hikmat dan memperkaya hidupnya sehingga ia semakin mengenal Allah.

Tidak sedikit orang beranggapan negatif tentang penyakit yang kita derita. Tetapi, firman
Tuhan menunjukkan bahwa masa sakit dapat menjadi masa pembelajaran untuk memperkaya
hidup kita. Belajar tentang arti memahami hidup, memahami karya Tuhan, dan menggunakan
kesempatan hidup! Jika hari ini kita hidup sehat dan bugar, hargailah itu sebagai kesempatan
untuk menjalani hidup yang menyenangkan hati-Nya. Namun, kala kita mesti menanggung
sakit, kita dapat tetap mengucap syukur kepada-Nya.—SYS

MASA SAKIT DAPAT MENJADI MASA PEMBELAJARAN


TENTANG BAGAIMANA MEMAKNAI HIDUP MENURUT KEHENDAK-NYA

2.

Anda mungkin juga menyukai